Anda di halaman 1dari 7

Laporan Praktikum

Mata Kuliah : Penghayatan Profesi Kedokteran Hewan

Peran Dokter Hewan Dalam Konservasi Satwa Liar

Dosen Pembimbing: Dr. drh. Ligaya Tumbelaka, SpMP, MSc.

Oleh:
Kelompok A-4
Malni Sovinar B04074001 __________
Rida Tiffarent B04080004 __________
Wyanda Arnafia B04080014 __________
Hazar Sukareksi B04080017 __________
Novericko Ginger Budiono B04080020 __________
Ester Br Sembiring B04080046 __________

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
Satwa Liar
Satwa merupakan semua jenis sumber daya alam hewani yang hidup di darat, dan atau di
air, dan atau di udara. Sedangkan satwa liar didefinisikan sebagai semua hewan yang hidup di
darat, dan atau di air, dan atau di udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup
bebas maupun dipelihara manusia. Dewasa ini banyak masalah yang terjadi menyangkut satwa
termasuk diantaranya satwa liar. Beberapa masalah yang menyangkut satwa liar yang perlu
diperhatikan antara lain habitat satwa liar yang kian berkurang, beberapa spesies mendekati
kepunahan, beberapa spesies satwa liar tidak memiliki kebebasan mengekspresikan kebiasaan
alamiahnya, dan lain lain.
Masalah lain yang kini mulai bermunculan terkait isu satwa liar antara lain harimau
masuk kampung, gajah mengamuk ke pemukiman warga, ataupun hewan-hewan lain yang
semula habitatnya di hutan kemudian memasuki pemukiman warga. Penyebabnya tidak lain
karena ulah manusia yang baik secara langsung maupun tidak langsung mengganggu kehidupan
satwa liar. Seperti konversi hutan menjadi perkebunan oleh sekelompok orang yang berakibat
pada berkurangnya luas wilayah habitat satwa liar tersebut (Rovroy 2009). Kemudian perburuan
satwa liar untuk dikonsumsi dan diperdagangkan secara ilegal. Serta banyak macam lainnya.

Konservasi Satwa Liar


Konservasi sumber daya alam (SDA) adalah kegiatan yang meliputi perlindungan,
pengawetan, pemeliharaan, rehabilitasi, introduksi, pelestarian dan pemanfaatan dan
pengembangan. Tujuan dari konservasi ini adalah terjaminnya kelangsungan makhluk hidup liar
yang mencakup flora dan fauna, serta terjaminnya kebutuhan manusia untuk memanfaatkannya
baik langsung ataupun secara tidak langsung berdasarkan prinsip kelestarian (prinsip
keberlanjutan siklus kehidupan).
Khususnya untuk konservasi satwa liar, menurut Profesor Hadi Alokodra (1990), perlu
adanya upaya-upaya antara lain: (1) melakukan pembatasan-pembatasan terhadap perburuan liar;
(2) melakukan pengendalian persaingan dan pemangsaan; (3) pembinaan wilayah (suaka) tempat
berlindung, tidur dan berkembang biak baik berupa taman-taman, hutan, maupun suaka
margasatwa, cagar alam, taman nasional, dan taman hutan raya ataupun kebun raya; (4)
melakukan pengawasan terhadap kuantitas dan kualitas lingkungan hidup satwa liar seperti
ketersediaan makanan, air, perlindungan, penyakit dan faktor-faktor lain; (5) meningkatkan
peran serta masyarakat dalam upaya konservasi satwa liar; (6) pengembangan pendayagunaan
satwaliar baik untuk rekreasi berburu, obyek wisata alam ataupun penangkaran, dan (7)
pengembangan penelitian. Secara singkat bahwa upaya konservasi ini meliputi dua hal penting
yang harus diperhatikan, yaitu mencegah terjadinya kepunahan spesies (pemanfaatan yang hati-
hati) dan mempertimbangkan dan memperhitungkan pihak-pihak lain (pemanfaatan yang
harmonis).
Pelestarian satwa liar bukanlah semata-mata menjadi tugas dan tanggungjawab dari
lembaga konservasi baik yang dikelola oleh pemerintah maupun lembaga non pemerintah tetapi
merupakan tugas dan tanggungjawab bersama seluruh lapisan masyarakat.
Konservasi Orang Utan

