Anda di halaman 1dari 8

LABORATORIUM VIROLOGI VETERINER

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

Jl. Raya Sesetan, Gang markisa, Denpasar 80232, Telp/Faks (0361) 8423062

LAPORAN PEMERIKSAAN VIROLOGI

No. protokol : 571/KO-PPDH/03/X/2013 Hewan : Unggas


Tanggal diterima: Kelamin : Jantan
Tanggal dijawab: Umur/BB: 9 minggu/ ±0,44 Kg
Pengirim : Hartina Samosir Warna : Hitam

1. Signalement
Nama pemilik : I Kadek Darmawan
Alamat Pemilik : Desa Senganan, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan
Hewan : Unggas
Ras hewan : Ayam Buras (Kampung)
Umur : 9 minggu
Jenis kelamin : Jantan
Berat Badan : ±0,44
Warna : Hitam
2. Anamnesa
Pemilik ayam buras suspect Avian Influenza adalah Bapak I Kadek Darmawan yang
tinggal di Desa Senganan, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Bapak Darmawan
memelihara ayam buras dengan cara dilepas liarkan di sekitar rumah. Tiap harinya Bapak
Darmawan memberikan pakan berupa jagung dan makanan sisa, sedangkan air minum
menggunakan air sumur.
Sejak tiga hari yang lalu ayam buras hitam 9 minggu ini tampak lemas, pada area hidung
terdapat eksudat, daerah kepala dan muka ayam buras membengkak, dan mengalami diare cair
berwarna keputihan. Berdasarkan wawancara, ayam buras milik Bapak Dermawan tidak pernah
divaksin ataupun dilakukan tindakan medis lainnya.
3. Gejala Klinis (Observasi)
Gejala klinis yang teramati pada ayam buras berupa lemas, terdapat eksudat pada hidung,
pembengkakan di daerah kepala dan muka, sianosis pada daerah kepala, mengalami dypnea,
dan diare cair keputihan.
4. Epidemiologi
4.1 Hospes
Ayam Buras suspect Avian Influenza berumur 9 minggu berjenis kelamin jantan
merupakan ayam peliharaan. Jumlah ayam yang dipelihara Bapak Darmawan sebanyak 17
ekor terdiri dari sembilan ekor muda dan delapan ekor dewasa. Ayam buras tersebut tidak
pernah mendapatkan vaksinasi ataupun pengobatan. Jumlah hewan yang sakit sebanyak 10
ekor dan hewan yang mati sebanyak 8 ekor. Ayam buras suspect Avian Influenza ini sakit
sejak tiga hari yang lalu, dalam kurun waktu seminggu 8 ekor ayam buras milik Pak
Darmawan telah mati dengan gejala klinis yang sama.
4.2 Agen
Berdasarkan informasi dari pemilik, ayam buras yang dipelihara belum di vaksinasi
dan diberikan pengobatan selama sakit.
4.3 Lingkungan
Lokasi pengambilan kasus berada di Desa Senganan, Kecamatan Penebel, Kabupaten
Tabanan. Sistem pemeliharaan yang diterapkan pemilik adalah dengan cara dilepas liarkan.
Di lingkungan sekitar dapat ditemukan hewan lain seperti anjing, kambing, babi, dan juga
ayam peliharaan warga sekitar yang juga di lepas liarkan. Kondisi lingkungan sekitar
merupakan pedesaan, dimana rumah penduduknya sebagian terbatasi oleh persawahan.
Rumah Pak Darmawan berada beberapa blok dari peternakan ayam pedaging. Tidak ada
biosecurity khusus yang diterapkan Bapak Darmawan. Pemilik juga mengatakan beberapa
minggu lalu dilingkungannya pernah terjadi kematian beberapa unggas secara mendadak.
Saat ini arah angin menuju ke selatan dan Desa Senganan memasuki musim penghujan.
5. Hasil pemeriksaan Patologi Anatomi

