1, 124-130
DOI: 10.20473/jmv.vol5.iss1.2022.124-130 online pada https://e-journal.unair.ac.id/JMV
Abstrak
Kasus pyometra merupakan kasus yang sering ditemukan pada kucing betina. Laporan kasus ini akan
membahas mengenai penanganan kasus pyometra pada seekor kucing ras campuran berumur 7 tahun yang
dirawat di Harmoni Pet Care, Menanggal, Gayungan, Surabaya. Laporan dari pemilik bahwa kucing memiliki
nafsu makan namun ditemukan leleran sanguino-purulen dari vagina kucing. Kucing secara klinis didiagnosis
dengan pyometra, penanganan yang dilakukan untuk mengobati kasus pyometra yang dialami kucing adalah
dengan melakukan ovariohisterektomi. Perawatan pasca operasi dilakukan dengan pemberian Antibiotik
(Clanexi; Amoxicillin-Clavulanic Acid, 1 cc / kg, IM) diberikan dua kali sehari selama 14 hari, dengan 3 hari
pertama dirawat di ruang rawat inap Harmoni Pet Care dan hari ke-4 hingga Perawatan hari ke-14 dilakukan di
rumah pemilik dan pembalutan antiseptik lokal pada lokasi sayatan dilanjutkan hingga 14 hari sampai jahitan
pada jahitan kulit terserap oleh tubuh kucing.
Abstract
The Pyometra case is a case that is often found in Female Cat. This case report will discuss the handling
of a case of pyometra in a 7-year-old mixed breed cat who is being treated at Harmoni Pet Care, Menanggal,
Gayungan, Surabaya, Indonesia. Reports from the owner that these cats are still in good appetite but sanguino-
purulent discharge from the vagina was found. In clinically diagnosed with a pyometra, the treatment used to
treat pyometra case was ovariohysterectomy. Postoperative care was carried out by administering antibiotics
(Clanexi; Amoxicillin-Clavulanic Acid, 1 cc/kg, IM) given twice a day for 14 days, with the first 3 days being
treated in the Harmoni Pet Care inpatient room and the 4th day to the 14th day of care is done at the owner's
house, local antiseptic dressing at the incision site is continued for up to 14 days until the sutures in the skin
sutures were absorbed by the cat's body.
Penanganan
Penanganan yang dilakukan pada kasus
kucing yang mengalami pyometra adalah dengan
tindakan operasi OH. Tindakan operasi OH pada
kucing menggunakan terapi bantuan lain dan
beberapa obat-obatan seperti infus RL, atropin
Gambar 1. Discharge sanguino-purulen vagina
(0,5cc, IM) sebagai premedikasi dan juga ketamin kucing. kondisi uterus selama fase luteal sesuai
(0,05mg/kg, IM) sebagai anestesi. untuk proses kebuntingan tetapi juga untuk
pertumbuhan mikroba. Progesteron merangsang
Pengobatan Pasca-Operasi pertumbuhan dan proliferasi kelenjar
Perawatan pasca operasi dilakukan dengan endometrium, peningkatan sekresi, penutupan
pemberian Antibiotik (Clanexi; Amoxicillin- serviks, dan penekanan kontraksi miometrium.
Clavulanic Acid, 1 cc / kg, IM) diberikan dua kali Respon leukosit lokal dan pertahanan uterus
sehari selama 14 hari. terhadap infeksi bakteri mengalami penurunan.