Peran Dokter Hewan dalam Konservasi Satwa liar


Keberadaan dokter hewan tidak saja harus mampu mendukung peternakan di Indonesia
tetapi juga mampu mengembangkan kompetensinya di bidang biomedis dan medik konservasi.
Dokter hewan diharapkan dapat berperan aktif dalam upaya pelestarian satwa liar baik secara
langsung maupun tidak langsung,. Profesionalisme fungsi dan layanan dokter hewan adalah
untuk optimalisasi perannya dalam memberikan pemahaman dan pendidikan akan pentingnya
pemeliharaan lingkungan hidup hewan liar. Dengan itu diharapkan keseimbangan ekosistem
tetap terjaga yang akan memberikan hasil positif kepada semua pihak termasuk masyarakat.
Selain itu, dokter hewan juga harus turut serta berperan dalam  pengawasan pencegahan
perdagangan ilegal produk asal satwa liar baik yang dilindungi maupun yang tidak dilindungi.
Memelihara dan menjaga kesehatan yang baik dari hewan-hewan di dunia dan
melindungi kehidupan liar (wild life) dan satwa liar (wild animal) sebagai bagian yang sangat
penting dari warisan kekayaan bumi untuk kehidupan manusia.
Memelihara kesehatan hewan dengan mencegah dan mengobati penyakit-penyakit hewan
adalah cara yang paling memungkinkan dan ideal untuk memastikan kekayaan hewani bumi
terjaga kesejahteraan dan kelestariannya dan mencegah terjadinya transmisi zoonosis kepada
manusia termasuk mencegah potensi ancaman terjadinya pandemi baru.
Peran Pemerintah dan Masyarakat dalam Konservasi Satwa Liar
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2000
tentang karantina hewan, tindakan karantina hewan adalah adalah kegiatan yang
dilakukan untuk mencegah hama penyakit hewan karantina masuk ke, tersebar di, dan
atau keluar dari wilayah negara Republik Indonesia. Sedangkan instalasi karantina adalah
suatu bangunan berikut peralatan dan lahan serta sarana pendukung yang diperlukan
sebagai tempat untuk melakukan tindakan karantina. Menurut PP ini dokter hewan
karantina adalah dokter hewan yang ditunjuk oleh menteri untuk melaksanakan tindakan
karantina.
Peran dokter hewan dalam kegiatan karantina menurut Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2000 tentang karantina hewan antara lain:
a. pemeriksaan klinis pada hewan; atau
b. pemeriksaan kemurnian atau keutuhan secara organoleptik pada bahan
asal hewan, hasil bahan asal hewan dan benda lain.
Orang utan termasuk satwa liar yang membutuhkan perhatian seperti halnya satwa
liar lainnya. Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki hutan terluas kedua di
dunia sesudah Brazil memiliki potensi yang besar sebagai tampat perkembang biakan
dan rumah orang utan. Semakin maraknya penebangan hutan yang terjadi di Indonesia
mengakibatkan rusaknya rumah urang utan sehingga untuk mempertahankan
kehidupannya orang utan ini seringkali berkeliaran di pemukiman masyarakat dan
meresahkan masyarakat.
Pembalakan liar ini sangat merusak ekosistem orang utan. Dalam upaya
mengatasi masalah ini pemerintah dan masyarakat berusaha membuat institusi karantina
sebagai tempat penampungan sementara orang utan tersebut. Di karantina ini dilakukan
pemeliharaan orang utan dalam upaya memciptakan lingkungan yang kondusif bagi
terpeliharanya ekosistem orang utan ini sehingga mereka mampu menyalurkan tingkah
laku alamiahnya.
Di karantina dilakukan berbagai kegiatan yang sangat membutuhkan peranan
dokter hewan, mulai dari pemeriksaan kesehatan sampai menjamin arsitektur kandang
dan lingkungan karantina yang sesuai dengan sifat alamiah orang utan tersebut. Dokter
hewan merupakan manusia yang paling memahami tentang kondisi fisik dan seharusnya
mengetahui metode-metode yang harusnya dilakukan untuk penyembuhan orang utan
yang sakit. Dokter hewan juga berwenang mengeluarkan surat keterangan kesehatan
satwa liar tersebut. Dokter hewan pun yang paling bertanggung jawab menginformasikan
penyakit-penyakit zoonosis yang berasal dari satwa yang mungkin menjangkit manusia
yang bekerja di karantina dalam memelihara orang utan.
Peranan dokter hewan dalam penangkaran satwa liar
Kawasan konservasi dan kebun binatang adalah contoh tempat penangkaran satwa liar.
Pada tempat-tempat tersebut dilakukan perawatan dan pengembangbiakan berbagai spesies satwa
liar dengan memperhatikan kaidah dan etika kesejahteraan hewan. Selain sebagai tempat
perlindungan dan pengembangbiakan satwa liar, kawasan konservasi dan kebun binatang juga
