Anda di halaman 1dari 38

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Salah satu cara untuk menjaga kesehatan ternak adalah dengan mengontrol
dan mengatur tata laksana kesehatan ternak, antara lain dengan pemeriksan
kesehatan ternak melalui pengamatan tingkah laku ternak, pemeriksaan fisik
tubuh ternak dan pemeriksaan kondisi fisiologis ternak. Ternak sehat adalah
ternak yang tidak terjadi penyimpangan dari kondisi normalnya. Ciri-ciri hewan
sehat antara lain gerakan aktif, sikapnya sigap, selalu sadar dan tanggap terhadap
perubahan situasi sekitar yang mencurigakan. Penyakit pada ternak yang tersebar
sekarang ini banyak disebabkan oleh parasit, baik endoparasit maupun ektoparasit.
Endoparasit merupakan parasit yang berada dalam tubuh induk semang.
Ektoparasit merupakan parasit yang berada di luar atau permukaan tubuh induk
semang dan mengetahui penaganan dan pengiriman spesimen kelaboratorium
penyidikan penyakit hewan.Ciri-ciri hewan sehat antara lain gerakan aktif,
sikapnya sigap, selalu sadar dan tanggap terhadap perubahan situasi sekitar yang
mencurigakan.
Tujuan dan Manfaat
Adapun

tujuan

praktikum

dasar

kesehatan

ternak

adalah

agar

mahasiswa/mahasiswi dapat mngetahui bagaimana cara sanitasi dan desinfeksi


ternak, pemeriksaan ternak secara umum, penyakit endoparasit dan ektoparasit pada
ternak, koleksi dan identifikasi ektoparasit ternak, vaksinasi ternak, serta pengambilan
dan pengiriman spesimen ternak.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum dasar kesehatan ternak
adalah mahasiswa/mahasiswi dapat mangetahui bagaimana cara menerapkannya dan
melakukannya dimasyarakat dan untuk bekal dikemudian hari.

TINJAUAN PUSTAKA
Siregar,(1997). Suhu tubuh sapi dipengaruhi oleh jenis, bangsa,
umur, jenis kelamin, kondisi dan aktivitasnya.

Kisaran tubuh normal

pada sapi adalah 38,5-39,6 0C dengan suhu kritis 40 0C.

Akoso (1996). Sudut mata terlihat bersih tanpa adanya kotoran atau getah
radang dan tidak terlihat perubahan warna di selaput lendir dan kornea matanya.
Ekornya selalu aktif mengibas untuk mengusir lalat. Pernafasan denyut jantung
dan ruminansi normal dan dapat dirasakan (Akoso, 1996).

Dilakukan dengan

cara palpasi, inspeksi visual dan penciuman disamping pendengaran dengan cara
auskultasi dan perkusi. Perkusi yang dilakukan bersama dengan auskultasi untuk
menentukan diagnosa secara pasti terhadap lokasi jaringan yang berisi gas dalam
rongga perut. Suhu tubuh biasanya diukur melalui rektum. Suhu normal untuk
sapi 38,5C (101,5 F) suhu kritis 39,5C (103,0 F). Pulsus ditentukan dari arteri
ekor atau muka sapi, kadang-kadang frekuensi pulsus lebih mudah ditentukan
dengan jalan auskultasi jantung. Frekuensi pulsus permenit bagi ternak sapi 60-80.
Subronto (1985). Suhu lingkungan yang berubah-ubah menyebabkan
ternak selalu berusaha untuk menjaga suhu tubuhnya agar tetap, karena sapi
adalah hewan homeothermis. Rata-rata frekuensi pernafasan sapi adalah 10-30
kali per menit. Pernafasan akan lebih cepat pada sapi yang ketakutan, lelah akibat
bekerja berat dan kondisi udara terlalu panas.
Sugeng (2000). Rata-rata frekuensi pernafasan sapi normal adalah 19 kali
permenit. Ternak yang banyak melakukan aktivitas maka frekuensi pernafasannya
lebih cepat, demikian pula jika suhu lingkungan meningkat maka frekuensi
pernafasannya juga semakin cepat .
Komarudin (2008) menyatakan bahwa jenis protozoa Eimeria curnii yang
terdapat pada ternak akan menurunkan produksi dari ternak tersebut dan juga
mempengaruhi konsumsi pakan.
Pengukuran suhu rektal digunakan untuk mengetahui suhu tubuh.
Pengukuran suhu tubuh ini juga dapat dilakukan melalui mukosa vaginalis yang

disebut dengan suhu vaginalis (Frandson, 1992). Kisaran suhu tubuh normal anak
sapi 39,5-40C, sedangkan untuk sapi dewasa 38-39,5C (Sugeng, 2000).
Penyakit ND atau Newcastle Disease juga dikenal dengan sampar ayam
atau tetelo yaitu penyakit yang disebabkan oleh Newcastle Disease virus ini
tergolong Paramyxo virus, virus ini biasanya berbntuk bola, meski tidak selalu
(pleamorf) dengan diameter 100- 300 nm, genome virus ND ini adalah suatu
rantai tunggal RNA, Virus ini menyerang alat pernafasan, susunan jaringan syaraf
serta alat- alat reproduksi telur dan menyerang dengan cepat serta mnular pada
banyak spesies unggas yang brsifat akut, epidemikdan sangat patogen, virus ND
dibagi dua type asia lebih ganas dan biasanya terjadi pada musim hujsn atau
musim peralihan, dimana saat tersebut stamina ayam menurun sehingga penyakit
mudah masuk yang ganas sekali menular dan seringkali menimbulkan kematian
secara mendadak Fadilah. 2004.
Gejala- gejala ayam yang terserang penyakit ND sangat bervariasi sesuai
dengan jenis dan usia ayam yang diserang dan virus yang menginfeksi Menurut
Abdullah. 2001 Diagnosa ayam yang terserang penyakit ND

adalah dengan

melacak keberadaan antibody pada serumnya , metode yang dipergunakan adalah


metode Enzymlinkd Immunosorbent Assay(ELISA) dan Wastern Imunoblothing.
Caranya sampel darah diambil dari unggas yang tidak pernah divaksinisasi dengan
vaksin ND sehingga, adanya antibody ND pada sampel yang diperiksa
menandakan bahwa unggas itu pernah terinfksi virus ND bukan akibat vaksinasi
darah diambil dari vena brachialis( vena bagian sayap) menggunakan dispossible
syinge 2,5 cc yang digunakan sekali pakai, darah ditampung dalam sebuah tabung
reaksi didiamkan semalam pada lemari pendingin, kemudian serum dipisahkan
dengan cara centrifuge Subroto. 2004.
Cameron (1956), menyatakan bahwa kutu merupakan parasit permanent
eksternal dan obligat pada burung dan hewan mamalia. Kutu ini tidak meloncat
ataupun terbang melainkan berjalan cepat. Kutu dan caplak disini merupakan
phylum Arthropoda yaitu hewan yang memiliki tubuh beruas-ruas.
Askew (1971) bahwa semua kutu tidak bersayap, dia mempunyai tubuh
pipih, dan antenna pendek dengan 3 sampai 5 ruas, dan kakinya pendek. Hanya
3

