Oleh Kelompok HG 3
Kaposi's sarcoma on right second toe Multiple kaposi's sarcoma lesions on chest arms
e. Gambaran apakah yang tampak?
Gambar tersebut merupakan lesi kulit pada penderita kaposi sarkoma. Kaposi sarcoma
merupakan kanker yang disebabkan oleh virus Human Herpes Virus-8 (HHV-8) atau biasa
dikenal juga sebagai Kaposi's Sarcoma Herpes Virus (KSHV). Kanker tersebut berkembang
melalui sel yang melapisi getah bening atau pembuluh darah. Biasanya kaposi sarkoma juga
diderita oleh penderita HIV. Awalnya, lesi pada kaposi sarkoma tidak menimbulkan gejala yang
terlalu parah, hanya saja mengganggu penglihatan. Namun, lesi ini dapat menyebar luas ke
seluruh tubuh dan menyebabkan edema lokal yang parah serta obstruksi limfatik.
Menurut American Cancer Society (2018), kaposi sarkoma dibagi menjadi empat jenis
berdasarkan populasi penyebarannya, yaitu:
1. Kaposi sarcoma epidemi, merupakan KS yang terjadi pada penderita AIDS.
2. Kaposi sarcoma klasik, biasanya terjadi pada lansia di daerah Mediterania, Eropa Timur,
dan Timur Tengah.
3. Kaposi sarcoma endemik, biasanya terjadi pada orang-orang yang tinggal di Afrika.
4. Kaposi sarcoma iatrogenik, yaitu penderita KS yang pernah menerima transplantasi
organ. Infeksi KS ini disebabkan oleh obat-obatan yang diminum oleh penerima
transplantasi organ karena dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh.
f. Apa ciri khas yang bisa diamati dari kelainan tersebut?
Ciri yang paling khas dimiliki oleh penderita kaposi sarkoma adalah adanya lesi pada
kulit, mulut, ataupun saluran pernapasan. Lesi tersebut berkembang melalui tiga tahap, yaitu
patch, plak, dan nodular. Jika kaposi sarkoma sudah parah, lesi akan membentuk gumpalan dan
menyatu dengan lesi yang lain sehingga terlihat menyebar. Warna dari lesi tersebut seperti
memar, ada yang coklat, ungu, dan merah. Ukurannya pun bervariasi karena dapat membesar
dan menyebar ke seluruh tubuh, bahkan organ dalam seperti paru-paru, kelenjar getah bening,
sistem pencernaan, dan limfatik.
Perhatikan slide berikut!
http://library.med.utah.edu/WebPath/INFEHTML/INFEC025.html
Jawaban :
Ini adalah pseudokista Toxoplasma gondii di miokardium pasien AIDS. Infeksi oleh
toksoplasma gondii disebut Toksoplasmosis. Tokso adalah infeksi oportunistik pada orang
dewasa yang mengalami gangguan sistem imun. Mungkin juga infeksi bawaan.
Paling sering terjadi di otak, tetapi terdapat beberapa lokasi lain seperti mata, paru- paru, darah,
tepi jantung, sumsum tulang, dan kandung kemih
Jawaban :
Jenis agen penginfeksi terjadinya toksoplasmosis ini adalah parasit tunggal seperti protozoa,
yaitu toksoplasma gandii.
● Patogenesis Sekunder
1. Manusia menelan sayuran yang terkontaminasi atau dimasak tidak matang atau
daging yang mengandung kista jaringan.
2. Parasit akan terbebas dari kista dalam proses pencernaan, kista jaringan
mengandung bradizoit.
3. Bradizoit ini menginvasi traktus gastrointestinal (terdiri dari esofagus, lambung,
usus halus, usus besar, rektum dan anus).
4. Dari traktus gastrointestinal, kemudian parasit menyebar ke berbagai organ,
terutama jaringan limfatik, otot lurik, miokardium, retina, plasenta dan sistem saraf
pusat.
5. Di tempat-tempat tersebut, parasit menginfeksi satu sel, bereplikasi, dan
menginvasi sel yang berdekatan. Terjadilah proses kematian sel yang diikuti respon
inflamasi akut.
● Patogenesis Kongenital
Toksoplasmosis kongenital biasanya disebabkan oleh infeksi pada ibu-ibu pada masa
kehamilan, namun hal ini tidak selalu turun ke anaknya, Infeksi Toksoplasma Gandii
terjadi dari konsumsi daging yang tidak matang yang mengandung kista atau air yang
terkontaminasi dengan tinja kucing.
