Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN

PRAKTIKUM PATOLOGI SISTEMIK DAN NEKROPSI


NEKROPSI PADA AYAM

Oleh:
Nama : Aziz Aninur Rahman
NIM : 135 130 107 111 004
Kelas : 2013-A
Kelompok : A6
Asisten : Tim Patologi Sistemik dan Nekropsi

LABORATORIUM PATOLOGI SISTEMIK DAN NEKROPSI


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu hambatan dalam usaha mengembangkan peternakan adalah kematian hewan
yang diternakkan. Kejadian semacam itu sewaktu-waktu dapat menimpa para peternak, baik
pada peternakan ternak besar (sapi dan kerbau), ternak kecil (kambing, domba dan babi),
Unggas (ayam dan itik) maupun aneka ternak. Kematian ini bisa diakibatkan oleh penyakit
bakterial, viral, fungal atau parasiter, atau gangguan keracunan. Tarmudji (2003) menyatakan
bahwa, kematian hewan biasanya disebabkan oleh: mekanik (trauma otak, kerobekan jantung
atau corong darah besar), termal (suhu yang tinggi), elektrik (aliran listrik), kimiawi (bawan-
bahan kimia dan racun-racun dari agen penyakit), alimenter (kekurangan makanan) dan
pencekikan (adanya tumor atau benda asing di dalam saluran pernafasan). Ada tiga pintu
kematian, yaitu: otak, jantung dan paru-paru. Apabila salah satu dari ketiga organ ini tidak
berfungsi, maka terjadilah kematian. Otak, suatu organ halus yang dilindungi oleh tulang
tengkorak, mudah rusak bila terkena benturan yang hebat, dan akibatnya bisa fatal. Kehilangan
darah akibat kerobekan jantung atau corong-corong darah besar dan kekurangan zat oksigen di
dalam paru-paru dapat menimbulkan kematian hewan. Kematian dapat terjadi secara cepat, bila
penyebabnya mempengaruhi tenunan-tenunan vital (otak, jantung dan paru-paru) secara tiba-
tiba, dan dapat juga terjadi perlahan-lahan bila tenunan-tenunan vital tadi secara perlahan-lahan
dan teratur kehilangan fungsinya.
Dalam menelusuri penyebab kematian hewan dan menentukan diagnosanya harus
diadakan pemeriksaan terhadap bangkai hewan (cadaver). Yang biasa dilakukan adalah
pemeriksaan bangkai hewan dengan jalan pembedahan (bedah bangkai, seksi atau nekropsi).
Penentuan diagnosa secara cepat dan tepat dengan pembedahan ini adalah sangat penting.
Karena tanpa pembedahan dan melihat perubahan perubahan organ-organ dalam suatu bangkai,
sulit diparoleh gambaran penyebab kematian hewan. Bila dari hasil diagnosa tersebut diduga
penyakit menular sebagai penyebabnya, maka tindakan pengamanan terhadap hewan-hewan
lain di sekitar tempat kejadian harus segera dilakukan. Misalnya dengan vaksinasi hewan-
hewan yang sehat supaya tidak terserang penyakit, mengisolasi dan mengobati hewan-hewan
yang sakit dan sebagainya. Kadang-kadang dengan pembedahan saja belum dapat menentukan
diagnosa, tetapi harus disertai dengan keterangan-keterangan mengenai riwayat hewan sebelum
mati (anamnese), gejala-gejala klinik dan hasil-hasil pemeriksaan laboratorik (Tarmudji, 2003).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilaksanakanlah praktikum nekropsi pada ayam
untuk mengetahui proses penentuan diagnosa kematian melalui nekropsi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum nekropsi pada ayam adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui prosedur nekropsi pada ayam
2. Mengetahui penyakit yang dapat menyerang ayam

1.3 Manfaat
Manfaat yang akan didapatkan dari praktikum nekropsi pada ayam adalah sebagai
berikut:
1. Dapat mengetahui dan melaksanakan prosedur nekropsi pada ayam
2. Dapat mengetahui dan mendiagnosa penyakit penyebab kematian pada ayam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nekropsi pada Ayam


