Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN HASIL DISKUSI

SMALL GROUP DISCUSSION


SKENARIO 1
Nodul dan Keropeng di Bibir Kambing Perah Saanen

Disusun Oleh :
Nama : Farah Alya Yumna
NIM : 19/442187/KH/10111
Kelompok : 13/13a

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
I. Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu mengenal penyakit pada kambing yang disebabkan virus,
mampu mengenali gambaran menciri dari penyakit, patogenesis penyakit, dan
lesi patologis.
2. Mahsiswa mampu menelusuri diagnosa dan prognosis penyakit, hasil
pemerikasaan laboratorik.
3. Mahasiswa mampu mengetahui penanganan, pencegahan, dan pengendalian
penyakit.

II. Pembahasan
1. Penyebab penyakit, gejala klinis, pathogenesis, dan lesi patologi.
Orf atau dikenal sebagai contagious pustular dermatosis, infectious
pustular dermatitis, scabby mouth disease, contagious ecthyma. Penyakit ini
merupakan infeksi virus zoonosis yang dapat sembuh dengan sendirinya.
Disebabkan oleh parapoxvirus. Nama orf sendiri berasal dari Bahasa Nordik,
yaitu Hrufa yang berarti mendidih atau keropeng. Virus orf adalah anggota
genus Parapoxvirus, memiliki partikel berbentuk silang, bulat telur yang
panjangnya sekitar 250 nm x 150 nm. Virus ini sangat stabil dan dapat bertahan
dari pemanasan, pengeringan, dan pelarut.
(Hidayati dan Damayanti, 2020)

Gambar 1. Penyakit orf pada kambing


(MacLachlan dan Dubovi, 2011)
Gejala klinis dari orf yakni munculnya peradangan pada kulit sekitar
mulut, kelopak mata, alat genital, ambing pada hewan yang sedang menyusui
dan medial kaki atau pada tempat yang jarang ditumbuhi bulu. Selanjutnya
peradangan berubah menjadi eritema, lepuh pipih yang mengeluarkan cairan,
membentuk kerak yang mengelupas setelah 1-2 minggu. Infeksi pada bagian
selaput lendir tidak akan terjadi pengerakan. Ternak juga akan mengalami
berkurangnya nafsu makan dan tidak tenang seperti menggesekkan daerah
sekitar mulut ke dinding kandang untuk mengurangi rasa gatal.
(Kotimah dkk, 2019) (Kementrian Pertanian, 2014)
Luka-luka kulit waktu menyusui, kontak kelamin, atau kontak dengan
bahan-bahan yang mengandung virus penyakit ini menjadi sarana penularan orf.
Cara virus penyakit orf masuk ke dalam tubuh hewan yaitu melalui luka-luka
kecil seperti goresan-goresan yang terjadi pada kulit akibat rumput yang tajam
/ duri atau luka karena proses mekanik lainnya (Mckeever et al, 1988)
Penyakit ini dimanifestasikan oleh lesi proliferatif pada moncong dan
mulut yang biasanya sembuh dalam 1-2 bulan. Lesi primer lebih parah dengan
perkembangan klinis makula eritematosa, vesikel, papula, pustula dan
pembentukan keropeng dalam 4-6 minggu dan pada hewan muda risikonya
lebih tinggi daripada yang lain. Lesi oral dan wajah yang parah pada domba
dapat mengganggu proses menyusui, lesi pada ambing dapat menyebabkan
anak ditinggalkan, dan lesi pada kaki adalah penyebab kepincangan sementara.
Lesi reinfeksi berkembang melalui stadium klinis yang sama, tetapi tidak
proliferatif dan umumnya lebih kecil, biasanya sembuh dengan cepat dalam 2-
3 minggu. (Hajkazemi et al, 2016)
2. Diagnosis
Diagnosis penyakit Orf pada kambing dilakukan berdasarkan gejala
klinis sesuai pada sampel kambing seperti lesi di sekitar mulut. Pada konfirmasi
laboratorium, kambing dianggap menderita Orf jika uji histopatologi positif.
Histogram biopsi akan menunjukkan akantosis dan sitoplasma vakuola dalam
sel yang terkena virus akan terlihat pucat. Sitoplasma vakuola mengandung
inklusio eosinofilik dalam keratinosit epidermis. Degenerasi spongioform
dalam struktur folikel dan inflitrasi polimorfik dapat terlihat di daerah dermis
(Faridi dan Ahmed, 2020). Sampel biopsi yang diinokulasi pada choriollantoic
membran (CAM) dengan karakteristik perubahan patologis seperti edema,
penebalan, hemoragi, dan foci berwarna putih keabu-abuan kecil dianggap
sebagai hasil positif penyakit Orf. (Zeedan dkk, 2015)
Identifikasi virus Orf dapat dilakukan dengan banyak cara seperto
AGPT, PCR, dan E/M. Pada AGPT atau Agar Gel Presipitation Test memiliki
prinsip dengan melihat adanya presipitat yang timbul dari pemberian antibodi
virus dari vaksin virus terhadap antigen yang berasal dari kultur CAM. Pada
PCR atau Polymerase Chain Reaction memiliki prinsip mendeteksi DNA virus
dengan melihat efek antigen sampel terhadap antibodi virus yang dilihat dengan
analisis elektroforesis. Pada E/M atau Mikroskop elektron memiliki prinsip
kerja melihat bentuk atau morfologi virus pada sampel dengan bantuan
mikroskop elektron. (Zeedan dkk, 2015)
Penyakit yang mirip dengan Orf adalah cacar pada kambing dan domba.
Pada penyakit cacar lesi biasanya mulai dengan haemoragik dan terjadi pada
kulit bagian luar, serta ada tendensi meluas keseluruh tubuh, termasuk ke organ-
organ tubuh bagian dalam. Dengan mikroskop electron, kedua jenis virus tadi
dapat dibedakan. Pada cacar kambing, lesi yang terjadi tidak separah seperti
pada cacar domba, dan lebih mirip Orf (Khadafi 2014). Selain itu, diferensiasi
klinis orf dengan penyakit lain cukup sulit, tetapi dapat dilakukan dengan
pengamatan mikroskop electron untuk mengonfirmasi diagnosis.
(MacLachlan dan Dubovi, 2011)
3. Penanganan, pengendalian dan pencegahan
Pengendalian dan pengobatan dapat dilakukan dengan memisahkan
ternak sakit atau diisolasi dari ternak yang sehat, membersihkan keropeng pada
daerah sekitar mulut dengan mengupas keropeng tersebut hingga berdarah,
kemudian menyemprotkan obat gusanex® di daerah sekitar mulut.
(Kotimah dkk, 2019)
Hewan yang terkena orf dapat diobati dengan antibiotic spektrum luas
agar mencegah infeksi sekunder. Infeksi sekunder dapat muncul dan
memperparah infeksi yang sudah ada. Pemberian multivitamin dapat membantu
memperbaiki kondisi tubuh sehingga proses penyembuhan maksimal
(Kementrian Pertanian, 2014). Perlu diketahui bahwa orf bersifat autovaksin.
Kambing yang terinfeksi akan sembuh dan membentuk kekebalan tubuh yang
bertahan seumur hidup. Sehingga kambing yang sudah pernah terinfeksi dan
dinyatakan sembuh memiliki kekebalan alami. Penyakit ini merupakan
zoonosis sehingga dapat menular ke manusia, untuk itu pemotongan hewan
dalam kondisi sakit harus berada dibawah pengawasan dokter hewan.
(Kementrian Pertanian, 2014)
III. Kesimpulan
1. Orf atau dikenal sebagai contagious pustular dermatosis merupakan infeksi
virus zoonosis yang disebabkan oleh parapoxvirus. Gejala klinis ditandai
peradangan pada kulit sekitar mulut, kelopak mata, alat genital, ambing pada
hewan yang sedang menyusui dan medial kaki atau pada tempat yang jarang
ditumbuhi bulu. Peradangan berubah menjadi eritema, kemudian lesi, vesikula,
pustula, akhirnya menjadi keropeng.Lesi patologis Orf akan sembuh dengan
sendirinya dalam 1-2 bulan.
2. Diagnosis penyakit Orf pada kambing dilakukan berdasarkan gejala klinis
sesuai pada sampel kambing seperti lesi di sekitar mulut. Pada inokulasi pada
choriollantoic membran (CAM) akan tumbuh foci berwarna putih keabuan
sebagai indikasi hasil positif orf. Identifikasi virus orf dapat menggunakan
AGPT, PCR, dan E/M.
3. Pengendalian dan pengobatan dapat dilakukan dengan memisahkan ternak sakit,
membersihkan keropeng pada daerah sekitar mulut, menyemprotkan obat
gusanex, dan pemberian antibiotic spektrum luas agar mencegah infeksi
sekunder. Orf bersifat autovaksin sehingga hewan akan sembuh sendirinya dan
memiliki kekebalan tubuh alami.

