FARMAKOLOGI VETERINER II
Disusun Oleh:
NIM : 2209511065
Kelas : A
UNIVERSITAS UDAYANA
JIMBARAN
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga saya bisa menyelesaikan Paper “Anti Parasit
(Antelmintik)” ini dengan baik. Adapun paper ini saya susun sebagai bagian dari tugas mata
kuliah Farmakologi Veteriner.
Saya menyadari bahwa paper yang saya buat ini masih jauh dari kata sempurna baik
dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Untuk itu, saya dengan sangat terbuka
menerima kritik dan saran apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan paper ini. Semoga
Paper Anti Parasit (Antelmintik) ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, dan juga bermanfaat
bagi kami selaku penulis.
Hormat Saya,
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Parasit cacing masih banyak ditemukan pada ternak sapi di Indonesia termasuk di
kabupaten Jember. Kerugian yang ditimbulkan karena infeksi suspense cacing pada
ternak sapi sangat besar karena mampu menurunkan produktivitas ternak sapi. Dampak
tersebut sering tidak disadari oleh peternak dikarenakan sifat infeksi uspense cacing yang
umumnya kronis sehingga tidak terlihat adanya perubahan gejala klinis yang menandakan
adanya gangguan uspense.
Helminthiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infestasi cacing (helminth)..
Pada hewan, penyakit ini dapat menyerang semua jenis hewan di kelas vertebrata, antara
lain : ikan; amfibi; suspens; mamalia seperti anjing, kucing, domba, sapi, babi, kuda, dan
lain sebagainya.
Cacing merupakan uspensete yang artinya makhluk hidup yang menumpang hidup di
dalam tubuh inang dan menyebabkan kerugian pada inang tersebut. Helminthiasis
menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar di bidang peternakan. Kerugian yang
diakibatkan penyakit helminthiasis antara lain : penambahan berat badan tidak optimal,
terhambatnya pertumbuhan pada hewan muda, penurunan kualitas produk hewani seperti
daging, susu, telur, kulit dan jeroan. Helminthiasis termasuk penyakit zoonosis yang
artinya, penyakit pada hewan yang dapat ditransmisikan pada manusia.
b. Siklus penularan
Cacing giling
Cacing Trichostrongyloidea dewasa mengeluarkan telur tipe
Strongyloid. Setelah telur cacing dikeluarkan dari uspen sapi, maka telur akan
berkembang biak menjadi larva di lingkungan. Larka akan berkembang dari
L1-L3. Apabila larva infektif yang menempel di lingkungan (rumput)
termakan oleh sapi, maka larva (L3) tersebut akan menetas di saluran cerna
sapi tsb. Kemudian larva terserbut akan berkembang biak di saluran cerna
sapi, menjadi cacing dewasa.
Cacing hati
Sikklus hidup cacing hati:
d. Diagnosa
Penegakan diagnose penyakit cacingan adalah dengan mengambil sampel feses
(kotoran) sapi. Kemudian diperiksa di laboratorium. Ada beberapa metode
pemeriksaan feses sapi, yaitu : metode natif, metode semtrifuge, metode sedimentasi.
Contoh gambar telur cacing dilihat dengan mikroskop :
Gambar
7. Telur Toxocara sp. Gambar 8. Telur Fasciola sp.
e. Cara Pencegahan
Pemberian ransum/makanan yang berkualitas dan cukup jumlahnya
Menghindari hewan terlalu padat di dalam uspens
Memisahkan antara ternak muda dan dewasa
Memperhatikan konstruksi dan sanitasi (kebersihan lingkungan)
Menghindari tempat penggembalaan yang becek dan pengembalaan terlalu
pagi.
Tidak memotong rumput di pagi hari. Karena pada rumput yang dipotong
pagi hari, larva cacing masih berada di pucuk rumput. Lebih baik memotong
rumput saat siang / sore hari.
Melakukan pemeriksaan suspense dan pengobatan secara teratur
Melakukan rotasi padang gembalaan.
Mengendalikan populasi siput air tawar (Lymnea sp) di sekitar padang
gembalaan / uspens. Karena inang perantara cacing hati adalah siput.
f. Pengobatan :
- Diobati dengan obat cacing efikasi tinggi >90% .
- Pengobatan cacing dilakukan rutin minimal 2x/ tahun. Pengobatan pertama
dilakukan pada akhir musim hujan, untuk mengeliminasi migrasi cacing dewasa.
Pengobatan kedua pada akhir musim kemarau, ntuk mengeliminasi cacing muda
yang bermigrasi ke parenkim hati.
