Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN MATA KULIAH

KESEJAHTERAAN HEWAN

“PEMBIUSAN HEWAN DI KEBUN BINATANG UNTUK OBJEK


FOTO-FOTO WISATAWAN”

KELAS C

WARDIMAN JAYA RAHMAN


( 16820090 )

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini, yang berjudul Pembiusan Hewan di
Kebun Binatang untuk objek foto-foto Wisatawan. Penulis menyadari bahwa dalam proses
penulisan Laporan ini banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari
berbagai pihak dan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa sehingga kendala-kendala yang dihadapi
tersebut dapat diatasi. Untuk itu,ungkapan terimakasih yang terindah penulis persembahkan kepada
allah SWT yang senatiasa menguatkan dan memberi hikmat.

Laporan ini disusun untuk memenuhi penugasan mata kuliah Kesejahteraan Hewan
sebagai bahan referensi yang menunjang presentasi tentang dokter hewan sebagai praktisi.
Dengan selesainya makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang
telah membantu proses pembaaan makalah ini sampai makalah ini terselesaikan. Namun, tidak
menutupi kemungkinan adanya kritik dan saran yang bersifat konstruktif. Semoga makalah ini
bermamfaat bagi kita semua.

Akhir kata, Laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan dengan segala kerendahan
hati penulis mendoakan semoga perlindungan dari Allah SWT selalu menyertai kita semua.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Surabaya, 23 Oktober 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kepedulian untuk kesejahteraan hewan sering didasarkan pada keyakinan bahwa binatang
yang hidup dan pertimbangan kesejahteraan atau penderitaan yang harus diberikan kepada mereka,
terutama ketika mereka berada di bawah perawatan dari manusia. Keprihatinan ini dapat mencakup
bagaimana hewan disembelih sebagai sumber makanan, bagaimana mereka digunakan dalam
penelitian ilmiah, bagaimana mereka dipelihara (sebagai hewan peliharaan, di kebun binatang,
peternakan, sirkus, dll), dan bagaimana aktivitas manusia mempengaruhi kesejahteraan dan
kelangsungan hidup spesies liar.

Animal Welfare (Kesejahteraan hewan), adalah expresi yang berkenaan dengan moril. Semua
manusia bertanggungjawab terhadap masing-masing binatang yang dipelihara atau bebas di alam.
Dijelaskan lebih lanjut bahwa Dalam teori Kesejahteraan Binatang ada ajaran tentang kepedulian dan
perlakuan manusia terhadap masing-masing hewan dan bagaimana masyarakat dapat meningkatkan
kwualitas hidup hewan itu. Setiap jenis satwa liar dan hewan harus dibiarkan hidup bebas di alam atau
hidup yang berkwualitas di lingkungan yang disesuaikan dengan pola perilaku, kebutuhan serta
karakteristik habitat alamnya di kandang. Lagi pula, manusialah yang bertanggungjawab untuk
mewujudkannya.

Kebun Binatang merupakan suatu tempat berbentuk taman atau ruang terbuka hijau yang
merupakan tempat untuk mengumpulkan, memelihara kesejahteraan dan memperagakan satwa liar
untuk umum dalam lingkungan buatan. Kebun binatang berfungsi sebagai tempat pendidikan, riset,
dan tempat konservasi untuk satwa yang terancam punah serta sebagai tempat rekreasi. Kebun
Binatang diatur penyelenggaraannya sebagai lembaga konservasi ex-situ. Sebagai lembaga konservasi
Kebun Binatang Bandung memiliki empat tugas utama yaitu ; 1) Untuk memelihara dan
mengembangbiakan satwa, 2) Tempat penelitian, 3) Pendidikan dan 4) Wisata.

Kebun binatang menjadi salah satu wisata yang digemari banyak masyarakat. Banyak
keluarga yang sering berlibur di kebun binatang karena selain refreshing, tapi juga bisa menjadi
sarana edukasi untuk anak-anak agar lebih dekat dan mengenal dengan satwa. Kesejahteraan Hewan
dikebun binatang mulai terganggu dengan adanya objek wisata kebun binatang yang memfasilitasi
pengunjung bisa berfoto dengan hewan yang ada dikebun binatang dan bertempat daerah terbuka.
Secara tidak langsung membuat pengelola konservasi tersebut untuk melakukan hal yang membuat
kesejahteraan hewan terganggu, contohnya membius untuk memberikan jaminan keselamatan
terhadapat pengunjung. Salah satu hewan yang sering menjadi objek foto wisatawan yaitu Singa.
Singa merupakan salah satu hewan yang termasuk dalam bagian satwa liar.

