Oleh:
Nama : Aziz Aninur Rahman
NIM : 135 130 107 111 004
Kelas : 2013-A
Kelompok : A6
Asisten : Tim Patologi Sistemik dan Nekropsi
1.3 Manfaat
Manfaat yang akan didapatkan dari praktikum nekropsi pada ayam adalah sebagai
berikut:
1. Dapat mengetahui dan melaksanakan prosedur nekropsi pada ayam
2. Dapat mengetahui dan mendiagnosa penyakit penyebab kematian pada ayam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4.1 Hasil
Signalement:
Nama : Jalu
Spesies : Ayam
Kelamin : Betina
Umur : > 6 bulan
Warna bulu : Coklat
Berat badan : 2,3 Kg
Anamnesa:
Nafsu makan menurun, kepala selalu tertunduk, tidak mau bergerak dan hanya duduk
diam pada lantai kandang. Feses putih kehijauan selama beberapa hari.
Berikut ini adalah dokumentasi hasil nekropsi pada ayam:
Organ Keterangan
A: Esofagus
B: Trakea
Kedua organ terlihat normal tanpa ada lesi
patologis. Tidak terdapat lendir atau
A perdarahan pada trakea.
-
B
-
A: Crob
Terlihat kosong karena ayam tidak nafsu
makan.
A
-
A: Adanya Edema
B: Hepar
Terlihat adanya fokal nekrosis pada hepar,
B tetapi hepar tidak mengalami pembesaran.
-
A
-
A: Folikel
B: Egg Yolk Peritonitis
C: Lien
B D: Hepar
-
A Terdapat masa perkejuan pada folikel, serta
D
-
-
peritonitis yang ditandai dengan dengan
C tersebarnya material yolk pada abdomen.
-
Adanya hiperemi pada pembuluh darah di
abdomen.
A: Pankreas
B: Duodenum
Terlihat adanya hiperemi pada pembuluh
darah sekitar duodenum.
A
-
B
-
A: Ventrikulus
B: Proventrikulus
B
Terlihat normal tanpa ada lesi patologis.
- Hiperemi ada pembuluh darah sekitar
A proventrikulus dan ventrikulus.
-
Diagnosa:
Fowl cholera, dengan adanya nekrosis fokal pada hepar dan egg yolk peritonitis.
4.4 Pembahasan
Tergantung pada proses penyakit, kolera unggas atau fowl cholera memberikan kelainan
post infeksi mati yang berbeda. Pada bentuk perakut, unggas mati beberapa jam setelah tanda
klinis pertama terlihat. Pada otot jantung dan lemak abdominal ditemukan perdarahan ptechie
dan echymoses. Pada bentuk akut ptechie tidak saja pada otot jantung dan lemak abdominal
tetapi juga pada ventriculus, mukosa usus, peritoneum dan para-paru. Duodenum membengkak
berisi eksudat kental. Hati membesar berwarna belang, hiperemi dan ditemukan sarang-sarang
nekrosa. Pada organ-organ tersebut terdapat endapan fibrin. Pada ayam petelur terjadi
perdarahan sub kapsular pada ovarium dan telur, serta terdapat masa perkejuan pada kantong
kuning telur. Pada kalkun sering terjadi pneumoniae purulenta bersifat ekstensif. Pada bentuk
kronis hati berwarna kehijauan, tidak selalu disertai pembesaran dan pembentukan sarang-
sarang nekrose. Pada unggas yang secara klinis menunjukkan gangguan respirasi, trakea
menampakkan peradangan ringan dan mengeluarkan eksudat. Pial membengkak berisi cairan
oedema sampai perkejuan. Terjadi abses pada oviduk. Pada sendi-sendi kaki dan atau sayap
terjadi arthritis supuratif (Pudjiatmoko dkk., 2014).
A B
Gambar 4.1 Bentuk akut Fowl Cholera, adanya Egg Yolk Peritonitis (a) dan fokal nekrosis pada hati
(b) (Pudjiatmoko dkk., 2014).
