Anda di halaman 1dari 16

PAPER

FARMAKOLOGI VETERINER II

ANTI PARASIT (ANTELMINTIK)

Disusun Oleh:

Nama : Amalia Nurwahdaniah

NIM : 2209511065

Kelas : A

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

JIMBARAN

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga saya bisa menyelesaikan Paper “Anti Parasit
(Antelmintik)” ini dengan baik. Adapun paper ini saya susun sebagai bagian dari tugas mata
kuliah Farmakologi Veteriner.

Saya menyadari bahwa paper yang saya buat ini masih jauh dari kata sempurna baik
dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Untuk itu, saya dengan sangat terbuka
menerima kritik dan saran apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan paper ini. Semoga
Paper Anti Parasit (Antelmintik) ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, dan juga bermanfaat
bagi kami selaku penulis.

Jimbaran, 21 April 2024

Hormat Saya,
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kecacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya parasit berupa cacing
kedalam tubuh hewan karena menelan telur cacing. Penyakit ini paling umum tersebar
dan menjangkiti banyak manusia dan hewan di dunia. Sampai saat ini penyakit infeksi
cacing masih tetap merupakan masalah karena kondisi sosial dan ekonomi di beberapa
bagian dunia serta perlu penanganan serius, terutama di daerah tropis karena cukup
banyak penduduk menderita kecacingan. Kecacingan merupakan salah satu penyakit yang
berhubungan lingkungan, karena sumber penyakit ini dapat ditularkan melalui tanah atau
disebut Soil Transmitted Helminths. Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang
paling umum tersebar dan menjangkiti lebih dari 2 miliar manusia diseluruh dunia.
Walaupun tersedia obat-obat baru yang lebih spesifik dangan kerja lebih efektif,
pembasmian penyakit ini masih tetap merupakan salah satu masalah antara lain
disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi di beberapa bagian dunia.
Terdapat tiga golongan cacing yang menyerang hewan yaitu nematoda, trematoda,
dan cestoda. Sebagaimana penggunaan antibiotika, antelmintik ditujukan pada target
metabolik yang terdapat dalam parasit tetapi tidak mempengaruhi atau berfungsi lain
untuk pengguna.
Antelmintika atau obat cacing (Yunani anti = lawan, helmintes = cacing) adalah obat
yang dapat memusnahkan cacing dalam tubuh manusia dan hewan. Dalam istilah ini
termasuk semua zat yang bekerja lokal menghalau cacing dari saluran cerna maupun
obat-obat sistemik yang membasmi cacing serta larvanya, yang menghinggapi organ dan
jaringan tubuh. Banyak antelmintik dalam dosis terapi hanya bersifat melumpuhkan
cacing, jadi tidak mematikannya. Guna mencegah jangan sampai parasit menjadi aktif
lagi atau sisa–sisa cacing mati dapat menimbulkan reaksi alergi, maka harus dikeluarkan
secepat mungkin. Kebanyakan antelmintik efektif terhadap satu macam cacing, sehingga
diperlukan diagnosis tepat sebelum menggunakan obat tertentu. Kebanyakan antelmintik
diberikan secara oral, pada saat makan atau sesudah makan

1.2. Rumusan Masalah


a. Apakah yang dimaksud dengan infeksi cacing (cacingan)
b. Apa sajakah jenis-jenis parasite cacing
c. Apasajakah obat-obat untuk pengobatan parasite cacing
1.3. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan infeksi parasit cacing
b. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis parasit cacing
c. Untuk mengetahui apa saja obat-obat untuk pengobatan parasit cacing
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi
Parasit cacing masih banyak ditemukan pada ternak sapi di Indonesia termasuk di
kabupaten Jember. Kerugian yang ditimbulkan karena infeksi suspense cacing pada
ternak sapi sangat besar karena mampu menurunkan produktivitas ternak sapi. Dampak
tersebut sering tidak disadari oleh peternak dikarenakan sifat infeksi uspense cacing yang
umumnya kronis sehingga tidak terlihat adanya perubahan gejala klinis yang menandakan
adanya gangguan uspense.
Helminthiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infestasi cacing (helminth)..
Pada hewan, penyakit ini dapat menyerang semua jenis hewan di kelas vertebrata, antara
lain : ikan; amfibi; suspens; mamalia seperti anjing, kucing, domba, sapi, babi, kuda, dan
lain sebagainya.
Cacing merupakan uspensete yang artinya makhluk hidup yang menumpang hidup di
dalam tubuh inang dan menyebabkan kerugian pada inang tersebut. Helminthiasis
menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar di bidang peternakan. Kerugian yang
diakibatkan penyakit helminthiasis antara lain : penambahan berat badan tidak optimal,
terhambatnya pertumbuhan pada hewan muda, penurunan kualitas produk hewani seperti
daging, susu, telur, kulit dan jeroan. Helminthiasis termasuk penyakit zoonosis yang
artinya, penyakit pada hewan yang dapat ditransmisikan pada manusia.