Pemberian obat bius terhadap hewan di kebun binatang akan menimbulkan menimbulkan efek
trias anestesi, pasien akan mengalami keadaan tidak sadar, reflek-reflek proteksi menghilag akibat
mati rasa dan kelumpuhan otot rangka termasuk otot perafasan. Di samping pengaruh trias anestesi
tersebut pasien juga menderita manipulasi bedah, mulai dari derajat ringaan sampai berat. Sehigga
pada keadaan demikia pasien sangat memerlukan tindakan bantuan kehidupan selama prosedur
anestesi/diagnostik (Mangku dkk., 2010; Rani dkk., 2012).

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang dan Batasan masalah di atas maka masalah dalam makalah ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana metode 3 pendekatan kesejahteraan hewan di dalam kebun binatang, terutama


yang menjadi objek foto wisatawan ?
2. Bagaimana teknik pemeliharaan hewan di kebun binatang yang menjadi objek foto ?

C. Tujuan

Dalam makalah ini, tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui metode pendekatan kesejahteraan hewan di dalam kebun binatang, terutama


yang menjadi objek foto wisatawan
2. Mengetahui teknik pemeliharaan hewan di kebun binatang yang menjadi objek foto

D. Manfaat
Kita sebagai warga negara Indonesia menyadari akan hewan yang di lindungi dan dengan
artikel ini dibuat maka akan mengedukasi kita bagaimana seharusnya hewan di kebun binatang
kesejahteraannya terjamin.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Metode tiga pendekatan kesrawan dalam pemeliharaan lutung

A.1. Aspek ilmiah

Animal welfare atau kesejahteraan hewan adalah suatu keadaan fisik dan psikologi
hewan sebagai usaha untuk mengatasi lingkungannya. Berdasarkan UndangUndang Nomor
18 Tahun 2009, Animal welfare adalah segala urusan yang berhubungan dengan keadaan
fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu di terapkan dan
ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap
hewan yang dimanfaatkan manusia

Sasaran animal welfare adalah semua hewan yang berinteraksi dengan manusia
dimana intervensi manusia sangat mempengaruhi kelangsungan hidup hewan, bukan yang
hidup di alam. Dalam hal ini adalah hewan liar dalam kurungan (Lembaga konservasi,
entertainment, laboratorium), hewan ternak dan hewan potong (ternak besar/kecil), hewan
kerja dan hewan kesayangan.

Berfoto bersama hewan yang terkenal buas seperti singa atau harimau terkadang
dianggap sesuatu yang hebat. Meski hewan buas yang diajak perfoto itu tampak tak
berbahaya dan terlatih dengan baik, tapi ada kenyataan menyedihkan di baliknya. Hewan
tersebut seakan sudah di berikan obat bius untuk membuat hewan tersebut setengah sadar.

Seperti pada pernyataan Scorpion Wildlife Trade Monitoring Group, sebuah lembaga yang
fokus pada isu perdagangan satwa. Dalam keterangannya mereka mengatakan singa itu
"dipaksa bangun untuk berfoto bersama pengunjung" dan "terlihat seperti dibius."

"Kami melihat ngantuknya tidak normal, terlihat dari matanya. Setelah dibangunkan, singa
itu jatuh lagi. Kami curiga dia diberi kentamine semacam obat bius," kata Marison Guciano
dari Scorpion kepada BBC Indonesia.

Pemberian ketamine yang merupakan obat anestesi golongan Cyclohexamin yang


dapat diberikan dengan mudah pada penderita secara intramuskuler, obat ini menimbulkan
efek analgesia yang sangat baik dan dapat dikatakan sempurna dengan hanya diikuti tidur
yang superficial. Hal ini dapat dilihat pada penderita yang diberikan ketamine sering
menunjukkan gerakan spontan dari ekstrimitasnya walaupun pelaksanaan operasi telah
dilakukan. Keadaan ini disebabkan titik tangkap kerjanya pada daerah kortek dari otak
dibanding dengan obat anestesi lainnya yang titik tangkap kerjanya adalah Reticular
Actifiting System dari otak (Dodman dkk., 1984). Ketamine juga diklasifikasikan sebagai
anestesi dissosiatif disebabkan penderita tidak sadar dengan cepat namun mata tetap terbuka
tapi tidak memberikan respon rangsangan dari luar (Hilbery dkk., 1992)

