Anda di halaman 1dari 12

KEJADIAN KASUS : ISOSPORA PADA ANJING LOKAL

(CASE REPORT : ISOSPORA IN LOCAL DOG )

Oleh :
Komang Regi Kusuma Astuti
1209006088

LABORATORIUM PENYAKIT DALAM VETERINER


PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN KLINIK HEWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
Lembar Pengesahan Kasus

Kejadian Kasus : Isospora Pada Anjing Lokal

Dosen Pembimbing Kasus

Dr. drh. I Wayan Batan, MS


19600227 198603 1 002
Lembar Pengesahan Kasus

Kejadian Kasus : Isospora Pada Anjing Lokal

Dosen Penguji Kasus Dosen Pembimbing Kasus

drh. I Putu Gede Yudhi Arjentinia, M.Si Dr. drh. I Wayan Batan, MS
NIP. 19780714 200501 1 002 NIP. 19600227 198603 1 002
Kejadian Kasus : ISOSPORA PADA ANJING LOKAL
CASE REPORT : ISOSPORA IN LOCAL DOG

Komang Regi Kusuma Astuti1

Fakultas kedokteran hewan universitas udayana


Jl. P. B. Sudirman, Denpasar-Bali
Telepon : 0361-223791
Email : reggykusumaa@gmail.com

Abstrak
Coccidia adalah parasit mikroskopik yang hidup dalam saluran pencernaan. Parasit ini
seringkali ditemukan, tetapi sangat jarang menyebabkan gejala pada hewan dewasa. Pada
anak anjing gejala yang sering adalah diare. Penyebab penyakit ini adalah protozoa dari
genus Isospora. Isospora mempunyai siklus hidup yang langsung dan tidak mempunyai induk
semang antara. Hewan anjing dengan nama Beko, ras lokal, umur tiga bulan, bobot badan 2
kg ini didiagnosis mengalami coccidiosis. Anjing ini baru dibeli di pasar hewan di kota
Denpasar. Beko terkena diare encer sejak empat hari sebelum dilakukan pemeriksaan, keluar
feses tanpa sadar ( seketika waktu berjalan ) kadan kadang diserai darah. Selama sakit
biasanya diberikan madu, anjing belum divaksin dan diberikan obat cacing. Nafsu makan
menurun sejak tiga hari sebelum pemeriksaan, lemas, rambut kusam dan rontok. Hewan baru
beberapa hari dilakukan kastrasi. Tindakan yang dilakukan adalah pemberian obat
trimethoprim-sulfamethoxazole dan Vitamin B kompleks secara oral.
Kata kunci: coccidiosis, Isospora, anjing.
Abstract
Coccidia is a microscopic parasite that lives in the digestive tract. This parasite is
often found, but very rarely causes symptoms in adult animals. In puppy, the frequent
symptoms are diarrhea. The cause of this disease is a protozoan of the genus isospora.
Isospora have a direct life cycle and has no landlady between. The animal is the dog named
Beko, it is local race, the age is three months, the body weight is 2 kg was diagnosed as
having coccidiosis. This dog was recently purchased in the animal market in Denpasar. Beko
is infected watery diarrhea since four days before the inspection, out of stool involuntarily
(instantaneous running time) sometimes accompanied by blood. During the illness, honey is
usually given to this dog, the dog is not vaccinated and it is not given anthelmintic. The
decreased of its appetite since three days before the inspection, limp, its hair is dull and loss.
The animal is doing castration only few days. The action is carried by giving trimethoprim-
sulfamethoxazole, and Vitamin B komplex orally.
Keywords: coccidiosis, isospora, dog
PENDAHULUAN