2.2. Jenis-jenis Parasit Cacing


a. Agen pathogen penyebab cacingan pada hewan

Jenis-jenis cacing yang menginfestasi hewan dibagi menjadi 3, yaitu :


- Cestoda atau Tape worm (cacing pita),
- Nematoda atau Round worm (cacing gilig),
- Trematoda atau Fluke / flat worm (cacing pipih).
Hewan dapat terinfestasi cacing karena tidak sengaja menelan telur atau larva
cacing dari lingkungan (pada tanah, pakan, ataupun air). Ataupun tertular melalui air
susu induk yang mengandung larva cacing. Organ target infestasi (organ predileksi)
cacing pada tubuh hewan beragam, antara lain : mata, hati, jantung, paru-paru, otot,
otak, saluran cerna, dll.
Ada beberapa jenis cacing yang sering menginfeksi ternak, antara lain :
- Cacing giling (nematoda) : Haemonchus contortus, Chabertia sp, Cooperia, sp,
Ostertagia ostertagi, Toxocara vitulorum, Oesophagostomum sp, Bunostomum sp,
Strongyloides sp, Trichuris sp, Trichostrongylus sp, Moniezea,
- Cacing pita (uspens) : Echinococus granulosus, Taenia saginata.
- Cacing pipih (trematoda) : Fasciola sp
dan masih banyak lagi jenis cacing yang dapat menginfeksi ternak. Cacing jenis
nematoda (cacing gilig) menginfeksi saluan pencernaan sapi. Sedangkan cacing pipih,
Fasciola hepatica menyerang hati sapi.

Gambar 1. Cacing Toxocara vitulorum Gambar2. Cacing Fasciola hepatica

Gambar 3. Cacing Taenia saginata

b. Siklus penularan
 Cacing giling
Cacing Trichostrongyloidea dewasa mengeluarkan telur tipe
Strongyloid. Setelah telur cacing dikeluarkan dari uspen sapi, maka telur akan
berkembang biak menjadi larva di lingkungan. Larka akan berkembang dari
L1-L3. Apabila larva infektif yang menempel di lingkungan (rumput)
termakan oleh sapi, maka larva (L3) tersebut akan menetas di saluran cerna
sapi tsb. Kemudian larva terserbut akan berkembang biak di saluran cerna
sapi, menjadi cacing dewasa.

Gambar 4. Siklus penularan cacing giling

 Cacing hati
Sikklus hidup cacing hati:

Telur dari feses sapi → telur menetas menjadi larva (mirasidium),


berenang mencari siput air tawar → Larva cacing berkembang menjadi
(sporosista- redia-serkaria) dalam tubuh siput → Metaserkaria menempel pada
lingkungan (rumput) → termakan oleh sapi→ kemudian menjadi cacing
dewasa di hati sapi → Cacing dewasa ini akan bertelur di saluran empedu, dan
telurnya akan terbawa ke usus sapi → Sehingga telur nya nanti akan terbawa
oleh feses, kemudian siklus akan berulang uspens.
Cacing hati, Fasciola hepatica memerlukan host intermediate dalam
siklus hidupnya. Host intermediate cacing hati adalah siput air tawar.
Gambar 5. Siklus hidup cacing hati
 Cacing pita
Manusia merupakan definitif host cacing pita dewasa, sedangkan larva
cacing (cisticercus cellulosae) terdapat dalam bentuk kista didalam jaringan
organ babi (hospes perantara). Cacing dewasa akan melepaskan segmen gravid
dan pecah di dalam usus sehingga telur dapat di temukan dalam tinja penderita
dan dapat bertahan beberapa bulan di lingkungan. Telur yang keluar bersama
tija jika termakan oleh babi, di dalam usus babi telur akan pecah dan onkosfer
akan terlepas. Onkosfer menyebar ke jaringan adan organ tubuh babi yaitu
lidah, otot leher, otot jantung, dan otot gerak. Dalam waktu 60-70 hari
onkosfer akan berubah menjadi larva sistiserkus. Di dalam saluran cerna
skoleks mengalami eksvaginasi dan melekatkan diri dengan alat isap di
dinding usus. Skoleks akan tumbuh menjadi cacing dewasa dan kemudian
membentuk strobila. Dalam waktu 2-3 bulan telah tumbuh menjadi cacing
dewasa yang mampu menghasilkan telur untuk meneruskan daur hidupnya.
Taenia solium panjang sekitas 7 meter dan dapat menghasilkan 50.000/tiap
proglotid.