Dalam praktek khususnya hewan besar, ketamine tidak dianjurkan sebagai anestesi
tunggal karena pada pemberian anestesi umum pemberian ketamine diberikan dengan
kombinasi sedativa yang diberikan setelah tampak efek secara klinis pada penderita. Hasil
anestesi ketamine memberikan efek relaksasi yang baik dan kesadaran sepenuhnya dari
penderita akan dicapai 2 sampai 3 jam, pemberian ketamine dapat diberikan secara berulang
sesuai dengan tingkat kedalaman anestesi yang dikehendaki (Higgins dan Kock 1984).
Dalam penelitian yang dilakukan, ketamine dikombinasikan dengan atropine sebagai
premedikasi untuk mengurangi sekresi saliva dan kelenjar bronchial

Namun banyak juga yang beranggapan bahwa salah satu hewan yang di peruntukkan
untuk objek foto wisatawan contohnya singa. singa merupakan hewan karnivora, sehingga
lebih aktif pada sore hari. Sementara pada siang hari mereka lebih banyak tidur dan
beristirahat.

A.2. Aspek etika

Belakangan ini wacana Kesejahteraan Binatang semakin marak di negara-negara


dunia ini. Salah satu dampak dari proses modernisasi adalah exploitasi binatang. Setiap
tahun binatang mengalami penderitaan karena eksploitasi dan penganiayaan. Di Indonesia
dengan satwanya yang sangat khas (sekitar 17% satwa di seluruh dunia terdapat di
Indonesia) ada kekejaman dan eksploitasi terhadap satwa karena perdagangan terlarang.1
Selain itu, binatang menderita karena mereka tidak diperlakukan dengan baik atau tidak
dihiraukan.

Animal Welfare memiliki 3 aspek penting yaitu: Welfare Science, Welfare ethics dan
Welfare law. Dijelaskan lebih lanjut bahwa Welfare science mengukur efek pada hewan
dalam situasi dan lingkungan berbeda, dari sudut pandang hewan. Welfare ethics mengenai
bagaimana manusia sebaiknya memperlakukan hewan. Welfare law mengenai bagaimana
manusia harus memperlakukan hewan.

Kesejahteraan hewan yang di peruntukkan untuk objek foto di wisatawan sangat


terganggu karena akan memberikan efek tidak baik untuk kesehatan hewan tersebut apabila
di lakukan terus menerus, dan tidak menutup kemungkinan hewan tersebut bisa jadi akan
membahayakan wisatawan apabila hewan tersebut kehilangan kontrol dan menjadi liar saat
ia merasa ada gangguan. Beberapa kejadian mengerikan pernah terjadi di kebun binatang di
Indonesia. Mulai dari diterkam harimau sampai diinjak gajah, tragedi buruk nyatanya pernah
benar-benar terjadi di kebun binatang.

Pemberian obat bius terhadap hewan di kebun binatang akan menimbulkan


menimbulkan efek trias anestesi, pasien akan mengalami keadaan tidak sadar, reflek-reflek
proteksi menghilag akibat mati rasa dan kelumpuhan otot rangka termasuk otot perafasan.
Di samping pengaruh trias anestesi tersebut pasien juga menderita manipulasi bedah, mulai
dari derajat ringaan sampai berat. Sehigga pada keadaan demikia pasien sangat memerlukan
tindakan bantuan kehidupan selama prosedur anestesi/diagnostik (Mangku dkk., 2010; Rani
dkk., 2012).

Debat tentang Kesejahteraan Binatang tidak merupakan debat yang baru di Indonesia.
Telah ada beberapa gerakan Kesejahteraan Binatang, dan ada para aktivis binatang yang
berusaha mencegah terjadinya kekejaman terhadap binatang di Indonesia. Sebenarnya,
gerakan Kesejahteraan Binatang semakin penting di seluruh dunia. Gerakan anti
penganiayaan terhadap binatang dimulai dengan sungguh-sungguh beberapa dasawarsa yang
lalu. Sejak periode ini, ada jauh lebih banyak kesadaran tentang Kesejahteraan Binatang di
seluruh dunia.