Tingkat penularan ke janin lebih tinggi pada wanita yang terinfeksi selama kehamilan
akhir. Namun, janin yang terinfeksi pada awal kehamilan umumnya memiliki penyakit
yang lebih parah. Secara keseluruhan, 30%-40% ibu yang terinfeksi selama kehamilan
akan memiliki anak yang terinfeksi secara bawaan/kongenital.
Infeksi juga bisa terjadi karena Stillbirth (janin mati dalam kandungan) dan adanya
parasit pada material aborsi.
pada poin K: Media penyebaran toxoplasmosis secara umum melalui feses hewan
seperti kucing, sayuran dan buah-buahan yang terkontaminasi, dan memakan daging
yang mentah atau ketika dimasak belum matang. Penularannya dapat terjadi melalui
ookista yang ada pada makanan yang kita makan dan ketika kita terkena feses hewan
yang menderita toxoplasmosis
2. Rosita Febriyanti : Kucing merupakan inang yang selalu ada pada proses hidup
protozoa ini. Kucing sebagai inang ini merupakan tempat dimana proses seksual dari
Toxoplasma gondii terjadi. Ookista yang ada pada feses kucing dapat menginfeksi
burung, hewan pengerat, hewan ruminansia maupun manusia.
Gambar tersebut menunjukkan keadaan abses Taxoplasma gondii di otak, yang akan muncul
sebagai lesi pembentuk cincin pada pencitraan radiologis dengan CT scan.
Toxoplasma gondii merupakan suatu protozoa intraseluler yang masuk ke dalam tubuh manusia
melalui makanan yang terkontaminasi oleh tinja kucing yang terinfeksi atau melalui ookis yang
terbawa oleh kecoa atau lalat kemudian mengontaminasi makanan yang kurang masak atau
disebabkan oleh memakan daging (sapi, kambing, atau babi) yang kurang masak. Dari dalam
usus, parasit ini akan menyebar ke berbagai organ, terutama ke jaringan limfe, otot skelet,
miokard, retina, plasenta, dan sistem saraf pusat. Parasit akan menginginfeksi sel dan
bereplikasi yang akan mengakibatkan kematian sel serta terjadinya nekrosis fokal yang
dikelilingi dengan inflamasi di sekitarnya. Gambaran khas ensefalitis taksoplasma adalah
gambaran abses yang multiple pada penderita dengan penurunan imun yang berat (Munir et al,
2014).
Gambar tersebut menunjukkan kondisi kelenjar getah bening yang membesar pada
mesentrium, memiliki permukaan potongan yang tampak kuning-coklat. Node-node ini diisi
oleh organisme Mycobacterium avium-complex (MAC). Pada penderita AIDS, terjadi infeksi
oportunistik dengan respon imun yang buruk serta tidak terdapat granuloma fokal.
Mycobacterium avium complex (MAC) merupakan infeksi yang disebabkan oleh dua jenis
bakteri, yaitu Mycobacterium avium dan Mycobacterium intracellulare. Infeksi MAC dapat
terjadi dengan risiko yang tinggi pada orang dengan sistem kekebalan yang tidak berfungsi
dengan baik (seperti pada penderita HIV/AIDS) atau orang dengan penyakit paru-paru (seperti
penyakit paru obstruktif kronik/PPOK atau fibrosis kistik). Selain itu, wanita usia lanjut juga
memiliki risiko yang tinggi terinfeksi MAC. Infeksi MAC memiliki tiga jenis:
● Infeksi MAC paru-paru yang akan mempengaruhi paru-paru dan berisiko pada orang
yang sudah memiliki penyakit paru-paru maupun wanita usia lanjut.
● Infeksi MAC yang menyebar ke seluruh tubuh. Jenis infeksi ini terlihat pada penderita
AIDS
● Limfadenitis terkait MAC. Infeksi ini menyebabkan pembengkakan kelenjar getah
bening (terutama di leher).