Seekor anak anjing menawarkan persahabatan tanpa syarat dalam hidupnya,


dilengkapi dengan perhatian, kesetiaan dan hiburan. Anak anjing yang baru diadopsi
memiliki risiko menderita diare cukup tinggi karena berasal dari tempat dengan populasi/
jumlah anjing yang banyak, misalnya kennel, pet shop, penampungan hewan. Tempat-tempat
tersebut berisiko tinggi mengalami diare melalui makanan ataupun air yang terkontaminasi
oocyst. Dalam lingkungan tersebut, anak anjing mudah stres dan sistem pertahanan tubuhnya
tidak berkembang dengan sempurna (Dayef et al. 2011).
Parasit usus merupakan penyebab umum dari diare akut dan kronis pada anak anjing
dan anjing dewasa. Diare juga disebabkan akibat terganggunya proses penyerapan makanan
di usus sehingga dampaknya menyebabkan feses berair karena air tidak sempat diserap oleh
dinding usus. Gangguan metabolik, virus, juga merupakan penyebab lain munculnya diare
pada anjing (Triakoso. 2006)
Coccidia merupakan protozoa pembentuk sporon yang termasuk ke dalam filum
apicomplexa. Parasit ini hidup pada berbagai mamalia, burung, ikan, termasuk manusia.
Penyakit yang disebabkannya disebut Coccidiosis. Secara histopatologi, dapat dilihat vili
usus mengalami penumpulan. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan pada penyerapan,
sehingga dapat mengakibatkan diare hebat (Adam et al. 1994).
Isospora mengandung ookista sebanyak dua sporokista, masing-masing dengan empat
sporozoit. Spesies coccidia yang sudah diketahui dapat menginfeksi anjing yaitu Isospora
canis, Isospora bahiensis, Isospora ohioensi, Isospora burrowsi. Isospora mempunyai siklus
hidup yang langsung dan tidak mempunyai induk semang antara. Isospora ditularkan dari
satu hewan ke hewan lainnya dengan ditelannya oosista, dan oosistanya bersporulasi di luar
tubuh induk semang, merozoit dan oosista dihasilkan di dalam sel-sel
usus. Isospora ditularkan dari satu hewan ke hewan lainnya dengan ditelannya oosista, dan
oosistanya bersporulasi di luar tubuh induk semang, merozoit dan oosista dihasilkan di dalam
sel-sel usus. Isospora adalah penghuni umum di kandang-kandang anjing dan dapat
menginfeksi hewan lain yang dibawa ke dokter hewan untuk pemeriksaan kesehatan.
Isospora canis sangat umum pada anjing, ditemukah pada 6%-24% dari anjing yang
diamati. Isospora ini terdapat pada usus halus dan besar. la tidak dapat ditularkan kepada
kucing. Ookistanya clips yang lebar hingga hampir berbentuk telur, 32-42 x 27-33 mikron,
tanpa mikropil, granula kutub, atau residu, tetapi dengan gumpalan padat yang melekat di
dalam dinding ookista pada ujung yang lebar. Sporokista 18-24 x 15-18 mikron. Jumlah
generasi aseksual tidak diketahui. Gamon terdapat pada sel epitel dan jaringan ikat subepitel.
Periode prepaten 10 hari dan periode paten sekiter 4 minggu Isospora canis bersifat sedikit
patogen sampai sedang, menyebabkan diare dan beberapa perdarahan pada usus halus.
Isospora ohioensis terdapat pada sekitar 21% anjing di Amerika Serikat. la terdapat pada
posterior usus halus dan jarang pada sekum dan kolon, semua stadium terletak pada sepertiga
distal vili, kebanyak-an dalam sel epitel lamina propria dan kadang-kadang dalam sel epitel.
Jenis ini dahulu dikatakan sebagai rivolta pada anjing sampai diketahui bahwa ia tidak dapat
ditularkan pada kucing ookista clips sampai bentuk telur, halus, dinding tidak berwarna
sampai kuning pucat, 20-27 x 15-24 mikron, tanpa mikropil, granula kutub, maupui residu.
Isospora burrowsi, juga dilaporkan terdapat pada anjing. Ookista berukuran 17-22 x 16-
19 mikron dan sporokista 12-16 x 8-11 mikron. Relatif sedikit yang diketahui tentang parasit
ini.
Isospora bahiensis terdapat (jarang pada saat sekarang) pada usus kecil anjing. Ooksita
yang tidak bersporulasi agak menyerupai bola (kadang-kadang seperti bola) dan sangat pucat,
dengan dinding halus dan tidak berwarna.
Tujuan dari penulisan kasus ini untuk mengetahui lebih dalam tentang coccidiosis pada
anjing, cara pencegahan dan pengobatan. Mengetahui gambaran mikroskopik Isospora sp.
pada anjing penderita coccidiosis.

KEJADIAN KASUS

Signalement

Anjing lokal berjenis kelamin jantan yang telah dikebiri , usia tiga bulan, dan bobot
badan 2 kg. Pemilik anjing ini bernama Merga yang beralamat di Jalan Tukat Irawadi.
Rambut anjing berwarna coklat, pada ekor terdapat rambut berwarna putih.