Konsentrasi estrogen dan progesteron yang
HASIL DAN PEMBAHASAN bersirkulasi biasanya tidak meningkat secara
abnormal pada pyometra, dan peningkatan jumlah
Pyometra telah banyak ditemukan pada dan sensitivitas reseptor hormon diyakini dapat
kucing betina dewasa dengan usia lebih dari 8 memulai meningkatkan respons. Corpus luteum
tahun dan pada kucing betina muda setelah dan kista folikel lebih sering ditemukan pada
hormon progesteron dihasilkan, meskipun kucing anjing betina dengan pyometra (Hagman, 2018).
betina telah di-ovarioectomy, selain itu, pyometra Proliferasi, pertumbuhan kelenjar
dapat diakibatkan dari proses pengangkatan endometrium dan pembentukan kista yang
corpus uterus atau uterine horn yang tidak patologis seperti, hiperplasia endometrium kistik
lengkap. Beberapa kucing betina yang mengalami (CEH) yang dimediasi oleh progesteron diyakini
pyometra diketahui telah mengalami siklus estrus menjadi predisposisi untuk pyometra, akan tetapi
dalam waktu 1 minggu hingga 2 bulan sebelum 2 gangguan dapat berkembang secara
timbulnya gejala klinis (De Faria dan independen. Akumulasi cairan di lumen uterus,
Norsworthy, 2008). Pada anjing, pyometra dengan atau tanpa CEH, yang didefinisikan
merupakan kondisi serius yang mempengaruhi sebagai hidrometra atau mukometra atau
anjing dewasa pada saat fase luteal dari siklus hematometra, tergantung pada jenis cairan dan
estrus. hal tersebut diasosiasikan dengan adanya kandungan mukusnya. Tanda klinis umumnya
neutrophilia dan gangguan fungsi kekebalan subklinis atau ringan bila tidak ada infeksi bakteri
tubuh, termasuk penurunan aktivitas limfosit pada rahim (Hagman, 2018).
(Faldyna et al. 2001). Berdasarkan American College of Veterinary
Penjelasan mengenai patogenesis pyometra Surgeons (2021), beberapa gejala klinis yang
belum sepenuhnya dipahami tetapi melibatkan sering tampak saat pemeriksaan klinis
faktor hormonal dan bakteri (Hagman, 2018). diantaranya adalah hewan menjadi lesu, depresi,
Banyak bakteri aerob dan beberapa anaerob telah anoreksia, asupan air yang berlebihan, buang air
diidentifikasi pada anjing dan kucing dengan kecil berlebihan, selaput lendir pucat dan adanya
pyometra, termasuk Staphylococcus, leleran dari vagina berupa sanguino-purullent,
Streptococcus, Pasteurella, Klebsiella, Proteus, sedangkan gejala klinis seperti muntah, diare,
Pseudomonas, Aerobacter, Haemophilus, dan penurunan berat badan, distensi abdomen, dan
Moraxella spp. dan Serratia marcescens. Namun, peradangan pada mata jarang dilaporkan.
E. coli adalah bakteri yang paling umum diisolasi. Beberapa hewan peliharaan mungkin tidak
Strain E. coli dalam kasus pyometra anjing memiliki gejala klinis selain keluarnya leleran
menunjukkan kemiripan yang kuat dengan isolat sanguino-purullent dari vagina. Banyak anjing
yang diperoleh dari pasien dengan infeksi saluran dan kucing yang mengalami pyometra memiliki
kencing, kemungkinan karena patogenesis yang serviks yang tertutup dan oleh karena itu tidak
serupa (yaitu, ascending dari flora usus atau jarang leleran sanguino-purullent yang keluar dari
vagina inang) (Hagman dan Kuhn, 2002). vagina tidak dapat ditemukan. Hal ini
Sebagian besar penelitian telah dilakukan pada menguatkan saat awal diagnosa, dimana pemilik
anjing, diyakini perkembangan dari kasus kucing menyatakan bahwa terdapat leleran
pyometra pada anjing memiliki kemiripan pada
dengan yang dijelaskan oleh Hagman dan Kuhn Pemilihan pemeriksaan menggunakan USG
(2002), bahwa abnormalitas klinikopatologis dikarenakan, USG merupakan alat diagnostik
pada anjing dan kucing dapat terjadi pada derajat yang paling berguna untuk kasus pyometra,
yang bervariasi, mencakup anemia, leukositosis, karena USG dapat digunakan untuk memeriksa
atau leukopenia dengan pergeseran ke kiri, uteromegali dan dapat mengevaluasi integritas
azotemia, hipoalbuminemia, hipoglikemia atau dari endometrium, ketebalan dinding uterus,
hiperglikemia, hiperglobulinemia, peningkatan distensi uterus, dan kelenjar kista endometrium,
alkaline phosphatase, dan asidosis metabolik selain itu, USG juga dapat digunakan untuk
(Hagman dan Kuhn, 2002). membedakan kebuntingan (lebih dari 28 hari) dan
Neutrofilia adalah temuan hematologi umum neoplasia dari pyometra (Bigliardi et al., 2004).