mempunyai tursus yang cakarnya digunakan untuk bepegangan pada bulu atau
rambut.
Ektoparasit pada ternak unggas atau ayam adalah kutu, caplak dan tungau
adanya infestasi kutu pada ayam itu sendiri, misalnya ayam terus menceker, tidak
tenang, bulu kusam, kehilangan nafsu makan dan sering kali menyisir bulu. Kutu
jarang menimbulkan kematian tetapi produktifitas ternak bisa menurun seperti
produksi telur bisa menurun 25%, pada penemuan kutu ayam banyak ditemukan
didaerah leher, kutu ayam mudah menyebar dngan bersentuhan dengan ayam yang
terinfestasi, untuk menghilangkan kutu biasanya digunakan produk- produk
tembakau atau insektisida khusus untuk penggunaan veterainer( Partsoedjono.
2010).
Spesies ctenocephalides felis- felis yang sangat berdampak besar pada
kucing tersebut jenis parasit ini dapat menyebabkan penyakit Scabies pada kucing
gejala yang ditimbulkan oleh ternak yang diserang scabies adalah ternak atau
hewan terlihat tidak tenang akibat rasa gatal dengan menggosokkan badannya
pada benda keras, rasa gatal tersebut timbul adanya allergen yang merupakan hasil
metabolisme jenis ektoparasit tersebut selain itu juga menimbulkan lesi dengan
tepi tidak merata disertai keropeng kulit bersisik dan diikuti reruntuhan jaringan
kulit nafsu makan hewan turun dan pada akhirnya akan diikuti penurunan barat
badan sehingga akan tampak kurus bahkan bisa menimbulkan kematian (Rasid.
2009)
Menurut Levine 2004. Bahwa kutu dan caplak memiliki empat siklus
hidup yaitu telur, larva, limfa dan dewasa keduanya juga hidup dengan menghisap
darah inang namun kutu memiliki siklus hidup yang lebih pendek yaitu dua
minggu sedangkan caplak tiga bulan.
Endoparasit adalah parasit yang menginfeksi ternak dari dalam tubuh
ternak tersebut pemeriksaan feses dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya
telur cacing ataupun larva yang infektif, pemeriksaan feses ini juga dimaksudkan
untuk mendiagnosa tingkat infeksi cacing parasit usus pada ternak yang diperiksa
fesesnya Gandahusada, dkk. 2000

Anonimus 2003. Bahwa cacing yang hidup dalam lokasi usus kambing
atau domba adalah cacing spesies Bonustomum Sp atau cacing kait, cacing kait
jantan memiliki panjang 12- 17 mm dan kira- kira betina 19- 26 mm, dikenal
dengan cacing kait karena pada bagian ujung depan kepala cacing bengkok keatas
sehingga berbentuk seperti kait , gejala klinis yang bisa diamati antara lain ternak
mengalami anemia, terlihaat kurus, kulit kasar, bulu kusam, nafsu makan
menurun, tubuh lemah, tinja lunak dengan warna kecoklatan tua.
Jenninas (2003) seekor cacing dewasa mampu untuk bertelur 20.000 butir
telur dan menghisap 0.5 ml darah hospes / hari. Kerugian yang diakibatkan oleh
cacing hati ini selain banyaknya kematian ternak juga terjadinya penurunan muta
dan efisiensi daging, penurunan produksi susu pada sapi perah dan yang
terpenting pengafkiran hati bila terdapat satu atau lebih cacing hati
Identifikasi parasit cacing tergantung dari persiapan bahan yang untuk
memeriksa dengan mikroskop, baik dalam keadaan hidup maupun sebgai sediaan
yang telah dipulas. Hal yang menghubungkan adalah untuk mengetahui kira- kira
ukuran dan bentuk dari bermacam- macam parasit tetapi perbedaan individual
tidak mengunakan membedakan spsies hanya dengan melihat besarnya tinja atau
feses pemeriksaan harus dikumpulkan didalam suatu tempat yang bersih dan
kering bebas dari urine identifikasi terhadap kebanyakan tlur cacing dapat
dilakukan dalam beberapa hari setelah tinja dikeluarkan (Kurt. 1999)
Pada sampel feses lemak yang diperiksa didapatkan hasil bahwa terdapat
protozoa Eimeria Curnii yang sering hidup didalam saluran pencernaan ternak
dan mengganggu system pencernaan. Dapat diasumsikan bahwa bila ternak sapi
terkena penyakit tersebut maka produksi dagingnya akan menurun. Ternak sapi
yang mengalami penurunan produksi dan berat badan ini diakibatkan adanya
penyakit parasit didalam saluran pencernaan ternak tersebut, Lukmantoro (1998).
Jika konsumsi pakan suatu ternak menurun, secara otomatis akan
mempengaruhi banyak hal, seperti produksi, berat badan, pertumbuhan nya
lambat dan lain-lain atau dengan kata lain performans ternak akan terganggu.
Fadilah dkk (2007) yang menyatakan bahwa pada ternak sapi banyak sekali
terdapat protozoa yang dapat membahayakan siklus pertumbuhan, produksi dan
yang lainnya sehingga pencegahan terhadap pertumbuhan protozoa harus
5

diinstensifkan, salah satu nya yaitu protozoa Eimeria curnii .Pada sampel feces
sapi Bona, setelah dilakukan pemeriksaan secara laboratory

maka diketahui

hasilnya yaitu terdapatnya protozoa.

MATERI DAN METODA

Waktu dan Tempat


Pratikum Kesehatan Ternak dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 21
Oktober 2013 pukul 15.00 WIB sampai dengan 7 Desembar yang bertempat di
laboratorium Anatomi dan Fisiologi Ternak, Fakultas Peternakan Universitas
Jambi.

Materi
Alat dan bahan yang digunakan adalah stetoskop, thermometer, sabun,
brus,sikat, air,selang, spuit, pengencer (aquades) untuk vaksin lasota , dafar untuk
vaksin hitcner, ayam kampung yang berat 1kg, alcohol 70%, aquades, cotton
swab, botol plastic atau botol kaca, cawan Petri, objek glass, cover glass,
mikroskop kutu ayam, kerbau, kambing, anjing, kucing, babi, sapi caplak babi,
sapi, kambing, kerbau, lalat pengisap darah, caplak. Feses ayam arab, sapi perah,
ayam potong, kerbau, ayam kampung, sapi potong, bebek, kambing, angsa,
kelinci, burung puyuh, anak sapi, objek glass, cover glass, mikroskop, rak tabung
sentrifuse, tabung sentrifus, sentrifuse.larutan gula shater, kalium bicromat, Nacl
jenuh, cawan petri , mikroskop, seekor ternak, alcohol 10 %, botol kaca.
Metoda
Pada

praktikum Sanitasi kandang

yang dilakukan yaitu bersihkan

kandang, lantai kandang dari kotoran ternak yang berserakan, tempat pakan
kemudian mandikan sapi dengan sikat yang lembut dan sabun detol,
Pada pratikum Pemeriksaan Ternak Secara Umum, adalah dengan
mengamati keadaan ternak yang dimulai dari keadaan kulit dan bulu, sistem
pencernaan, pernafasan, sirkulasi, sistem gerak dan uregenital. Perhatikan tiaptiap bagian tersebut, apakah ada kelainan yang menunjukkan adanya penyakit.
Pada

praktikum Vaksinasi ND untuk vaksinasi ND terlebih dahulu

siapkan alat suntik atau injeksi

yang steril, lalu larutkan vaksin dengan

menggunakan larutan aquadestilata dengan dosis 0,5 1,0 cc/ ekor, gunakan
vaksin ND Strain La sota 100 dosis. Dan untuk 1 ekor ayam digunakan 1 cc / ekor
7

maka 1 vial vaksin 50 dosis dilarutkan dalam 100 cc aquadestilata. Suntikkan 1 cc


