Oleh :
Bagus Sam Setiawan
1210070100046
Preseptor :
dr. H. Erman Ramli, Sp.OG (K)
Anatomi
Genitalia Wanita
1. Alat genitalia
eksterna
2. Alat genitalia
interna
Alat Genitalia Eksterna
Alat Genitalia Interna
Infeksi Pada Vulva
Bartholinitis
Infeksi pada kelenjar bartholin, menimbulkan bengkak
pada alat kelamin wanita.
Etiologi:
Chlamydia
Gonorrhea
Gejala klinis:
Tatalaksana:
Cefadroxyl 3 x 500 mg, 5-7 hari
Asam Mefenamat 3 x 500mg Menghilangi rasa nyeri, dan
pembengkakan.
Herpes Genitalis
penyakit infeksi menular seksual, disebakan oleh virus herpes
simpleks tipe 1 atau 2
HSV 1 didaerah mulut (herpes oral)
HSV 2 herpes genital
Gejala:
Hanya gejala ringan, dianggap sebagai penyakit kulit lain
Pada penyakit akan tampak: vesikel di labia minora, labia
mayora dan prepusium.
Terasa panas dan gatal digaruk infeksi sekunder
Tampak ulkus-ulkus kecil yang dangkal
Diagnosis:
Kultur pada luka-luka di vulva, vagina atau serviks
Tes serologi
Tatalaksana:
Simtomatis mengurangi rasa gatal dan nyeri
Analgesik ulserasi (+)
Anti-viral (salah satu)
Acyclovir 5 x 200 mg (± 7-10 hr) (p.o)
Valacyclovir 2 x 500 mg (± 7-10 hr) (p.o)
Famcyclovir 3 x 250 mg (± 7-10 hr) (p.o)
Aplikasi lokal: larutan neutral-red 1% / larutan provaline 0,1%
penyinaran sinar fluoresensi (20 – 30 watt), 10-15 menit
jarak 15-20 cm
Kondiloma Akuminatum
penyakit menular seksual, terkait dengan lesi-lesi intraepitelial
di serviks, vagina, dan vulva.
Etiologi:
Subtipe human papilloma virus (hPV)
Gejala Klinis
Lesi lunak bertangkai
Lesi tidak menimbulkan keluhan, kecuali terluka atau infeksi
perdarahan atau nyeri
Diagnosis:
Inspeksi kasar
Kolposkopi identifikasi lesi-lesi
Biopsi dan pap smear melihat perubahan-perubahan
akibat hPV
Tatalaksana:
Podofilin. Diusap 4 - 6 minggu dicuci setelah 6 jam.
Asam trikloroasetat setiap 1 - 2 minggu lesinya lepas.
Krim imikuimod 5%, 3 x seminggu selama 16 minggu. Biarkan
selama 6 - 10 jam.
Terapi krio, elektrokauter atau terapi laser lesi besar
Infeksi pada Vagina
Vaginosis Bakterial
Penyebab vaginitis paling biasa disebabkan
pergeseran komposisi flora normal vagina dengan
peningkatan bakteri anerobik 10 x
Penurunan konsentrasi laktobasili
Gejala:
Leukore tipis, homogen, warna putih abu-abu, dan
bau amis
Diagnosis:
Clue cell pada usapan basah
pH 4,5
Uji whiff (+) bau anyir pada pemeriksaan menggunakan
KOH
Terapi
Metronidazol 2 x 500 mg, 7 hari.
Metronidazol per vagina 2x sehari, 5 hari.
Krim klindamisin 2% per vagina 1 x sehari, 7 hari.
Trikomoniasis
infeksi oleh protozoa Trichomonas vaginalis yang ditularkan
secara seksual
Gejala klinis:
Leukore berbuih, tipis, berbau tidak enak, dan banyak
Gambaran strawberry cervix
Diagnosis
pemeriksaan spekulum ditemukan gambaran strawberry cervix
Preparat kaca basah protozoon fusiformis uniseluler > sel
darah putih
pH 5 – 7
Tidak ada keluhan usapan pap : Trichomonas
Terapi:
Metronidazol 2 gr (dosis tunggal) (p.o)
Pasangan seks diobati!!
Kandidiasis
Vaginitis kandida bukan infeksi menular seksual karena
Candida albican merupakan penghuni vagina normal
Patogen pada 80% - 95%
Penyebab lain:
C. Glabrata, C. Tropicalis
Faktor risiko:
imunosupresi, DM, perubahan hormonal (misal kehamilan),
terapi antibiotika spektrum luas, dan obesitas
Gejala:
Pruritus
Iritasi vagina
leukore putih seperti kental, bau (-)
Diagnosis:
Preparat KOH Menunjukkan hife dan kuncup
Terapi:
Flukonasol 150 mg (p.o)
(Vulvo)-vaginitis-atrofikans
Wanita menopause epitel vagina atrofis hanya tertinggal
sel basal
Mudah infeksi
Menyebabkan leukorea dan rasa gatal dan pedih
Terapi:
Pemberian estrogen
Premarin 1,25 mg atau
Oestrofeminal 1,25 mg
tiap malam dan
dienestrol krem, premarin vaginal cream, atau 0,1 mg
suposotorium dietil stilbestrol per vaginam, 30 malam.