Menurut Fadilah dan Polana (2004), nekropsi harus dilakukan setiap hari jika ada ayam
yang mati atau ayam yang dimatikan karena dicurigai terjangkit suatu penyakit. Tujuan
dilakukannya nekropsi adalah untuk mendiagnosis atau mengidentifikasi suatu penyakit yang
menginfeksi ayam tersebut dan hasilnya akan dijadikan bahan pertimbangan menentukan
penyakit yang sedang menyerang suatu kawasan peternakan. Identifikasi penyakit yang
menyerang ayam dilakukan dengan cara melihat adanya perubahan di bagian organ tubuh.
Ayam yang dicurigai terkena penyakit harus dimatikan terlebih dahulu. Banyak cara yang bisa
dilakukan untuk mematikan ayam secara cepat tanpa menimbulkan penderitaan pada ayam.
Salah satu caranya adalah dengan cara memegang kedua pangkal sayap ke arah belakang
punggung ayam dengan satu tangan, sedangkan tangan lainnya memegang kepala ayam yang
dijepitkan kedalam sela jari tangan denga posisi vertical. Kemudian ditarik secara berlawanan
arah antara tubuh dan kepala ayam secara bersamaan dengan cepat. Cara ini akan mematahkan
tulang leher dan tulang spinal.
Selain itu terdapat cara lain untuk mematikan ayam selain cara yang disebutkan
sebelumnya. Menurut Jaksch (1981), terdapat 4 cara untuk mematikan ayam:
1. Mekanik, dengan dislokasi leher atau penyembelihan
2. Menahan nafas, dengan cara ditaruh pada tempat kedap udara atau ditenggelamkan
3. Diberi gas CO2 atau nitrogen
4. Secara elektrik atau disetrum

2.2 Fowl Cholera


Kolera unggas atau Fowl Cholera adalah penyakit menular yang menyerang unggas
peliharaan dan unggas liar dengan angka morbiditas dan mortalitas tinggi, disebabkan oleh
bakteri Pasteurella multocida (P. multocida) dan tersebar diseluruh dunia. Penyakit bersifat
septikemik dan biasanya berjalan akut, tetapi di daerah endemik pada bangsa burung yang
kurang peka penyakit ini dapat terjadi secara kronis. Penyakit ini dilaporkan pertama kali di
Eropa oleh Chabert pada tahun 1782, di Amerika Serikat oleh Salmon pada tahun 1880 dan di
Canada oleh Higgins pada tahun 1898. Di Indonesia kejadian klinis kolera unggas diperkirakan
sudah lama terjadi, namun bakteri penyebab penyakit baru berhasil diisolasi oleh Sri Poernomo
pada tahun 1972. Kerugian akibat penyakit kolera unggas dapat berupa kematian, penurunan
berat badan, dan penurunan produksi telur. Penularan secara alami pada ayam dapat
mengakibatkan kematian sebesar 10-20%, pada itik dapat mencapai 50%, sedangkan pada
kalkun lebih dari 50% (Christensen dan Bisgaard, 2000).
Penularan terjadi melalui saluran pencernaan, saluran pernapasan terutama pada unggas
muda. Penularan juga terjadi lewat luka pada kulit atau luka suntikan. Tungau, lalat, tikus dan
burung liar dapat bertindak sebagai vector mekanik yang dapat menularkan kuman dari satu
hewan ke hewan lainnya. Ayam yang menderita kolera unggas secara kronis merupakan sumber
penularan penyakit yang paling penting. Penularan penyakit dapat terjadi melalui sekresi
hidung, mulut, atau kotoran ayam yang sakit. Penularan yang penting adalah melalui air minum
atau tempat pakan dibanding dengan penularan melalui udara. Kuman masih tetap tinggal di
dalam saluran pernafasan bagian atas terutama pada hewan-hewan yang baru sembuh dari sakit,
yang nantinya dapat disebarkan ke hewan lain melalui sekresi hidung. Ketika hewan minum
kuman dapat mencemari air minum yang kemudian menjadi sumber penularan. Penularan dapat
terjadi melalui kontak langsung dengan ayam sakit (carrier) atau dapat juga secara tidak
langsung melalui pakan, air minum, alat-alat kandang, alat transportasi dan juga pekerja yang
tercemar P. multocida. Penularan juga dapat terjadi melalui memakan bangkai hewan sakit,
kontak dengan burung liar pemangsa, hewan liar lain seperti tikus, juga ternak lainnya seperti
babi, kucing anjing, atau insekta terutama lalat yang mengandung bakteri P. multocida
(McMullin, 2007).
Pengobatan kolera unggas dapat menggunakan antimikroba sebagai berikut:
a. Preparat sulfa
(1) Sulfaquinoxalin 0,05% dalam air minum.
(2) Sulfametasin dan sodium sulfametasin 0,5-1,0% dalam makanan atau 0,1% dalam
air minum.
(3) Sulfamerasin 0,5% dalam makanan atau 0,2% dalam air minum. Pemberian per oral
dengan dosis 120 mg/kg berat badan.
b. Antibiotika
(1) Streptomycin 150.000 mg dapat mencegah kematian bila diberikan pada awal
infeksi
(2) Terramisin 25 mg/kg berat badan (Pudjiatmoko dkk., 2014).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


