Anda di halaman 1dari 6

KESEHATAN HEWAN

PENYAKIT INFESTASI EKTOPARASI (CAPLAK)


TERNAK SAPI

Oleh :
Ahmad Fauzan Fathurrahman
10.2.5.15.1004

SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN (STPP) GOWA


BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2017
FOTO KASUS INFESTASI EKTOPARASIT (CAPLAK)
Infestasi Parasit (Caplak, Cacing, Serta Protozoa) Pada Sapi
Parasit
Infestasi parasit baik ektoparasit seperti caplak serta endoparasit seperti protozoa dan
cacing biasa didapati pada ternak feedlot.

Infestasi Caplak dan Cacing


Masalah parasit serperti caplak dan cacing pada ternak feedlot biasanya tidak terlalu
terlihat karena hewan feedlot biasanya terdiri dari sapi dewasa yang kelihatan sehat
(Hamali, 1988). Gejala klinis yang terjadi seperti lesu, penurunan nafsu makan serta
bulu yang kusam dan rontok.

Terapi
Untuk mengatasi masalah parasit seperti caplak biasanya dilakukan perendaman atau
penyemburan seluruh badan ternak dengan obat tertentu seperti larutan Amitraz.
Pemberian obat cacing kepada semua ternak yang akan digemukkan hendaklah
dilakukan (Hamali, 1988). Penentuan obat cacing yang tepat dan sesuai dengan jenis
cacing yang menginfestasi ternak merupakan hal yang harus diperhatikan. Untuk itu
perlu dilakukan pemeriksaan sampel kotoran sapi. Untuk mengetahui lebih lanjut
tentang penggunaan obat cacing bisa dilihat pada artikel Mekanisme Obat Cacing Pada
Ternak.

Infestasi Protozoa
Ternak yang terserang parasit protozoa biasanya lebih menunjukkan gejala klinis yang
jelas. Penyakit pada sapi yang disebabkan oleh protozoa antara lain Anaplasmosis,
Babesiosis, Tripanosomosis dan Theileriosis.

Anaplasmosis disebabkan protozoa Anaplasma sp. Anaplasma biasanya terdeteksi


sebagai parasit intraseluler, bentukan sebuah titik kromatin tanpa sitoplasma pada tepi
sel darah merah ternak (Gambar 3). Penyakit ini dapat ditularkan oleh vector lalat
penghisap darah seperti Tabanus dan Stomoxis. Penggunaan jarum suntik yang sama
dari hewan yang sakit ke hewan yang sehat juga dapat menularkan penyakit. Ternak
yang terserang penyakit ini menunjukkan gejala demam, lesu, lemah, dan terjadinya
penurunan nafsu makan. Hewan akan mengalami sembelit dengan kotoran bercampur
darah dan lendir, pernafaan menjadi cepat dan berat, urin berwarna gelap dan terjadi
pembengkakan kelenjar limfe (Akoso, 1996).

Babesiosis disebabkan protozoa Babesia sp. Babesia biasanya terdeteksi sebagai


parasit intraseluler, berbentuk buah pir pada sel darah merah (Gambar 3). Penyakit ini
ditularkan oleh vector caplak. Ternak yang terserang penyakit ini menunjukkan gejala
demam, lesu, lemah, dan terjadinya penurunan nafsu makan. Hewan akan mengalami
anemia, pernafasan menjadi cepat, detak jantung menjadi cepat dan kuat, serta urin
berwarna merah (Akoso, 1996).

Theileriosis disebabkan protozoa Theileria sp. Theileria biasanya terdeteksi sebagai


parasit intraseluler, bentukan bulat, oval, piriform atau koma dengan sitoplasma
berwarna bening pada sel darah merah ternak (Gambar 3). Penyakit ini dapat ditularkan
oleh vector caplak coklat yaituRhipicephallus appendiculatus. Ternak yang terserang
penyakit ini menunjukkan gejala demam, lesu, lemah, dan terjadinya penurunan nafsu
makan. Hewan akan mengalami pembengkakan limfe yang mecolok dibawah telinga
dan bahu. Hewan mengalami kesulitan bernafas, keluar cairan bening dan encer dari
hidung, terdapat pendarahan titik pada mukosa gusi bagian bawah dan bawah lidah,
hewan terbaring dan mati (Akoso, 1996).

Tripanosomosis disebabkan protozoa Trypanosoma sp. Trypanosoma biasanya


terdeteksi sebagai parasit ekstraseluler, bentukan kumparan dengan ujung yang lancip
di salah satu sisi dan tumpul di sisi yang lain pada preparat apus darah ternak (Gambar
3). Penyakit ini dapat ditularkan oleh lalat penghisap darah seperti Tabanus dan
Stomoxis serta vector lain seperti Pinjal. Ternak yang terserang penyakit ini
menunjukkan gejala demam, lesu, lemah, dan terjadinya penurunan nafsu makan.
Hewan akan mengalami kerontokan pada bulu, keluar leleran mucopurulent dari hidung
dan mata, kejang, sempoyongan dan berputar-putar akibat gangguan syaraf (Akoso,
1996).