Dewasa ini dapat dianjurkan pemakaian Synapause tablet
dan Syr apause krim.
Infeksi pada serviks
Klamida trakomatis
Merupakan organisme yang paling sering ditularkan secara seksual
disebabkan oleh C. Trachomatis
Faktor risiko:
Umur < 25 tahun dan aktif secara seksual
status sosial ekonomi rendah
pasangan seksual banyak, dan status tidak kawin.
Gejala klinis
keluar cairan vagina
bercak darah, atau perdarahan pascasanggama.
Pada pemeriksaan serviks: erosi dan rapuh. Mungkin ada
cairan mukopurulen berwarna kuning-hijau.
Diagnosis:
Biakan
Tatalaksana:
Azitromisin 1 gr per oral (dosis tunggal) atau
Doksisiklin 2 x 100 mg, 7 hari.
Terapi alternatif:
Eritromisin 4 x 500 mg, 7 hari atau
Eritromisin etilsuksinat 4 x 800 mg, 7 hari atau
Ofloksasin 2 x 300 mg, 7 hari atau
Levofloksasin 1 x 500 mg, 7 hari.
Pasangan seks juga di obati
Gonorea
Mikrobiologi. N. Gonorrhoeae adalah diplokokus gram negatif
yang menginfeksi epitel kolumner atau pseudostratified
Faktor risiko
Sama dengan servisitis Chlamydia.
Laki-laki : perempuan 1,5 : 1
risiko penularan dari laki-laki ke perempuan 80% - 90%,
sedangkan dari perempuan ke laki-laki lebih kurang 25%.
Keluhan dan gejala
Seperti infeksi klamidia
Seringkali tidak ada keluhan tetapi
Datang dengan cairan vagina, disuria, atau perdarahan
uterus abnormal.
Diagnosis.
Biakan dengan medium selektif terlihat diplokoki intraseluler
Terapi
Seftriakson 125 mg i.m. (dosis tunggal) atau
Sefiksim 400 mg per oral (dosis tunggal) atau
Siprofloksasin 500 mg per oral (dosis tunggal) atau
Ofloksasin 400 mg per oral (dosis tunggal) atau
Levofloksasin 250 per oral (dosis tunggal).
Infeksi pada Corpus Uteri
Endometritis
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri patogen yang
naik dari serviks ke endometrium.
Etiologi:
C. Trachomatis
N. Gonorrhoeae
Streptococcus agalactiae
cytomegalovirus
HSV, dan
Mycoplasma hominis
Gejala:
Endometritis kronik.
Kebanyakan tidak mempunyai keluhan.
Keluhan klasik: perdarahan vaginal intermenstrual.
Perdarahan pascasanggama dan menoragia.
Nyeri tumpul
Endometritis akut.
Bersamaan PID akut nyeri tekan uterus
Diagnosis:
Biopsi dan biakan endometrium.
Gambaran histologik berupa reaksi radang monosit dan sel-
sel plasma di dalam stroma endometrium.
Terapi:
Endometritis kronik:
Doksisiklin 2 x 100 mg, 10 hari
Jika terkait dengan PID akut terapi harus fokus pada organisme
penyebab utama.
Screening Pemeriksaan
Pap Smear
Pemeriksaan sitologi, serviks dan porsio, melihat
perubahan atau keganasan pada epitel (displasia)
sebagai tanda awal keganasan serviks atau
prakanker.
Manfaat:
Diagnosis dini keganasan
Perawatan lanjutan dari keganasan
Menentukan proses peradangan
Petunjuk Pemeriksaan:
Sudah berhubungan seks cek setelah 3 th dilakukan 1 x setahun
Usia > 30 th tes normal 3 x tes kembali 2-3 th, kecuali resiko tinggi
tes 1 x setahun
Histerektomi total (-) tes
Histerektomi subtotal (+) tes
ACOG (1989) > 18 th/aktif seks (+) tes
3 x tes normal interval dapat diperpanjang, kecuali partner seks > 1
(-) tes saat menstruasi, tes lagi setelah 10 – 20 bebas haid
2 hr sebelum tes dilarang mencuci/menggunakan obat pada
vaina serta melakukan senggama.
Prosedur:
Persiapkan alat-alat, meliputi spekulum bivalve (cocor bebek),
spatula Ayre, kaca objek, dan alkohol 95%.
Pasien posisi litotomi.
Pasang spekulum sehingga tampak jelas vagina bagian atas, forniks
posterior, serviks uterus, dan kanalis servikalis.
Periksa serviks apakah normal atau tidak.
Spatula dengan ujung pendek dimasukkan ke dalam endoserviks,
dimulai dari arah jam 12 dan diputar 360 ̊ searah jarum jam.