Tambahan argumen dan pertanyaan selama diskusi:
1. Rosita Febriyanti: Penderita yang terinfeksi Toxoplasma gondii dapat disebabkan olehh
keadaan sanitasi lingkungan yang buruk, kebiasaan memakan daging mentah atau
kurang matang, dan bisa juga berasal dari infeksi ookista dari hewan mamalia,
contohnya kucing. Di dalam usus kecil kucing, sporozoit dari Toxoplasma gondii dapat
menembus sel epitel dan tumbuh menjadi trofozoit. Inti trofozoit akan membelah
menjadi banyak hingga membentuk skizon. Skizon yang matang akan pecah dan
menghasilkan merozoit dalam jumlah banyak. Kemudian merozoit akan masuk ke dalam
sel epitel dan membentuk makrogametosit dan mikrogametosit yang akan mengalami
fertilisasi dan membentuk ookista. Ookista ini akan keluar bersamaan dengan tinja
kucing tersebut. Ookista dapat masuk ke tubuh manusia misalnya melalui makanan yang
terinfeksi ookista Toxoplasma gondii tersebut. Jika tertelan dalam tubuh individu yang
mengalami imunodefisiensi, maka ookista akan membelah dengan cepat dan
menghasilkan takizoit. Takizoit ini akan membelah dan membentuk kista yang
mengandung bradizoit. Penggandaan parasit ini akan menyerang organ dan
menghancurkan sel-sel inang. Penggandaan parasit ini paling banyak terjadi pada
jaringan retikuloential dan otak. Sehingga terjadinya resiko infeksi Toxoplasma gondii
pada otak sangatlah besar.
Pada gambar 1 terlihat gambaran mikroskopis dari kutu – kutu pada rambut kepala. Kutu
adalah serangga parasit obligat yang tidak memiliki tahap hidup bebas dalam siklus
hidupnya. Kutu rambut ini merupakan jenis kutu yang paling umum terjadi. Kelompok
yang paling rentan terkena kutu rambut yaitu, anak sekolah, gelandangan, pengungsi, dan
penghuni kawasan kumuh.
Pada gambar 2 terlihat gambaran mikroskopis Pediculus humanus capitis (kutu kepala).
Kutu ini merupakan parasit obligat berukuran 1 – 3 mm yang menghabiskan seluruh
hidupnya pada inang manusia. Kutu rambut hanya memakan darah dan tidak dapat terbang.
Kutu kepala dapat menyebar dengan mudah dan sangat cepat. Penularan diperkirakan
terjadi melalui kontak kepala-ke-kepala, berbagi tutup kepala, atau kontak langsung lainnya
dengan fomites (benda mati yang menampung organisme seperti kursi film).
Kutu kepala menempatkan telurnya pada kulit kepala hingga menetas. Sebagian besar telur
membutuhkan waktu 7 hari untuk menetas (beberapa butuh waktu lama hingga 13 hari) dan
dapat terlihat selama berminggu-minggu setelah kematian telur. Kutu kepala dapat
menghasilkan 150 telur per harinya, maka dari itu pemberantasan nya sangat sulit.
Pada kutu kelamin, dapat menular dan menyebar dengan mudah melalui keringat saat
melakukan hubungan seksual, pemakaian handuk secara barengan, tempat tidur, dan kloset
yang bergantian. Kutu pubis sangat menyukai tinggal di daerah rambut kemaluan dan anal.
w. Jika Anda sebagai perawat bertugas di daerah dengan kasus tersebut tinggi apa yang
akan Anda kerjakan?
Sebagai perawat yang bertugas di daerah dengan kasus tersebut yang tinggi, saya akan
melakukan penyuluhan tentang kesehatan diri atau personal hygiene kepada masyarakat
di daerah tersebut terlebih dahulu dengan tujuan menghindari kasus tersebut. Saya juga
akan memberikan edukasi penyebaran kutu tersebut dan bahaya infeksi yang akan
ditimbulkan apabila kutu-kutu tersebut hidup di rambut kepala mereka, dan cara
penanganan untuk pemberantasannya. Selain itu dengan melakukan promosi kesehatan
mengenai pencegahan munculnya kutu pada rambut.
Pertanyaan untuk Emilia
1. Rosita - apa yang menyebabkan kutu pubis dapat hidup di rambut kemaluan,
apakah karena jarang membersihkan area kemaluan atau bagaimana? untuk
mengatasinya apakah sama dengan kutu rambut dikepala?
Sebenarnya, penyebab utama kutu pubis karena adanya kontak seksual dengan orang
yang terjangkit. Namun, menjaga kebersihan kemaluan dapat menghindari kita dari
penyakit kutu pubis ini.
Untuk cara mengatasinya dapat dilakukan dengan obat-obatan serta perawatan secara
mandiri, seperti menjaga kemluan agar tetap bersih dan kering (tidak lembab) serta rutin
mengganti pakian dalam maupun handuk.