Anamnesa

Anjing baru dibeli di pasar hewan di kota Denpasar. Beko terkena diare encer sejak
empat hari sebelum dilakukan pemeriksaan, keluar feses tanpa sadar ( seketika waktu
berjalan ) kadan kadang diserai darah. Selama sakit biasanya diberikan madu, anjing belum
divaksin dan obat cacing. Nafsu makan menurun sejak tiga hari sebelum pemeriksaan, lemas,
rambut kusam dan rontok. Hewan baru beberapa hari dilakukan kastrasi.
Pemeriksaan fisik

Berdasarkan pemeriksaan fisik diperoleh data anjing Beko memiliki suhu tubuh
normal 38,6C. Frekuensi pulsus 140 kali/menit. Frekuensi nafas anjing adalah 48 kali/menit.
Pencernaan tidak normal, dikarenakan pencernaan hewan sedang terganggu dan mengalami
diare, mukosa mulut agak pucat, kulit mengalami alopesia.

Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan Feses

Gambar 1. Mikroskopik Isospora sp.


Sampel feses diperoleh secara per-rektal dengan konsistensi lembek berair berwarna
cokelat. Feses diperiksa secara laboratoris dengan metode uji apung. Pada pemeriksaan
ditemukan adanya oosista. Uji Apung (+) ditemukan Coccidiosis
2. Pemeriksaan darah
Parameter Normal Hasil Keterangan
WBC 6,0-17,0 (10^9/L) 24,7 (10^9/L) Meningkat
Limfosit 10-30% 36,6% Meningkat
Othr ( Neutrofil, 3,0-13,0 (10^9/L) 14,4 (10^9/L) Meningkat
basofil)
Eusinofil 0,1-0,8 (10^9/L) 1,3 (10^9/L) Meningkat
RBC 5,00-8,50 3,58 (10^12/L) Menurun
(10^12/L)
HGB 12,0-18,0 (g/dL) 7,2 (g/dL) Menurun
MCV 60,0-77,0 (fL) 57,7 (fL) Menurun
HCT 37,0-55,0% 20,7% Menurun
PLT 160-625 (10^9/L) 150 (10^9/L) Menurun
Gambar 2. Hasil pemeriksaan darah
Sampel darah diperoleh dari vena cephalica. Dari hasil pemeriksaan diketahui Beko
mengalami Anemia Mikrositik Normokromik. Anemia dapat dilihat dari nilai RBC, HGB,
HCT yang rendah, Mikrositik dilihat dari nilai MCV yang rendah dan Normokromik dilihat
dari nilai MCHC yang normal. mengalami anemia dikarenakan hewan seminggu sebelum
pemeriksaan dilakukan tindakan kastrasi. Dan dilihat dari WBC (White Blood Cell)
meningkat menunjukan bahwa beko mengalami infeksi bakteri, adanya trauma, peradangan,
stres. Eosinofil meningkat ( eosinofilia ) menunjukan bahwa hewan mengalami infeksi
parasit.

Tandaklinis

Beberapa tanda klinis yang terlihat yaitu feses dengan konsistensi tidak padat
terkadang cair (seketika waktu berjalan) dan kadang kadang disertai darah. Dalam sehari
bisa lebih dari lima kali mengalami diare, diare keluar sedikit - sedikit. Kondisi kulit
mengalami alopesia, turgor kulit lemah, rambut mengalami kerontokan, selaput lendir
berwarna pucat, keluar leleran mukus dari hidung. CRT (Capillary Refill Time) kurang dari 2
detik.

Diagnosis
Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis, dapat disimpulkan bahwa anjing lokal bernama
beko ini didiagnosis mengalami gangguan pada sistem pencernaan (coccidiosis) dengan
mengamati gejala klinis dan identifikasi ookista dalam sampel feses pada mikroskop dengan
pembesaran 400 kali.

Prognosis
Prognosis dari kasus ini adalah fausta.

Terapi

Hewan ini pemberian obat jalan antara lain obat yang mengandung trimetoprim-
sulfametoxazole (Cotrimoxazole tablet) yang dibuat menjadi pulveres sebanyak 12 bungkus
yang diberikan dua kali sehari sebanyak satu bungkus setiap pemberian sehingga lama
pemberian adalah enam hari. Vitamin B komplex tablet sebanyak 6 tablet yang diberikan
sekali sehari sebanyak satu tablet setiap pemberian.
PEMBAHASAN