Sediaan yang telah didapat, dioleskan di atas kaca objek pada sisi
yang telah diberi tanda dengan membentuk sudut 45 ̊ satu kali
usapan.
Celupkan kaca objek ke dalam larutan alkohol 95% selama 10 menit.
Kemudian sediaan dimasukkan ke dalam wadah transpor dan dikirim
ke ahli patologi anatomi.
Interpretasi Hasil Pap Smear
Klasifikasi Papanicolaou membagi hasil pemeriksaan menjadi 5 kelas,
yaitu:
Kelas I : tidak ada sel abnormal.
Kelas II : terdapat gambaran sitology atipik, namun tidak ada
indikasi adanya keganasan.
Kelas III : gambaran sitology yang dicurigai keganasan,
dysplasia ringan sampai sedang.
Kelas IV : gambaran sitology dijumpai dysplasia berat
Kelas V : keganasan
Pada sistem CIN, pengelompokan hasil uji Pap Semar terdiri dari:
CIN I merupakan displasia ringan dimana ditemukan sel neoplasma
pada kurang dari sepertiga lapisan epitelium.
CIN II merupakan displasia sedang dimana melibatkan dua pertiga
epitelium.
CIN III merupakan displasia berat atau karsinoma in situ yang dimana
telah melibatkan sampai ke basement membrane dari epitelium.
Klasifikasi Bethesda 2001 adalah sebagai berikut:
Sel skuamosa
Atypical Squamous Cells Undetermined Significance (ASC-US)
Low Grade Squamous Intraepithelial Lesion (LSIL)
High Grade Squamous Intraepithelial Lesion (HSIL)
Squamous Cells Carcinoma
Sel glandular
Atypical Endocervical Cells
Atypical Endometrial Cells
Atypical Glandular Cells
Adenokarsinoma Endoservikal In situ
Adenokarsinoma Endoserviks
Adenokarsinoma Endometrium
Adenokarsinoma Ekstrauterin
Adenokarsinoma yang tidak dapat ditentukan asalnya (NOS)
IVA
Pemeriksaan mengamati leher rahim yang telah diberi asam asetat/
asam cuka 3-5% secara inspekulo dan dilihat dengan penglihatan
mata telanjang
Tujuan:
Untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan
pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan. Untuk
mengetahui kelainan yang terjadi pada leher rahim.
Jadwal Pemeriksaan IVA:
Skrining pada setiap wanita minimal 1X pada usia 35-40 tahun
Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55
tahun
Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55
tahun
Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada
wanita usia 25-60 tahun.
Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur
hidup memiliki dampak yang cukup signifikan.
Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila : hasil positif (+)
adalah 1 tahun dan, bila hasil negatif (-) adalah 5 tahun
Syarat melakukan pemeriksaan IVA:
Sudah pernah melakukan hubungan seksual
Tidak sedang datang bulan/haid
Tidak sedang hamil
24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual
Persiapan alat:
Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi.
Meja/ tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada
pada posisi litotomi.
Sumber cahaya/ lampu sorot untuk melihat serviks
Spekulum vagina
Asam asetat (3-5%)
Swab-lidi berkapas
Sarung tangan
Prosedur:
Sebelum dilakukan pemeriksaan, jelaskan mengenai prosedurnya.
Privasi dan kenyamanan sangat penting dalam pemeriksaan ini.
Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi.
Vagina dilihat secara visual apakah ada kelainan dengan bantuan
pencahayaan yang cukup.
Spekulum dicuci dengan air hangat dan dimasukkan ke vagina
pasien secara tertutup, lalu dibuka untuk melihat leher rahim.
Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, pakai kapas steril basah
untuk menyerapnya.
Teteskan asam asetat 3-5% pada mulut rahim menggunakan pipet
atau kapas. Dalam waktu kurang lebih satu menit, reaksinya pada
leher rahim sudah dapat dilihat.
Bila warna leher rahim berubah menjadi keputih-putihan,
kemungkinan positif terdapat kanker.
Bila tidak didapatkan gambaran epitel putih pada daerah
transformasi bearti hasilnya negative.
Interprestasi
1. Negatif
tak ada lesi bercak putih (acetowhite lesion)
bercak putih pada polip endoservikal garis putih mirip lesi acetowhite
pada sambungan skuamokolumnar
2. Positif 1 (+)
samar, transparan, tidak jelas, terdapat lesi bercak putih yang
ireguler pada serviks
lesi bercak putih yang tegas, membentuk sudut (angular),
geographic acetowhite lessions yang terletak jauh dari sambungan
skuamokolumnar
3. Positif 2 (++)
lesi acetowhite yang buram, padat dan berbatas jelas sampai ke
sambungan skuamokolumnar
lesi acetowhite yang luas, circumorificial, berbatas tegas, tebal dan
padat
pertumbuhan pada leher rahim menjadi acetowhite
kesimpulan