/ ekor pada otot dada ayam.
Pada

Praktikum Koleksi dan Identifikasi Ektoparasit, kumpulkan

ektoparasit seperti kutu ayam, kerbau, kambing, anjing, kucing, babi, sapi caplak
babi, sapi, kambing, kerbau, lalat pengisap darah, Lalu masukkan kedalam botol
plastik yang berisi alkohol 70 % yang berbeda. Lalu amati masing masing
ektoparasit dengan mikroskop.
Pada Praktikum Pemeriksaan Penyakit Endoparasit dilakukan dengan 3
metoda yaitu : Metoda Natif dilakukan dengan meletakkan feces diatas gelas
objek, ditambah satu tetes air, setelah itu dicampur dan tutup deng cover glass dan
amati dibawah mikroskop. Metode Sheater dengan melakukan timbang 1 gr feces
masukkan kedalam tabung reaksi dan tambahkan gula sheater dan disentrifuge
selama 10 menit dengan kecepatan 3500 rpm, setelah itu tambah kembali gula
sheater hingga penuh, tepelkan cover glass tepat dibibir tabung. Angkat cover
glass dan letakkan diatas glass objek dan amati dibawah mikroskop. Metode
Apung, ambil 5 gr feces masukkan dalam tabung centrifuge, kemudian tambah air
sampai 2/3 tabung dan aduk rata biarkan 5 menit, air dan bahan yang terapung
buang lalu tambahkan dengan air lagi dan centrifuge selama 10 menit. Cairan
dibuang, lalu tambah dengan NaCl jenuh sampai 2/3 tabung, centrifuge lagi
selama 10 menit. Tabung diambil, tambahkan lagi NaCl jenuh sampai permukaan
kelihatan cembung, biarkan selama 10 menit lalu letakkan glass objek diatas bibir
tabung, cairan yang menempel diamati dibawah mikroskop.
Pada praktikum pemeriksaan Protozoa, letakkan feces yang diambil dalam
cawan petri dan campur dengan kalium bicromat, dan simpan selama 4-7 hari
pada suhu kamar, lalu periksaa ookista pada feces dengan meggunakan metoda
apung.
Pada praktikum Pengambilan dan Penerimaan Spesimaen metoda yang
dilakukan yaitu potong terlebih dahulu ternak yang akan diambil spesimennya,
kuliti hingga bersih bebas dari bulu, lalu belah bagian dada samapai kloaka lalu
ambil bagian bagian yang akan diuji spesimen seperti hati, ginjal, jantung,
limpa, usus halus duo denum, jejenum, ileuem, usus besar sekum, kolon,

rektum ,varing, laring, trakea, proventrikulus,diikat masukkan formalin lalu diikat


lagi setelah itu masukkan kedalam botol kaca yang berisi formalin 10 %.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pemeriksaan Ternak Secara Umum
Dari praktikum yang telah delaksanakan maka diperoleh hasil sebagai berikut:
No
1

Pemeriksaan

Hasil

Kulit dan Bulu


Turgor kulit

Normal

Bulu

Normal

Luka

Ada

Lesi/ jejas
Pernafasan

Cara bernafas

Normal

Frekuensi

Normal

Cermin hidung

Basah

Eksudat hidung

Tidak ada

Batuk
Sirkulasi

Tidak ada

Pulpus jantung

Kuat

Frekuensi pulpus

Normal

Pendarahan

Tidak ada

Pencernaan
Cara mengambil pakan

Menggunakan lidah

Cara mengunyah dan menelan

Normal

Tonus lambung

Normal

Peristaltik usus

Normal

Muntah

Tidak ada
9

Cara buang kotoran/ posisi

Normal

Frekuensi buang feses

Normal

Konsistensi kotoran/ feses


Urogenital
Cara urinasi

Normal

Warna urine

Kuning

Kekeruhan urine
Saraf dan gerak
Reaksi reflek

Normal

Cara berjalan
Panca indera

Jernih
Ada
Normal

Mata

Tidak ada kotoran

Telinga

Tidak ada leleran

Suhu tubuh

Normal (37,50)

Pembahasan :
Kulit
Jadi dari pengamatan yang dilakukan bahwa hewan ternak yaitu; sapi,
kambing, dan domba dalam keadaan normal. Menurut (Subronto, 1985). Kulit sehat
dilihat dari bulu yang bersih mengkilat dan tidak rontok serta bulu dalam keadaan
normal yang mana bulu tidak berdiri.
Pernafasan
Dari pengamatan yang telah dilaksanakan bahwa pernafasan pada ternak yang
diamati dalam keadaan normal. Menurut (Subronto, 1989). Frekuensi pernafasan
keteraturan serta dimana perlu diperiksa dari jarak yang tidak mengganggu ternak.
Hewan akan normal dalam keadaan tenang serta lingkungan yang sedang.
Pencernaan
Pengamatan yang telah dilakukan bahwa proses pencernaan pada ternak
dalam keadaan sehat atau normal. Menurut (Hiramune dan Murase 1975). Frekuensi
tinja berguna untuk penentuan penyakit diare, sedangkan yang dinyatakan oleh
(Santoso. 2000) Fungsi sistim pencernaan hewan yang normal dapat dilihat dalam
cara makannya seperti cara mengambil makan, mengunyah, dan menelan.
Urogenital

10

Jadi dari hal yang telah diamati bahwa hasil pratikum menyatakan ternak
urogenitalnya dalam keadaan normal. Menurut (Samad. S. 1978). Dalam Proses
Urogenital hewan yang normal dapat dilihat dari cara kencing dan diamati melalui
warna urine, dan kekeruhan urine.
Gerak
Sesuai dengan tinjauan yang mana hasil dari pengamatan bahwa ternak dalam
keadaan normal. Menurut (Reksohadidjoyo. 1991). Ternak yang sehat dan normal
mempunyai refleks yang bagus dan cara berjalan yang normal serta organ mata
maupun organ telinga. Bila ternak terkejut mendengar suara yang aneh berarti ternak
dalam keadaan yang sehat.