Coccidia terdiri dari genus Eimeria, Isospora, Toxoplasma, Cryptosporadium dan


Sarcocycstis. Pada pemeriksaan tinja ditemukan bentuk kista yang dikenal sebagai ookista.
Ookista berisi satu, dua, empat atau banyak sporokista (atau tanpa sporokista sama sekali)
tergantung dari genusnya dan setiap sporokista berisi satu atau lebih sporozoit, juga
tergantung dari genusnya. Genus Isospora ookistanya mengandung dua sporokista, masing-
masing dengan empat sporozoit. Spesies coccidia yang sudah diketahui dapat menginfeksi
anjing yaitu Isospora canis, Isospora bahiensis, Isospora ohioensi, Isospora burrowsi.
(Levine, 1994).
Anak anjing yang terinfeksi Isospora melepaskan ookista di dalam feses. Pada
dasarnya tiga tahap dalam siklus hidup Isospora. Yang pertama disebut sporogony adalah
tahap aseksual pembangunan parasit. Itu terjadi exogenously dan mengarah ke
pengembangan sporozoites di oocysts. Setelah ini terjadi, oocysts sekarang dianggap infektif.
Pada kondisi yang lembab dan hangat, ookista bersporulasi menjadi stadium infektif dalam 3-
5 hari. Anjing terinfeksi jika memakan pakan atau air minum yang terkontaminasi tanah atau
feses yang mengandung ookista infektif . Didalam usus, ookista ruptur dan melepaskan
sporozoit, yang kemudian akan melakukan penetrasi ke dalam sel epitel usus, kemudian
berkembang biak, dan akhirnya merusak sel hospes. Akibatnya terjadi pada proses
pencernaan berupa gangguan metabolisme dan penyerapan zat makanan, bahkan kehilangan
darah dari rusaknya jaringan usus, dan hampir pasti rentan terhadap penyakit lain.
Mekanisme yang lain, yaitu coccidia dapat ditularkan secara vertikal. Anak anjing dapat
terinfeksi coccidia sebelum dilahirkan jika induk terinfeksi koksidia semasa masih menjadi
anak anjing dan menjadi carrier (Subronto, 2006).
Pemeriksaan umum anjing lokal bernama beko menunjukan tanda klinis berupa
keluarnya feses dengan konsistensi tidak padat terkadang cair (seketika waktu berjalan) dan
kadang kadang disertai darah. Dari anamesa yang didapat keadaan ini sudah berlangsung
selama 4 hari. Menurut Subroto, 2006 gejala diare terlihat 3 hari pasca infeksi. Radang usus
kataral segera berubah menjadi radang usus hemoragik, dengan tinja yang bercampur darah
segar. Penderita segera mengalami dehidrasi, anemia, kurus, lemah dan akhirnya mati.
Apabila anak anjing dapat mengatasi fase akut, pendarahan pada usus berhenti tinjanya
bercampur lendir dan dalam waktu 7 10 hari anak anjing mengalami kesembuhan klinis.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium, sampel feses Beko diperoleh secara per-rektal
dengan konsistensi lembek berair berwarna kuning kecoklatan. Feses diperiksa secara
laboratoris dengan metode uji apung dan pemeriksaan pada mikroskopik ditemukan adanya
oosista coccidiosis. Dan pada pemeriksaan darah, sampel darah diperoleh dari vena cephalica.
Dari hasil pemeriksaan diketahui Beko mengalami Anemia Mikrositik Normokromik.
Anemia dapat dilihat dari nilai RBC, HGB, HCT yang rendah, Mikrositik dilihat dari nilai
MCV yang rendah dan Normokromik dilihat dari nilai MCHC yang normal. Anemia pada
Beko dikarenakan Fe berkurang dan seminggu sebelum pemeriksaan dilakukan tindakan
kastrasi. Dan dilihat dari WBC (White Blood Cell) meningkat menunjukan bahwa beko
mengalami infeksi bakteri, adanya trauma, peradangan, stres. Eosinofil meningkat
( eosinofilia ) menunjukan bahwa hewan mengalami infeksi parasit.
Diagnosa untuk mengetahui penyakit ini adalah berdasarkan signalement, anamnesa,
gejala klinis, pemeriksaan laboratorium untuk uji apung ditemukan bahwa pada feses anjing
lokal bernama Beko positif terdapat ookista coccidiosis. Diagnosis terhadap coccidiosis
didasarkan pada gejala klinis serta ditemukannya oosista dalam jumlah besar di dalam tinja
dan disertai adanya diare berdarah.
Tindakan yang dilakukan dengan memberikan pemberian obat jalan antara lain obat yang
mengandung trimetoprim-sulfametoxazole (Cotrimoxazole tablet) dengan dosis anjuran 55
mg/kg pada hari pertama dan pada pemberian selanjutnya 27,5 mg/kg PO. Cotrimoxazole
tablet dibuat menjadi pulveres sebanyak 12 bungkus yang diberikan dua kali sehari sebanyak
satu bungkus setiap pemberian sehingga lama pemberian adalah enam hari. Sebagai antibiotik
dan koksidiosid, Cotrimoxazole tablet mengandung trimetoprim 80 mg dan sulfametoxazole
400 mg. Cotrimoxazole merupakan kombinasi trimetoprim dan sulfametoxsazole dengan
perbandingan 1:5 yang memberikan efek bakterisidal dan bakteriostatik dengan spektrum
luas. Obat ini mudah diserap usus, pada anjing obat ini di ekresikan melalui urine. Tingkat
toksisitas rendah dan parasit target dari obat ini adalah Isospora sp.
Vitamin B kompleks tablet diberikan sebanyak 1 tablet yang diberikan sekali sehari
selama enam hari. Vitamin B dianjurkan untuk hewan 10-100 ml/ekor perhari, apabila
berlebihan vitamin B akan di ekresikan melalui ginjal. Vitamin B6 dan B12 diperlukan dalam
pembentukan dan pematangan sel darah merah. Vitamin B kompleks sebagai tambahan
vitamin yang berguna untuk meningkatkan metabolisme tubuh yang maksimal. Pemberian
vitamin ini adalah untuk menambah nafsu makan dan menambah daya tahan tubuh terhadap
penyakit serta menambah kekuatan badan terutama sesudah sembuh dari sakit, anemia
(Ganiswara, 2003).
Observasi dilakukan lima hari setelah pemeriksaan klinis dan pengobatan untuk
mengetahui perkembangan penyakit. Selama anjing dirawat oleh klien, pemberian obat masih
dilanjutkan dengan pemberian Cotrimoxasole dua kali sehari, vitamin B kompleks 1 tab
sehari. Tidak dilakukan penggantian pakan dan perlakuan selama pemberian obat jalan. Pada
hari kelima beko dikontrol dan dari keterangan pemilik diare sudah berhenti tetapi feses
masih sedikit lembek. Kondisi anjing saat itu sudah membaik, nafsu makan minum baik,
lincah, diare berkurang tetapi rambut masih mengalami kerontokan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pengamatan dan pemeriksaan lapangan, penyebab anjing mengalami