1 2

Keterangan :
Gambar 1 : Perdarahan pada Trakea
Gambar 2 : Perdarahan dan nekrosis pada Paru
Gambar 3: Perdarahn pada Usus
6. Ringkasan
Pemilik ayam buras suspect Avian Influenza adalah Bapak I Kadek Darmawan yang
tinggal di Desa Senganan, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Bapak Darmawan
memelihara ayam buras dengan cara dilepas liarkan di sekitar rumah. Ayam buras milik Bapak
Dermawan tidak pernah divaksin ataupun dilakukan tindakan medis lainnya. Jumlah ayam yang
dipelihara sebanyak 17 ekor terdiri dari sembilan ekor muda dan delapan ekor dewasa. Ayam
buras suspect Avian Influenza sakit sejak tiga hari yang lalu, dalam seminggu 8 ekor ayam telah
mati dengan gejala klinis yang sama. Gejala klinis yang teramati pada ayam buras berupa lemas,
terdapat eksudat pada hidung, pembengkakan di daerah kepala dan muka, dan diare.
Berdasarkan gejala klinis dan penemun perubahan patologi anatomi yang teramati diduga ayam
buras terserang Avian Influenza.
7. Diagnosa
- Diagnosa sementara: Avian Influenza (AI)
- Diagnosa banding : Newcastle Disease (ND)
8. Pemeriksaan Laboratorium Virologi
a. Pembuatan Inokulum
Spesimen yang di ambil berupa organ dipotong ± 0.3cm dengan menggunakan
gunting steril kemudian dimasukkan kedalam tabung eppendorf lalu diberikan Nacl
fisiologis dan dihomogenkan menggunakan stik steril. Setelah hancur organ tersebut
ditambahkan Phospate Buffer Saline (PBS) dan disentrifuge dengan kecepatan 2.500 rpm
selama 15 menit. Ambil supernatan dari hasil sentrifuse tadi dan dimasukan ke dalam
tabung Eppendorf baru dan steril, lalu ambil antibiotika penisillin dan streptomisin
masing-masing sebanyak 0,1 ml (total 0,2 ml) dengan spuite dan campurkan dengan
supernatan tadi. Pemberian antibiotika ini berfungsi untuk menghambat pertumbuhan
bakteri yang ada didalam suspensi tersebut. Selanjutnya suspensi tersebut diinkubasikan
selama 30 menit pada suhu 37ºC.
b. Penanaman Inokulum pada Telur Ayam Bertunas (TAB)
Inokulasi dilakukan pada telur ayam bertunas (TAB) yang berusia 10 hari. Sebelum
penanaman inokulum, telur ayam bertunas diamati terlebih dahulu menggunakan teropong
(candling) untuk mengetahui keadaan embrio dan batas dari daerah kantung udara. Batas
kantong udara dan embrio ditandai dengan pensil, kemudian dilakukan penusukan dengan
menggunakan alat penusuk/bor telur pada cangkang telur di daerah atas dari garis
perbatasan antara kantung udara dan daerah embrio agar mudah memasukan jarum suntik
ke dalam ruang alantois. Kemudian suntikkan inokulum yang dibuat tadi pada setiap telur
yang. Kemudian lubang pada cangkang telur tersebut ditutup menggunakan kuteks dan
diberikan label. Selanjutnya telur diinkubasikan pada suhu 37ºC. Pengamatan dilakukan
setiap hari dan pemanenan dilakukan segera setelah kematian embrio terjadi. Pada
pengujian ini, pemanenan dilakukan pada hari ke-2 setelah dilakukan inokulasi.
c. Pemanenan Cairan Alantois
Telur ayam bertunas yang akan dipanen diteropong terlebih dahulu, ini berfungsi
untuk memastikan embrio sudah mati/belum. Kemudian telur ayam bertunas tersebut
dimasukkan ke lemari pendingin yang bertujuan untuk mengurangi perdarahan pada saat
pembukaan cangkang telur. Pecahkan cangkang telur pada bagian yang diinokulum dengan
hati-hati lalu gunting bagian alantoisnya. Ambil cairan allantois menggunakan pipet mikro
lalu masukan ke dalam tabung Eppendorf baru dan steril. Kemudian sentrifuge cairan
allantois yang sudah ada dalam eppendorf tersebut, lalu supernatannya diambil dan
ditampung dalam tabung eppendorf yang baru. Setelah itu tabung dilabel dengan nama
dan disimpan untuk dilakukan uji serologi.
d. Uji Rapid Hemaglutinasi (HA)
Tambahkan 0,025 ml cairan PBS pada setiap lubang plat mikro, dan tambahkan
antigen virus 0,025 ml. Kemudian tambahkan PBS 0,025 ml lalu ayak menggunakan mesin
ayak selama 30 detik. Tambahkan 0,05 ml suspensi sel darah merah 1% dan ayak kembali
selama 30 detik. Inkubasikan pada suhu kamar selama 1 jam dan amati setiap 15 menit
reaksi hemaglutinasi yang terjadi. Reaksi positif ditandai dengan tidak terjadinya
pengendapan pada dasar sumuran yang menunjukkan bahwa sel darah diaglutinasi oleh
antigen virus.
e. Uji Hemaglutinasi (HA)
. Siapkan semua bahan dan alat yang dibutuhkan. Tambahan PBS sebanyak 0,025 ml
di setiap lubang pada plat mikro dengan menggunkan pipet mikro. Kemudian tambahkan
antigen virus pada lubang 1 dan 2 sebanyak 0,025 ml. Lakukan pengenceran berseri
kelipatan 2 mulai dari lubang 2 hingga 11 dengan menggunakan pipet mikro lalu
tambahkan PBS kembali ke setiap sumuran sebanyak 0,025 ml kemudian diayak 30 detik.
Tambahkan 0,05 ml suspensi sel darah merah 1 % pada setiap lubang sumuran lalu diayak
selama 30 detik. Inkubasikan pada suhu kamar selama 1 jam lalu amati setiap 15 menit
reaksi hemaglutinasi yang terjadi. Pada uji hemaglutinasi hasil positif teramati dengan tidak
terjadinya pengendapan pada dasar lubang di plat mikro yang mengindikasikan bahwa
antigen virus telah mengaglutinasi sel darah merah. Uji hemaglutinasi teknik mikrotiter
digunakan untuk mengetahui jumlah titer virus pada pengenceran tertinggi.
f. Uji Rapid Hambatan Hemaglutinasi (HI)
Sebelum uji HI, antigen yang diuji dengan uji HA harus memiliki titer 4 unit HA.
Setelah antigen 4 unit HA siap, uji rapid HI dilakukan dengan menambahkan PBS sebanyak
0,025 ml pada lubang plat mikro no 1-4. Kemudian tambahkan antigen 4 unit HA sebanyak
0,025 ml pada lubang sumuran 1-3, sedangkan pada lubang sumuran 4 ditambahkan 0,025
ml PBS. Serum Newcastle Disease ditambahkan pada lubang sumuran pertama dan serum
Avian Influenza ditambahkan pada lubang sumuran kedua masing-masing sebanyak 0,025
ml. Selanjutnya ayak selama 30 detik dengan menggunakan mesin ayak lalu inkubasikan
pada suhu kamar selama 30 menit. Lakukan penambahan suspensi sel darah merah 1%
sebanyak 0,05 ml dan diayak kembali selama 30 detik. Inkubasikan kembali pada suhu
kamar selama selama 1 jam lalu amati setiap 15 menit perubahan yang terjadi. Pada uji HI
hasil positif teramati dengan adanya endapan pada dasar sumuran mengindikasikan antigen
virus telah mengikat antibodi yang berasal dari serum sehingga sel darah merah bebas
untuk mengendap. Pembacaan hasil uji HI dilakukan bila pada lubang keempat yang
berfungsi sebagai kontrol sel darah merah sudah terlihat endapan eritrosit.