Pemeriksaan Endoparasit Cacing


Penularan penyakit parasit disebabkan oleh tiga faktor yaitu sumber
infeksi , cara pnularan dan adanya hospes yang ditulari efek gabungan dan faktor
ini menentukan penyebaran dan menetapnya parasit pada waktu dan tempat
tertentu penyakit yang disebabkan olh parasit dapat bersifat menahun disertai
dengan sedikit atau tanpa gejala Noble 1961.
Endoparasit adalah parasit yang menginfeksi ternak dari dalam tubuh
ternak tersebut pemeriksaan feses dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya
telur cacing ataupun larva yang infektif, pemeriksaan feses ini juga dimaksudkan
untuk mendiagnosa tingkat infeksi cacing parasit usus pada ternak yang diperiksa
fesesnya (Gandahusada, dkk. 2000).
Hasil pengamatan pada metode Natif
1. Sapi perah (Cooperia Pectinita)

11

Gambar: Cooperia Pectinita


Klasifikasi:
Phylum
Kelas
Ordo

: Nemathelminthes
: Nematoda
: strongyloidae

Family : Metasrongylidae
Genus : Cooperia
spesies : Cooperia pectinita

2. Ayam arab (Railetina Cesticillus)

Gambar: Railetina Cesticillus


Klasifikasi:
Phylum
Kelas
Ordo

: Platyhelmintes
: Cestoda
: cyclophylidae

Family : Davaineidea
Genus : Railetina
spesies : Railetina Cesticillus

3. Kerbau (Oesophagustomum radiatum)

Gambar: Oesophagustomum radiatum

Klasifikasi:
Phylum
Kelas
Ordo

: Nemathelminthes
: nematoda
: strongyloidea

Family : Metastrongylidae
Genus : Oesophagustomum
spesies : Oesophagustomum radiatum

4. Ayam Broiler ( Davainea Proglaitina)

12

Gambar: Davainea Proglaitina


Klasifikasi:
Phylum
: Platyhelmintes
Kelas
: Cestoda
Ordo
: cyclophylidae
5. Ayam Kampung ( Prosihogonimus sp)

Gambar: Prosihogonimus sp
Klasifikasi:
Phylum
: Platyhelmintes
Kelas
: Cestoda
Ordo
: cyclophylidae

Family : Davaineidea
Genus : Davainea
spesies : Davainea Proglaitina

Family : Prosihogodae
Genus : Prosihogonimus
spesies : Prosihogonimus sp

6. Itik (Prosihogonimus Sp)

Gambar: Prosihogonimus Sp
Klasifikasi:
Phylum
: Platyhelmintes
Family : Davaineidea
Kelas
: Cestoda
Genus : Prosihogonimus
Ordo
: cyclophylidae
spesies : Prosihogonimus Sp
7. Sapi potong (Schictosoma Japanicum)

13

Gambar: Schictosoma Japanicum


Klasifikasi:
Phylum
Kelas
Ordo

: Nemathelminthes
: Nematoda
: Strongylidea

Family : Metastrongylidae
Genus :Schictosoma
spesies : Schictosoma

8. Kambing (Stronglyloides papillosus)

Gambar: Stronglyloides papillosus


Klasifikasi:
Phylum
Kelas
Ordo

: Nemathelminthes
: Nematoda
: Strongylidea

Family : Metastrongylidae
Genus : Stronglyloides
spesies :Stronglyloides p

9. Angsa (ascarida gali)

14

Gambar: ascarida gali


Klasifikasi:
Phylum
: Platyhelmintes
Kelas
: Cestoda
Ordo
: cyclophylidae
10. Kelinci (Gastrothylac civennifer

Family : Davaineidea
Genus : Ascarida
spesies : Ascarida Gali

Gambar: Gastrothylac civennifer


Klasifikasi:
Phylum
Kelas
Ordo

: Nemathelminthes
: Nematoda
: Strongyloidea

Family : Metastrongylidea
Genus : Gastrothylac
spesies : Gastrothylac C

Burung puyuh (Strongloides ovium

Gambar: Strongloides ovium


Klasifikasi:
Phylum
: Platyhelmintes
Kelas
: Cestoda
Ordo
: cyclophylidae

Family : Davaineidea
Genus : Strongloides
spesies : Strongloides ovium

11. Anak sapi (Schistosoma nasalis)

Gambar: Schistosoma nasalis


Klasifikasi:
Phylum
Kelas
Ordo

: Platyhelmintes
: Thernatoda
: Strigeidilu

Family : schistosomatidae
Genus : Schistosoma
spesies : Schistosoma nasalis

Hasil dari pengamatan metode Natif diatas


Walaupun penyakit cacingan tidak langsung menyebabkan kematian, akan
tetapi kerugian akibat parasit cacing disebut sabagai penyakit ekonomi kerugian

15

kerugian akibat penyakit cacing, antara lain penurunan berat badan, penurunan
kualitas daging, kulit dan jeroan, penurunan produktifitas ternak sebagai tenaga
kerja pada ternak potong dan kerja, penurunan berat badan pada ayam pdaging
dan penurunan produksi telur pada ayam petelur, penurunan produktifitas susu
pada ternak perah dan bahaya penularan pada manusia, dari hasil pengamatan
mikroskopis pada feses kerbau adalah spesies Oesopagustomum radiatum hal ini
sesuai dengan pendapat Anonimus 2009. Bahwa cacing Oesopagustomum
radiatum atau sering disebut cacing bungkul dewasa hidup didalam usus besar
disebut cacing bungkul karena bentuk larva cacing ini dapat menyebabkan
bungkul- bungkul disepanjang

usus besar, ukuran rata- rata cacing bungkul

dewasa betina antara 13,8 19,8 mm dan jantan antara 11,2- 14,5 mm gejala
klinis yang ditemukan antara lain kerbau kurus, nafsu makan hilang, pucat,
anemia dan kembung, tinja berwarna hitam, lunak bercampur lndir atau darah
segar. Menurut jenninas (2003) seekor cacing dewasa mampu untuk bertelur
20.000 butir telur dan menghisap 0.5 ml darah hospes / hari. Kerugian yang
diakibatkan oleh cacing hati ini selain banyaknya kematian ternak juga terjadinya
penurunan muta dan efisiensi daging, penurunan produksi susu pada sapi perah
dan yang terpenting pengafkiran hati bila terdapat satu atau lebih cacing hati.

Hasil Pengamatan Pada Metode Sheater


1. Ayam arab (Hymenolopis Carioca)

Gambar : Hymenolopis Carioca


Klasifikasi:
Phylum
Kelas
Ordo

: Plathymenthes
: Cestoda
: Cyclophyllidea

Family : Hymenolotidae
Genus : Hymenolopis
Spesies: Hymenolopis Carioca

16

2. Sapi perah (Toxocara Vitulurum)

Gambar : Toxocara Vitulurum


Klasifikasi:
Phylum
: Nemathelminths
Family : Strongloidea
Kelas
: Nematoda
Genus : Toxocara
Ordo
: Rhauditida
Spesies: Toxocara Vitulurum
3. Sapi potong (Schistosoma Spindalis)

Gambar : Schistosoma Spindalis


Klasifikasi:
Phylum
Kelas
Ordo

: Nemathelminths
: Nematoda
: Rhauditida

Family : Strongloidea
Genus : Schistosoma
Spesies: Schistosoma Spindalis

4. Ayam kampung ( Subulura brumpti)

Gambar : Subulura brumpti


Klasifikasi:
17

Phylum
Kelas
Ordo

: Plathymenthes
: Cestoda
: Cyclophyllidea

Family : Cyclophyllidea
Genus : Subulura
Spesies: Subulura brumpti

5. Kerbau (Bunustomum Sheibotumum)

Gambar : Bunustomum Sheibotumum


Klasifikasi:
Phylum
Kelas
Ordo

: Nemathelminths
: Nematoda
: Rhauditida

Family : Strongloidea
Genus : Bunustomum
Spesies: Bunustomum Sheibotumum

6. Kambing (Haemonchus contortus)

Gambar : Haemonchus contortus


Klasifikasi:
Phylum
: Nemathelminths
Kelas
: Nematoda
Ordo
: strongloidea
7. Itik ( Prosihogonimus sp)