Peralatan yang perlu kita persiapkan untuk melakukan nekropsi pada ayam yaitu:
1. Pisau
2. Gunting (Gunting Runcing, Gunting Tumpul dan Gunting Tulang)
3. Pinset dan Skalpel
4. Kantong Plastik untuk Membungkus Organ Spesimen
5. Desinfektan
6. Sabun
7. Wadah Spesimen seperti Pot yang ada Bahan Pengawet Formalin 10%
8. Kertas Label untuk memberi tanda pada masing-masing Spesimen Pot
9. Ember
Bahan-bahan yang perlu kita persiapkan untuk melakukan nekropsi pada ayam yaitu:
1. Ayam
2. Air

3.2 Cara Kerja


Ayam
 Jika ayam masih dalam keadaan hidup, diperiksa terlebih dahulu tubuh bagian luar dan
diamati gejala klinis tertentu. Diperiksa secara teliti adanya parasit eksternal pada bulu
dan kulit. Diamati warna pial dan cuping telinga. Diperhatikan pula terhadap
kemungkinan adanya diare, leleran dari paru, nares dan mata serta kemungkinan adanya
kebengkakan dan perubahan warna daerah facial.
 Ayam yang masih dalam kondisi hidup dapat dibunuh (eutanasi) dengan cara
mematahkan leher pada persendian atlanto-occipitalis, emboli udara kedalam jantung.
 Bangkai hendaknya dibasahi dengan air terlebih dahulu untuk menghindari bulu tidak
berterbangan, karena hal tersebut dapat menyebabkan pencemaran.
 Bangkai dibaringkan pada bagian dorsal dan dibuat suatu irisan pada kulit di bagian
medial paha dan abdomen pada kedua sisi tubuh. Paha ditarik ke bagian lateral dan
diteruskan irisan dengan pisau sampai persendian coxo femoralis. Irislah kulit pada
bagian medial dari kaki / paha dan periksa otot dan persendian pada daerah tersebut.
 Dibuat irisan melintang pada kulit daerah abdomen, lalu kulit ditarik ke bagian anterior
dan irisan tersebut diteruskan ke daerah thorax sampai mandibula. Irisan pada kulit juga
diteruskan ke bagian posterior di daerah abdomen.
 Diperhatikan warna, kualitas, dan derajat dehidrasi dari jaringan sub-kutan dan otot-otot
dada.
 Dibuat irisan pada otot di daerah brachialis (kiri dan kanan) untuk memeriksa nervus
dan plexus brachialis.
 Dibuat irisan melintang pada dinding peritoneum, di daerah ujung sternum (procesus
xyphoideus) ke arah lateral. Dibuat juga suatu irisan longitudinal di daerah abdomen
melalui linea mediana ke arah posterior sampai daerah kloaka. Cara ini akan membuka
cavum abdominalis.
 Dibuat suatu irisan longitudinal melalui m. pectoralis pada kedua sisi sternum sepanjang
persendian kostokondral semua costae mulai dari posterior ke anterior. Pada bagian
anterior, irisan pada kedua sisi thorax harus bertemu pada daerah rongga dada, setelah
memotong tulang choracoid dan clavicula. Cara ini akan membuka rongga dada.
 Diperiksa kantung udara di daerah abdominalis dan thorakalis. Diperiksa juga letak
berbagai organ di dalam cavum thorax dan abdominalis sesuai posisinya tanpa
menyentuh organ tersebut. Jika akan mengambil sampel untuk isolasi bakteri, jamur,
virus harus dilakukan secara aseptis.
 Diperhatikan kemungkinan terhadap adanya cairan, eksudat, transudat atau darah di
dalam rongga perut dan rongga dada.
 Saluran pencernaan dapat dikeluarkan dengan memotong oesophagus pada bagian
proksimal proventrikulus. Ditarik seluruh saluran pencernaan ke arah posterior dengan