2. Annisa Apriliana - apakah kutu dapat masuk kedalam kulit kepala? dan apakah
ada akibat penyakitnya jika seseorang mempunyai banyak kutu?
Sebutan untuk penyakit kutu kepala ini yaitu pediculosis capitis. Kutu rambut ini
memang dapat menggigit untuk menghisap darah, namun kutu ini tidak bisa memasuki
(menggali) ke dalam kulit kepala.
6.3 Implikasi
x. Apa saja tes diagnostik yang digunakan pada penyakit infeksi dan bagaimana peran
berbagai berbagai pemeriksaan diagnostik dalam penegakkan diagnosa medis infeksi?
Dalam penyakit infeksi, bisa dilakukan diagnosa kausal atau diagnosa mikrobiologik,
yaitu dengan laboratorium mikrobiologi karena memiliki beberapa fungsi yang canggih antara
lain:
● Dapat mengetahui jenis mikroba yang terlibat dalam infeksi.
● Dapat memilih antibiotik yang paling tepat untuk pengobatan.
● Dapat mengetahui jenis antibiotik yang paling sensitif terhadap bakteri.
● Dapat ikut mencegah peningkatan resistensi bakteri terhadap antibiotik.
Contoh tes laboratorium yang dapat mengungkap mikroba tertentu adalah tes darah yang
dilakukan oleh seorang ahli laboratorium yang memperoleh sampel darah dengan memasukkan
jarum ke dalam pembuluh darah, biasanya di lengan pasien. Kemudian melihat mikroba dalam
sampel darah tersebut di bawah mikroskop. Tes ini digunakan untuk menentukan apa yang
menyebabkan infeksi dan untuk mengkonfirmasi diagnosis. Ada juga tes urin, yaitu tes yang
mengharuskan pasien untuk buang air kecil ke dalam sebuah wadah. Untuk menghindari
kontaminasi potensi sampel, pasien mungkin diminta untuk membersihkan area genitalnya
dengan pad antiseptik dan untuk mengumpulkan midstream urin. Sama seperti tes darah, pada
sampel urin akan dilihat dibawah mikroskop untuk melihat mikroba tertentu.
Selain itu bisa juga menggunakan tes yang dapat membantu menegakkan diagnosis namun tetap
dibutuhkan kemampuan analisis hasil laboratoriumnya, yaitu:
● C-reactive protein (CRP): Protein fase akut atau CRP dapat meningkat pada keadaan
inflamasi seperti pada penyakit rematik, penyakit kardiovaskular, dan infeksi.
Pemeriksaan ini sering digunakan untuk membedakan apakah proses infeksi diakibatkan
oleh bakteri atau virus.
● Interleukin-6 (IL-6): Membantu mengevaluasi kondisi seperti diabetes dan penyakit
kardiovaskular atau kondisi yang berhubungan dengan peradangan seperti lupus dan
rheumatoid arthritis atau dengan infeksi, seperti sepsis.
● Prokalsitonin (PCT): Untuk melihat respon dari pemberian antibiotika.
● Polymerase chain reaction (PCR): Untuk mendiagnosis gonorea, infeksi klamidia,
tuberkulosa, dan ensefalitis herpes.
z. Secara umum, setelah Anda belajar patologi infeksi, apa yang perlu diperhatikan
perawat dalam merawat penderita?
Secara umum perawat memiliki tanggung jawab dalam pencegahan infeksi, hal-hal yang
perlu diperhatikan perawat dalam merawat penderita, antara lain:
1. Mengedukasi individu agar terhindar dari infeksi dengan:
a. Memperkuat daya tahan tubuh melalui upaya imunisasi, perbaikan nutrisi yang
seimbang, istirahat, tidur yang cukup, dan hindari stres.
b. Mendorong individu untuk menerapkan prinsip higiene personal dengan
membiasakan diri mencuci tangan dan mandi secara teratur.
2. Mencegah penyebaran kuman penyakit melalui tindakan desinfeksi dan sterilisasi
peralatan rumah sakit.
Tambahan Diskusi:
1. Emilia: Untuk beberapa penyakit infeksi yang mengharuskan penderitanya untuk menjaga
jarak kehidupan sosial, diperlukan juga perawatan psikologisnya. Karena hal ini tentunya
akan berpengaruh pada proses kesembuhan ataupun pengobatan. Perawat perlu memastikan
bahwa penderita tetap memiliki harapan hidup dan ingin sembuh dari penyakit infeksinya.
2. Rosita F: Contoh lain dari tes laboratorium, yaitu:
● Steril Swab: Menggunakan cairan tenggorokan, atau daerah lembab lain dari tubuh
pasien.