Family : Haemanchidae
Genus : Haemonchus
Spesies: Haemonchus contortus

18

Gambar : Prosihogonimus sp
Klasifikasi:
Phylum
Kelas
Ordo

: Plathymenthes
: Cestoda
: Cyclophyllidea

Family : Prosikogonidae
Genus : Prosihogonimus
Spesies: Prosihogonimus sp

Dalam keadaan dua pertiga feses atau tinja terdiri dari air usus dan sisa
makanan zat hasil sekresi saluran pencernaan, epitel usus, bakteri patogen, asam
lemak, urobilin, gas indal, skatol dan sterkobilinogen.. Parasit merupakan salah
satu penghambat bagi gerak

laju pembanguna peternakan , terutama dalam

hubungan dengan peningkatan populasi dan produksi ternak usaha pengendalian


helminthiasis untuk menghindari kerugianyang lebih besar diperlukan suatu
tindakan pencegahan dan pemberantasan penyakit(Hadi.2004) penyakit parasit
pada hewan merupakan penyakit yang dapat mempengaruhi produktifitas ternak
umumnya tidak mnimbulkan kematian, tetapi bersifat menahun yang dapat
mengakibatkan kekurusan, lemah dan turunya daya produksi( Lavine dan Norman
2011) pemeriksaan parasit pada ternak dapat digunakan metode natif metode
sheater dan metode apung.
Dari hasil pengamatan mikroskopis pada feses sapi perah terdapat cacing
yang spesiesnya toxocara vitulorum ini termasuk kelas nematoda yang memiliki
kemampuan lintas hati, paru- paru dan plasenta. Ukuran panjang cacing betina 30
cm dan lebar 25 cm. warna kekuning- kuningan dengan telur agak bulat dan

19

memiliki dinding yang tebal, habitat cacing adalah pada sapi dan kerbau serta
berlokasi diusus kecil cara penularan dari cacing toxocara vitulurum ada tiga
yaitu makan telur, tertelan tanpa sengaja, lewat plasenta pada saat fetus lewat
kolustrum pada waktu menyusu diinduknya adapun upaya pengobatan cacing ini
adalah dengan pemberian piperazin pengobatan secara teratur pada anak sapi dan
menjaga kebersihan kandang merupakan tindakan pencegahan yang harus
dilakukan.
Hasil pengamatan cacing pada feses ayam broiler adalah spesies Railitina
Enchinobothrida spesis cacing ini bisa menyerang ayam pada semua umur
penyebaran melalui kotoran ayam yang sangat sakit atau alat- alat yang digunakan
gejala yang terlihat antara lain lesu, pucat, kurus, dan diikuti dengan sayap yang
mengantung serta kondisi yang berangsur- angsur menurun dan selanjutnya diikuti
kematian akibat komplikasi, cacing cestoda yang sring hidup pada yam yaitu
Railietina sp, tubuhnya mempunyai banyak proglita terdapat restulum dengan kait
berbentuk palu yang tersususn dalam lingkaran ganda, alat penghisap kadangkadang dipersenjatai dengan kait yang kecil yang tersusun dalam beberapa
lingkaran( Levine dan Norman 2011) Railitina sp dapat membuat cacing pada
dinding duodenum sehingga membentuk nodul- nodul, srupa dengan nodul- nodul
pada penyakit tbc unggas.
Hasil Pengamatan Pada Metode Apung
1. Ayam broiler (Raileitina Echinobothrida)

Gambar: Raileitina Echinobothrida


Klasifikasi:
Phylum
: Plathymenthes
Family : Railetinadea
Kelas
: Cestoda
Genus : Raileitina
Ordo
: Cyclophyllidea
Spesies: Raileitina Echinobothrida
2. Kambing (Ostertagia circumcineta)

20

Gambar: Ostertagia circumcineta


Klasifikasi:
Phylum
: Nemathelmintes
Family : Ostertagididae
Kelas
: Nematoda
Genus : Ostertagia
Ordo
: Metastronglidae
Spesies: Ostertagia circumcineta
3. Kelinci (Paramphistomum cerli)

Gambar: Paramphistomum cerli


Klasifikasi:
Phylum
: Nemathelmintes
Kelas
: Nematoda
Ordo
: Metastronglidae
4. Ayam kampung (Heterakis galliae)

Family : Paramphistonidae
Genus : Paramphistomum
Spesies: Paramphistomum cerli

21

Gambar: Heterakis galliae


Klasifikasi:
Phylum
Kelas
Ordo
Hasil

: Plathymenthes
: Cestoda
: Cyclophyllidea
pemeriksaan feses

Family : Davaineidae
Genus : Heterakis
Spesies: Heterakis galliae
yang telah dilakukan dengan metode apung

menunjukkan hasil yang positif, namun pada sebagian feses ada yang tidak
ditemukan atau diketahui karena kesalahan cara kerja dan alat praktikum yang
tidak seragam sehingga pas disentrifuge tabung centrifuge pecah, kemungkinan
berbagai feses tidak ditemukan hasil karena sampel atau feses yang digunakan
diperoleh pada ternak yang sehat ( tidak terinfeksi telur cacingnya) kurang
ketelitian dan kecerobohan praktikan dalam melakukan praktikum.
Identifikasi parasit cacing tergantung dari persiapan bahan yang untuk
memeriksa dengan mikroskop, baik dalam keadaan hidup maupun sebgai sediaan
yang telah dipulas. Hal yang menghubungkan adalah untuk mengetahui kira- kira
ukuran dan bentuk dari bermacam- macam parasit tetapi perbedaan individual
tidak mengunakan membedakan spsies hanya dengan melihat besarnya tinja atau
feses pemeriksaan harus dikumpulkan didalam suatu tempat yang bersih dan
kering bebas dari urine identifikasi terhadap kebanyakan tlur cacing dapat
dilakukan dalam beberapa hari setelah tinja dikeluarkan (Kurt. 1999)
Penyakit Endoparasit Protozoa
1. Sapi (Eimeria curnii)

22

Gambar: Eimeria curnii


Klasifikasi:
Phylum
Kelas
Ordo

: Protozoa
: Sporozoa
: Eucoccodiidae

Family : Eimeriina minchin


Genus : Eimeria
Spesies: Eimeria curnii

2. Itik (Ookisita Eimria tenella)

Gambar:

Ookisita

Eimria tenella
Klasifikasi:
Phylum
Kelas
Ordo

: Protozoa
: Sporozoa
: Eucoccodiidae

Family : Eimeriina minchin


Genus : Eimeria
Spesies: Eimeria tenella

3. Puyuh ( Ookisita Eimiria acervulina)

Gambar: Ookisita Eimiria acervulina


Klasifikasi:
Phylum
Kelas
Ordo

: Protozoa
: Sporozoa
: Eucoccodiidae

Family : Eimeriina minchin


Genus : Eimeria
Spesies: Eimeria acervulina

4. Ayam arab (Ookisita Eimeria mitis)

Gambar:

