Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ternak merupakan hewan yang dipelihara manusia serta memiliki arti


penting bagi kehidupan bermasyarakat, terutama di segi ekonomi. Namun, dalam
pemeliharaannya terdapat beberapa kendala, salah satunya adalah ektoparasit yang
mengganggu perkembangan. Pada ternak banyak dijumpai berbagai jenis parasite
yang hidup atau berada pada permukaan tubuh, yang keberadaannya dapat
menyebabkan gangguan pada ternak dan juga berbahaya bagi orang-orang sekitarnya.
Parasite pada peternakan yang berasal dari kelompok Antrophoda dikenal dengan
istilah ektoparasit, karena hidupnya diluar tubuh hospes (hewan atau manusia).
Ektoparasit dapat menyebabkan penyakit atau sebagai vector pembawa berbagai
macam penyakit

1.2.Tujuan

Tujuan praktikum koleksi dan identifikasi ektoparasit yaitu untuk


mengumpulkan ektoparasit, mengetahui berbagai jenis ektoparasit pada ternak dan
mengidentifikasi ektoparasit pada ternak.

1.3.Manfaat

Manfaat praktikum koleksi dan identifikasi ektoparasit yaitu agar mahasiswa


dapat mengetahui dan mengelompokkan berbagai jenis-jenis ektoparasit yang
mengganggu ternak melalui identifikasi bentuknya melalui panca indera.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Infestasi tungau dan caplak sering diikuti oleh infestaso virus, bakteri dan
mikroorganisme lain sehingga akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas ternak
(Ahmad, 2008).
Pada sore hari sebelum kerbau-kerbau kembali ke kandang, pemilik kandang
membersihkan kandang dan menyalakan api unggun yang berfungsi untuk
menghangatkan kandang dan mengusir nyamuk atau serangga lainny, misalnya pikek,
yaitu sejenis kutu yang menghisap darah kerbau (Asriany, 2014).
Caplak merupakan golongan ektoparasit yang menginfeksi dengan cara
menghisap dara pada permukaan tubuh ternak (Leliana, 2014).
Perbedaan kebutuhan inang tersebut bergantung dari masing-masing stadium
yaitu; stadium larva, nimfa dan dewasa (Leliana, 2014).
Jika kerbau terjangkit kutu, maka kerbau dapat disemprot dengan cairan
pembasmi serangga. Pada daerah yang memiliki kearifan local menggunakan api
unggun untuk mengusir kutu pada kerbau (Siamtiningrum, 2016).
Tubuh membulat, berwarna kemerahan. Pada daerah scutum terdapat mata.
Terdapat capitulum pada anterior tubuh, capitulum tampak dari atas maupun dari
bawah. Memiliki 4 pasang kaki (Utomo dkk, 2017).
Darah yang dihisap caplak mengandung protein yang diperlukan untuk
pembekuan telur (Wahyuwardani, 2000).

2
BAB III
MATERI DAN METODA

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum koleksi dan identifikasi ektoparasit ini dilaksanakan pada hari


kamis tanggal 17 Oktober 2019 pada pukul 14.00 WIB s/d selesai bertempat di
Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi.

3.2. Materi

Pada praktikum koleksi dan identifikasi ektoparasit alat yang digunakan


adalah cotton swab, jarring, pinset, scalpel, botol kaca, plastic, cawan petri, objek
glass, cover glass dan mikroskop. Sedangkan bahan yang digunakan adalah alcohol
70%, aquades, kutu kerbau, kutu kambing, kutu kucing, kutu sapi, kutu babi, kutu
anjing, caplak kerbau, caplak kambing, caplak kucing, caplak sapi, caplak babi dan
caplak anjing

3.3. Metoda

Metoda yang dilakukan pada praktikum koleksi dan identifikasi ektoparasit


yaitu kumpulkan ektoparasit seperti caplak dank kutu kambing, sapi, kerbau, kucing,
anjing dan ayam. Lalu masukkan kedalam botol plastic yang berisi alcohol 70 % yang
berbeda. Lalu amati masing-masing ektoparasit dengan mikroskop.

3
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Ektoparasit adalah parasite yang hidupnya diluar tubuh induk semang. Dengan
cara hinggap sementara pada induk semang untuk mencari makan atau tinggal
menetap pada induk semang. Pada umumnya ektoparasit terdiri atas bagian kepala,
dada dan bagian belakang.
Ektoparasit yang didapatan dari pengamatan adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Kutu pada kerbau


Klasifikasi
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Mallophaga
Family : Mallophagaidae
Genus : Haematopinus
Species : Haematopinus eurysternus
Kerbau adalah ruminansia besar yang mempunyai potensi tinggi dalam
penyediaan daging. Kerbau merupakan ternak asli daerah panas dan lembab,
khususnya daerah belahan utara tropika. Kerbau memiliki kulit yang lebih tebal
daripada hewan ruminansia sejenis lainnya. Kerbau tahan terhadap kutu dan lebih
tahan terhadap beberapa wabah yang paling merusak dan beresiko tinggi pada sapi

4
didaerah tropis. Saat berkubang, kulit kerbau yang terlapisi lumpur dapat
menghambat ektoparasit kutu dan serangga . Sesuai dengan pendapat Siamtiningrum
(2016) Jika kerbau terjangkit kutu, maka kerbau dapat disemprot dengan cairan
pembasmi serangga. Pada daerah yang memiliki kearifan local menggunakan api
unggun untuk mengusir kutu pada kerbau. Sesuai dengan pendapat Asriany (2014)
Pada sore hari sebelum kerbau-kerbau kembali ke kandang, pemilik kandang
membersihkan kandang dan menyalakan api unggun yang berfungsi untuk
menghangatkan kandang dan mengusir nyamuk atau serangga lainny, misalnya pikek,
yaitu sejenis kutu yang menghisap darah kerbau.

