Bakteri
• Enterotoxigenic E. coli (ETEC), Enteropathogenic E. coli (EPEC), Enteroaggregative E. coli
(EAggEC),Enteroinvasive E. coli (EIEC), Enterohemorrhagic E. coli (EHEC), Shigella spp.,
Campylobacter jejuni (Helicobacter jejuni), Vibrio cholerae 01, dan V. choleare 0139,
Salmonella (non-thypoid).
.
Infeksi non-invasif: Staphylococcus aureus,
Bacillus cereus, Clostridium perfringens,Vibrio
cholerae, Escherichia coli patogen.
Diare yang disebabkan oleh bakteri non-invasi
disebut juga diare sekretorik, atau watery
diarrhea
Bakteri tersebut memproduksi enterotoksin
yang tidak merusak mukosa.
Infeksi invasif: Shigella, Salmonella
nontyphoid, Salmonella typhi,
Campylobacter, Vibrio non-cholera, Yersinia,
Enterohemorrhagic , E. coli (subtipe 0157),
Aeromonas, Plesiomonas.
Diare terjadi disebabkan kerusakan dan
kematian enterosit, dengan peradangan
minimal sampai bert, disetai gangguan
sekresi dan absorbs
Sifat diarenya sekretorik eksudatif. Cairan
diare dapat tercampur dengan lendir dan
darah. Walau demikian infeksi oleh kuman-
kuman ini dapat bermanifestasi sebagai
suatu diare sekretorik.
Diare noninflamasi
Kehilangan cairan bisa mencapai lebih dari1 L/hari
Biasanya tidak disertai dengan nyeri abdomen yang hebat dan tidak disertai darah atau
lender pada feses.
Gejala mual dan muntah bisa dijumpai. Pada diare tipe ini penting diperhatikan
kucukupan cairan karena kondisi yang tidak terpantau dapat menyebabkan kehilangan
cairan yang mengakibatkan syok hipovolemik.
Diare yang bersifat infamasi
Bisa berupa sekretori atau disentri.
Gejala mual, muntah disertai dengan demam
Nyeri perut hebat dan tenesmus
Feses berdarah dan berlendir merupakan gejala dan tanda yang dapat dijumpai.
Ditegakkan melalui anamnesis mengenai hal berikut:
1. tanyakan gejala dan tanda yang sesuai dengan kemungkinan penyebab (non inflamasi
atau inflamasi). Termasuk waktu timbul dan gejala kekurangan cairan
2. Adanya kontak dengan sumber yang berpotensi tercemar pathogen penyebab diare.
3. Riwayat perjalanan, aktivitas seperti berenang, kontak dengan orang yang sakit serupa,
tempat tinggal, juga pola keidupan seksual.
4. Adanya riwayat pengobatan dna diketahui penyakit lain seperti infeksi HIV
Pemeriksaan fisik secara general tidak mengarah ke diagnosis secara spesifik namun lebih
menilai status hidrasi pasien
Tanda dehidrasi pada dewasa: nadi>90x/menit, hipotensi postural, lidah kering, mata
cekung, penurunan turgor kulit.
Darah: Darah perifer lengkap. Ureum, kreatinin, elektrolit (Na+,K+,Cl-). Analisa
gas darah bila dicurigai ada gangguan keseimbangan asam basa , Pmeriksaan
toksin (C.Difficile), antigen (E.Hystolitica)
Feses. Analisa feses (rutin: lekosit di feses. Pemeriksaan parasite: amoeba, hifa.
Pemeriksaan kultur)
Biakan feses harus dilakukan pada setiap pasien tersangka atau menderita diare
inflamasi berdasarkan klinis dan epidemiologis, pemeriksaan leukosit feses atau
laktoferin positif, atau keduanya.
Tanda Gejala yang Memerlukan Evaluasi Lanjutan
Temuan riwayat dan pemeriksaan fisik:
Demam > 38° C
Wisatawan asing2-4
Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas:
1. Rehidrasi sebagai perioritas utama
Hal penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat
Jenis cairan yang akan digunakan
Jumlah cairan yang akan diberikan.
