Anda di halaman 1dari 4

Pudji Kurniadhi

Buletin dan Suparno:


Teknik Pertanian Pengambilan
Vol. 14, No. 2, 2009:sampel
83-86 dari burung air liar untuk pengujian flu burung 83

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL DARI BURUNG AIR LIAR


UNTUK PENGUJIAN PENYAKIT FLU BURUNG

Pudji Kurniadhi1 dan Suparno2


1
Teknisi Litkayasa Penyelia pada Balai Besar Penelitian Veteriner
Jalan R.E. Martadinata No. 30, Bogor 16114, Telp. (0251) 8331048, Faks. (0251) 8336425 E-mail: balitvet@indo.net.id
2
Teknisi Litkayasa Lanjutan pada Pusat Penelitian Biologi-LIPI
Jalan Raya Jakarta - Bogor km 46, Cibinong 16911, Telp. (021) 8765067 Faks: (021) 8765062, E-mail: herbogor@indo.net.id

P enyakit flu burung (avian influenza/AI) disebabkan oleh


virus influenza tipe A yang menyerang unggas. Burung
air liar seperti Acepalus spp., Alcedo coerulensens, Cisticola
serta jaringan pada burung air liar. Selanjutnya dilakukan
pengujian HI terhadap serum darah burung air liar yang
dikumpulkan.
juncialis, dan masih banyak jenis lainnya merupakan inang
alami virus AI. Walaupun virus tersebut tidak menyebabkan
burung air liar tersebut sakit, pada unggas domestik (piaraan) BAHAN DAN METODE
seperti ayam dan itik, virus dapat menyebabkan infeksi yang
mengakibatkan sakit bahkan mati (Swayne et al. 1998). Virus Bahan dan Alat
influenza tipe A dengan inang alami burung air liar dapat
menginfeksi manusia, burung, babi, kuda, anjing laut, paus, Bahan yang digunakan adalah 18 ekor burung air liar yang
tertangkap di daerah Tanjung Pasir, Tangerang, Banten pada
dan hewan lainnya, sedangkan tipe B dan C pada umumnya
tanggal 2-6 April 2008, yaitu Acepalus spp., A. coerulensens,
ditemukan pada manusia (Foni 2003).
C. juncialis, Galinago stenura, Halcyon chloris, Nyticorax
Virus AI termasuk dalam famili Orthomyxovirus. Virus nicticorax, Porzana cinerea, Rostrata bengalensis, dan
bersifat sangat akut dengan menimbulkan gejala klinis yaitu Tringa stagnatilis. Dari burung air liar tersebut dilakukan
gangguan pernapasan bagian atas dan gangguan reproduksi, pengambilan darah, usap trakea dan orofaringeal, serta
serta dapat menimbulkan kematian hingga 100% pada kasus jaringan untuk selanjutnya dilakukan analisis untuk mende-
yang sangat patogen (Easterday et al. 1997). Di Indonesia, teksi penyakit flu burung. Bahan lainnya adalah alkohol 70%,
virus AI mewabah sejak awal Agustus 2003 pada peternakan formalin 10%, kapas, sarung tangan, dan masker penutup
ayam di Jawa, Bali, Sumatera, dan Kalimantan dengan tingkat mulut. Bahan untuk uji HI terdiri atas larutan dapar
kematian yang sangat tinggi. Virus penyebab penyakit AI phosphate buffer saline (PBS), antigen AI (H5N1) dari hasil
telah berhasil diisolasi dan dikarakterisasi secara lengkap isolasi, butir darah merah (BDM) dari ayam donor, dan serum
oleh Balai Besar Penelitian Veteriner (Bbalitvet) di Bogor, darah burung air liar yang telah dipisahkan dari sampel
yaitu berupa virus influenza tipe A dengan subtipe H5N1 darah. Peralatan yang digunakan adalah spuit berikut jarum
(Damayanti et al. 2004; Dharmayanti et al. 2004; Wiyono et suntik, refrigerator, termos es, sentrifuse mikro, microtube,
al. 2004). swab steril, tiv, pipet single channel, dan plat mikro.
Beberapa uji untuk mendeteksi penyakit AI telah di-
kembangkan di Bbalitvet, meliputi uji serologi haema-
Pengambilan Darah
glutinasi inhibisi (HI), uji agar gel presipitasi (AGP), uji
secara Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA), uji
Sebelum melakukan pekerjaan, petugas membersihkan
isolasi Reverse Tanscriptase-Polymerase Chain Reaction
tangan dengan alkohol 70% lalu memakai perlengkapan
(RT-PCR), dan uji jaringan immuno-histochemistry (IHC).
pengambilan sampel yaitu sarung tangan dan masker pe-
Untuk mendapatkan hasil uji yang akurat diperlukan teknik
nutup mulut. Burung yang akan diambil darahnya dipegang
pengambilan sampel yang benar dari burung air liar. Sampel
dengan lembut dan hati-hati. Leher burung dibersihkan
yang diambil dapat berupa darah, usap trakea dan oro-
dengan kapas yang beralkohol 70% dan dicari vena jugularis-
faringeal, serta jaringan.
nya. Setelah venanya terlihat, darahnya diambil dengan spuit
Tujuan penulisan adalah untuk menguraikan teknik berikut jarum suntik ukuran 1 ml. Untuk burung berukuran
pengambilan sampel darah, usap trakea dan orofaringeal, kecil, darah yang diambil minimal 0,30 ml dan untuk burung
84 Pudji Kurniadhi dan Suparno: Pengambilan sampel dari burung air liar untuk pengujian flu burung

