Anda di halaman 1dari 5

EURYTREMA PANCREATICUM

Eurytrema pancreaticum merupakan parasit cacing yang termasuk kelas trematoda Family

Dicrocoliidae yang dapat ditemukan di Eropa, Asia dan Amerika Selatan. Parasit ini menginfestasi

pankreas dan saluran empedu pada hewan sapi, kerbau, unta, rusa, domba, kambing, babi serta

manusia. (Mattos and Vianna, 1987 yang disitasi oleh Ilha dkk., 2005).

Eurytrema pancreaticum subkelas Digenea, famili Dicrocoliidae, genus Eurytrema. Genus

ini terdiri atas tujuh spesies yaitu E. pancreaticum, E. coelomaticum, E. Parvum, E. rebelle, E.

dajii, E. tonkinense dan E. satoi (Yamaguti, 1958). Perbedaan antara satu spesies dengan spesies

yang lain dapat di lakukan dengan cara mengidentifikasi morfologi seperti ukuran tubuh, telur

serta perbandinga ukuran batil isap perut dan batil isap mulut. Namun, identifikasi ini semakin

sulit dilakukan karena adanya proses evolusi dari ciri-ciri morfologi dan siklus hidup cacing

(Adlard, 1993).
Siklus hidup
Menurut Syafrianti (2006) dalam Soulsby (1986) meyatakan bahwa siklus hidup E.

pancreaticum membutuhkan dua inang perantara siput tanah, yaitu Bradybaena similaris dan

Cathaica siboldtiana yang termasuk dalam family Fruiticoidolidae sebagai inang perantara

pertama. Dua generasi dari sporokista terjadi di dalam tubuh siput kemudian menghasilakan

serkaria lima bulan setelah infeksi. Serkaria yang dihasilkan akan menempel pada rumput dan

termakan oleh belalang (Grass hopper) yang berperan sebagai inang antara yang kedua.

Metaserkaria terjadi di dalam haemocele dan menjadi infektif setelah tiga minggu di

dalam tubuh belalang. Inang defenitif ( sapi, kambing, domba dan kerbau) terinfeksi karena

memakan belalang yang biasanya berasama-sama rumput dimana belalang tersebut mengandung

metaserkaria. Cacing muda akan bermigrasi melalui saluran pankreas. Periode prepaten antara

80-100 hari ( Soulsby, 1986).

Patogenesa

Infeksi cacring E.pancreaticum dapat menyebabkan penyakit kronis, inflamasi pada sel

epitel saluran pankreas. Hipertropi pada jaringan glandularis yang mengindikasikan terjadinya

proses regenerasi (Urquhart, 1994). Soulsby (1986) menyatakan bahwa pengerasan pankreas

akan terasa ketika hewan terinfeksi E. pancreaticum kronis, terjadi fibrosis yang hebat sehingga

mengalami atropi. Infeksi cacing ini juga merupakan predisposisi dari penyakit lain karena

menyebabkan tubuh hewan menjadi lemah. Infeksi cacing ini juga dapat menyebabkan inflamasi

catharal dengan kerusakan pada epitel saluran pankreas dimana sel plasma dan eosinophil

mendominasi. Pada infeksi yang berat akan terjadi fibrosis yang hebat dan biasa mengakibatkan
atropi dari pankreas. Akibat yang ditimbulkan dari infeksi parasit cacing ini adalah penyumbatan

saluran empedu akibat berkumpulnya cacing dalam jumlah besar sehingga menyebabkan

kerusakan organ tubuh hospes (Kususmamihardja, 1993).

Pencegahan

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terinfeksinya sapi oleh E.

pancreaticum yaitu:

1. Menghindari kepadatan ternak berlebihan yang dapat menyebabkan infeksi cacing semakin

tinggi serta dilakukan pemisahan terhadap sapi muda dan dewasa.

2. Mengadakan rotasi padang penggembalaan karena selain akan memberi hasil yang lebih baik

juga dapat mempertinggi daya produksi tanaman pangan dapat memotong siklus hidup parasit

cacing

3. Melakukan pemberantasan inang antara dengan menggunakan molusida dan insektisida

4. Mengobati hewan yang terinfeksi maupun yang menunjukkan gejala klinis.

5. meningkatkan daya tahan tubuh hewan terhadap infeksi parasite cacing dengan jalan

memberikan pakan yang mengandung konsentrat dan mineral.

Diagnosis
Diagnosa ternak sapi terhadap kemungkinann terkena infeksi cacing saluran pencernaan

dapat dilakukan dengan melihat gejala klinis yang tampak seperti menurunnya nafsu makan,
diare, anemia, bulu kotor dan kusam, menurunnya berat badan serta terhambatnya pertumbuhan

sapi muda. Diagnosa dengan melihat gejala klinis yang ditimbulkan bisa tidak tepat karena

banyak penyakit lain yang mempunyai gejala klinis mirip dengan yang ditimbulkan oleh parasit

cacing lainnya.

Cara lain yang sering digunakan untuk penegakkan diagnosa yaitu dengan melakukan

pemeriksaan secara mikroskopis terhadapn adanya telur cacing pada feses sapi (Soulsby, 1986).

Tindakan yang lebih baik dan lebih meyakinkan diagnosanya yaitu pemeriksaan pasca mati

dengan menemukan cacing dewasa atau lesi yang ditimbulkan pada saluran pencernaan ( Blood

and Radostits, 1989).


Daftar pustaka

Syafriyanti, D.N.2006. Prevalensi infeksi cacing Eurytrema pancreaticum pada sapi Peranakan
ongole (PO) dan sapi Madura yang dipotong di rumah pemotongan hewan (RPH) Pegirian
Surabaya. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga: Surabaya.
Blood, D. C., O.M. Radostits. 1989. Veterinary Medicine 7th edition. The English Languange Book
Society and Bailliare Tindall. London.
Ilha, M.R.S., A.P. Loretti, A.C.F. Reis. 2005. Wasting And Mortality In Beef Cattle Parasitized
By Eurytrema Coelomaticium In The State of Parana. Southern Brazil. Veterinary Parasitology.
133: 49-60.
Mirza I, Kurniasih. 2002. Identifikasi Molekuler Eurytrema sp. pada Sapi di
Indonesia. J Biotek Pertan. 7(1): 25-31.

Soulsby, E.J.L., 1986. Helminths Arthropods and Protozoa of Domesticated Animals. 7th edition.
The English language Book Society and Bailliare Tindall. London.
Urquhat, G.M.,J. armond., J.L. Duncan., A. M. Dun and F.W. Jinnings., 1988. Veterinary
Parasitology Departmen of Veterinary Parasitology. The Faculty of Veterinary Medicine. The
University of Glasgow. Scotland.
Kusumamihardja, S.1993. Parasit dan parasitosis pada hewan ternak dan hewan piaraan di
Indonesia. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. IPB.
Yamaguti, S. 1958. Systema helminthum. The digenetic trematodes of vertebrates. Interscience

Publisher, Inc. New York. 1(2): 835-836.

Aldarad, R.D. 1993. Comparison of the second internal transcribed spacer (ribosomal DNA) from

population and species of fasciolidae (Digenea). Int. J. Parasitol. 51(3): 423-425.

Anda mungkin juga menyukai