Gambar 6. Siklus Hidup Taenia sp.

c. Gejala Klinis dan Perubahan Patologi Akibat Infestasi Cacing


• Kasus cacingan pada ternak sapi umumnya berjalan secara kronis.
• Secara umum sapi yang terserang cacingan badannya kurus, bulu kusam dan
berdiri, mengalami diare atau bahkan konstipasi (sulit buang air besar), nafsu
makan menurun dan terkadang mengalami anemia.
• Pada sapi yang menderita fasciolosis kronis, gejala yang terlihat antara lain : lesu,
napsu makan menurun, anemia, terjadi busung (edema) di antara rahang bawah
yang disebut “bottle jaw”, perut membesar, diare, bulu kering dan rontok, terasa
sakit dan ternak kurus. Pada kasus yang parah dapat menyebabkan kematian.
Sedangkan perubahan patologis akibat cacing hati adalah rusaknya parenkim hati.
• Pedet yang menderita toxocariasis menunjukkan diare dan badannya menjadi
sangat kurus.

Gambar 6. Sapi menderita cacingan

d. Diagnosa
Penegakan diagnose penyakit cacingan adalah dengan mengambil sampel feses
(kotoran) sapi. Kemudian diperiksa di laboratorium. Ada beberapa metode
pemeriksaan feses sapi, yaitu : metode natif, metode semtrifuge, metode sedimentasi.
Contoh gambar telur cacing dilihat dengan mikroskop :

Gambar
7. Telur Toxocara sp. Gambar 8. Telur Fasciola sp.

e. Cara Pencegahan
 Pemberian ransum/makanan yang berkualitas dan cukup jumlahnya
 Menghindari hewan terlalu padat di dalam uspens
 Memisahkan antara ternak muda dan dewasa
 Memperhatikan konstruksi dan sanitasi (kebersihan lingkungan)
 Menghindari tempat penggembalaan yang becek dan pengembalaan terlalu
pagi.
 Tidak memotong rumput di pagi hari. Karena pada rumput yang dipotong
pagi hari, larva cacing masih berada di pucuk rumput. Lebih baik memotong
rumput saat siang / sore hari.
 Melakukan pemeriksaan suspense dan pengobatan secara teratur
 Melakukan rotasi padang gembalaan.
 Mengendalikan populasi siput air tawar (Lymnea sp) di sekitar padang
gembalaan / uspens. Karena inang perantara cacing hati adalah siput.

f. Pengobatan :
- Diobati dengan obat cacing efikasi tinggi >90% .
- Pengobatan cacing dilakukan rutin minimal 2x/ tahun. Pengobatan pertama
dilakukan pada akhir musim hujan, untuk mengeliminasi migrasi cacing dewasa.
Pengobatan kedua pada akhir musim kemarau, ntuk mengeliminasi cacing muda
yang bermigrasi ke parenkim hati.
- Pengobatan dibarengi dengan menjaga kebersihan lingkungan dan pakan.

g. Kerugian yang diakibatkan Helminthiasis pada hewan :


- Tidak tercapainya Feed Conversion Rate yang optimal. Yaitu kenaikan berat
badan yang dicapai tidak sesuai dengan banyaknya pakan yang diberikan.
- Hewan rentan terkena penyakit.
- Penurunan berat badan secara drastic.
- Perumbuhan pedet terhambat (sangat lambat
- Skor Kondisi Tubuh sapi jelek sekali, perut buncit, badan kurus dan bulu
berdiri
- Penurunan produksi daging dan susu. Selain itu mengakibatkan penurunan
pada kualitas daging saat sapi dipotong.
- Kualitas jerohan juga menurun terutama pada serangan cacing hati yang parah,
hati sapi harus dibuang atau dimusnahkan.
- Waktu pemeliharaan jadi lebih lama untuk mencapai berat tertentu dan
menyebabkan inefisiensi dari segi biaya pakan dan biaya tenaga kerja.
- Bahaya penularan pada manusia (zoonosis).
2.3. Jenis-jenis Obat Cacing
Adapun beberapa jenis obat cacing diantaranya yaitu:
1. Piperazin
Piperazin merupakan obat cacing yang paling sering digunakan oleh
peternak.Piperazin sangat efektif untuk mengatasi infeksi cacing gilik yang ada di
saluran cernaseperti Ascaridia pada ayam, ruminansia (sapi, kerbau, domba,
kambing), babi maupun kuda. Piperazin biasanya dikombinasikan dengan
phenotiazine agar efektifitas-nyaterhadap cacing sekum meningkat.Kelarutan
piperazin sangat baik dalam air sehingga dapat diberikan melalui air
minummaupun dicampur dengan ransum.