Pada akhirnya hewan yang digunakan sebagai objek foto Wisatawan di kebun
binatang ini lebih baik di perlakukan sebaik-baiknya peraturan pemeliharaan hewan
konservasi dan perlunya edukasi untuk pengunjung tempa wisata kebun binatang akan
perlunya tidak terlalu berlebihan dan sembarangan untuk mengajak hewan berfoto.

A.3. Aspek hukum

Penerapan hukum terhadap pelanggaran kesejahteraan hewan cenderung tidak hanya


didasarkan pada kekhawatiran kesejahteraan tetapi keyakinan bahwa perilaku seperti
memiliki dampak terhadap pengobatan manusia lain oleh pelaku hewan. Argumen lain
terhadap kekejaman terhadap hewan didasarkan pada estetika. Dalam konteks penelitian
hewan, banyak organisasi ilmiah percaya bahwa peningkatan kesejahteraan hewan akan
memberikan hasil ilmiah yang lebih optimal. Jika hewan di laboratorium menderita stres
atau sakit secara negatif dapat mempengaruhi hasil penelitian.
Pasal 302 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”):
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda
paling banyak empat ribu lima ratus rupiah karena melakukan penganiayaan
ringan terhadap hewan
1.    barang siapa tanpa tujuan yang patut atau secara melampaui batas, dengan
sengaja menyakiti atau melukai hewan atau merugikan kesehatannya;
2.    barang siapa tanpa tujuan yang patut atau dengan melampaui batas yang
diperlukan untuk mencapai tujuan itu, dengan sengaja tidak memberi
makanan yang diperlukan untuk hidup kepada hewan, yang seluruhnya atau
sebagian menjadi kepunyaannya dan ada di bawah pengawasannya, atau
kepada hewan yang wajib dipeliharanya.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan sakit lebih dari seminggu, atau cacat atau
menderita luka-luka berat lainnya, atau mati, yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama sembilan bulan, atau pidana denda paling
banyak tiga ratus rupiah, karena penganiayaan hewan.
(3) Jika hewan itu milik yang bersalah, maka hewan itu dapat dirampas.
(4) Percobaan melakukan kejahatan tersebut tidak dipidana.”

Menurut R. Soesilo dalam bukunya yang berjudul Kitab Undang-Undang Hukum Pidana


(KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, menjelaskan bahwa
yang dimaksud dalam ayat (1) ialah kejahatan penganiayaan enteng pada binatang. Untuk
itu harus dibuktikan bahwa:
Sub 1:
1. orang itu sengaja menyakiti, melukai, atau merusakkan kesehatan binatang
2. perbuatan itu dilakukan tidak dengan maksud yang patut atau melewati batas yang
diizinkan
Sub 2:
1. sengaja tidak memberi makan atau minum kepada binatang
2. binatang itu sama sekali atau sebagian menjadi kepunyaan orang itu atau di dalam
penjagaannya atau harus dipeliharanya
3. perbuatan itu dilakukan tidak dengan maksud yang patut atau melewati batas yang
diizinkan
Pasal 66 UU Nomor 41 Tahun 2014

(1) Untuk kepentingan kesejahteraan hewan dilakukan tindakan yang berkaitan dengan
penangkapan dan penanganan; penempatan dan pengandangan; pemeliharaan dan
perawatan; pengangkutan; pemotongan dan pembunuhan; serta perlakuan dan pengayoman
yang wajar terhadap hewan.

(2) Ketentuan mengenai kesejahteraan hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan secara manusiawi yang meliputi:

a. penangkapan dan penanganan satwa dari habitatnya harus sesuai dengan

ketentuan peraturan perundangan-undangan di bidang konservasi;

b. penempatan dan pengandangan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga


memungkinkan hewan dapat mengekspresikan perilaku alaminya;

c. pemeliharaan, pengamanan, perawatan, dan pengayoman hewan dilakukan dengan sebaik-


baiknya sehingga hewan bebas dari rasa lapar dan haus, rasa sakit, penganiayaan dan
penyalahgunaan, serta rasa takut dan tertekan;

d. pengangkutan hewan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga hewan bebas

dari rasa takut dan tertekan serta bebas dari penganiayaan;

e. penggunaan dan pemanfaatan hewan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga hewan


bebas dari penganiayaan dan penyalahgunaan;

f. pemotongan dan pembunuhan hewan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga hewan


bebas dari rasa sakit, rasa takut dan tertekan, penganiyaan, dan penyalahgunaan; dan

g. perlakuan terhadap hewan harus dihindari dari tindakan penganiayaan dan


penyalahgunaan.