memotong mesenterium sampai pada daerah kloaka. Diperiksa bursa fabrisius terhadap
abnormalitas tertentu.
 Hepar, lien dikeluarkan dan dilakukan pemeriksaan.
 Dibuat irisan secara longitudinal pada proventrikulus, ventrikulus, intestinum tenue,
coecum, colon dan cloaka. Diperiksa terhadap kemungkinan adanya lesi dan penyakit.
 Saluran reproduksi dikeluarkan dan oviduct di iris secara longitudinal kemudian
diperiksa ovarium yang meliputi stroma dan folikelnya.
 Diperiksa ureter dan ren pada posisinya. Organ tersebut dikeluarkan untuk dilakukan
pemeriksaan yang lebih lanjut.
 Nervus dan plexus ischiadichus diperiksa setelah otot abductor pada bagian medial paha
dipisahkan.
 Dibuat irisan pada sisi kiri sudut mulut, diteruskan ke pharynx, oesophagus dan
ingluvies. Diperiksa terhadap adanya abnormalitas pada organ tersebut.
 Diperiksa glandula thyroidea dan parathyroidea di daerah trachea.
 Diiris secara longitudinal melalui larynx, trachea, bronkus sampai ke pulmo. Organ
tersebut dapat dikeluarkan secara bersamaan setelah pulmo diangkat dari perlekatannya.
Pemeriksaan pulmo dilakukan terhadap ukuran, warna, konsistensi bidang irisan dan uji
apung.
 Pemeriksaan jantung dilakukan terhadap keadaan perikardium, ukuran, warna dan apek
cordis. Jantung diperiksa dengan membuat irisan longitudinal melalui atrium dan
ventrikel kiri dan kanan atau irisan melintang di daerah ventrikel.
 Paruh dipotong bagian atas secara melintang di daerah dekat mata sehingga cavum nasi
dan sinus infraorbitalis dapat diperiksa terhadap adanya cairan.
 Semua persendian diperiksa dengan membuat irisan pada kulit diantara kaput dan sulkus
persendian. Pemeriksaan tendo, khususnya dilakukan pada tendo gastrocnemius dan
tendo flexor digitalis.
 Untuk memeriksa otak, kulit dan tulang leher di daerah persendian diiris sehingga
foramen magnum dan medulla oblongata kelihatan. Otak dapat dikeluarkan dengan cara
sebagai berikut: kulit di daerah kepala dibuka, kemudian dibuat irisan dengan gunting
dari foramen magnum ke arah os frontalis yang membentuk sudut 40 pada kedua sisi
tulang tengkorak. Selanjutnya dibuat irisan melintang yang menghubungkan kedua
sudut mata luar. Melalui irisan tersebut tengkorak dibuka. Setelah tengkorak terbuka,
meninges diiris, kemudian bulbus olfactorius, nervi cranialis dipotong sambil
mengeluarkan seluruh bagian otak. Hypofisis cerebri yang masih terlekat pada tulang
tengkorak dikeluarkan dengan mengiris durameter yang mengelilingi sella tursica.
Sinus paranasales dan sinus lainnya diperiksa dengan membuat suatu potongan melalui
garis median hidung.
Hasil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Signalement:
Nama : Jalu
Spesies : Ayam
Kelamin : Betina
Umur : > 6 bulan
Warna bulu : Coklat
Berat badan : 2,3 Kg
Anamnesa:
Nafsu makan menurun, kepala selalu tertunduk, tidak mau bergerak dan hanya duduk
diam pada lantai kandang. Feses putih kehijauan selama beberapa hari.
Berikut ini adalah dokumentasi hasil nekropsi pada ayam:
Organ Keterangan
A: Esofagus
B: Trakea
Kedua organ terlihat normal tanpa ada lesi
patologis. Tidak terdapat lendir atau
A perdarahan pada trakea.
-
B
-

