Anda di halaman 1dari 45

Referat

INFEKSI PADA GENITALIA WANITA, PEMERIKSAAN


PAP SMEAR, DAN IVA

Oleh :
Bagus Sam Setiawan
1210070100046

Preseptor :
dr. H. Erman Ramli, Sp.OG (K)

KEPANITRAAN KLINIK BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
RUMAH SAKIT ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI
2017
Tinjauan Pustaka

Anatomi
Genitalia Wanita

1. Alat genitalia
eksterna

2. Alat genitalia
interna
Alat Genitalia Eksterna
Alat Genitalia Interna
Infeksi Pada Vulva

Bartholinitis
 Infeksi pada kelenjar bartholin, menimbulkan bengkak
pada alat kelamin wanita.

Etiologi:
 Chlamydia
 Gonorrhea
Gejala klinis:

 Vulva: bengkak, terdapat nanah dalam kelenjar, nyeri


 Kelenjar: bengkak, nyeri
 Demam
 Pada pemeriksaan fisik: ditemukan cairan mukoid berbau, bercampur
darah

Tatalaksana:
Cefadroxyl 3 x 500 mg, 5-7 hari
Asam Mefenamat 3 x 500mg Menghilangi rasa nyeri, dan
pembengkakan.
Herpes Genitalis
penyakit infeksi menular seksual, disebakan oleh virus herpes
simpleks tipe 1 atau 2
HSV 1  didaerah mulut (herpes oral)
HSV 2  herpes genital

Gejala:
 Hanya gejala ringan, dianggap sebagai penyakit kulit lain
 Pada penyakit akan tampak: vesikel di labia minora, labia
mayora dan prepusium.
 Terasa panas dan gatal  digaruk  infeksi sekunder
 Tampak ulkus-ulkus kecil yang dangkal
Diagnosis:
 Kultur pada luka-luka di vulva, vagina atau serviks
 Tes serologi

Tatalaksana:
 Simtomatis  mengurangi rasa gatal dan nyeri
 Analgesik  ulserasi (+)
 Anti-viral (salah satu)
Acyclovir 5 x 200 mg (± 7-10 hr) (p.o)
Valacyclovir 2 x 500 mg (± 7-10 hr) (p.o)
Famcyclovir 3 x 250 mg (± 7-10 hr) (p.o)
 Aplikasi lokal: larutan neutral-red 1% / larutan provaline 0,1%
 penyinaran sinar fluoresensi (20 – 30 watt), 10-15 menit
jarak 15-20 cm
Kondiloma Akuminatum
 penyakit menular seksual, terkait dengan lesi-lesi intraepitelial
di serviks, vagina, dan vulva.

Etiologi:
Subtipe human papilloma virus (hPV)

Gejala Klinis
 Lesi lunak bertangkai
 Lesi tidak menimbulkan keluhan, kecuali terluka atau infeksi 
perdarahan atau nyeri
Diagnosis:
 Inspeksi kasar
 Kolposkopi  identifikasi lesi-lesi
 Biopsi dan pap smear  melihat perubahan-perubahan
akibat hPV

Tatalaksana:
 Podofilin. Diusap 4 - 6 minggu dicuci setelah 6 jam.
 Asam trikloroasetat setiap 1 - 2 minggu  lesinya lepas.
 Krim imikuimod 5%, 3 x seminggu selama 16 minggu. Biarkan
selama 6 - 10 jam.
 Terapi krio, elektrokauter atau terapi laser  lesi besar
Infeksi pada Vagina

Vaginosis Bakterial
 Penyebab vaginitis paling biasa disebabkan
pergeseran komposisi flora normal vagina dengan
peningkatan bakteri anerobik  10 x
 Penurunan konsentrasi laktobasili

Gejala:
Leukore  tipis, homogen, warna putih abu-abu, dan
bau amis
Diagnosis:
 Clue cell pada usapan basah
 pH 4,5
 Uji whiff (+)  bau anyir pada pemeriksaan menggunakan
KOH

Terapi
 Metronidazol 2 x 500 mg, 7 hari.
 Metronidazol per vagina 2x sehari, 5 hari.
 Krim klindamisin 2% per vagina 1 x sehari, 7 hari.
Trikomoniasis
 infeksi oleh protozoa Trichomonas vaginalis yang ditularkan
secara seksual