coccidiosis kemungkinan karena anjing baru saja di beli dari pasar hewan sehingga dilihat
dari faktor predisposisi yang berpengaruh antara lain adalah stress, jumlah hewan terinfeksi
yang terdapat pada daerah sekitar dan kurangnya kebersihan lingkungan sehingga dapat
menyebarkan oosista yang dapat menginfeksi anjing. Disamping itu perlu dilakukan
pemeriksaan kesehatan rutin untuk mengetahui kondisi kesehatan anjing agar anjing
peliharaan tetap terjaga kesehatannya.

DAFTAR PUSTAKA

Adams R B, Guerrant R L, Zu S X, Fang G D, Roche J K. 1994. Cryptosporidium parvum


infection of intestinal epithelium: morphologic and functional studies in an in
vitro model. J Infect Dis 169:170177.

Anonim. 2008. Koksidiosis pada anjing dan kucing. Vet-Klinik.Com. in http://www.vet-


klinik.com/Pets-Animals/Koksidiosis- pada-anjing-dan-kucing.html (7 November
2016).

Barchas., E. 2010. Coccidia (Isospora) In Cats and Dogs. In http://drbarchas.com/coccidia


(7 November 2016).

Dayef, F S., Purba R. 2011. Ancaman Kesehatan Pada Anak Anjing Coccidiosis. Artikel
Vitpet Animal Clinic. Jakarta.

Ganiswara, S G., 2003, Farmakologi dan Terapi, Edisi keempat, Bagian Farmakologi,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Levine, N D. (1994). Buku Pelajara Parasitologi Veteriner. Second Edition. Universitas


gajah Mada Press. Yogyakarta.

Subronto. 2006. Penyakit Infeksi Parasit dan Mikroba pada Anjing dan Kucing. Gajah
Mada University Press. Bulaksumur, Yogyakarta.

Triakoso Nusdianto. 2006. Bahan Ajar Ilmu Penyakit Dalam Penyakit Sistem Digesti
Veteriner II. [Internet]. Tersedia pada:
http://triakoso.files.wordpress.com/2016/11/bahan-ajar-digesti-ipdv-ii.pdf
LAMPIRAN

1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Darah

2. Sampel feses Beko pada saat mengeluarkan darah segar

Anda mungkin juga menyukai