Anda di halaman 1dari 9

Kandidosis Vulvovaginitis pada Ibu Hamil

Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Terusan Arjuna No. 6, Jakarta Barat 11510, Indonesia

Email : adinda.2016fk174@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Kandidiasis vulvovaginitis ialah penyakit jamur candida yang mengenai mukosa vagina dan
vulva. Penyebabnya yang tersering biasanya adalah candida albicans.Gejala klinis Kandidiasis
Vulvovaginitis ialah gatal didaerah vulva, dan pada yang berat terdapat rasa
panas,dispaneuria.lesi eritema, hiperemis dilabia mayora, dan vagina 1/3 bawah. Dilaporkan satu
kasus seorang wanita. berumur 21 tahun usia kehamilan 6 bulan. Keluar cairan kental putih
seperti santan pecah dari kemaluan sejak 1 minggu yang lalu. Gatal dan perih tidak ada darah
agak berbau tapi tidak busuk. Pada gambaran klinis tampak dinding vagina eritema, erosi dengan
secret putih kental. Penanganan yang diberikan adalah obat sistemik dengan flukonazol 1x150
mg dosis tunggal dan topical diberikan ketokenazol cream.Prognosis kasus tersebut adalah baik..

Kata Kunci :Kandidiasis, vulva, vagina

Abstrack

Vulvovaginitis Candidiasis is a fungal disease that affects vaginal and vulvar mucosa. The most
common cause is candida albicans. Clinical symptoms of vulvovaginitis Candidiasis is itchy
vulva area, and in which there is a severe burning sensation, dispaneuria, lesions of erythema,
hyperemia in the labia mayora, and one third area of vagina. In this study, Reported one case a
woman. Was 21 years gestational age 6 months.Get out a viscous liquid white like coconut milk
rupture of the pubic since 1 weeks ago. Itching and perih no blood somewhat smelling but not
decayed.In a clinical erythema looked the wall of the vagina, erosion to secret thick white. The
patient was treated by single dose of 150 mg fluconazole and topical was applied ketokenazol
cream. The prognosis of this case is good.

Keywords: candidiasis, vulva, vagina

Pendahuluan

1
Kasus mengenai kandidiasis vaginalis adalah kasus yang sering ditemukan oleh dokter.
Kandidiasis vaginalis disebabkan oleh bakteri C. albicans, yang merupakan flora normal di organ
genitalia pada perempuan. Kandidiasis sendiri bukan penyakit yang mematikan dan biasanya
dapat disembuhkan dengan terapi yang tepat, tetapi penyakit kandidiasis vaginalis jika dibiarkan
dan tidak diobati dapat mengganggu bahkan menurunkan kualitas hidup dari pasien dengan
kandidiasis vaginalis.1

Oleh karena itu, makalah ini buat bertujuan agar pembaca dapat mengetahui dan mengerti
mengenai kandidiasis vaginalis beserta diagnosis bandingnya, faktor resiko, ertiologi,
manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, serta tatalaksana dari kandidiasis vaginalis. Semoga
isi dari makalah ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat untuk pembaca.1

Anamnesis

1. Identitas: nama, umur, jenis kelamin, dokter yang merujuk, pemberi informasi (misalnya
pasien, keluarga,dll),pekerjaan dan alamat.

2. Keluhan utama: pernyataan dalam bahasa pasien tentang permasalahan yang sedang
dihadapinya.

3. Riwayat penyakit sekarang (RPS): lokalisasi anatomi dan penyebarannya, waktu


termasuk kapan penyakitnya dirasakan, faktor-faktor apa yang membuat penyakitnya membaik,
memburuk, tetap, apakah keluhan konstan. Informasi harus dalam susunan yang kronologis,
pengobatan sebelumnya

4. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD): pengobatan yang dijalani sekarang,. Alergi, riwayat
keputihan, infeksi vagina atau infeksi menular seksual yang pernah dialami.

5. Pasien dewasa: Tanya apakah menderita penyakit DM, stroke, PUD, asthma, tyroid,
hepar dan ginjal, penyakit perdarahan, kanker, TB, hepatitis dan penyakit menular seksual. Juga
tanyakan tentang pemeliharaan kesehatan pasien.