9. Hasil Pemeriksaan Laboratorium


Tabel Hasil Pemeriksaan Laboratorium Virologi
No. Pengujian Spesimen Hasil/Keterangan
1. Isolasi Virus : Trakea, Paru-paru, usus, TAB di panen pada hari ke 2
proventrikulus. pasca inokulasi dengan
Telur Ayam Bertunas keadaan mati.
(TAB) umur 10 hari
Inokulasi melalui jalur
ruang alantois
2. Identifikasi Virus : Cairan alantois dari TAB Positif, ditandai dengan
Uji Rapid HA terjadi hemaglutinasi darah

3. Uji HA Cairan alantois dari TAB Positif dengan titer 28, 28, 210
serta terjadi hemaglutinasi
darah.

4. Uji HI Cairan alantois dari TAB Positif, tidak terjadi


hemaglutinasi darah pada
sumur yang di tambahkan
serum ND/AI ditandai
dengan adanya endapan sel
darah merah.

10. Uji Rapid Hemaglutinasi

Keterangan:
: Positif Hemaglutinasi sel darah merah

: Kontrol negatif

11. Uji Mikrotiter Hemaglutinasi

Keterangan:
: (+) Kontrol Positif

: (-) Kontrol negatif

: Titer uji HA 210

12. Uji Rapid Hambatan Hemaglutinasi

Keterangan:
1. Tidak ada hambatan hemaglutinasi pada sumuran yang diisi serum ND
2. Tidak ada hambatan hemaglutinasi pada sumuran yang diisi serum AI
3. Kontrol antigen dengan sel darah merah
4. Kontrol sel darah merah
Kesimpulan Diagnosa:
Pada uji rapid hambatan hemaglutinasi yang dilakukan terhadap sampel dengan nomor
protokol 571/KO-PPDH/03/X/2017 menunjukkan tidak adanya hambatan hemaglutinasi pada
sumuran yang diisi serum ND dan AI. Hal ini menunjukkan bahwa ayam tersebut positif Newcastel
Disease dan Avian Influenza.

Denpasar, 18 Oktober 2017


Mengetahui
Dosen pembimbing Mahasiswa

Prof. Dr. drh. Gusti Ayu Yuniati Kencana, MP Rai Jaine Darmanta, SKH
NIP: 19590605 198503 2 002 NIM: 1309006025

Anda mungkin juga menyukai