DOMESTIK
Latar Belakang
uterus yang sistem reproduksi pada hewan betina, baik yang sudah pernah
maupun belum pernah melahirkan. Pyometra adalah suatu penyakit yang disertai
dengan infeksi atau peradangan pada dinding uterus hewan. Akibat penyakit
tersebut, di dalam rahim hewan bisa terdapat akumulasi nanah (Hagman dan
Kucing betina yang terkena pyometra dapat menunjukkan gejala klinis berupa
keluarnya nanah dari dalam uterus sehingga meleleh hingga keluar vagina
(pyometra terbuka) atau tanpa disertai dengan keluar nanah dari vagina (pyometra
pyometra dan hormon progesteron asal ovarium dianggap sebagai faktor utama
dari itu penyakit ini umumnya berkembang pada fase luteal atau selama
berlangsung kurang lebih 40 hari. Progesteron juga memiliki peran penting dalam
Hollinshead dan Krekeler, 2016). Bakteri Escherichia coli adalah yang paling
sering dilaporkan diisolasi dari patogen penyebab pyometra (Hagman dan Greko,
stabil dan risiko pembedahan telah berhasil ditekan sekecil mungkin. Hasil
dengan metode OH merupakan cara paling aman dan efektif karena sumber
(Hardy dan Osbourne, 1974). Potensi timbulnya kejadian suatu penyakit pada
Pyometra semestinya ditangani dengan cepat dan tepat agar terhindar dari
uterus (Hardy dan Osbourne, 1974; Mitacek et al., 2014; de Cramer, 2010).
Namun, pengobatan secara medis belum tersedia di semua negara (Mitacek et al.,
kucing, dengan catatan kucing dalam kondisi stabil dan tidak dimaksudkan untuk
berkembang biak di masa mendatang (Eze dan Nnaji, 2008; DeTora dan
McCarthy, 2011; Hollinshead dan Krekeler, 2016; Arzu et al., 2020). Oleh karena
itu, tujuan dari artikel ini ialah untuk mengetahui bagaimana cara mendiagnosis
Anamnesa
Kuala dengan keluhan keluar cairan nanah dari vulva, distensi abdomen, nafsu
makan berkurang, berat badan menurun dan kucing tersebut belum pernah
vaksin.
Pemeriksaan Klinis
Pasien yang diperiksa (kucing) memiliki berat badan 2,9 kg, suhu tubuh 39,4
o
C. Pemeriksaan fisik secara inspeksi didapatkan distensi abdomen atau terlihat
perut kucing tersebut lebih besar dan keluar cairan nanah divulva yang berbau
busuk.
cairan pada rongga uterus yang cukup banyak yang mana dapat dilihat pada
betina khususnya terjadi di uterus yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Upaya
yang dilakukan untuk penanganan kasus ini adalah dengan Tindakan operasi
Edukasi Profesional
proses perawatan setelah tiga hari di rawat inap setelah operasi dengan menjaga
kebersihan secara berkala agar tidak terjadinya infeksi pada bekas luka jahitan.
ditingkatkan lagi agar terhindar dari kuman atau bakteri yang menyebabkan
infeksi terutama pada kasus pyometra ini dan juga harus sesegera mungkin untuk
Diskusi
akumulasi pus atau nanah di dalam uterus. Kejadian pyometra sering terjadi pada
hewan yang berumur di atas enam tahun, tetapi tidak jarang juga menyerang
hewan muda karena pengaruh hormonal. Kejadian pyometra dapat di lihat dari 4-
10 minggu setelah masa estrus, di mana periode resiko tertinggi pyometra adalah
2016). Ettinger dan Feldman (2010) melaporkan pyometra terjadi pada kucing
betina antara usia 5-7 tahun (rata-rata 7.6 tahun, dengan rentang usia 1–20 tahun)
tetapi dapat diamati pada kapan saja setelah pubertas. Penjelasan mengenai
hormonal dan bakteri (Hagman, 2018). Banyak bakteri aerob dan beberapa
anaerob telah diidentifikasi pada anjing dan kucing dengan pyometra, termasuk
E. coli adalah bakteri yang paling umum diisolasi (Palupi et al., 2022).
Pyometra terjadi ketika lingkungan uterus selama fase luteal cocok untuk
gejala klinis yang sering tampak saat pemeriksaan klinis di antaranya adalah
hewan menjadi anoreksia, letargi, muntah, perut kembung dan adanya leleran dari
vagina berupa sanguino-purullent, seperti yang ditemukan pada kasus ini. Tanda-
tanda klinis biasanya terjadi dalam waktu empat minggu setelah timbulnya estrus
pada kucing yang dikawinkan, baik berovulasi spontan ataupun ovulasi yang
pyometra serviks terbuka dengan ditandai adanya leleran dari vagina berupa
mukopurulen berwarna putih, selaput lendir pucat, lesu, tetapi belum sampai
Pada saat uterus di bawah pengaruh progesteron yang dihasilkan oleh korpus
mukus ke dalam uterus sehingga terjadi penumpukan cairan atau mukus pada
lumen uterus. Mukus merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
Infeksi bakteri seperti ini banyak terjadi pada siklus proestrus dan estrus. Di
Kesimpulan
Berdasarkan anamnesis dan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan serta hasil
Daftar Pustaka
Arzu, E., Yildirim, M. M., Kahraman, B., Kafkas, Ö., Dikmeoğlu, E., Mutluer, İ.
(2020). A Case of Pyometra in a 5-Month-Old Cat. Turkish Journal of Veterinary
Research, 4(1): 39-43.
Ettinger, S. J., Feldman, E. C. (2010). Textbook of Veterinary Internal Medicine
(Vol. 2). St. Louis, Missouri: Saunders. Hlm. 4542- 4552.
Eze, C. A., Nnaji, T. O. (2008). Pyometra in Great Dane: A Case Report.
Nigerian. Veterinary Journal, 29(1): 68-71.
Fossum, T. W., Cho, J., Dewey, C. W., Hayashi, K., Huntingford, J. L. dan
MacPhail, C. M. (2012). Small Animal Surgery, 4th Edition. Philadelphia:
Elsevier Inc. Hlm. 818-824.
Hagman, R. dan Greko, C. (2005). Antimicrobial resistance in Escherichia coli
isolated from bitches with pyometra and from urine samples from other
dogs. Vet Rec, 157:193-197.
Hagman, R. (2018). Pyometra in small animals. Vet Clin Small Anim, 48: 639–
661.
Hollinshead, F. dan Krekeler, N. (2016). Pyometra in the queen to spay or not to
spay. J Feline MedSurg, 18:21–33.
Misk, T. N. dan EL-sherry, T. M. (2020). Pyometra in Cats: Medical Versus
Surgical Treatment. Journal of Current Veterinary Research, 2(1): 86-92.
Palupi, T. D. W., Suprayogi, T. W. dan Ismudiono. (2022). Tindakan Medis untuk
Pyometra pada Kucing. Jurnal Medik Veteriner, 5(1): 124-130.
Pereira, M. A. A., Gonçalves, L. A., Evangelista, M. C., Thurler, R. S., Campos,
K. D., Formenton, M. R., Patricio, G. C. F., Matera, J. M., Ambrósio, A. M.
dan Fantoni, D. T. (2018). Postoperative pain and short-term
complications after two elective sterilization techniques: ovariohysterectomy or
ovariectomy in cats. BMC Veterinary Research, 14: 335.
Subronto. (2014). Ilmu Penyakit Hewan Kesayangan. Anjing (Canine Medicine).
Gadjah Mada University press, Yogyakarta