ukuran besar minimal 0,50 ml (Gambar 1). Setelah darah media transpor, kemudian dilabel dan disimpan dalam
berhasil diambil, leher burung dibersihkan kembali dengan refrigerator (4°C) atau termos yang diberi es batu.
kapas yang beralkohol 70%. Darah yang telah diambil dan
masih dalam spuit dibiarkan beku dan disimpan dalam
refrigerator (4°C) atau termos yang diberi es batu. Pengambilan Usap Kloaka

Paha dan badan burung dipegang dengan hati-hati, lalu


Pemisahan Serum dari Darah dibalik dengan posisi kepala di bawah dan ekor di atas.
Selanjutnya, ekor ditekuk hingga kelihatan anusnya, lalu
Darah yang telah disimpan 10-12 jam (semalam) dalam anus dibuka dengan hati-hati sampai kelihatan lubangnya.
refrigerator dimasukkan ke dalam microtube, lalu disentrifus Setelah lubang anus terbuka, swab steril yang ujungnya ter-
dengan sentrifuse mikro pada kecepatan 13.400 rpm selama buat dari bahan rayon dimasukkan ke anus dan diusapkan
15 detik. Setelah disentrifus, darah merah dan serum akan di daerah kloaka (Gambar 3). Swab yang telah ada lendirnya
terpisah; darah merah berada di bagian bawah sedangkan lalu dimasukkan ke dalam tabung yang berisi media transpor,
serum di bagian atas. Serum diambil dengan tiv dan pipet kemudian dilabel dan disimpan dalam refrigerator (4°C) atau
single channel ukuran 0,20 ml dan ditampung dalam termos yang diberi es batu.
microtube ukuran 1,50 ml, kemudian dilabel dan disimpan
dalam refrigerator (4°C) atau termos yang diberi es batu.
Pengambilan Jaringan

Pengambilan Usap Trakea dan Urofaringea Burung yang mati ketika tertangkap maupun karena akan
dibuat spesimennya diambil organ dalamnya, yaitu otak,
Mulut burung dibuka dengan hati-hati sampai kelihatan trakea, paru-paru, jantung, hati, dan usus dengan cara dikuliti
lubang trakeanya, lalu swab steril yang ujungnya terbuat dari terlebih dahulu. Kulit berikut bulunya diawetkan untuk
bahan rayon dimasukkan ke mulut burung dan diusapkan di dibuat spesimen. Organ yang telah diambil kemudian
daerah trakea dan orofaringeal (Gambar 2). Swab yang telah dipotong-potong kecil dan dimasukkan ke dalam cairan
ada lendirnya lalu dimasukkan ke dalam tabung yang berisi pengawet formalin 10% serta disimpan pada suhu ruang.