Ookisita Eimeria mitis

23

Klasifikasi:
Phylum

: Protozoa

Family : Eimeriina minchin

Kelas

: Sporozoa

Genus : Eimeria

Ordo

: Eucoccodiidae

Spesies: Eimeria mitis

5. Kelinci ( Ookisita Eimeria necatrix)

Gambar: Eimeria necatrix


Klasifikasi:
Phylum
: Protozoa
Family : Eimeriina minchin
Kelas
: Sporozoa
Genus : Eimeria
Ordo
: Eucoccodiidae
Spesies: Eimeria necatrix
6. Ayam kampung (Ookisita Eimeria necatrix)
Gambar:
necatrix
Klasifikasi:
Phylum
Kelas
Ordo

Protozoa

: Eimeriina minchin
: Sporozoa
: Eucoccodiidae

Eimeria

Family

Genus : Eimeria
Spesies: Eimeria necatrix

7. Kambing (Ookisita Eimeria tenella)

Gambar:
Klasifikasi:
Phylum
:
Kelas
Ordo

Eimeria
:
Eimeriina
: Sporozoa
: Eucoccodiidae

tenella
Protozoa

Family

minchin
Genus : Eimeria
Spesies: Eimeria tenella

24

Pada sampel feses emak yang diperiksa didapatkan hasil bahwa terdapat
protozoa Eimeria Curnii yang sering hidup didalam saluran pencernaan ternak
dan mengganggu system pencernaan. Dapat diasumsikan bahwa bila ternak sapi
terkena penyakit tersebut maka produksi dagingnya akan menurun. Ternak sapi
yang mengalami penurunan produksi dan berat badan ini diakibatkan adanya
penyakit parasit didalam saluran pencernaan ternak tersebut.
Jenis protozoa ookista Eimeria curnii yang merupakan jenis protozoa yang
sangat merugikanterutama pada fase pertumbuhan, ternak yang terkena peyakit
yang disebabkan oleh protozoa Eimeria curnii pertumbuhan nya akan terganggu.
Sedangkan pada pase produksi, produksi ternak tersebut akan menurun. Hal ini
sesuai dengan pendapat dari Komarudin (2008) menyatakan bahwa jenis protozoa
Eimeria curnii yang terdapat pada ternak akan menurunkan produksi dari ternak
tersebut dan juga mempengaruhi konsumsi pakan.
Protozoa Eimeria curnii yang terdapat pada sampel feces sapi merupakan
suatu jenis protozoa yang sering dijumpai pada ternak sapi lain nya. Protozoa
jenis ini juga dapat membantu pencernaan dan juga dapat menyebabkan ganguan
pencernaan. Sesuai dengan pendapat Fadilah dan kawan-kawan (2007) yang
menyatakan bahwa pada ternak sapi banyak sekali terdapat protozoa yang dapat
membahayakan siklus pertumbuhan, produksi dan yang lainnya sehingga
pencegahan terhadap pertumbuhan protozoa harus diinstensifkan, salah satu nya
yaitu protozoa Eimeria curnii . Banyak sekali protozoa yang hidup didalam tubuh
ternak yang sangat berbahaya sehingga perlunya pemeliharaan lingkungan yang
baik agar dapat mencegah pertumbuhan protozoa jahat yang dapat memberikan
dampak buruk bagi ternak, Kartasudjana (2008).
VAKSINASI ND (NEWCASTLE DISEASE)
Vaksin adalah bibit penyakit yang berasal dari virus dan bakteri yang telah
dilemahkan dan dimasukkan kedalam tubuh penerima sehingga terjadi
peningkatan kekebalan tubuh terhadap seranggan dari bibit penyakit yang
diinjeksikan selain dengan injeksi atau penyuntikan vaksin dapat juga melalui
25

tetes mata, hidung, mulut, semprot atau intra muscular dan intra cuttan, bahwa
kita ketahui bahwa pengendalian penyakit merupakan salah satu bagian penting
dalam sistem produksi disuatu usaha peternakan.
Penyakit ND atau Newcastle Disease juga dikenal dengan sampar ayam
atau tetelo yaitu penyakit yang disebabkan oleh Newcastle Disease virus ini
tergolong Paramyxo virus, virus ini biasanya berbntuk bola, meski tidak selalu
(pleamorf) dengan diameter 100- 300 nm, genome virus ND ini adalah suatu
rantai tunggal RNA, Virus ini menyerang alat pernafasan, susunan jaringan syaraf
serta alat- alat reproduksi telur dan menyerang dengan cepat serta mnular pada
banyak spesies unggas yang brsifat akut, epidemikdan sangat patogen, virus ND
dibagi dua type asia lebih ganas dan biasanya terjadi pada musim hujsn atau
musim peralihan, dimana saat tersebut stamina ayam menurun sehingga penyakit
mudah masuk yang ganas sekali menular dan seringkali menimbulkan kematian
secara mendadak Fadilah. 2004.
Sampel darah diambil dari unggas yang tidak pernah divaksinisasi dengan
vaksin ND sehingga, adanya antibody ND pada sampel yang diperiksa
menandakan bahwa unggas itu pernah terinfksi virus ND bukan akibat vaksinasi
darah diambil dari vena brachialis( vena bagian sayap) menggunakan dispossible
syinge 2,5 cc yang digunakan sekali pakai, darah ditampung dalam sebuah tabung
reaksi didiamkan semalam pada lemari pendingin, kemudian serum dipisahkan
dengan cara centrifuge Subroto. 2004.
Penularan penyakit New Castle Disease dapat melalui udara, kontak
dengan ayam langsung penderita virus yang mengancamkan terhadap ternak
tersebut ,adajuga virus yang mncemari makanan, air minum dan peralatan
kandang penyebab virus ini sangat cepat, baik dari ayam ke ayam ataupun dari
kandang kekandang ayam yang menderita penyakit ini akan menghasilkan telur
yang mengandung virus New Castle Disiase, sehngga telur yang mengandung
virus tersebut tidak akan bisa menetas. Pengobatan sampai sekarang ini belum
ditemukan obat untuk menyembuhkan penyakit ini , bagaimana pun dapat
digunakan vaksin aktif galur latosa/ clone untuk mencegah penyakit ini tetapi

26

untuk ayam atau unggas yang sudah terkena penyakit ini maka injeksi ini tidak
berguna lagi.
Koleksi dan Identifikasi Ektoparasit
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, yang dimulai dari pengoleksian atau
pengumpulan ektoparasitdari tubuh ternak sampai kepada pengidentifikasian
ektoparasit, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Caplak pada kambing ( Amblyomma hebraeum )

Gambar : Amblyomma hebraeum


Klasifikasi
Kingdom : Animalia

Family

: Ixodorindae

Phylum

: Arthopoda

Genus

: Amblyomma

Class

: Acarinorida

Species

: Amblyomma hebraeum

Ordo

: Ixodorina

2. Kutu pada kerbau (Haematopinus eurysternus)

27

Gambar: Haematopinus eurysternus


Klasifikasi
Kingdom : Animalia

Family

: Ixodorindae

Phylum

: Arthopoda

Genus

: Haematopinus

Class

: Acarinorida

Species

: Haematopinus eurysternus

Ordo

: Ixodorina

3. Kutu pada Sapi (Damalinia bovis)

Gambar: Damalinia bovis


Klasifikasi

4.