pada kasus pyometra, hal ini dikarenakan karena Hasil USG diperoleh pada 3,5 MHz sampai
pasien dengan kasus pyometra sering mengalami 12 MHz linier dan transduser sektor dari rongga
peningkatan persentase neutrofil. Pasien dengan perut dan panggul dilakukan. Hasil pemeriksaan
indikasi pyometra juga sering mengalami anemia USG menunjukkan adanya perubahan ukuran
kronis (70% kasus) (Jutkowitz, 2005). Keadaan lumen uterus, dengan diameter pertama 1,79 cm
anemia kronis tersebut ditandai sebagai anemia dan diameter kedua 1,50 cm. Lumen uterus
nonregeneratif, normokromik, dan normositik, tampak kurang echogenic, dinding uterus tampak
kondisi anemia tersebut juga mungkin khas sebagai garis hiperekogenik dan tipis
dikarenakan adanya diapedesis sel darah merah (Gambar 2). Hal ini sesuai dengan yang
ke dalam uterus atau penekanan toksik pada dijelaskan Bigliardi et al. (2004), bahwa hasil
eritropoiesis (Fransson et al., 2004). USG uterus dengan pyometra menunjukan
adanya akumulasi cairan anechoic atau setelah itu, dilakukan operasi OH sesuai prosedur
hypoechoic pada lumen uterine-horn, cairan juga bedah abdomen yang telah diketahui.
tampak bergerak berputar dengan lambat. Operasi OH adalah penanganan pyometra
yang paling aman dan efektif karena sumber
infeksi dan produk bakteri dikeluarkan. Teknik
laparoskopi telah dikembangkan tetapi tidak
umum digunakan dan hanya digunakan pada
kasus pyometra ringan. Pemberian obat-obatan
dapat dilakukan pada hewan yang masih aktif
bereproduksi dan sehat atau pada pasien yang
memiliki resiko tinggi untuk diberikan anestesi
saat operasi. Pada pasien dengan penyakit serius
atau memiliki komplikasi, seperti peritonitis atau
disfungsi organ, serviks terbuka atau serviks
Gambar 2. Hasil pemeriksaan USG. tertutup, pemberian obat-obatan tidak dianjurkan
dan operasi adalah pengobatan pilihan. Kultur
mikrobiologis dan uji sensitivitas merupakan
syarat untuk pemilihan terapi antimikroba
(Hagman, 2018).
Perawatan pasca operasi dilakukan dengan
pemberian Antibiotik (Clanexi; Amoxicillin-
Clavulanic Acid, 1 cc / kg, IM) diberikan dua kali
sehari selama 14 hari, dengan 3 hari pertama
dirawat di ruang rawat inap Harmoni Pet Care dan
hari ke-4 hingga Perawatan hari ke-14 dilakukan
di rumah pemilik dan pembalutan antiseptik lokal
Gambar 3. Persiapan sebelum operasi pada lokasi sayatan dilanjutkan hingga 14 hari
ovariohisterektomi pada kucing. sampai jahitan pada jahitan kulit terserap oleh
(A) segera setelah kucing dibius; tubuh kucing.