Kolera unggas dapat dikelirukan dengan berbagai penyakit dengan gejala klinis yang hampir
sama seperti misalnya:
a. Tanda-tanda tortikolis seperti tanda-tanda pada tetelo (Newcastle Disease).
b. Pembengkakan dan sarang-sarang nekrose pada hati dapat dikelirukan dengan fowl typhoid
yang disebabkan oleh Salmonella spp.
c. Angka mortalitas dan morbiditas tinggi dapat dikelirukan dengan fowl plaque yang disebabkan
oleh virus.
d. Tanda gangguan respirasi, synovitis juga dijumpai pada penyakit ungags lain bukan fowl
cholera (Pudjiatmoko dkk., 2014).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tujuan dilakukannya nekropsi adalah untuk mendiagnosis atau mengidentifikasi suatu
penyakit yang menginfeksi ayam tersebut dan hasilnya akan dijadikan bahan pertimbangan
menentukan penyakit yang sedang menyerang suatu kawasan peternakan. Identifikasi penyakit
yang menyerang ayam dilakukan dengan cara melihat adanya perubahan di bagian organ tubuh.
Sebelum dilaksanakan nekropsi, maka diamati terlebih dahulu penampilan fisik luar dari ayam.
Diamati terlebih dahulu apakah ada lesi, perubahan patologis ataupun kecacatan pada ayam.
Setelah dilakukan pengamatan, maka ayam dieutanasi terlebih dahulu sebelum dilakukan
nekropsi. Ayam dieutanasi secara mekanik dengan cara dislokasi pada leher. Setelah dipastikan
bahwa ayam telah mati, maka mulai dibasahi bulu pada ayam agar tidak berterbangan ketika
dilakukan pembedahan bangkai sehingga tidak mengotori organ dalam ayam. Bulu-bulu
kemudian dicabuti terlebih dahulu pada sekitar abdomen dan thorax hingga ke leher. Kemudian
abdomen dibuka menggunakan scalpel dan gunting pada daerah linea alba hingga organ
abdomen terekspos denga jelas. Kemudian thorax dibuka dengan cara mengangkat dada dengan
memotong costae hingga ke clavicula. Lalu kulit pada daerah leher digunting dan dibuka hingga
dapat terlihat jelas trakea, esophagus dan crob.
Secara umum pada abdomen akan ditemukan banyak material kuning telur yang
tersebar dan menandakan bahwa telah terjadi egg yolk peritonitis. Pada folikel ovarium sendiri,
terdapat massa perkejuan sehingga folikel tersebut tampak abnormal. Juga terdapat fokal
nekrosis pada beberapa tempat di hepar. Sehingga secara umum, maka berdasarkan patologi
anatomi yang teramati diagnosa penyakit ayam tersebut akan mengarah pada fowl cholera atau
kolera unggas.
5.2 Saran
Diusahakan agar pada praktikum nekropsi pada ayam, lebih diperhatikan tata cara
nekropsi yang baik dan benar. Agar pada saat nekropsi tidak merusak organ, sehingga tidak
akan menimbulkan kesalahan diagnosa.
DAFTAR PUSTAKA
Christensen J. P. dan M. Bisgaard. 2000. Fowl Cholera. Dalam Journal of Science Technology
OIE 19 (2): 626-637
Fadilah, R. dan A. Polana. 2004. Aneka Penyakit pada Ayam dan Cara Mengatasinya. Depok:
Agromedia Pustaka
Jaksch, W. 1981. Euthanasia of Day-Old Male Chicks in the Poultry Industry. University of
Vienna
McMullin. 2007. Poultry Diseases, 6th Edition. Saunders Ltd.
Pudjiatmoko dkk. 2014. Manual Penyakit Unggas. Jakata: Kementerian Pertanian
Tarmudji. 2003. Pemeriksaan Hewan Pasca Mati Untuk Menelusuri Penyebab Kematian.
Bogor: Balai Penelitian Veteriner