Kingdom : Animalia

Family

: Ixodorindae

Phylum

: Arthopoda

Genus

: Damalinia

Class

: Acarinorida

Species

: Damalinia bovis

Ordo

: Ixodorin

Kutu kucing

( Demodex canis )

Gambar: Demodex canis


Klasifikasi

28

Kingdom : Animalia

Family

: Ixodorindae

Phylum

: Arthopoda

Genus

: Demodex canis

Class

: Acarinorida

Species

: Demodex canis

Ordo

: Ixodorina

5. Kutu pada Ayam (Dermanysus gailinea)

Gambar: Dermanysus gailinea


Klasifikasi

6.

Kingdom : Animalia

Family

: Ixodorindae

Phylum

: Arthopoda

Genus

: Dermanysus

Class

: Acarinorida

Species

: Dermanysus gailinea

Ordo

: Ixodorina

Kutu anjing

(Amblyomma hebraum)

Gambar: Amblyomma hebraum


Klasifikasi
Kingdom : Animalia

Family

: Ixodorindae

Phylum

: Arthopoda

Genus

: Amblyomma

Class

: Acarinorida

Species

: Amblyomma hebraum

Ordo

: Ixodorina

29

7. Caplak Sapi (Boophilus decoloratus)

Gambar: Boophilus decoloratus


Klasifikasi
Kingdom : Animalia

Family

: Ixodorindae

Phylum

: Arthopoda

Genus

: Boophillus

Class

: Acarinorida

Species

: Boophillus decoloratus

Ordo

: Ixodorina

8. Caplak kerbau (ambiyoma cayannerse)

Gambar: ambiyoma cayannerse


Klasifikasi
Kingdom : Animalia

Family

: Ixodorindae

Phylum

: Arthopoda

Genus

: ambiyoma

Class

: Acarinorida

Species

: ambiyoma cayannerse

Ordo

: Ixodorina

9. Kutu babi (Haematopinus suis)

30

Gambar: Haematopinus suis


Klasifikasi
Kingdom : Animalia

Family

: Ixodorindae

Phylum

: Arthopoda

Genus

: Haematopinus

Class

: Acarinorida

Species

: Haematopinus suis

Ordo

: Ixodorina

10. Caplak babi (Dermacantor auratus)

Gambar: Dermacantor auratus


Klasifikasi
Kingdom : Animalia

Family

: Ixodorindae

Phylum

: Arthopoda

Genus

: Dermacantor

Class

: Acarinorida

Species

: Dermacantor auratus

Ordo

: Ixodorina

11. Kutu kambing (demalia ovis)

31

Gambar: demalia ovis


Klasifikasi
Kingdom : Animalia

Family

: Ixodorindae

Phylum

: Arthopoda

Genus

: demalia

Class

: Acarinorida

Species

: demalia ovis

Ordo

: Ixodorina

12. Lalat penghisap darah (Tabanus atractus)

Gambar: Tabanus atractus


Klasifikasi
Kingdom : Animalia

Family

: Ixodorindae

Phylum

: Arthopoda

Genus

: Tabanus

Class

: Acarinorida

Species

: Tabanus atractus

Ordo

: Ixodorina

Dari hasil yang didapat tentang koleksi dan identifikasi ektoparasit banyak
dampak negatif yang merugikan peternak, maka caplak dan kutu merupakan
parasit yang merugikan, baik itu merugikan ternak tersebut sebagai tempat hidup
kutu dan caolak, jug adapt merugikan para peternak, karena akan menmbah biaya
32

pemeliharaan.Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya diluar tubuh (permukaan


kulit tubuh) imduk semang. Cara hidup dari ektoparasit ini adalah dengan hinggap
sementara pada induk semang untuk mencari makan (numpang makan), atau
tinggal menetap pada induk semang (numpang hidup).pada umumnya termasuk
dalam phylum Arthopoda, yaitu binatang yang berbuku- buku(beruas- ruas).
Seperti yang dikatakan Cameron (1956), menyatakan bahwa kutu merupakan
parasit permanent eksternal dan obligat pada burung dan hewan mamalia. Kutu ini
tidak meloncat ataupun terbang melainkan berjalan cepat. Kutu dan caplak disini
merupakan phylum Arthropoda yaitu hewan yang memiliki tubuh beruas-ruas. Hal
ini sesuai dengan pernyataan ASKEW (1971) bahwa semua kutu tidak bersayap,
dia mempunyai tubuh pipih, dan antenna pendek dengan 3 sampai 5 ruas, dan
kakinya pendek. Hanya mempunyai tursus yang cakarnya digunakan untuk
bepegangan pada bulu atau rambut.
Caplak pada kambing merupakan caplak keras pada kambing (hospes)
dengan jenis Amblyomma hebraeum dan rhipicephalus vertisi yang telah dapat
diamati pada waktu praktikum berlangsung, amblyomma hebraeum yaitu
mempunyai ciri- ciri tubuh bulat dan besar berwarna kecoklatan kehitaman dan
memiliki tanduk sepasang dan 3 pasang kaki bagian kiri dan kanan sedangkan
jenis Rhipicaphalus evertisi memiliki ciri- ciri betina dewasa tubuh panjang dan
agak lancip kebelakang, jenis caplak pada

ternak sapi adalah caplak yang

mmiliki 4 pasang kaki atau memiliki 8 buah kaki yang bersama- sama dengan
tungau masuk kedalam anak kelas acarina, ordo aracnoida dan kerabatnya,
capalak dikenal sebagai parasit luaran (ektoparasit) yang hidupdari darah hewan
vertebrata yang ditumpanginya karena kebiasaannya ini, caplak menjadi vektor
bagi sejumlah penyakit menular.(Wikipidia. 2012) dan pada caplak kerbau
merupakan jenis spesies Ambiyoma cayannnse , dan pada ternak babi hasil yang
diperoleh berdasarkan pengamatan dimikroskop ektoparasit pada ternak babi
adalah spesies caplak keras dengan nama latin Dermacentor auratus bahwa caplak
adalah ektoparasit penghisap darah pada hewan vertebrata . Menurut vre de voe.
2007 bahwa caplak dapat hidup pada 1- 3 induk semang berbeda selama fase

33

pertumbuhannya shingga dikenal dengan sebutan caplak berinduk semang satu,


berinduk semang dua, dan berinduk semang tiga.
Ektoparasit pada ternak unggas atau ayam adalah kutu, caplak dan tungau
adanya infestasi kutu pada ayam itu sendiri, misalnya ayam terus menceker, tidak
tenang, bulu kusam, kehilangan nafsu makan dan sering kali menyisir bulu. Kutu
jarang menimbulkan kematian tetapi produktifitas ternak bisa menurun seperti
produksi telur bisa menurun 25%, pada penemuan kutu ayam banyak ditemukan
didaerah leher, kutu ayam mudah menyebar dngan bersentuhan dengan ayam yang
terinfestasi, untuk menghilangkan kutu biasanya digunakan produk- produk
tembakau atau insektisida khusus untuk penggunaan veterainer( Partsoedjono.
2010).