dapat dijadikan sebagai sarana edukasi dan penelitian. Dalam pelaksanaan penangkaran satwa
liar ini dibutuhkan dokter hewan sebagai kontrol agar prinsip-prinsip kesejahtaraan hewan tetap
terlaksana. Dokter hewan merupakan agen terdepan berkaitan dengan penerapan prinsip
kesejahteraan hewan.
Dokter hewan merupakan suatu profesi pusat informasi mengenai kesehatan hewan dan
kaitannya dengan kesehatan manusia. Kesehatan seorang manusia tidak terlepas dari sehatnya
hewan-hewan yang berada di sekitarnya. Tempat-tempat penangkaran satwa liar tidak terlepas
dari ancaman zoonosis atau penyakit yang dapat ditularkan hewan kepada manusia seperti
hepatitis, tuberculosa (TBC), rabies, kecacingan, toxoplasmosis, salmonellosis, leptospirosis, dan
herpes. Seorang dokter hewan memiliki kapabilitas dan wewenang dalam kasus-kasus zoonosis.
Dalam pelaksanaan tugasnya seorang dokter hewan memiliki sumpah dan kode etik
profesi yang bersifat tegas dan adil. Meski jumlah dokter hewan di Indonesia tidak sepadan
dengan kebutuhan yang ada di lapangan, keharmonisan kehidupan antara hewan dan manusia
harus tetap terjaga. Dokter hewan dituntut untuk memiliki kompetensi tinggi dalam harskill dan
softskill. Seorang dokter hewan yang menangani satwa liar harus mampu memeriksa dan
mengontrol kesehatan satwa liar yang ditanganinya. Selain itu, dokter hewan harus mampu
merawat satwa liar dan mengorganisasi kebutuhan serta peralatan medis yang dibutuhkan.
Tempat konservasi dan penangkaran yang biasanya berada di medan yang keras, alami,
dan terpencil membutuhkan seorang dokter hewan yang tangguh dan siap ditempatkan. Seorang
dokter satwa liar memiliki tanggung jawab dalam pembuatan laporan kondisi satwa yang
ditangani. Data yang terkumpul di lapangan dikoordinasikan dengan pihak manajemen dan
pihak-pihak terkait untuk kesuksesan penangkaran satwa liar. Softskill seorang dokter hewan
juga dibutuhkan ketika dokter hewan dihadapkan dengan masyarakat sekitar penangkaran yang
membutuhkan informasi mengenai kaitan kesehatan manusia dengan kesehatan hewan dan
softskill kesediaan bekerja sama dengan semua pihak.
Pengangkaran satwa liar membutuhkan dokter hewan untuk melindungi kehidupan dan
kesehatan satwa liar dari gangguan yang ditimbulkan dari masuknya dan berkembangnya hama
penyakit baik yang berasal dari organisme penyebar penyakit maupun manusia. Selain dalam
kehidupan dan kesehatan satwa liar, dokter hewan juga memiliki peran melindungi kehidupan
dan kesehatan manusia yang terlibat dalam penangkaran satwa liar dari risiko timbulnya penyakit
yang ditularkan dari hewan ke manusia ataupun yang berasal dari produk asal hewan. Dalam
penangkaran satwa liar fokus seorang dokter hewan adalah menjaga dan melindungi plasma
nutfah serta melakukan pelestarian lingkungan.
Orangutan (Pongo pygmaeus) adalah salah satu marga satwa yang telah mendekati
kepunahan sehingga pelu mendapat perhatian khusus. Hewan ini satu-satunya primata besar yang
menghuni hutan di Asia dan di temukan dalam jumlah terbatas di Kalimantan dan Sumatera
(Halim 1982). Kekhawatiran akan bertambahnya tingkat kelangkaan orangutan telah di antisipasi
melalui pengembalian orangutan yang telah tertangkap dan dipelihara di habitat alami. Progaram
ini disebut reintroduksi. Pengembalian orangutan ke habitatnya dilakukan melalui sitem
rehabilitasi agar dapat beradaptasi di lingkungan alami setelah terbiasa hidup di lingkungan
manusia. Dalam program rehabilitasi pakan merupakan pakan merupakan aspek yang paling
penting bagi perkembanagn oranguatan.
Seiring dengan semakin banyaknya penduduk dunia, maka semakin banyak kebutuhan
yang harus dipenuhi, mulai dari sandang, pangan dan papan (Kebutuhan Primer). Sehingga
manusia cenderung memanfaatkan hutan sebagai pemenuhan kebutuhan tanpa memikirkan
akibat dari perbuatan tersebut. Misalnya Penebangan Hutan liar dalam jumlah yang besar,
akibatnya dapat menggangu marga satwa yang ada di lingkungan tersebut, oleh karena itu perlu
adanya perhatian terhadap kelestarian marga satwa yang terancam punah oleh kelalaian manusia
dan kurangnya perhatian pemerintah setempat tentang Ekosistem .
Stasion Wanariset Samboja adalah salah satu pusat rehabilitasi yang terdapat di
Kalimantan Timur, khususnya untuk rehabilitasi orangutan. Pusat rehabilitasi ini merupakan
suatu bentuk kepedulian masyarakat sekitar tentang Marga satwa yang terancam punah.

Solusi

Anda mungkin juga menyukai