● Sampel feses: Pasien mungkin diminta untuk mengumpulkan sampel tinja sehingga ahli
laboratorium dapat memeriksa parasit dan organisme lain dalam sampel tersebut.
● Spinal Tap (tekan tulang belakang): Prosedur ini memperoleh sampel cairan
serebrospinal pasien melalui jarum dengan hati-hati yang disisipkan di antara
tulang-tulang dari tulang punggung bagian bawah pasien. Pasien biasanya akan diminta
untuk berbaring dengan lutut ditarik ke arah dada Anda.
Daftar Pustaka
American Cancer Society. (2018). What Is Kaposi Sarcoma? Retrieved April 29, 2021, from
www.cancer.org: What Is Kaposi Sarcoma? (cancer.org)
Bragg, BN., & Simon, LV. (2020). Pediculosis. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing.
Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470343/
Brunner, L., Suddarth, D., & Smeltzer, S. (2008). Brunner & Suddarth's Textbook of
Medical-Surgical Nursing (11th ed.). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Burgess, I. F., & Silverston, P. (2015). Head lice. BMJ clinical evidence, 2015, 1703.
Chabi, M. L., Goracci, A., Roche, N., Paugam. A., Lupo, A., & Revel, M. P. (2015). Pulmonary
aspergillosis. Elsevier, 96(5), 435-442. Doi: https://doi.org/10.1016/j.diii.2015.01.005
Corwin, E. J. (2008). Handbook of pathophysiology 3rd Ed. USA: Lippincott Williams &
Wilkins.
Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Davey, P. (2006). At a glance medicine ( Annisa, R & Cut, N Trans.). Jakarta: Penerbit Erlangga
Genetic and Rare Disease Information Center. (n.d). Mycobacterium Avium Complex Infections.
Retrieved from
https://rarediseases.info.nih.gov/diseases/7123/mycobacterium-avium-complex-infections
Kumar, V., Abbas, A. K. & Aster, J. C. (2013). Robbins Basic Pathology (9th Ed.).
Philadelphia: Elsevier Inc
Malarkey, LM. (2000). Nurse’s manual of laboratory test and diagnostic procedure.
Philadelphia: WB Saunders.
Mayo Clinic. (2020). Kaposi’s Sarcoma. Retrieved April 29, 2021, from www.mayoclinic.org:
Kaposi's sarcoma - Overview - Mayo Clinic
Meister, L., & Ochsendorf, F. (2016). Head Lice. Deutsches Arzteblatt international, 113(45),
763–772. https://doi.org/10.3238/arztebl.2016.0763
Mubarak, I. M., Indrawati, L., Susanto, J. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta:
Salemba Medika
Munir, B., Husna, M., Santoso, W. M., Kurniawan, S. N., & Rahayu, M. (2014). Continuing
Neurology Education. Malang: Brawijaya University Press
NHS. (2020). Kaposi’s Sarcoma. Retrieved April 29, 2021, from www.nhs.uk: Kaposi's sarcoma
- NHS - NHS (www.nhs.uk)
National Center for Advancing Translational Science. (2016). Kaposi Sarcoma. Retrieved April
29, 2021, from rarediseases.info.nih.gov: Kaposi sarcoma | Genetic and Rare Diseases
Information Center (GARD) – an NCATS Program (nih.gov)
Nelwan, E. J. (2018). Pemeriksaan Prokalsitonin pada Penyakit Infeksi. Jurnal Penyakit Dalam
Indonesia, 5(2), 53. https://doi.org/10.7454/jpdi.v5i2.189
Price, S. A. & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit (6th
ed.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Putu. (2020). Mekanisme Escape dan Respon Imun innate terhadap Candida albicans.
Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma.
Robbins, K. C. (n.d.). Buku Ajar Patologi Edisi 7. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Rubin, E., & Reisner, H.M. (2014). Rubin’s pathology (9thed.). Philadelphia: Wolter’s Kluwer
Sumintarti, & S, A. R. (n.d). Manifestasi Minis tipe kandidiasis oral pada penderita AIDS di
Rumah Sakit. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.
Utsumi, T., Widijanti, P., Arifijanto, M. V., & Rahayu, R. P. (2009). Variability C. Albicans pada
Penderita HIV/AIDS dengan Terapi ARV dan Non ARV di Surabaya, Jawa Timur. Diakses
pada 28 April 2021, dari
http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/byId/258393