A: Crob
Terlihat kosong karena ayam tidak nafsu
makan.
A
-

A: Adanya Edema
B: Hepar
Terlihat adanya fokal nekrosis pada hepar,
B tetapi hepar tidak mengalami pembesaran.
-

A
-
A: Folikel
B: Egg Yolk Peritonitis
C: Lien
B D: Hepar
-
A Terdapat masa perkejuan pada folikel, serta
D
-
-
peritonitis yang ditandai dengan dengan
C tersebarnya material yolk pada abdomen.
-
Adanya hiperemi pada pembuluh darah di
abdomen.
A: Pankreas
B: Duodenum
Terlihat adanya hiperemi pada pembuluh
darah sekitar duodenum.
A
-

B
-

A: Ventrikulus
B: Proventrikulus
B
Terlihat normal tanpa ada lesi patologis.
- Hiperemi ada pembuluh darah sekitar
A proventrikulus dan ventrikulus.
-

Diagnosa:
Fowl cholera, dengan adanya nekrosis fokal pada hepar dan egg yolk peritonitis.

4.2 Analisa Prosedur


Sebelum dilaksanakan nekropsi, maka diamati terlebih dahulu penampilan fisik luar dari
ayam. Diamati terlebih dahulu apakah ada lesi, perubahan patologis ataupun kecacatan pada
ayam. Setelah dilakukan pengamatan, maka ayam dieutanasi terlebih dahulu sebelum dilakukan
nekropsi. Ayam dieutanasi secara mekanik dengan cara dislokasi pada leher. Setelah dipastikan
bahwa ayam telah mati, maka mulai dibasahi bulu pada ayam agar tidak berterbangan ketika
dilakukan pembedahan bangkai sehingga tidak mengotori organ dalam ayam. Bulu-bulu
kemudian dicabuti terlebih dahulu pada sekitar abdomen dan thorax hingga ke leher. Kemudian
abdomen dibuka menggunakan scalpel dan gunting pada daerah linea alba hingga organ
abdomen terekspos denga jelas. Kemudian thorax dibuka dengan cara mengangkat dada dengan
memotong costae hingga ke clavicula. Lalu kulit pada daerah leher digunting dan dibuka hingga
dapat terlihat jelas trakea, esophagus dan crob.
Setelah tubuh ayam terbuka, maka dilakukan pengisolasian organ. Dimulai dengan
organ pada sistem pencernaan, seperti esophagus, crob, proventrikulus, ventrikulus, duodenum
beserta pankreas, jejenum, ileum dan colon. Lalu hepar beserta vesical fellea dan lien diangkat
agar paru-paru dan ginjal dapat terlihat. Setelah tiap organ diisolasi, maka diamati per organ
perubahan patologis yang tampak, lalu dicatat dan hasilnya dilaporkan.

