Anda di halaman 1dari 7

PERAN DOKTER HEWAN: KONSERVASI SATWA LIAR

Menurut OIE (Office International des Epizooties) atau organisasi dunia yang bergerak di bidang
kesehatan hewan, ada 33 bidang kerja dokter hewan di 110 negara dan Indonesia sendiri menjadi
anggota sejak tahun 1950. Sesuai dengan semboyannya Manusya Mriga Satwa Sewaka yang bermakna
mensejahterakan manusia melalui kesejahteraan hewan artinya adalah mengabdi untuk kesejahteraan
manusia melalui kesejahteraan hewan. Hewan yang ditangani dapat berupa semua jenis hewan
misalnya ternak (Farm Animal, Livestock, misalnya sapi, kambing, domba, ayam, itik dan sebagainya),
satwa liar, hewan kesayangan (Pet Animals) dan hewan-hewan akuatik (ikan, mamalia air, dan
sebagainya). Salah satu peran dokter hewan sesuai bidang kerja yang ada ialah dalam bidang
perlindungan atau konservasi satwa liar.

Satwa liar adalah binatang yang hidup di dalam ekosistem alam. Pola pengelolaan satwa liar
telah berkembang dengan pesat, yaitu bukan saja untuk keperluan perlindungan tetapi juga
pemanfaatan yang lestari. Pemanfaatan satwa liar ini meliputi untuk kegiatan penelitian, pendidikan ,
pariwisata , rekreasi, bahkan jika memungkinkan untuk beberapa jenis satwa tertentu dapat dilakukan
pemanenan sebagai komoditi ekspor.Pada kenyataannya satwa liar memiliki nilai dan manfaat yang
sangat besar bagi kehidupan manusia, maka ruang lingkup pengelolaannya pun harus diperluas
(Ikrar,2011)

Jumlah satwa liar pada habitatnya di alam bebas (hutan), merupakan salah satu bentuk
kekayaan dan keanekaragaman (biodiversity) sumberdaya alam hayati, karena itu perlu dilakukan
perlindungan (Kurniawan,2007)

Berhubungan dengan tingkat kekayaan fauna yang ada di Indonesia, dan apalagi dengan tingkat
endemisme yang tinggi di Indonesia, kekayaan ini memang harus di jaga dan di lestarikan khususnya
oleh penduduk Indonesia itu sendiri. Akhir-akhir ini banyak orang yang ikut andil dalam bidang
pelestarian satwa-satwa liar di Indonesia, ini karena sebagian besar satwa endemik Indonesia telah
menjadi satwa yang berstatus terancam untuk punah yang menyebabkan penurunan jumlah populasi
dan diakibatkan oleh berbagai faktor kompleks yang dapat mengancam jumlah populasi hewan-hewan
endemik tersebut. Faktor penyebab kepunahan tersebut didominasi oleh kegiatan manusia. Berbagai
kalangan bekerja sama berperan dalam melakukan pelestarian satwa-satwa tersebut. Salah satunya
adalah seorang dokter hewan.
Salah satu cara dalam melestarikan dan mencegah kepunahan satwa-satwa endemik tersebut,
dilakukan upaya yaitu membuat penangkaran atau wilayah konservasi bagi satwa tersebut. Diantaranya
adalah konservasi secara ex situ dan in situ. Dalam menjalankan fungsi dari lembaga konservasi ex situ
mapun in situ tersebut, dokter hewan sangat dibutuhkan dalam pelestarian satwa yang hampir punah
terutama dalam hal perawatan dan kesehatan hewan serta memastikan ketersediaan keturunan satwa
tersebut dari generasi ke generasi. Selain itu peran dokter hewan mutlak diperlukan untuk mengetahui
lebih dahulu perilaku seekor satwa liar di habitatnya. Sebab nantinya seorang dokter hewan yang akan
menentukan dan merekomendasikan sistem penangkaran dan husbandry yang paling tepat untuk satwa
liar di kebun binatang atau di wilayah konservasi. Tidak boleh sampai terjadi kesalahan dalam
manajemen tempat misalnya untuk satwa yang hidupnya soliter, membutuhkan variasi makanan yang
tinggi, tempat yang luas, dan untuk burung biasanya diperlukan tempat yang tinggi atau pohon yang
tinggi, satwa tersebut ditempatkan dalam kandang yang sempit, makanan yang sedikit atau tidak
bervariasi, tempat yang pendek, tidak ada komponen yang sesuai dengan habitat aslinya. Maka keadaan
psikis maupun fisiologinya tersebut akan terganggu, dan hewan tersebut hanya menjadi hewan
tontonan yang terancam kematiannya.