6. Riwayat Keluarga: umur, status anggota keluarga (hidup, mati) dan masalah kesehatan
pada anggota keluarga (tanya apakah ada yang menderita kanker terutama payudara, kolon dan
prostat), TB, asma, infark miokard, , penyakit tyroid, penyakit ginjal, DM, penyakit perdarahan,
glaukoma, degenerasi makular dan depresi atau penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan.1

2
Pemeriksaan Fisik

Pada skenario 5 dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik maka didapatkan region
scalp, plak eritematosa, plakat, batas tegas s/d difus, multiple, konfluens, dengan skuama tebal
kekuningan dan berminyak. Tidak ada kerontokan rambut pada pull test.

Region vulva: duh putih kekuningan, konsistensi pekat, jumlah banyak, darah tidak ada

Vulva: hiperemis

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan langsung

Kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 20% atau dengn
pewarnaan gram terlihat sel ragi, blastospora atau hifa semu.2

2. Pemeriksaan biakan

Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dekstrosa glukosa sabouraud, dapat pula agar
ini dibubuhi antibiotic (kloramfenikol) untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Perbenihan
disimpan dalam suhu kamar atau lemari suhu 37C, koloni tumbuh setelah 2-5 hari berupa koloni
mukoid.2

Working Diagnosis

Kandidiasis vulvovaginalis (KVV) adalah inflamasi vulva dan mukosa vagina yang
disebabkan oleh Candida sp. KVV terbagi menjadi dua yaitu KVV tanpa penyulit
(uncomplicated) dan KVV dengan penyulit (complicated). KVV tanpa penyulit merupakan KVV
yang lebih jarang terjadi, infeksinya ringan hingga sedang, biasanya terjadi pada pasien
imunokompeten dan biasanya disebabkan oleh karena Candida albicans. KVV dengan penyulit
adlah KVV yang berat, termasuk diantaranya adalah KVV rekuren, KVV ini biasanya terjadi
pada pasien imunokompromais dan diabetes, dan biasanya disebabkan Candida non-albicans.
KVV dikatakan rekuren atau disebut Kandidiasis Vulvovaginalis Rekuren (KVVR) bila terjadi
berulang sebanyak 4 kali atau lebih dalam 1 tahun. Tanda klinis pada KVV adalah diantaranya
terutama ditemukan keluhan gatal dan duh tubuh vagina seperti keju atau susu pecah, namun
tidak ada gejala yang spesifik pada KVV, kebanyakan pasien asimtomatis.3

3
Etiologi

Jamur candida hidup sebagai saprofit, terutama terdapat di traktus gastrointestinal, selain
itu di vagina, uretra, kulit dan dibawah kuku. Dapat juga ditemukan di atmosfir, air dan tanah.3

Agen penyebab tersering untuk kelainan di kulit genital dan mukosa oral adalah
C.albicans sedangkan spesies non-albicans yang sering menimbulkan kelainan adalah
C.dubliniensis, C.glabrata, dan C.tropicalis.3

Penyebab dan Faktor Risiko Candidiasis

Pada keadaan normal, jamur candida memang hidup di kulit dan beberapa bagian tubuh,
seperti mulut, tenggorokan, saluran cerna, dan vagina, tanpa menyebabkan gangguan kesehatan.
Namun, jika jamur candida berkembang biak tanpa terkontrol atau masuk aliran darah, ginjal,
jantung, dan otak, hal ini dapat berbahaya bagi tubuh. Pertumbuhan dan perkembangan jamur
candida yang tidak terkendali paling sering disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Beberapa kondisi yang bisa melemahkan daya tahan tubuh adalah:

Menderita diabetes, HIV/AIDS, kanker, atau menjalani kemoterapi

Menggunakan obat kortikosteroid dalam jangka yang lama

Menggunakan antibiotik dalam jangka waktu yang lama

Menderita obesitas atau malnutrisi

Selain itu, beberapa faktor berikut juga bisa meningkatkan risiko terjadinya candidiasis pada
kulit dan area kelamin:

Cuaca yang hangat dan lembap

Kebiasaan jarang mengganti pakaian dalam

Kebiasaan menggunakan pakaian yang tidak menyerap keringat

Kebersihan pribadi yang buruk.3

Gejala klinis

4
biasanya sering terdapat pada pemderita diabetes mellitus karena kadar gula darah dan
urin yang tinggi dan pada perubahan hormonal (kehamilan dan siklus haid). Rekurensi dapat
terjadi juga karena penggunaan alat pembersih genital, antibiotic dan imunosupresi.3