Gejala klinis:
Leukore  berbuih, tipis, berbau tidak enak, dan banyak
Gambaran strawberry cervix

Diagnosis
pemeriksaan spekulum ditemukan gambaran strawberry cervix
Preparat kaca basah  protozoon fusiformis uniseluler > sel
darah putih
pH 5 – 7
Tidak ada keluhan  usapan pap : Trichomonas
Terapi:
Metronidazol 2 gr (dosis tunggal) (p.o)
Pasangan seks diobati!!
Kandidiasis
 Vaginitis kandida bukan infeksi menular seksual karena
Candida albican merupakan penghuni vagina normal
 Patogen pada 80% - 95%

Penyebab lain:
C. Glabrata, C. Tropicalis

Faktor risiko:
imunosupresi, DM, perubahan hormonal (misal kehamilan),
terapi antibiotika spektrum luas, dan obesitas
Gejala:
 Pruritus
 Iritasi vagina
 leukore  putih seperti kental, bau (-)

Diagnosis:
Preparat KOH  Menunjukkan hife dan kuncup

Terapi:
Flukonasol 150 mg (p.o)
(Vulvo)-vaginitis-atrofikans
 Wanita menopause  epitel vagina atrofis hanya tertinggal
sel basal
 Mudah infeksi
 Menyebabkan leukorea dan rasa gatal dan pedih

Terapi:
Pemberian estrogen
 Premarin 1,25 mg atau
 Oestrofeminal 1,25 mg
tiap malam dan
 dienestrol krem, premarin vaginal cream, atau 0,1 mg
suposotorium dietil stilbestrol per vaginam, 30 malam.
 Dewasa ini dapat dianjurkan pemakaian Synapause tablet
dan Syr apause krim.
Infeksi pada serviks
Klamida trakomatis
 Merupakan organisme yang paling sering ditularkan secara seksual
disebabkan oleh C. Trachomatis

Faktor risiko:
 Umur < 25 tahun dan aktif secara seksual
 status sosial ekonomi rendah
 pasangan seksual banyak, dan status tidak kawin.
Gejala klinis
 keluar cairan vagina
 bercak darah, atau perdarahan pascasanggama.
 Pada pemeriksaan serviks: erosi dan rapuh. Mungkin ada
cairan mukopurulen berwarna kuning-hijau.

Diagnosis:
Biakan
Tatalaksana:
 Azitromisin 1 gr per oral (dosis tunggal) atau
 Doksisiklin 2 x 100 mg, 7 hari.

Terapi alternatif:
 Eritromisin 4 x 500 mg, 7 hari atau
 Eritromisin etilsuksinat 4 x 800 mg, 7 hari atau
 Ofloksasin 2 x 300 mg, 7 hari atau
 Levofloksasin 1 x 500 mg, 7 hari.
 Pasangan seks juga di obati
Gonorea
 Mikrobiologi. N. Gonorrhoeae adalah diplokokus gram negatif
yang menginfeksi epitel kolumner atau pseudostratified

Faktor risiko
Sama dengan servisitis Chlamydia.
Laki-laki : perempuan  1,5 : 1
risiko penularan dari laki-laki ke perempuan  80% - 90%,
sedangkan dari perempuan ke laki-laki lebih kurang 25%.
Keluhan dan gejala
 Seperti infeksi klamidia
 Seringkali tidak ada keluhan tetapi
 Datang dengan cairan vagina, disuria, atau perdarahan
uterus abnormal.

Diagnosis.
Biakan dengan medium selektif  terlihat diplokoki intraseluler
Terapi
 Seftriakson 125 mg i.m. (dosis tunggal) atau
 Sefiksim 400 mg per oral (dosis tunggal) atau
 Siprofloksasin 500 mg per oral (dosis tunggal) atau
 Ofloksasin 400 mg per oral (dosis tunggal) atau
 Levofloksasin 250 per oral (dosis tunggal).
Infeksi pada Corpus Uteri

Endometritis
 Penyakit yang disebabkan oleh bakteri patogen yang
naik dari serviks ke endometrium.