Pencegahan Penyakit Ektoparasit


Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan memperhatikan perkandangan
yang baik misalnya ventilasi kandang, lantai kandang juga kontak dengan ternak lain
yang sakit dan orang yang sakit. Sanitasi merupakan usaha pencegahan penyakit
dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan
dengan perpindahan dari penyakit tersebut. Prinsip sanitasi yaitu bersih secara fisik,
kimiawi dan mikrobiologi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam sanitasi
1. Ruang dan alat yang akan disanitasi
2. Metiode sanitasi yang digunakan.
3. Bahan/zat kimia serta aplikasinya.
4. Monitoring program sanitasi.
5. Harga bahan yang digunakan.
6. Ketrampilan pekerja
7. Sifat bahan/produk dimana kegiatan akan dilakukan.

Prinsip-prinsip dalam pencegahan penyakit yaitu pencegahan lebih baik daripada


mengobati, ternak baru yang akan dimasukkan ke kandang harus dipastikan bebas dari
berbagai penyakit, lingkungan kandang harus bersih dan kering, pembersihan kandang
dan peralatan dilakukan setiap hari, pengendalian parasit internal (cacingan) dan
eksternal (caplak, lalat dan pinjal). Jika ternak telah terinfeksi ektoparasit maka dapat
dilakungan pembersihan dengan diambil satu-satu atau dengan cara Memandikan
dalam hal ini tidak hanya dalam arti membersihkan dari kotoran yang melekat dibadan
tapi juga sekaligus dilakukan pengobatan eksternal terhadap kuku, parasit, jamur,
kudis, dan lain - lain yang sifatnya mengganggu kesehatan kulit. Untuk memandikan
ternak sapi ini perlu disediakan fasilitas seperti dipping atau spraying. Akan tetapi hanya
tindakan spraying yang sering dilakukan di peternakan tersebut, dan dipping tidak
dilakukan dikarenakan tidak memiliki bak untuk memandikan ternak sapi.Dipping
merupakan tindakan menyelamatkan ternak sapi ke dalam ternak sapi yang berisi air
dan zat kimia pembunuh eksternal parasit. Sapi akan berenang sepanjang bak tersebut
dan badannya akan basah oleh air yang mengandung zat kimia.
Spraying adalah tindakan menyemprotkan zat kimia pembunuh eksternal parasit
ke badan sapi secara mekanis maupun manual. Tujuan Dipping dan spraying pada
dasarnya adalah sama yakni unutk membunuh eksternal parasit yang terdapat pada
badan sapi. Akan tetapi, penggunaan dipping lebih ekonomis kerana cairan zat kimia
dapat digunakan berulang-ulang, tetapi perlu diperhatikan apabila hujan turun dosis zat
kimia akan menurun dan tidak efektif lagi akibat bertambahnya air. Keuntungan
spraying adalah tidak berubahnya dosis zat kimia. Selain itu, penyemprotan dapat
mencapai bagian tubuh yang mungkin terlewat apabila dilakukan dengan cara dipping,
misalnya bagian telinga, dasar tanduk, dan bagian tepi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Borror, D. J., C. A. Triplehorn & N. F. Johnson. 1996. Pengenalan Pelajaran


Serangga. Ed. 6. Penerjemah:S. Partosoedjono. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Elzinga, R. J. 1978. Fundamentals of Entomology. Prentice Hall of India Private Ltd.
New Delhi.
Evans, G. O. 1992. Principles of Acarology. Cambridge University Press, UK.
Harvey, M. S & A. L. Yen. 1989. Worms to Wasps, an Illustrated Guide to Australias
Terrestrial Invertebrates. Oxford University Press.
Kadarsan, S., A. Saim, E. Purwaningsih, H. B. Munaf, I. Budiarti & S. Hartini.
1983.Binatang
Parasit. Lembaga Biologi Nasional-LIPI. Bogor.
Kendall, D. A. 2008. Mites & Ticks in Insect & Other arthropod. www.kendall-
bioresearch.co.uk/mite. htm.
Krantz, G. W. 1978. A Manual of Acarology. 2nd ed. Oregon State University Book
Store, Inc.Corvalis
Vredevoe, L. 1997. Background Information on the Biology of
Ticks..http://entomology.ucdavis.edu/ faculty/rbkimsey/tickbio.html.

Anda mungkin juga menyukai