Gambar 1 . Pengambilan darah burung Gambar 2. Pengambilan usap trakea dan Gambar 3. Pengambilan usap kloaka dari
melalui vena jugularis dari orofaringeal dari burung air burung air liar yang tertangkap
burung air liar yang tertangkap liar yang tertangkap di Tanjung di Tanjung Pasir, Tangerang,
di Tanjung Pasir, Tangerang, Pasir, Tangerang, April 2008 April 2008
April 2008
Pudji Kurniadhi dan Suparno: Pengambilan sampel dari burung air liar untuk pengujian flu burung 85

Uji HI Salah satu contoh analisis yang dilakukan terhadap


sampel yang diperoleh adalah pengujian serum darah untuk
Uji HI dilakukan terhadap sampel serum darah burung air liar mengetahui ada tidaknya antibodi terhadap penyakit flu
untuk mengetahui ada/tidaknya antibodi terhadap AI. burung tipe A dengan uji HI. Hasil uji HI menunjukkan semua
Sebanyak 25 µl larutan dapar PBS dimasukkan ke dalam plat serum darah burung air liar negatif atau tidak mengandung
mikro. Selanjutnya ditambahkan 25 serum darah yang akan antibodi terhadap penyakit flu burung tipe A (H5N1-H5N16),
diuji, lalu dilakukan pengenceran secara seri. Setelah itu yang berarti burung air liar tersebut tidak terpapar penyakit
ditambahkan 25 µl antigen AI (4 HAU-Haemoglutination flu burung. Untuk mendeteksi antibodi terhadap penyakit flu
Unit) dan diinkubasi selama 30 menit pada suhu kamar. burung, selain dengan uji HI dapat digunakan uji yang lain
Selanjutnya ditambahkan 25 µl BDM 1% dan diinkubasi yaitu AGP dan ELISA. Uji AGP mendeteksi antibodi penyakit
kembali selama 30 menit pada suhu kamar sampai terbentuk flu burung secara spesifik, yaitu khusus dari antibodi H5N1,
seperti gumpalan (haemoglutinasi). Untuk pengamatan sedangkan uji ELISA mendeteksi antibodi penyakit flu
haemoglutinasi secara manual, jika terbentuk haemoglutinasi burung secara spesifik dan sensitif khusus dari antibodi
maka serum darah tersebut tidak mengandung antibodi AI H5N1.
atau burung air liar tidak terpapar AI.
Jika hasil uji HI positif, untuk konfirmasi selanjutnya
perlu dilakukan uji RT-PCR terhadap usap trakea dan orofari-
HASIL DAN PEMBAHASAN ngeal, dan uji IHC terhadap jaringan. Dari semua uji tersebut,
uji RT-PCR dari usap trakea dan orofaringeal adalah yang
Dari 18 ekor burung air liar yang ditangkap, 9 jenis dapat paling sensitif untuk mendeteksi adanya penyakit flu burung
diambil sampelnya, yang terdiri atas 18 sampel trakea, 16 pada burung air liar.
sampel kloaka, 12 sampel serum darah, dan 4 sampel jaringan
(Tabel 1). Jumlah sampel yang diambil pada tiap burung ada KESIMPULAN DAN SARAN
yang tidak lengkap karena ukuran burung terlalu kecil. Untuk
sampel jaringan, hanya diambil dari burung yang mati, karena Pengambilan sampel burung air liar yang benar akan men-
kegiatan yang dilakukan hanya berupa pemantauan dapatkan hasil analisis yang akurat. Dari 18 sampel serum