Keluhan utama ialah gatal didaerah vulva. Pada yang berat terdapat pula rasa panas, nyeri
sesudah miksi dan dispreunia.3

Pada pemeriksaan yang ringan tampak hyperemia pada labia minora, introitus vagina,
dan vagina terutama bagian 1/3 bagian bawah. Sering pula terdapat kelainan khas ialah bercak
bercak putih kekuninggan. Pada kelainan yang berat juga terdapat edema pada labia minora dan
ulkus ulkus yang dangkal pada labia minora dan sekitar introitus vagina. Fluor albus pada
kandidosis vagina bewarna kekuningan. Tanda yang khas ialah disertai gumpalan gumpalan
sebagai kepala susu bewarna putih kekuningan.3

Pathogenesis

Kandidiasis vaginalis pada ibu hamil dapat terjadi karena pada saat kehamilan, hormon
progesteron dan estrogen meningkat. Progesteron memiliki efek menghambat aktivitas anti-
candida dari neutrofil, sedangkan estrogen mengurangi kemampuan sel epitel vagina dalam
menghambat perkembangan candida dan mengurangi kadar imunoglobulin dalam sekresi vagina
yang berakibat resiko ibu hamil dalam terkena kandidiasis vaginalis meningkat.4

Epidemiologi

Data di Amerika disebutkan 13 juta pertahun kasus KVV dan merupakan penyakit
dengan keluhan duh tubuh terbanyak kedua setelah bacterial vaginosis. Penelitian restrospektif di
Unit Rawat Jalan (URJ) Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr Soetomo Surabaya pada tahun
2012, didapatkan kasus KVV sebanyak 102 orang. Faktor-faktor predisposisi KVV diantaranya
kehamilan, penggunaan kontrasepsi oral, pemakaian Intra Uterine Devices (IUD), diabetes
melitus, kondisi imunitas tubuh yang menurun, penggunaan douching vagina, serta penggunaan
antibiotik dan steroid sistemik jangka panjang.4

Differential Diagnosis

5
Vaginosis bakterial (bacterial vaginosis/BV)

Penyebab paling umum gejala duh tubuh vagina pada wanita usia reproduktif. Penyebab
pasti dan pencetus terjadinya BV masih sulit dipahami. BV merupakan sindrom klinis akibat
pergantian Lactobacillus spp. penghasil hidrogen peroksidase (H2O2) dalam vagina normal
dengan bakteri anaerob konsentrasi tinggi, contohnya yaitu Bacteroides spp., Mobiluncus spp.,
Gardnerella vaginalis (G.Vaginalis), dan Mycoplasma hominis (M.hominis). Hal itu
menyebabkan penurunan konsentrasi H2O2 yang umumnya ditandai dengan produksi duh tubuh
vagina yang banyak, berwarna abu-abu hingga kuning, tipis, homogen, berbau amis, dan terdapat
peningkatan pH vagina.5

BV memberikan keluhan duh tubuh vagina dan berbau, namun 50% pasien tidak
memberikan gejala apapun. Insidensi BV yang tinggi ditemukan pada wanita dengan pelvic
inflammatory disease (PID), namun tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa pengobatan
terhadap BV menurunkan risiko terjadinya PID di kemudian hari. Penyebab perubahan mikrobial
yang khas ditemukan pada kasus BV masih belum seluruhnya diketahui, begitu pula
kemungkinan penularan BV melalui hubungan seksual masih belum bisa ditegakkan. Pasien BV
mempunyai risiko lebih tinggi terhadap penularan infeksi menular seksual (IMS) lainnya. BV
dalam kehamilan dapat mengakibatkan komplikasi berupa abortus, persalinan prematur, ketuban
pecah dini, dan endometritis postpartum.5

Trikomoniasis

Merupakan infeksi saluran urogenital pada bagian bawah wanita maupun pria, dapat
bersifat akut atau kronik, disebabkan oleh trichomonas vaginalis dan penularannya biasanya
melalui hubungan seksual.6

Gejala klinis Pada pria yang diserang terutama uretra, ke selenjar prostat, dan kadang-
kadang preuputiumm vesikula seminalis, dan epididimis. Pada umumnya gambaran mirip gonore
seperti disuria, poliuria, dan sekeret mukopurulen. Sedangkan pada wanita, yang diserang
terutama adalah dinding vagina, yang akan terlihat secret seropurulen berwarna kekuningan,
kuning kehijauan, dan berbau tidak enak serta berbusa.6

Tata Laksana

6
Pengobatan infeksi candida bergantung pada spesies penyebab, sensitifitas terhadap obat
antijamur, lokasi infeksi, penyakit yang mendasari dan status imun pasien.