4.3 Analisa Hasil


Pada pemeriksaan awal, yakni pemeriksaan fisik, tampak ayam lesu, selalu
menundukkan kepala dan tidak nafsu makan. Mata terlihat sayu dan tidak ada leleran yang
keluar dari nares ayam. Jarang sekali bergerak dan selalu duduk di lantai kandang. Ayam tidak
nafsu makan selama beberapa hari, sehingaa dari pemeriksaan fisik dapat terlihat bahwa ayam
tersebut mengalami ganggaun kesehatan. Kemudian setelah pemeriksaan fisik, dilakukan
pemeriksaan organ dalam dengan cara nekropsi.
Esofagus dan crob tidak terdapat lesi dan crob kosong dari makanan dikarenakan ayam
tidak mau makan. Trakea dibuka dan tidak terdapat adanya lendir dan perdarahan dalam trakea.
Ventrikulus dan proventrikulus tidak terlihat adanya perdarahan maupun inflamasi, hanya saja
pembuluh darah sekitarnya mengalami hiperemi. Usus yang terdiri dari duodenum, jejenum,
ileum, sekum dan kolon tidak terlihat adanya kelainan dan lesi patologis, hanya saja pembuluh
darah sekitarnya mengalami hiperemi. Hepar dalam ukuran normal dengan tepian yang masih
tajam, akan tetapi terdapat fokal nekrosis pada beberapa tempat di hepar. Jantung terlihat
normal tanpa ada lesi patologis, paru-paru tampak berwarna merah muda dan normal serta
ginjal yang tampak normal dengan berwarna merah kehitaman. Secara umum pada abdomen
akan ditemukan banyak material kuning telur yang tersebar dan menandakan bahwa telah
terjadi egg yolk peritonitis. Pada folikel ovarium sendiri, terdapat massa perkejuan sehingga
folikel tersebut tampak abnormal. Sehingga secara umum, maka berdasarkan patologi anatomi
yang teramati diagnosa penyakit ayam tersebut akan mengarah pada fowl cholera atau kolera
unggas.

4.4 Pembahasan
Tergantung pada proses penyakit, kolera unggas atau fowl cholera memberikan kelainan
post infeksi mati yang berbeda. Pada bentuk perakut, unggas mati beberapa jam setelah tanda
klinis pertama terlihat. Pada otot jantung dan lemak abdominal ditemukan perdarahan ptechie
dan echymoses. Pada bentuk akut ptechie tidak saja pada otot jantung dan lemak abdominal
tetapi juga pada ventriculus, mukosa usus, peritoneum dan para-paru. Duodenum membengkak
berisi eksudat kental. Hati membesar berwarna belang, hiperemi dan ditemukan sarang-sarang
nekrosa. Pada organ-organ tersebut terdapat endapan fibrin. Pada ayam petelur terjadi
perdarahan sub kapsular pada ovarium dan telur, serta terdapat masa perkejuan pada kantong
kuning telur. Pada kalkun sering terjadi pneumoniae purulenta bersifat ekstensif. Pada bentuk
kronis hati berwarna kehijauan, tidak selalu disertai pembesaran dan pembentukan sarang-
sarang nekrose. Pada unggas yang secara klinis menunjukkan gangguan respirasi, trakea
menampakkan peradangan ringan dan mengeluarkan eksudat. Pial membengkak berisi cairan
oedema sampai perkejuan. Terjadi abses pada oviduk. Pada sendi-sendi kaki dan atau sayap
terjadi arthritis supuratif (Pudjiatmoko dkk., 2014).

A B

Gambar 4.1 Bentuk akut Fowl Cholera, adanya Egg Yolk Peritonitis (a) dan fokal nekrosis pada hati
(b) (Pudjiatmoko dkk., 2014).