sehingga dilarang membunuh burung. Dari burung yang mati burung air liar, semuanya tidak mengandung antibodi ter-
tersebut lalu dibuat spesimen. hadap AI, yang berarti burung air liar tersebut tidak terpapar
penyakit AI.
Waktu pengambilan sampel perlu memperhatikan ke-
Tabel 1. Burung air liar yang tertangkap berikut sampelnya di daerah
langsungan hidup burung; burung harus tetap hidup dan
Tanjung Pasir, Tangerang, Banten, 2-6 April 2008
dapat dilepas kembali ke habitatnya. Pengambilan sampel
Nama burung Trakea Kloaka Serum Jaringan Keterangan
burung air liar harus dilakukan dengan hati-hati dan mem-
Acepalus spp. √ - - -
perlakukan burung dengan kasih sayang untuk mengurangi
Alcedo coerulensens √ √ √ -
Alcedo coerulensens √ √ - √ Spesimen
stres akibat penangkapan.
Alcedo coerulensens √ √ √ -
Alcedo coerulensens √ √ √ -
DAFTAR PUSTAKA
Alcedo coerulensens √ √ √ -
Alcedo coerulensens √ √ √ -
Damayanti, R., A. Wiyono, R. Indriani, N.L.P.I. Dharmayanti, dan
Alcedo coerulensens √ √ - √ Spesimen
Darminto. 2004. Gambaran klinis dan patologis pada ayam
Cisticola juncialis √ - - -
terserang flu burung sangat pathogenic (HPAI) di beberapa
Galinago stenura √ √ √ -
peternakan di Jawa Timur dan Jawa Barat. Jurnal Ilmu Ternak
Galinago stenura √ √ √ -
dan Veteriner 9: 128-135.
Halcyon chloris √ √ √ -
Nyticorax nicticorax √ √ - - Dharmayanti, N.L.P.I., R. Damayanti, A. Wiyono, R. Indriani, dan
Porzana cinerea √ √ - √ Spesimen Darminto. 2004. Identifikasi virus avian influenza isolat
Porzana cinerea √ √ √ - Indonesia dengan Reverse Transcriptase Polymerase Chain
Rostrata bengalensis √ √ √ - Reaction (RT-PCR). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 9: 136-
Rostrata bengalensis √ √ √ - 143.
Tringa stagnatilis √ √ √ √ Spesimen
Easterday, B.C., V.S. Hinsaw, and D.A. Halvorson. 1997. Influenza:
Jumlah sampel 18 16 12 4 Diseases of poultry. p. 583-595. In B.W. Calnek, H.J. Barnes,
√ = berhasil dilakukan pengambilan sampel C.W. Beard, L.R. Mc Dougald, and Y.M. Saif (Eds.).
86 Pudji Kurniadhi dan Suparno: Pengambilan sampel dari burung air liar untuk pengujian flu burung

Foni, E. 2003. Detection of swine influenza virus by RT-PCR and and Identification of Avian Pathogens. Fourth Edition. Rose
standard methods. Fourth International Symposium on Printing, Florida.
Emerging and Re-emerging Pig Diseases. p. 270-271.
Wiyono, A., R. Indriani, N.L.P.I. Dharmayanti, R. Damayanti, dan
Swayne, D.E., A.S. Dennis, and W.B. Charles. 1998. Avian ifluenza. Darminto. 2004. Isolasi dan karakterisasi virus highly
p. 150-155. In D.E. Swayne, G.R. John, W.J. Mark, E.P. James, pathogenic avian influenza subtipe H5 dari ayam asal wabah di
and M.R. Willie (Eds.). A Laboratory Manual for the Isolation Indonesia. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 9: 61-71.

Anda mungkin juga menyukai