Salah satu role model yang patut dikagumi dibidang konservasi satwa liar ialah dokter Erni
Suyanti Musabine. Dokter hewan lulusan Universitas Airlangga Surabaya ini bahkan berani bertaruh
nyawa demi menyelamatkan satwa liar yang kian hari terancam punah. Erni Suyanti Musabine adalah
dokter hewan dan aktivis penyelamatan hewan liar. Erni dikenal karena upaya penanganan konflik
antara harimau dan manusia dan upaya pembiakan harimau di Taman Wisata Alam Seblat di Bengkulu.
Dokter Yanti bercerita saat pergi ke hutan dan melihat kondisi satwa liar, beliau merasa trenyuh tentang
minimnya pelayanan kesehatan terhadap satwa liar yang ada di hutan belantara. Saat hewan mengalami
kesakitan karena berbagai sebab, tidak ada yang memberi pengobatan. Pikiran sederhana itu yang
menginspirasi dokter Yanti untuk meniti karir di bidang konservasi satwa liar. Pada tahun 2002, dokter
Yanti mulai bekerja sebagai relawan dokter hewan di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) di kawasan
Petungsewu, Kabupaten Malang. Pengabdiannya terhadap perlindungan satwa liar memang luar biasa.
Hampir seluruh waktunya dihabiskan di berbagai pelosok hutan di Indonesia untuk memperhatikan
kelangsungan hidup satwa liar. Pengabdiannya terhadap perlindungan satwa liar memang luar biasa.
Hampir seluruh waktunya dihabiskan di berbagai pelosok hutan di Indonesia untuk memperhatikan
kelangsungan hidup satwa liar. Dokter hewan lulusan Universitas Airlangga Surabaya ini bahkan berani
bertaruh nyawa demi menyelamatkan satwa liar yang kian hari terancam punah.
Sejak kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga, Surabaya, dokter Erni mulai aktif
dalam kegiatan yang berhubungan dengan satwa liar. Ia ikut organisasi mahasiswa Pencinta Alam
Wanala Universitas Airlangga, yang salah satu kegiatan rutinnya adalah Kelompok Studi Penyu di
beberapa taman nasional di Jawa Timur. Sejak itu, Erni mulai belajar tentang konservasi penyu. Ia juga
aktif di organisasi luar kampus. Tak hanya dirinya, keluarganya pun juga aktif menjadi relawan di salah
satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di bidang konservasi satwa liar yang berkantor pusat di
Malang, Jawa Timur. Kegiatan yang sering Erni ikuti antara lain mengamati satwa liar di alam, melakukan
edukasi tentang pentingnya upaya konservasi satwa liar ke sekolah-sekolah di Surabaya dan sekitarnya,
membantu petugas menyita satwa liar dari perdagangan dan pemeliharaan ilegal di masyarakat,
melakukan investigasi perdagangan satwa liar yang dilindungu di pasar-pasar, sampai
mengkampanyekan perlindugan satwa liar yang terancam punah. Dari situ, ia mulai punya jaringan
komunikasi dengan orang-orang yang bekerja untuk konservasi satwa liar di berbagai daerah di
Indonesia maupun di luar negeri.

Dokter Erni sangat menyukai dan fokus membantu sawa liar di habitat alaminya. Menurut
beliau, satwa liar, terutama yang ada di habitat alam masih jauh dari priorotas untuk mendapatkan
perhatian, meski statusnya sudah kritis dan hampir punah. Bahkan satwa liar seringkali dikorbankan
untuk memenuhi kepentingan manusia. Hutan tempat hidupnya banyak dialihfungsikan untuk konsesi
perusahaan perkebunan, pertambangan, pemukiman, yang pada akhirnya bersinggungan dengan
aktivitas manusia dan berkonflik dengan manusia. Mereka sering jadi korban, terusir, banyak diburu,
terbunuh, dan juga diambil dari habitat karena berbagai sebab. Erni menegaskan, satwa liar juga mahluk
hidup yang punya hak untuk hidup, yang perlu mendapatkan perlindungan dan rasa aman, maka dari itu
mereka perlu bantuan dari orang-orang yang peduli. Yang perlu dipahami juga, bahwa setiap mahluk
hidup yang diciptakan sebagai penghuni bumi ini juga mempunyai fungsi khusus bagi keseimbangan
ekosistem. Dan dokter Erni pun bahagia bisa mengabdikan profesinya untuk menolong mereka.
(Anonim, 2017)