(3) Ketentuan yang berkaitan dengan penyelenggaraan kesejahteraan hewan diberlakukan


bagi semua jenis hewan bertulang belakang dan sebagian dari hewan yang tidak bertulang
belakang yang dapat merasa sakit.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kesejahteraan hewan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri.
BAB III

ASSIGNMENT

Menurut saya kasus Pembiusan Hewan sebagai objek Foto Wisatawan di kebun Binatang ini
melanggar kesejahteraan hewan, karena membatasi kebebasan dan memberikan efek tidak baik untuk
kesehatan hewan apabila di lakukan terus menerus, karna apabila ini menjadi budaya maka tidak
menutup kemungkinan hewan lain selain singa akan terkena dampaknya. Hewan sendiri sangat
membutuhkan kebebasannya untuk menunjang kealamian sifatnya sesuai dengan tempat tinggal
asalnya. Untuk perundang-undangannya pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Pasal
302 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang mengatur tentang kesejahteraan Hewan.

Gambar 1. Taman Safari Bogor

Gambar
2. Kebun binatang Lujan di Ibu Kota Buenos Aires, Argentina
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Harusnya wisatawan di berikan edukasi tentang kesejahteraan hewan. Edukasi menyangkut


hewan di kebun binatang akan sangat penting di laksanakan untuk memberikan pandangan ke
wisatawan bagaimana harusnya memperlakukan hewan yang benar dan sesuai kaidah kesejahteraan
hewan. Hewan tidak perlu di jadikan objek foto wisatawan apabila hanya untuk menambah
penderitaan hewan tersebut, banyak cara lain untuk wisawatan untuk mengabadikan momen di kebun
binatang selain berfoto dengan hewan di tempat terbuka dan sudah di lakukan pembiusan, karna akan
berdampak entah itu dari hewan ataupun pengunjung yang lain. Karna Sifat alamiah hewan akan
muncul pada saat kehilangan kontrol dan menjadi liar saat ia merasa ada gangguan. Perlu kajian yang
lebih mendalam untuk membahas topik tersebut
DAFTAR PUSTAKA
BBC ( 7 April 2016 ) . Apakah betul singa di Taman Safari dibius untuk foto?.
https://www.bbc.com/indonesia/majalah/2016/04/160407_trensosial_taman_safari
Brilio ( 28 Oktober 2018 ). 5 tragedi di kebun binatang indonesia, memakan korban jiwa.
https://www.brilio.net/duh/5-tragedi-di-kebun-binatang-di-indonesia-memakan-korban-jiwa-
1810244.html#
Higgins AJ and RA Kock, 1984. A guide to the clinical examination Chemical restraint and
medication of the Camel. Br. Vet. J. 140. P. 485-503.
Kebun Binatang Bandung (Bandung Zoological Garden). Yayasan Margasatwa Tamansari
(YMT). ( Arsip Document Pdf )
KADEK KA. 2017. DIKTAT KULIAH KESEJAHTERAAN HEWAN “ANIMAL WELFARE”.
Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana
KELLIE JE. 2009. ANIMAL WELFARE DI JAWA TIMUR: MODEL PENDIDIKAN
KESEJAHTERAAN BINATANG DI JAWA TIMUR. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Malang
Merdeka ( 18 Desember 2014 ). Bius Singa Buat foto-foto kebun binatang argentina dikecam.
https://www.merdeka.com/dunia/bius-singa-buat-foto-foto-kebun-binatang-argentina-dikecam.html
National Geographic Indonesia ( 5 September 2018 ). Demi Sebuah Foto, Hewan Buas di
Taman Safari Diduga Dibius, Benarkah?. https://nationalgeographic.grid.id/read/13931611/demi-
sebuah-foto-hewan-buas-di-taman-safari-diduga-dibius-benarkah?page=all
Williams, John R (john Reynold). 2005. PANDUAN ETIKA MEDIS Disertai studi kasus-
kasus etika pelayanan medis sehari-hari. Pusat Studi Kedokteran Islam Fakultas Kedokteran.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, INDONESIA.

Anda mungkin juga menyukai