1. Pengobatan topical untuk:


a. Selaput lendir
Larutan ungu gentian 1/2 – 1% untuk selaput lendir. 1-2% untuk kulit, dioleskan
sehari 2 kali selama 3 hari.
Nistatin berupa krim, suspense untuk kelainan kulit dan mukokutan.
Untuk kandidosis vaginam dapat diberikan kotrimazol
500 mg pervaginam dosis tunggal, sistemik bila perlu dapat diberikan ketokonazol 1x
200 mg atau itrakonazol 2 x200 mg dosis tunggal atau dengan flukonazol 150 mg
dosis tunggal.3
2. Pengobatan sistemik
Pengobatan ini diberikan untuk berbagai kelainan antara lain kasus refrakter
candida diseminta dan kandidosis mukokutan kronik. Flukonazol adalah lini pertama
untuk pasien non-neutropik dengan kandidemia atau kandidosis invasive (dosis 100-400
mg/hari) pilihan lain adalah itrakomazol dengan dosis harian 200 mg/hari atau dosis
denyut.3

Komplikasi Candidiasis

Candidiasis di kulit biasanya akan menimbulkan rasa tidak nyaman dan mengganggu
kepercayaan diri penderitanya. Jika infeksi menyebar ke aliran darah dan organ tubuh lain, dapat
terjadi komplikasi berupa sepsis dan gangguan pada organ yang terinfeksi.3

Pada kasus tertentu, penyebaran candida ke selaput pembungkus otak (meningen) akan
menyebabkan meningitis.3

Prognosis

Umumnya baik bergantung pada berat ringannya faktor predisposisi.3

Edukasi

Pencegahan Candidiasis

7
Candidiasis dapat dicegah dengan menjaga kebersihan pribadi dan sistem kekebalan
tubuh. Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah:

1. Gunakan pakaian yang nyaman dan menyerap keringat


2. Ganti pakaian, pakaian dalam, dan kaos kaku, secara teratur.
3. Ganti pembalut secara rutin saat menstruasi.
4. Konsumsi makanan bergizi seimbang dan probiotik.
5. Bersihkan area vagina dengan air mengalir, serta hindari penggunaan panty liner dan
sabun pembersih kewanitaan tanpa anjuran dokter.
6. Lakukan kontrol rutin ke dokter, jika Anda menderita penyakit yang bisa melemahkan
sistem kekebalan tubuh, seperti diabetes, kanker, atau HIV/AIDS.
7. Kontrol rutin juga perlu dilakukan bila Anda menjalani kemoterapi atau menggunakan
obat kortikosteroid untuk waktu yang lama.
8. Jangan menggunakan obat kortikosteroid dan antibiotik di luar anjuran dokter.3

Kesimpulan

Kandidiasis vaginal adalah infeksi candida pada organ genital perempuan dengan keluhan
keluhan seperti pruritus vulva, rasa terbakar, dan terkadang disuria, dan dyspareunia.
Diagnosis kerja perlu ditegakkan dengan pemeriksaan penunjang supaya tidak salah
diagnosis

Referensi

1. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, , Leffell DJ, Wolff K. Fitzpatrick’s
dermatology in general medicine. 8th ed. New York: Mc Graw-Hill Education; 2012:
p.2298-306.
2. Harnindya D, Agusni I. Studi retrospektif: diagnosis dan penatalaksanaan kandidiasis
vulvovaginalis. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin 2016; 28 (1): 42-8.
3. Indriatmi W. Vaginosis bakterial, dalam Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Ed 7. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2015: h. 452-54.
4. Aslam M, Hafeez R, Ijaz S, Tahir M. Vulvovaginal candidiasis in pregnancy.
Biomedica;24(1):54.
5. Daili SF, Nilasari H. Trikomoniasis, dalam Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Ed 7.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2015: h.450-51.

8
6. Indriatmi W. Vaginosis bakterial, dalam Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Ed 7. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2015: h. 452-54.

Anda mungkin juga menyukai