Gambar 2. Caplak pada kambing


Klasifikasi
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Ixodidae
Family : Anblyeomideae
Genus : Amblyomina
Species : Amblyoma cayannenses
Kambing yang terserang tungau akan terkena penyakit kulit seperti timbulnya
kudis, bulu yang rontok. Karakteristik ternak yang sembuh dari penyakit kudix, kutu
dan caplak adalah dengan tumbuh normal bulu dan warna bulu juga cerah. Ternak

5
yang gemuk dan sehat ditandai dengan padatnya daging pada tubuh ternak kambing
tersebut. Infestasi tungau dan caplak sering diikuti oleh infestaso virus, bakteri dan
mikroorganisme lain sehingga akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas ternak
(Ahmad, 2008). Selama caplak melekat dang menghisap darah ditandai dengan
pertumbuhan ukuran, berat dan volume tubuh kenyang. Sesuai dengan pendapat
Wahyuwardani (2000) Darah yang dihisap caplak mengandung protein yang
diperlukan untuk pembekuan telur.

Dari hasil yang didapat maka caplak dan kutu mempunyai phylum dan class
yang sama. Tetapi miliki perbedaan pada ordo. Ordo mallophaga mempunyai ukuran
tubuh yang kecil dan termasuk kutu penggigit sedangkan ordo ixodidae yang
memiliki tubuh yang agak bulat. Sesuai dengan pendapat (Utomo dkk, 2017) Tubuh
membulat, berwarna kemerahan. Pada daerah scutum terdapat mata. Terdapat
capitulum pada anterior tubuh, capitulum tampak dari atas maupun dari bawah.
Memiliki 4 pasang kaki. Kutu memiliki 3 pasang kaki di bagian thorax dan sepasang
antenna di bagian caput atau cephalus. Sedangkan caplak hanya memiliki 4 pasang
kaki dibagian kepala dan bagian thorax dan abdomen yang menyatu.
Caplak dan kutu merupakan parasite yang merugikan, baik itu merugikan
ternak tersebut sebagai tempat hidup kutu dan caplak. Juga dapat merugikan peternak.
Mereka harus mengeluarkan banyak biaya untuk mengatasi masalah ini. Sesuai
dengan pendapat Leliana (2014) Caplak merupakan golongan ektoparasit yang
menginfeksi dengan cara menghisap dara pada permukaan tubuh ternak. Kutu dan
caplak merupakan agen penyakit. Beberapa caplak ixodidae membutuhkan satu, dua
atau tiga inang dalam menyelesaikan satu daur hidup. Perbedaan kebutuhan inang
tersebut bergantung dari masing-masing stadium yaitu; stadium larva, nimfa dan
dewasa (Leliana, 2014). Cara untuk menanggulangi ektoparasit yaitu lakukan
pembersihan kandang menggunakan desinfektan. Kutu dan caplak dapat bersarang
dicelah-celah kandang.

6
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum mengenai koleksi dan


identifikasi ektoparasit yaitu, caplak dan kutu merupakan ektoparasit yang merupakan
salah satu penyebab penyakit pada ternak yang sangat merugikan. Sehingga perlu
penanganan khusus untuk mengatasi dan mencegah investasi ektoparasit pada ternak.
Yaitu dengan cara membersihkan kandang menggunakan desinfektan, mengisolasi
ternak yang telah terinfeksi ektoparasit.

5.2. Saran

Saran saya sebaiknya praktikan harus lebih disiplin dan tertib dalam
pelaksanaan tas Dpraktikum sehingga praktikum tersebut dapat berjalan baik dan
lebih cepat selesai.

7
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Zainuddin, Riza. 2008. Pemanfaatan Cendawan Untuk Meningkatkan


Produktivitas dan Kesehatan Ternak. Jurnal Peternakan. 27(3): 84-90.

Asriany, Anie. 2014. Kearifan Lokal Dalam Pemeliharaan Kerbau Lokal di


Desa Randan Batu Kabupaten Tana Toraja. Jurnal Peternakan. 12(2): 64-72.

Leliana. 2014. Pola Makan dan Indeks Kenyang Pada Caplak Betina
Rhipicephalus Sanguineus. Jurnal Peternakan. 3(5): 22-30.

Siamtiningrum, G., Putra, B, W., & Priyatno, R. 2016. Morfometrik Tubuh


Serta Persentase Karkas dan Non Karkas Kerbau Rawa dan Sapi PO Hasil
Penggemukan Secara Feedlot. Jurnal Peternakan. 4(1): 227-233.

Wahyuwardani, Sutiastuti. 2000. Pengaruh Perkembangan Tubuh Caplak


Boophilus Microplus Betina dewasa Terhadap Fertilitas Telurnya. Jurnal Peternakan.
1(1): 62-68.

Anda mungkin juga menyukai