Anda di halaman 1dari 8

YHV/YHD

• YELLOW HEAD VIRUS/ YELLOW HEAD DISEASE

NAMA KELOMPOK :

1. IMAM SYEHFUDIN (0317012321)


2. M. ILHAM SHOLAHUDIN (0317012481)
3. RIZA JULIYANTO (0317012571)

1
YHD
• Pertama kali virus ini tercatat di Thailand bagian timur pada tahun 1990-1991. Pada
tahun 1992 virus ini bergerak ke Thailand selatan dan mengakibatkan kematian.
Virus ini kemudian menyebar ke negara-negara asia tenggara serta China.
• Pada udang windu dapat mengakibatkan kematian 100% dalam 3-5 hari
• Kematian biasnya terjadi >20 hari pasca tebar.
• Penularan secara horizontal melalui air atau kanibalisme terhadap udang yang sakit
ataupun pakan.
• Penularan juga dapat terjadi secara mekanik atau melalui karier crustacea yang
terinfeksi. Beberapa karier memiliki infeksi yang laten ( seperti P. merguensis,
M. ensis, Palaemon styliferus, dan Acetes spp).
GEJALA KLINIS

0 Juvenil 5-15gram nafsu makan


normal kemudian mendadak
1 tidak mau makan.

0 Insang berwarna putih, kuning, atau coklat.


Cephalothorax berwarna kekuningan
2 sedangkan bagian lain berwarna puca

0 Udang yang terinfeksi penyakit ini akan berkumpul di


permukaan atau pematang.
3
ANALISA
LINGKUNGAN
Timbulnya penyakit ini banyak
disebabkan oleh lingkungan
yang buruk seperti kandungan
pestisida yang tinggi, bahan
organic yang meningkat,
perubahan kualitas air secara
mendadak, dan faktor stress
lainnya
PENYEBAB
Yellow head virus
disease disebabkan
oleh virus dengan
tipe genom single
stranded RNA dari
Genus Okavirus
pada Keluarga
Ronaviridae yang
menyerang udang.
Peringatan dini
pada awalnya, nafsu makan
meningkat tetapi kemudian
menurun drastis hingga fase akhir
terjadinya penyakit. Deteksi secara
fisik dapat dilihat dengan
perubahan warna pada kepala
udang menjadi kuning cerah.

Pencegahan
pencegahan yang dapat dilakukan
adalah menjaga agar udang tidak stres
dengan memantau PH air agar tetap
dikondisi optimal. Setelah pemanenan
udang, sedimen dan organik material
harus dihilangkan dengan cermat dan
hati hati. Pemilihan Benur udang yang
tersertifikasi bebas virus.
Pengobatan
jika terjadi penyakit, kolam
diberi klorin 30 ppm untuk
membunuh udang dan karier
potensial. Udang yang mati
diambil dan dikubur atau dibakar.
Selain itu belum ada metode
vaksinasi yang dikembangkan.

Pemusnahan
Udang yang mati dikubur atau
dibakar kemudian kolam dikeringkan.
Kolam didesinfeksi menggunakan
klorin setidaknya 4 hari. Air
kemudian juga diberi perlakuan
desinfeksi untuk menghilangkan
potensi adanya organisme pembawa
penyakit dengan menambahkan 20-
30 ppm.
REFERENSI
Arifin, Z., Handayani, R., Sri Murti Astuti, Noor Fahris. 2010. Waspadai Penyakit pada
Budidaya Ikan dan Udang Air Payau. Balai Besar Perikanan Budidaya Air
Payau: Jepara.

Briggs, M., Simon Funge-Smith, Rohana Subasinghe, Michael Phillips. 2004.


Introductions and movement of Penaeus vannamei and Penaeus stylirostris in
Asia and the Pacific. FOOD AND AGRICULTURE ORGANIZATION OF THE
UNITED NATIONS REGIONAL OFFICE FOR ASIA AND THE PACIFIC

Flegel, T.W., D.F. Fegan, S. Kongsom, S. Vuthikomudomkit, S. Sriurairatana, S.


Boonyaratpalin, C. Chantanachookhin, J.E. Vickers and O.D. Macdonald.
1992. Occurrence, diagnosis and treatment of shrimp diseases in Thailand. In:
W. Fulks and K.L. Main (eds.). Diseases of Cultured Penaeid Shrimp in Asia and
the United States. The Oceanic Institute, Honolulu, p. 57-112

Maskur, Mukti Sri Hastuti, Taukhid, Angela Mariana Lusiastuti, M. Nurzain, Dewi Retno
Murdati, Andi Rahman, Trinita Debataraja Simamora. 2012. Buku Saku
Pengendalian Penyakit Ikan. Kementerian Kelautan dan Perikanan Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya.

Anda mungkin juga menyukai