- Pengobatan dibarengi dengan menjaga kebersihan lingkungan dan pakan.
https://homelabvet.com/product/piperazine-450-100g-piperazine-citrate/
2. Phenotiazin
Phenitiazin sangat efektif mengatasi cacing sekum (Heterakis gallinae)
danAscaridia sp. pada unggas, tetapi phenotiazin tidak efektif untuk membasmi
cacing pita.Walaupun mekanisme kerja obat ini belum diketahui dengan pasti
tetapi dari segikeamanan phenotiazin praktis tidak toksik untuk unggas
https://www.medionfarma.co.id/product/triworm/
3. Levamisol
Levamisole termasuk golongan imidathiazole yang efektif membasmi cacing
gilikdewasa hingga bentuk larvanya. Levamisol juga sangat efektif membasmi
cacing gilikyang ada di jaringan dan organ tubuh (Syngamus trachea pada trakea,
Oxyspiruramansonii pada mata) karena levamisol dengan cepat diserap dan
didistribusikan ke jaringan atau organ. Saat kondisi sistem imun rendah, levamisol
dapat membantumeningkatkan sistem imun tubuh host (inang)-nya dengan cara
meningkatkan aktifitasmakrofag.
https://agrotodostore.com/products/levamisol-15-millonez-x-100-ml
4. Ivermectin
Ivermectin lebih banyak digunakan pada hewan besar atau hewan
kesayangankarena obat ini termasuk obat yang mahal. Keunggulan ivermectin
adalah selain efektifmengatasi infeksi cacing gilik juga efektif mengatasi
ektoparasit (kutu, tungau, caplak,larva serangga). Selain itu, ivermectin mampu
membasmi bentuk cacing yang belum dewasa
https://www.blibli.com/p/wonder-star-farm-btm-ivermec-1-obat-hewan-50-ml/ps--STF-60032-00106
5. Niclosamid
Niclosamid termasuk golongan salicylanilida yang secara spesifik efektif
untukmengatasi infeksi cacing pita. Niclosamid diaplikasikan melalui ransum
karena tidaklarut air. Niclosamid tidak diserap dalam usus sehingga mempunyai
batas keamanan yangluas. Hasil penelitian menunjukkan pemberian niclosamid 40
kali dosis terapi pada sapidan domba tidak bersifat toksik
https://www.medionfarma.co.id/product/levamid-kaplet/
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kecacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya parasit berupa cacing
kedalam tubuh hewan karena menelan telur cacing. Penyakit ini paling umum tersebar
dan menjangkiti banyak manusia dan hewan di dunia. Helminthiasis adalah penyakit yang
disebabkan oleh infestasi cacing (helminth).. Pada hewan, penyakit ini dapat menyerang
semua jenis hewan di kelas vertebrata, antara lain : ikan; amfibi; suspens; mamalia seperti
anjing, kucing, domba, sapi, babi, kuda, dan lain sebagainya.
Terdapat tiga golongan cacing yang menyerang hewan yaitu nematoda, trematoda,
dan cestoda. Sebagaimana penggunaan antibiotika, antelmintik ditujukan pada target
metabolik yang terdapat dalam parasit tetapi tidak mempengaruhi atau berfungsi lain
untuk pengguna. Penegakan diagnose penyakit cacingan adalah dengan mengambil
sampel feses (kotoran) sapi. Kemudian diperiksa di laboratorium dengan menggunakan
beberapa metode pemeriksaan feses sapi, yaitu : metode natif, metode semtrifuge, metode
sedimentasi.
Adapun pencegaha yang dilakukan yaitu dengan cara Pemberian makanan yang
berkualitas dalam jumlah yang cukup, dan Mengendalikan populasi siput air tawar
(Lymnea sp) di sekitar padang gembalaan. Untuk pengobatannya dapat dilakukan dengan
cara memberikan obat cacing efikasi tinggi >90%. Pengobatan ini dilakukan secara rutin
minimal 2x / tahun. Pengobatan pertama dilakukan pada akhir musim hujan, untuk
mengeliminasi cacing dewasa. Dan pengobatan kedua dilakukan di akhir musim kemarau,
untuk mengeliminasi cacing muda yang bermigrasi ke parenkim hati.
DAFTAR PUSTAKA
Pakpahan, C. A., Bakri, M., Hanafiah, M., Fahrimal, Y., Asmilia, N., & Karmil, T. F. (2021).
Deteksi Sistiserkus Cacing Pita (Taenia spp) pada babi (Sus scrofa) di Rumah Potong Hewan
Medan Sumatera Utara. JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER, 6(1).