Jalan masuk atau cara pemberian cairan.
Jadwal pemberian cairan.
Tabel 1. Skor Daldiyono
Antibiotik diindikasikan pada pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi, seperti
demam, feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi
lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada
pelancong, dan pasien immunocompromised.
Shigellosis:
Ciprofloxacin 2x500mg selama 3 hari atau kotrimoxazol 2x960mg perhari selama 3 hari atau
ceftriaxone 1 gram perhari selama 5 hari. Pada pasien imnukompromais dapat diberikan
antara 7-10 hari
Salmonellosis (non typhoidal):
Ciprofloxacin 2x500 mg selama 3 hari atau kotrimokxazol 2x960mg perhari selama 5-7 hari
atau Ceftriaxon.
Kolera:
Tetrasiklin 4x500 mg perhari selama 3 hari atau Doksisiklin 3x100 mg sekali pemberian atau
Ciprofloxacin atau Azitromisin
Giardiasis:
Metronidazole 250-750mg 3x perhari selama 7-10 hari
Campylobacter:
Azitromisin 250-500mg sehari selama 3-5 hari/Eritromisin 2x500mg selama 5 hari
Eschericia coli:
Kotrimoxazol 2x960mg selama 3 hari/ Ciprofloxacin 2x500mg selama 3 hari
Kelompok Anti-sekresi Selektif. Sebagai penghambat enzim enkephalinase, sehingga enkephalin
dapat bekerja normal kembali. Perbaikan fungsi akan menormalkan sekresi elektrolit, sehingga
keseimbangan cairan dapat dikembalikan.
Kelompok Opiat. Penggunaan kodein adalah 15-60 mg 3x sehari, loperamid 2-4 mg/3-4 kali sehari.
Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan, sehingga
dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi diare. Obat ini tidak dianjurkan pada
diare akut dengan gejala demam dan sindrom disentri.
Kelompok Absorbent. Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin, atau smektit
diberikan atas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat menyerap bahan infeksius atau toksin. Melalui
efek tersebut, sel mukosa usus terhindar kontak langsung dengan zat-zat yang dapat merangsang
sekresi elektrolit.
Zat Hidrofilik. dapat membentuk koloid dengan cairan dalam lumen usus dan akan mengurangi
frekuensi dan konsistensi feses, tetapi tidak dapat mengurangi kehilangan cairan dan elektrolit.
Probiotik. Kelompok probiotik terdiri dari Lactobacillus dan Bifi dobacteria atau Saccharomyces
boulardii, bila meningkat jumlahnya di saluran cerna akan memiliki efek positif karena berkompetisi
untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna. Untuk mengurangi/ menghilangkan diare harus diberikan
dalam jumlah adekuat.
Menjaga kebersihan air, sanitasi makanan dari vector penyebar kuman seperti
lalat, kebiasaan mencuci tangan sebelum kontak dengan makanan.
Mengonsumsi makanan yang dimasak secara matang.
Vaksinasi (terutama wisatawan), namun belum tersedia untuk semua pathogen
yang ada.
Bila tidak teratasi bisa menjadi diare kronis (terjadi sekitar 1% pada diare akut
pada wisatawan). Bisa timbul defisiensi lactase, pertumbuhan bakteri di usus
secara berlebihan, sindrom malabsorpsi.
Pada diare akut karena kolera, kehilangan cairan terjadi secara mendadak
sehingga cepat terjadi syok hipovolemik. Kehilangan elektrolit melalui feses dapat
mengarah terjadinya hypokalemia dan asidosis metabolik.2
Pada kasus-kasus yang terlambat mendapat pertolongan medis, syok hipovolemik
sudah tidak dapat diatasi lagi, dapat timbul nekrosis tubular akut ginjal dan
selanjutnya terjadi gagal multi organ.
Pada pasien dewasa yang tidak mengalami keterlambatan penanganan, sebagian
besar kasus memiliki prognosis yang baik.
Kematian bisa terjadi terutama pada kasus yang terjadi pada usia lanjut atau
pasien dengan kondisi imunokompromais dengan status dehidrasi berat saat awal
didiagnosis atau dengan penyulit.