Etiologi:
 C. Trachomatis
 N. Gonorrhoeae
 Streptococcus agalactiae
 cytomegalovirus
 HSV, dan
 Mycoplasma hominis
Gejala:
Endometritis kronik.
 Kebanyakan  tidak mempunyai keluhan.
 Keluhan klasik: perdarahan vaginal intermenstrual.
 Perdarahan pascasanggama dan menoragia.
 Nyeri tumpul

Endometritis akut.
Bersamaan PID akut  nyeri tekan uterus
Diagnosis:
 Biopsi dan biakan endometrium.
 Gambaran histologik berupa reaksi radang monosit dan sel-
sel plasma di dalam stroma endometrium.

Terapi:
Endometritis kronik:
Doksisiklin 2 x 100 mg, 10 hari
Jika terkait dengan PID akut terapi harus fokus pada organisme
penyebab utama.
Screening Pemeriksaan

Pap Smear
 Pemeriksaan sitologi, serviks dan porsio, melihat
perubahan atau keganasan pada epitel (displasia)
sebagai tanda awal keganasan serviks atau
prakanker.

Manfaat:
 Diagnosis dini keganasan
 Perawatan lanjutan dari keganasan
 Menentukan proses peradangan
Petunjuk Pemeriksaan:
 Sudah berhubungan seks  cek setelah 3 th  dilakukan 1 x setahun
 Usia > 30 th  tes normal 3 x  tes kembali 2-3 th, kecuali resiko tinggi
 tes 1 x setahun
 Histerektomi total  (-) tes
 Histerektomi subtotal  (+) tes
 ACOG (1989)  > 18 th/aktif seks  (+) tes
 3 x tes normal  interval dapat diperpanjang, kecuali partner seks > 1
 (-) tes saat menstruasi, tes lagi setelah 10 – 20 bebas haid
 2 hr sebelum tes  dilarang mencuci/menggunakan obat pada
vaina serta melakukan senggama.
Prosedur:
 Persiapkan alat-alat, meliputi spekulum bivalve (cocor bebek),
spatula Ayre, kaca objek, dan alkohol 95%.
 Pasien posisi litotomi.
 Pasang spekulum sehingga tampak jelas vagina bagian atas, forniks
posterior, serviks uterus, dan kanalis servikalis.
 Periksa serviks apakah normal atau tidak.
 Spatula dengan ujung pendek dimasukkan ke dalam endoserviks,
dimulai dari arah jam 12 dan diputar 360 ̊ searah jarum jam.
 Sediaan yang telah didapat, dioleskan di atas kaca objek pada sisi
yang telah diberi tanda dengan membentuk sudut 45 ̊ satu kali
usapan.
 Celupkan kaca objek ke dalam larutan alkohol 95% selama 10 menit.
 Kemudian sediaan dimasukkan ke dalam wadah transpor dan dikirim
ke ahli patologi anatomi.
Interpretasi Hasil Pap Smear
Klasifikasi Papanicolaou membagi hasil pemeriksaan menjadi 5 kelas,
yaitu:
 Kelas I : tidak ada sel abnormal.
 Kelas II : terdapat gambaran sitology atipik, namun tidak ada
indikasi adanya keganasan.
 Kelas III : gambaran sitology yang dicurigai keganasan,
dysplasia ringan sampai sedang.
 Kelas IV : gambaran sitology dijumpai dysplasia berat
 Kelas V : keganasan
Pada sistem CIN, pengelompokan hasil uji Pap Semar terdiri dari:
 CIN I merupakan displasia ringan dimana ditemukan sel neoplasma
pada kurang dari sepertiga lapisan epitelium.
 CIN II merupakan displasia sedang dimana melibatkan dua pertiga
epitelium.
 CIN III merupakan displasia berat atau karsinoma in situ yang dimana
telah melibatkan sampai ke basement membrane dari epitelium.
Klasifikasi Bethesda 2001 adalah sebagai berikut:
Sel skuamosa
 Atypical Squamous Cells Undetermined Significance (ASC-US)
 Low Grade Squamous Intraepithelial Lesion (LSIL)
 High Grade Squamous Intraepithelial Lesion (HSIL)
 Squamous Cells Carcinoma
Sel glandular
 Atypical Endocervical Cells
 Atypical Endometrial Cells
 Atypical Glandular Cells
 Adenokarsinoma Endoservikal In situ
 Adenokarsinoma Endoserviks
 Adenokarsinoma Endometrium
 Adenokarsinoma Ekstrauterin
 Adenokarsinoma yang tidak dapat ditentukan asalnya (NOS)
IVA
 Pemeriksaan mengamati leher rahim yang telah diberi asam asetat/
asam cuka 3-5% secara inspekulo dan dilihat dengan penglihatan
mata telanjang