https://homelabvet.com/product/piperazine-450-100g-piperazine-citrate/

2. Phenotiazin
Phenitiazin sangat efektif mengatasi cacing sekum (Heterakis gallinae)
danAscaridia sp. pada unggas, tetapi phenotiazin tidak efektif untuk membasmi
cacing pita.Walaupun mekanisme kerja obat ini belum diketahui dengan pasti
tetapi dari segikeamanan phenotiazin praktis tidak toksik untuk unggas
https://www.medionfarma.co.id/product/triworm/

3. Levamisol
Levamisole termasuk golongan imidathiazole yang efektif membasmi cacing
gilikdewasa hingga bentuk larvanya. Levamisol juga sangat efektif membasmi
cacing gilikyang ada di jaringan dan organ tubuh (Syngamus trachea pada trakea,
Oxyspiruramansonii pada mata) karena levamisol dengan cepat diserap dan
didistribusikan ke jaringan atau organ. Saat kondisi sistem imun rendah, levamisol
dapat membantumeningkatkan sistem imun tubuh host (inang)-nya dengan cara
meningkatkan aktifitasmakrofag.

https://agrotodostore.com/products/levamisol-15-millonez-x-100-ml

4. Ivermectin
Ivermectin lebih banyak digunakan pada hewan besar atau hewan
kesayangankarena obat ini termasuk obat yang mahal. Keunggulan ivermectin
adalah selain efektifmengatasi infeksi cacing gilik juga efektif mengatasi
ektoparasit (kutu, tungau, caplak,larva serangga). Selain itu, ivermectin mampu
membasmi bentuk cacing yang belum dewasa
https://www.blibli.com/p/wonder-star-farm-btm-ivermec-1-obat-hewan-50-ml/ps--STF-60032-00106

5. Niclosamid
Niclosamid termasuk golongan salicylanilida yang secara spesifik efektif
untukmengatasi infeksi cacing pita. Niclosamid diaplikasikan melalui ransum
karena tidaklarut air. Niclosamid tidak diserap dalam usus sehingga mempunyai
batas keamanan yangluas. Hasil penelitian menunjukkan pemberian niclosamid 40
kali dosis terapi pada sapidan domba tidak bersifat toksik

https://www.medionfarma.co.id/product/levamid-kaplet/
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kecacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya parasit berupa cacing
kedalam tubuh hewan karena menelan telur cacing. Penyakit ini paling umum tersebar
dan menjangkiti banyak manusia dan hewan di dunia. Helminthiasis adalah penyakit yang
disebabkan oleh infestasi cacing (helminth).. Pada hewan, penyakit ini dapat menyerang
semua jenis hewan di kelas vertebrata, antara lain : ikan; amfibi; suspens; mamalia seperti
anjing, kucing, domba, sapi, babi, kuda, dan lain sebagainya.
Terdapat tiga golongan cacing yang menyerang hewan yaitu nematoda, trematoda,
dan cestoda. Sebagaimana penggunaan antibiotika, antelmintik ditujukan pada target
metabolik yang terdapat dalam parasit tetapi tidak mempengaruhi atau berfungsi lain
untuk pengguna. Penegakan diagnose penyakit cacingan adalah dengan mengambil
sampel feses (kotoran) sapi. Kemudian diperiksa di laboratorium dengan menggunakan
beberapa metode pemeriksaan feses sapi, yaitu : metode natif, metode semtrifuge, metode
sedimentasi.
Adapun pencegaha yang dilakukan yaitu dengan cara Pemberian makanan yang
berkualitas dalam jumlah yang cukup, dan Mengendalikan populasi siput air tawar
(Lymnea sp) di sekitar padang gembalaan. Untuk pengobatannya dapat dilakukan dengan
cara memberikan obat cacing efikasi tinggi >90%. Pengobatan ini dilakukan secara rutin
minimal 2x / tahun. Pengobatan pertama dilakukan pada akhir musim hujan, untuk
mengeliminasi cacing dewasa. Dan pengobatan kedua dilakukan di akhir musim kemarau,
untuk mengeliminasi cacing muda yang bermigrasi ke parenkim hati.

DAFTAR PUSTAKA

Pakpahan, C. A., Bakri, M., Hanafiah, M., Fahrimal, Y., Asmilia, N., & Karmil, T. F. (2021).
Deteksi Sistiserkus Cacing Pita (Taenia spp) pada babi (Sus scrofa) di Rumah Potong Hewan
Medan Sumatera Utara. JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER, 6(1).

Anda mungkin juga menyukai