Pada

kucing

ektoparasit

yang

menyerangnya

adalah

spesies

ctenocephalides felis- felis yang sangat berdampak besar pada kucing tersebut
jenis parasit ini dapat menyebabkan penyakit Scabies pada kucing gejala yang
ditimbulkan oleh ternak yang diserang scabies adalah ternak atau hewan terlihat
tidak tenang akibat rasa gatal dengan menggosokkan badannya pada benda keras,
rasa gatal tersebut timbul adanya allergen yang merupakan hasil metabolisme
jenis ektoparasit tersebut selain itu juga menimbulkan lesi dengan tepi tidak
merata disertai keropeng kulit bersisik dan diikuti reruntuhan jaringan kulit nafsu
makan hewan turun dan pada akhirnya akan diikuti penurunan barat badan
sehingga akan tampak kurus bahkan bisa menimbulkan kematian (Rasid. 2009)
Menurut Levine 2004. Bahwa kutu dan caplak memiliki empat siklus
hidup yaitu telur, larva, limfa dan dewasa keduanya juga hidup dengan menghisap
darah inang namun kutu memiliki siklus hidup yang lebih pendek yaitu dua
minggu sedangkan caplak tiga bulan.
Lalat penghisap darah atau lalat kandang memiliki ciri- ciri punya
sepasang sayap yang jelas, dada ditandai dengan empat garis gelap dan beruasruas kaku, mulut memanjang dimodifikasi untuk menggigit dan menghisap darah
hospes, hospes lalat penghisap darah adalah bahan organic yang membusuk, feses
hewan dan adanya permukaan kulit ternak yang luka sehingga mempermudah dia
untuk mnghisap darah dari tubuh ternak tersebut lalat ini sebagai vektor pembawa
penyakit Anthraks, surra, piroplasmolisis dan anaplasmolisis, lalat ini berukuran

34

lebih besar dari lalat kandang dan sering hinggap pada sapi atau induk semang
lain dan kulitnya berwarna merah.
Teknik Pengambilan Dan Pengiriman Spesimen
Spesimen merupakan bagian organ tubuh ternak yang diambil untuk diuji
secara laboratoris untuk mengetahui penyakit ternak yang menyebabkan kematian.
Pada praktikum yang telah dilaksanakan ini kami mencoba mengambil spesimen
ternak yang masih hidup yaitu itik jantan untuk diuji pemeriksaan jaringan atau uji
patologi.
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan sebelum pengambilan
spesimen atau melakukan bedah bangkai agar pelaksanaannya dapat dilakukan
dengan sempurna antara lain: Anamnesis, pemeriksaan luar, dan pemeriksaan
klinis.
Anamnesis : langkah yang pertama adalah melakukan anamnesis, yaitu
mengumpulkan informasi dari pemilik tentang kejadian penyakitnya. Hal yang
dianggap perlu antara lain jenis ternak, jenis kelamin, lamanya sakit, apakah mati
dengan sendirinya atau dibunuh dan kapan terjadinya. Jumlah ternak dalam satu
kelompok, riwayat vaksinas dan pengobatan yang telah dilakukan.
Pemeriksaan luar : apabila ternak yang dikirim dalam keadaan bangkai
atau mati, maka perlu dilakukann pemeriksaan luar secara seksamaan terutama
untuk memperoleh tambahan informasi yang dapat dipakai sebagai petunjuk
tentang penyakitnya atau penyebab kematian dengan mempelajari perubahan
tubuh dan organ yang sfesifik.
Pemeriksaan klinis : apabila ternak yang dikirim dalam kadaan sakit atau
masih hidup, perlu dilakukan pemeriksaan klinis sebelum dibunuh secara
penyimpanan spsimen dipersiapkan dalam keadaan siap seperti botol berisi
formalin, media transpor, slide kaca, botol berisi alkohol, lampu spirtus, cawan
bebas hama, kapas, termos berisi es dan alat- alat lain yang diperlukan.
Sebelum dilakukan pemotongan terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan
klinis terhadap itik. Untuk pemotongan itik dapat dilakukan dengan beberapa cara
yaitu sebagai berikut.
Kesher style ; memotong seluruh saluran yang ada pada leher, vena, arteri
trachea dan oesophagus.

35

Modifikasi cosher style : memotong pembuluh darah vena dan arteri


Debraining: merusak otak dengan menusuk kawat kelangit- langit
Discolocalio: memutar lokasi persendian
Decepitation : memotong leher ayam sampai putus semua .
Pada praktikum ini pemotongan dilakukan dengan cara kosher style. Lalu
dibiarkan beberapa saat sampai ayam benar- benar mati. Setelah itu baru dikuliti
sampai karkas ayam tersebut bebas dari bulu, lalu dilakukan pembelahan rongga
dada sampai kloaka untuk mengambil sistem pencernaan dan pernafasan . lalu
ambil bagian bagian yang akan diuji spesimen seperti hati, ginjal, jantung,
limpa, usus halus duo denum, jejenum, ileuem, usus besar sekum, kolon,
rektum ,varing, laring, trakea,

proventrikulus, diikat masukkan formalin lalu

diikat lagi setelah itu masukkan kedalam botol kaca yang berisi formalin 10 %.
SANITASI DAN DESINFEKTAN
Dari praktikum yang telah dilakukan yaitu dengan langkah langkah :
membersihkan kandang, dengan membuang terlebih dahulu feces feces yang ada
dilantai lalu menyiram dengan air. Bersihkan tempat pakan, tempat pakan
dikosongkan. Lalu mandikan sapi dengan dengan sabun dettol dan menggunakan
sikat yang lembut dan sabun dettol atau sejenisnya. Pada praktikum ini praktikan
memandikan sapi yang bernama siputih. Setelah sapi dimandikan sapi
gembalakan agar dia dapat makan dan berinteraksi dengan udara bebas. Selagi
sapi digembalakan maka kita dapat membersihkan peralatan, tempat pakan, lantai
kandang untuk persiapan sebelum sapi dimasukkan ke dalam kandang kembali.
Setelah semua bersih masukkan sapi, dan lakukan proses desinfeksi untuk
membunuh mikroorganisme yang terdapat pada kandang, peralatan dan bahkan
pada tubuh ternak. Disini kami menggunakan desinfektan cyperkiller, yang dapat
digunakan untuk membunuh ektoparasit yang ada di dalam kandang.

36

PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan dari paraktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa pentingnya mata kuliah kesehatan ternak didalam dunia peternakan bahwa
perawatan ternak dalam peternakan diperlukan konsistesi dalam pemeliharaan

37

untuk mencapai produksi ataupun performan ternak yang kita inginkan melihat
banyaknya sumber penyebab penyakit yang terdapat di sekitar kandang ataupun
dari luar kandang.
Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah agar praktikum dasar kesehatan
ternak untuk yang akan datang lebih baik dari praktikum yang sekarang, sehingga
kegiatan praktikum dapat berjalan dengan baik dan lancar.

38

Anda mungkin juga menyukai