Tujuan:
Untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan
pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan. Untuk
mengetahui kelainan yang terjadi pada leher rahim.
Jadwal Pemeriksaan IVA:
 Skrining pada setiap wanita minimal 1X pada usia 35-40 tahun
 Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55
tahun
 Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55
tahun
 Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada
wanita usia 25-60 tahun.
 Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur
hidup memiliki dampak yang cukup signifikan.
 Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila : hasil positif (+)
adalah 1 tahun dan, bila hasil negatif (-) adalah 5 tahun
Syarat melakukan pemeriksaan IVA:
 Sudah pernah melakukan hubungan seksual
 Tidak sedang datang bulan/haid
 Tidak sedang hamil
 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual

Persiapan alat:
 Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi.
 Meja/ tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada
pada posisi litotomi.
 Sumber cahaya/ lampu sorot untuk melihat serviks
 Spekulum vagina
 Asam asetat (3-5%)
 Swab-lidi berkapas
 Sarung tangan

Prosedur:
 Sebelum dilakukan pemeriksaan, jelaskan mengenai prosedurnya.
Privasi dan kenyamanan sangat penting dalam pemeriksaan ini.
 Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi.
 Vagina dilihat secara visual apakah ada kelainan dengan bantuan
pencahayaan yang cukup.
 Spekulum dicuci dengan air hangat dan dimasukkan ke vagina
pasien secara tertutup, lalu dibuka untuk melihat leher rahim.
 Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, pakai kapas steril basah
untuk menyerapnya.
 Teteskan asam asetat 3-5% pada mulut rahim menggunakan pipet
atau kapas. Dalam waktu kurang lebih satu menit, reaksinya pada
leher rahim sudah dapat dilihat.
 Bila warna leher rahim berubah menjadi keputih-putihan,
kemungkinan positif terdapat kanker.
 Bila tidak didapatkan gambaran epitel putih pada daerah
transformasi bearti hasilnya negative.
Interprestasi
1. Negatif
 tak ada lesi bercak putih (acetowhite lesion)
 bercak putih pada polip endoservikal garis putih mirip lesi acetowhite
pada sambungan skuamokolumnar
2. Positif 1 (+)
 samar, transparan, tidak jelas, terdapat lesi bercak putih yang
ireguler pada serviks
 lesi bercak putih yang tegas, membentuk sudut (angular),
geographic acetowhite lessions yang terletak jauh dari sambungan
skuamokolumnar
3. Positif 2 (++)
 lesi acetowhite yang buram, padat dan berbatas jelas sampai ke
sambungan skuamokolumnar
 lesi acetowhite yang luas, circumorificial, berbatas tegas, tebal dan
padat
 pertumbuhan pada leher rahim menjadi acetowhite
kesimpulan

Infeksi alat reproduksi dapat menurunkan fertilitas,


mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu
kehidupan seksual. Gejala yang paling sering ditemukan
pada penderita ginekologik adalah leukore (keputihan).
Infeksi pada vulva dapat berupa bartholinitis, herpes
genitalis, dan kondiloma akuminatum. Infeksi pada
vagina dapat berupa vaginosis bacterial, trikomoniasis,
kandidiasis, dan (vulvo)-vaginalis-atrofikans. Infeksi pada
serviks dapat berupa klamidia trakomatis, dan gonorea.
Infeksi pada korpus uteri endometritis akut dan kronik.
Infeksi pada alat genitalia dapat timbul secara akut
dengan akibat meninggalnya penderita, atau
penyakit bisa sembuh sama sekali tanpa bekas, atau
dapat meninggalkan bekas seperti penutupan lumen
tuba.

Anda mungkin juga menyukai