IV. Daftar Pustaka


Faridi W, Ahmed K. 2021. Orf Disease. Treasure Island (FL) : StatPearls
Publishing. Diakses pada 16 September 2021 dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK562191/
Hajkazemi, M. B., Bokaie, S., dan Mirzaie, K. 2016. A Review of Contagious
Ecthyma (Orf) in Sheep an Goats and the Status of Disease in Iran.
International Journal of Biology, Pharmacy and Allied Sciences. 5(9):
2169-2195
Hidayati, A. N. dan Damayanti. 2020. Infeksi Virus di Kulit. Surabaya : Airlangga
University Press
Kementrian Pertanian. 2014. Manual Penyakit Hewan Mamalia. Jakarta :
Kementrian Pertanian
Khadafi, M. 2014. Penanganan Kasus Orf pada Kambing Potong di Loka
Penelitian Kambing Potong Sei Putih. Diakses pada 16 September 2021
darihttps://lolitkambing.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/orf.pdf
Kotimah, N., Irwani, N., dan Magfiroh, K. 2019. Penyakit Orf Pada Kambing
(Studi Kasus di CV Mitra Farm, Bogor, Jawa Barat). Jurnal Peternakan
Terapan. 1(1): 16-20.
MacLachlan, N. J. dan Dubovi, E. J. 2011. Fenner’s Veterinary Virology. USA :
Elsevier
McKeever, D.J ., Jenkinson, M.D ., Hutchinson, G. and Reid, H.W . 1988. Studies
of the Pathogenesis of Orf Virus Infenction in Sheep . J Comp. Path. 99 :
317-328
Zeedan, G. S., ABdalhamed, A. M., Ghoneim, N. H., & Ghazy, A. a. (2015).
Isolation and Molecular Diagnosis of Orf Virus from Small Ruminants
and Human in Egypt. Journal of Antivirals & Antiretrovirals, 7(1): 2-9.

Anda mungkin juga menyukai