Dari pandangan dokter Erni inilah yang mampu menggerakan hati untuk ingin turut berperan dibidang
konservasi satwa liar dan segala seluk beluknya. Dalam menjaga kelestarian satwa liar endemik di
Indonesia merupakan sesuatu proses atau tahapan kompleks yang harus dilakukan oleh manusia. Dan
merupakan tanggung jawab bersama. Begitu pun dengan dokter hewan, menjadi seorang dokter hewan
mempunyai tanggung jawab besar dalam mencegah kepunahan pada satwa endemik. Masalah ini begitu
kompleks sehingga dibutuhkan dokter hewan-dokter hewan yang memiliki kemampuan dan wawasan
yang tinggi dalam segala bidang yang berkaitan dengan satwa liar tersebut. Baik dari segi manajemen
kesehatan, pemeliharaan, dan mengontrol semua aspek yang berkaitan dengan satwa-satwa tersebut.
Untuk menjadi seorang dokter hewan yang menguasai segala bidang tersebut, maka diperlukan inisiatif
dari dokter hewan untuk memperluas bidang keilmuan dan wawasan yang berkaitan dengan bidang
yang akan di lakoni. Maka bagi para calon dokter hewan, jadilah orang yang tidak pernah menyerah
untuk selalu belajar, berusaha dan berdoa, karena sikap seperti ini akan membantu kita para calon
dokter hewan untuk menjadi seorang dokter hewan yang dapat mencegah dan menyelamatkan satwa-
satwa liar endemik Indonesia maupun satwa-satwa yang ada dibumi ini.

Dokter Erni punya pengalaman yang tak bisa dilupakan saat bertugas, yakni di tahun 2007 saat ia
menyelamatkan seekor harimau Sumatera dari jerat pemburu liar di areal HGU perusahaan karet dan
kakao di Kabupaten Bengkulu Utara. Saat itu ia belum mempunyai peralatan medis yang memadai,
sehingga pembiusan ia lakukan dengan suntik langsung (handinject). Ini tentu sangat berbahaya, tapi
Erni saat itu memang tidak punya pilihan lain yang lebih aman. Karena itu pula, Erni juga sempat
mendapat banyak kritikan akibat tindakannya yang sangat berbahaya itu. Tapi akhirnya, ia malah
mendapat scholarship award mengikuti short course di Murdoch University, Western Australia tentang
wildlife medicine. Ia juga mendapat kesempatan bekerja sambil belajar di Australia Zoo Wildlife Hospital
serta bergabung dengan Australia Zoo Rescue Unit. Tahun 2008, Erni kembali mendapatkan scolarship
award untuk belajar khusus tentang pembiusan satwa liar di Afrika. Ilmu itu sangat berguna untuk
mendukung pekerjaannya saat ini. Segala prestasi dokter Erni dan segala pencapaiannya sangat
memotivasi, ketika kita menekuni sebuah bidang dengan serius dan sepenuh hati maka dapat memberi
nilai lebih pada peran yang kita ambil dan tentunya menambah kebermanfaatan yang lebih maksimal
juga di lingkup kehidupan. Banyak cara-cara yang sederhana dan tindakan kecil yang bisa kita lakukan
untuk berpartisipasi aktif dalam usaha pelestarian hutan dan satwa liar. Pikiran terkait aksi untuk
konservasi alam itu tidak selalu mebutuhkan dana besar atau harus telihat megah.Tindakan atau aksi
kecil itu juga dapat lebih bermakna, misal dengan wawasan kita tentang konservasi alam memang harus
luas, sebelumnya kita sudah harus mengetahui tentang permasalahan yang tejadi terhadap hutan dan
satwa liar.
DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, H. S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar Jilid I. Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat, Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

Agnika. 2011, N.T. Dokter Hewan Yanti, Berani Berjuang demi Kemerdekaan Harimau
Sumatera. dari http://www.wwf.or.id/?50402/Dokter-Hewan-Yanti-Berani-Berjuang-demi-
Kemerdekaan-Harimau-Sumatera (Diakses tanggal 20 Juli 2017)

Anon. 2017. ERNI SUYANTI MUSAMBINE : Dokter Hewan Yang Peduli Dengan Keselamatan
Hewan Liar. Dari: http://bestyoungindonesia.blogspot.co.id/2017/02/erni-suyanti-musambine-dokter-
hewan.html (Diakses tanggal 20 Juli 2017)

Ikrar, G.M. 2016. Pengelolaan Satwa Liar: Manfaat, Domestikasi, Dan Gangguan Satwa Liar.
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran, Jatinangor

Musabine, E.S. 2012. Peran Profesi Dokter Hewan dalam Membantu Aparat Penegak Hukum dari
: http://ernisuyantimedikkonservasi.blogspot.co.id/2012/09/peran-profesi-dokter-hewan-dalam.html
(Diakses tanggal 20 Juli 2017)

OIE-World Organisation for Animal Health dari http://oie.int/

Ramadhan, B. 2015. Hebat! Perempuan Nganjuk ini Dedikasikan Diri untuk Satwa Liar Indonesia.
dari: https://www.goodnewsfromindonesia.id/2015/12/03/hebat-perempuan-nganjuk-ini-dedikasikan-
diri-untuk-satwa-liar-indonesia (Diakses tanggal 20 Juli 2017)

Anda mungkin juga menyukai