(B) posisi drape. Pemilihan Clanexi, sebagai terapi utama
yang diberikan pasca-operasi dikarenakan,
Sebelum dilakukan operasi OH, kucing Clanexi merupakan obat yang terdiri dari dua
dikondisikan tanpa makan dan minum selama 12 jenis obat berbeda, yaitu amoxicillin dan
jam. Pengulangan pemeirksaan suhu dilakukan clavulanic acid. Amoxicillin adalah antibiotik
saat pra-operasi. Suhu kucing hasil pemeriksaan turunan dari penisilin dan memiliki aktivitas
ulang suhunya adalah 39,7 ºC, dan kucing diberi antibakterial terhadap bakteri gram positif dan
atropin (0,5cc, IM) sebagai premedikasi. Kucing gram negatif (spektrum luas beta laktam)
dibius menggunakan ketamin (0,05mg/kg, IM). (Benninger, 2004). Amoxicillin adalah bakterisida
Untuk mencegah syok selama operasi kucing yang bekerja dengan cara menargetkan dan
diberi infus RL. Saat kucing mulai kehilangan membunuh bakteri dengan menghambat
kesadaran, kucing diposisikan pada posisi dorsal biosintesis lapisan peptidoglikan dinding sel
recumbency dan dilakukan straining pada alat bakteri. Lapisan peptidoglikan membentuk
gerak dan ekor, Desinfeksi area perut yang bagian terluar dari dinding sel dan bertanggung
dicukur menggunakan air sabun dan larutan Iodin jawab atas integritas struktural sel dari bakteri.
Tincture 3%. Drape steril dipasang untuk Sintesis peptidoglikan melibatkan fasilitasi DD-
membuat bidang steril beberapa sentimeter dari transpeptidases, yang merupakan jenis penicillin
xiphoid ke baki instrumen, berikan penjepit drape binding protein (PBP). Amoxicillin bekerja
agar drape tidak mudah tergelincir (Gambar 3), dengan mengikat PBP ini dan menghambat
Hagman, R., Lagerstedt, A. S., Hedhammar, Å., Pereira, M. A. A., Gonçalves, L. A., Evangelista,
& Egenvall, A. (2011). A breed-matched M. C., Thurler, R. S., Campos, K. D.,
case-control study of potential risk-factors Formenton, M. R., Patricio, G.C.F, Matera,
for canine pyometra. Theriogenology, 75(7), J.M., Ambrósio, A.M., & Fantoni, D. T.
1251–1257. (2018). Postoperative pain and short-term
complications after two elective sterilization
Hagman, R. (2018). Pyometra in Small Animals. techniques: ovariohysterectomy or
Veterinary Clinics of North America: Small ovariectomy in cats. BMC Veterinary
Animal Practice, 48 (4), 639–661. Research, 14(1).
Hollinshead, F., & Krekeler, N. (2016). Pyometra Rebordão, M. R., Alexandre-Pires, G., Carreira,
in the queen: to spay or not to spay?, Journal M., Adriano, L., Carneiro, C., Nunes, T.,
Feline Medicine Surgeon, 18, 21–33. Mateus, L., & Ferreira-Dias, G.
(2017). Bacteria causing pyometra in bitch
Jutkowitz, L. A. (2005). Reproductive and queen induce neutrophil extracellular
emergencies. Veterinary Clinic North traps. Veterinary Immunology and
American Small Animal Practice, 35, 397. Immunopathology, 192, 8–12.
Mateus, L., Henriques, S., Merino, C., Pomba, C., Von Berky, A., & Townsend, W.L. (1993). The
Lopes da Costa, L., & Silva, E. relationship between the prevalence of
(2013). Virulence genotypes of Escherichia uterine lesions and the use of
coli canine isolates from pyometra, cystitis medroxyprogesterone acetate for canine
and fecal origin. Veterinary Microbiology, population control. Australia Veterinary
166(3-4), 590–594. Journal, 70, 249.
***