Kolera unggas dapat dikelirukan dengan berbagai penyakit dengan gejala klinis yang hampir
sama seperti misalnya:
a. Tanda-tanda tortikolis seperti tanda-tanda pada tetelo (Newcastle Disease).
b. Pembengkakan dan sarang-sarang nekrose pada hati dapat dikelirukan dengan fowl typhoid
yang disebabkan oleh Salmonella spp.
c. Angka mortalitas dan morbiditas tinggi dapat dikelirukan dengan fowl plaque yang disebabkan
oleh virus.
d. Tanda gangguan respirasi, synovitis juga dijumpai pada penyakit ungags lain bukan fowl
cholera (Pudjiatmoko dkk., 2014).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Tujuan dilakukannya nekropsi adalah untuk mendiagnosis atau mengidentifikasi suatu
penyakit yang menginfeksi ayam tersebut dan hasilnya akan dijadikan bahan pertimbangan
menentukan penyakit yang sedang menyerang suatu kawasan peternakan. Identifikasi penyakit
yang menyerang ayam dilakukan dengan cara melihat adanya perubahan di bagian organ tubuh.
Sebelum dilaksanakan nekropsi, maka diamati terlebih dahulu penampilan fisik luar dari ayam.
Diamati terlebih dahulu apakah ada lesi, perubahan patologis ataupun kecacatan pada ayam.
Setelah dilakukan pengamatan, maka ayam dieutanasi terlebih dahulu sebelum dilakukan
nekropsi. Ayam dieutanasi secara mekanik dengan cara dislokasi pada leher. Setelah dipastikan
bahwa ayam telah mati, maka mulai dibasahi bulu pada ayam agar tidak berterbangan ketika
dilakukan pembedahan bangkai sehingga tidak mengotori organ dalam ayam. Bulu-bulu
kemudian dicabuti terlebih dahulu pada sekitar abdomen dan thorax hingga ke leher. Kemudian
abdomen dibuka menggunakan scalpel dan gunting pada daerah linea alba hingga organ
abdomen terekspos denga jelas. Kemudian thorax dibuka dengan cara mengangkat dada dengan
memotong costae hingga ke clavicula. Lalu kulit pada daerah leher digunting dan dibuka hingga
dapat terlihat jelas trakea, esophagus dan crob.
Secara umum pada abdomen akan ditemukan banyak material kuning telur yang
tersebar dan menandakan bahwa telah terjadi egg yolk peritonitis. Pada folikel ovarium sendiri,
terdapat massa perkejuan sehingga folikel tersebut tampak abnormal. Juga terdapat fokal
nekrosis pada beberapa tempat di hepar. Sehingga secara umum, maka berdasarkan patologi
anatomi yang teramati diagnosa penyakit ayam tersebut akan mengarah pada fowl cholera atau
kolera unggas.

5.2 Saran
Diusahakan agar pada praktikum nekropsi pada ayam, lebih diperhatikan tata cara
nekropsi yang baik dan benar. Agar pada saat nekropsi tidak merusak organ, sehingga tidak
akan menimbulkan kesalahan diagnosa.
DAFTAR PUSTAKA

Christensen J. P. dan M. Bisgaard. 2000. Fowl Cholera. Dalam Journal of Science Technology
OIE 19 (2): 626-637
Fadilah, R. dan A. Polana. 2004. Aneka Penyakit pada Ayam dan Cara Mengatasinya. Depok:
Agromedia Pustaka
Jaksch, W. 1981. Euthanasia of Day-Old Male Chicks in the Poultry Industry. University of
Vienna
McMullin. 2007. Poultry Diseases, 6th Edition. Saunders Ltd.
Pudjiatmoko dkk. 2014. Manual Penyakit Unggas. Jakata: Kementerian Pertanian
Tarmudji. 2003. Pemeriksaan Hewan Pasca Mati Untuk Menelusuri Penyebab Kematian.
Bogor: Balai Penelitian Veteriner

Anda mungkin juga menyukai