Anda di halaman 1dari 26

ILMU DASAR KEPERAWATAN C

KESIMPULAN HASIL DISKUSI PRAKTIKUM 6


PENYAKIT INFEKSI

Oleh Kelompok HG 3

Annisa Apriliana (2006464966)


Emilia Annuri Mumtaazah (2006598471)
Ershanda Nadhira S (2006527121)
Indah Alza Farhana Yusuf (2006520802)
Laily Haquina Noor Zanna (2006520374)
Rosita Febriyanti C (2006598603)
Septia Ningtias Rahayu P (2006598616)

Fakultas Ilmu Keperawatan


Universitas Indonesia
2021
PENYAKIT INFEKSI
6.1 Infeksi Primer, Sekunder, dan Oportunistik

Perhatikan slide di bawah ini!

a. Gambaran apakah yang tampak?


Gambar di atas menunjukan Oral Candidiasis. Oral Candidiasis adalah infeksi
oportunistik yang paling umum yang dapat mempengaruhi mukosa oral dan disebabkan oleh
infeksi jamur dari genus Candida pada kulit dan mukosa mulut, terutama Candida albicans
(Corwin, 2008). Candida albicans merupakan fungi oportunistik yang menyebabkan sariawan
(Kumamoto & Vinces, 2004). Candida albicans hampir selalu ada di permukaan kulit. Penyakit
infeksi ini terjadi apabila sistem kekebalan tubuh melemah akibat penyakit atau obat-obatan
seperti prednison, atau ketika antibiotik yang mengganggu keseimbangan alami
mikroorganisme dalam tubuh. Oral candidiasis manifestasi klinis yang paling umum adalah
plak-plak berwarna putih pada mukosa dan lidah (Davey, 2006). Oral candidiasis dapat
menyerang pria dan wanita dari segala umur. Penderita kandidiasis mengeluhkan rasa terbakar
pada mulut. Lidah penderita memiliki lapisan berbulu putih bercampur dengan eksudat coklat.
Kandidiasis rongga mulut merupakan tanda pertama infeksi HIV.

b. Organ tersebut diambil dari penderita dengan infeksi primer apa?


Organ tersebut diambil dari penderita infeksi primer HIV (Human Immunodeficiency
Virus). Infeksi primer sendiri merupakan pertama kalinya tubuh diserang oleh patogen atau
mikroorganisme penyakit. Kandidiasis oral merupakan salah satu manifestasi pada penderita
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) sehingga kesehatan rongga mulut sangat
penting karena dapat menyebabkan iritasi dan mulut kering (Price & Wilson, 2006). Orang
yang hidup dengan HIV memiliki gejala yang berat terutama di mulut atau kerongkongan yang
dapat membuat sakit dan sulit makan.(Sumintarti & S, n.d). Jika sulit menerima nutrisi itu
karena infeksi sudah menyebar ke usus.

c. Disebut apakah golongan infeksi yang menyerang penderita dengan kondisi


imunosupresi?
Golongan infeksi yang menyerang penderita dengan kondisi imunosupresi adalah infeksi
oportunistik. Infeksi oportunistik adalah penyakit yang disebabkan oleh berbagai organisme,
tetapi diantaranya tidak menyebabkan penyakit pada orang dengan sistem kekebalan tubuh
yang normal (Brunner, Suddarth, & Smeltzer, 2008). Organisme penyakit ini biasanya ada
dalam tubuh tetapi biasanya dikendalikan oleh sistem kekebalan tubuh yang sehat. Ketika
seseorang terinfeksi HIV mengembangkan infeksi oportunistik, tahapannya ini masuk ke dalam
diagnosis AIDS. adanya infeksi HIV dapat menyebabkan kerusakan yang luas pada sistem
imun tubuh seluler (Cellular Immunity). Imunosupresi sendiri merupakan suatu kondisi sel-T
menjadi kurang responsif terhadap (Partoutomo, 2000) atau sistem kekebalan tubuh melemah
sehingga mengurangi kemampuan untuk melawan penyakit dan infeksi (Pooler, 2009).

d. Bagaimana mekanisme infeksi tersebut bisa terjadi?


Candida dapat ditemukan pada permukaan tubuh manusia Jika inang, penyebab jamur,
atau keduanya berubah, kemungkinan besar akan terjadi infeksi. Mekanisme terjadinya infeksi
ini adalah kandidiasis yaitu Oral candidiasi pada penderita HIV / AIDS. Tahap pertama yang
terjadi adalah adhesi, yaitu proses dimana sel Candida albikan menempel pada sel inang dan
berubah dari bentuk khamir menjadi bentuk filamen (Naglik et al., 2004). Hifa Candida
albicans mempunyai kemampuan untuk melekat kuat pada epitel manusia melalui perantara
protein dinding hifa. Hal ini dikarenakan struktur asam amino dari protein tersebut mirip dengan
substrat transaminase keratinosit mamalia, sehingga mengikat dan menempel pada sel epitel.
Menurut Nasution (2013), faktor virulensi pada spesies ini juga ditentukan dari dinding sel
karena bagian ini bersentuhan langsung dengan sel inang. Kemudian, perlekatan antara Candida
albicans dan sel inang akan mengaktifkan protein kinase yang diaktivasi oleh mitogen
(Map-kinase). Mekanisme adhesi berhubungan dengan selaput lendir.
Pertumbuhan hifa invasif dan perkembangan biofilm membutuhkan Mapkinase atau
protein kinase (Kumamoto, 2005). Kemudian tembus ke lapisan yang lebih dalam.. Infeksi HIV
dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, mengubah lingkungan rongga lendir, dan mengubah
Candida albicans menjadi patogen, sehingga lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu, karena
Candida albicans hifa mengeluarkan protease dan fosfolipase, mereka dapat mencerna sel epitel
inang, sehingga lebih mudah menempel pada endotel vaskuler setelah invasi jaringan yang lebih
dalam (Utsumi, Widijanti, Arifijanto dan Rahayu, 2009).

Tambahan argumen dan pertanyaan selama diskusi:


1. Septia Ningtias (tambahan)
Infeksi oportunistik didefinisikan oleh Centers for Disease Control (CDC) sebagai infeksi
yang didapatkan lebih sering atau lebih berat akibat keadaan imunosupresi pada penderita
HIV. Infeksi oportunistik yang digolongkan oleh CDC sebagai penyakit terkait AIDS
adalah kriptosporidiosis intestinal (diare kronis >1 bulan); Pneumonia Pneumocystis carinii
(PCP); strongiloidiasis selain pada gastrointestinal (GI); toxoplasmosis dan CMV selain
pada hati, limfa dan kelenjar getah bening (KGB); kandidiasis esofagus, bronkus atau paru;
kriptokokosis sistem saraf pusat (SSP) atau diseminata; Mycobacterium avium dan M.
kansasii selain pada paru dan KGB; virus herpes simpleks mukokutaneus kronis, paru dan
GI; progressive multifocal leukoencephalopathy (PML); sarkoma Kaposi pada usia.

Sumber: Elvina, P. A. (2015). Penatalaksanaan dan Pencegahan Infeksi Oportunistik yang

Tersering pada Penderita HIV di Indonesia. Retrieved from


http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/10819/1/50dfe6557b9dd498968e02634cbaf235.pdf

2. Emilia Annuri (Pertanyaan)


Apa Oral Candidiasis ini pasti terjadi pada seluruh penderita HIV? Lalu, apakah pasien
tanpa HIV juga dapat terkena infeksi ini?
Jawaban:
Bahwa oral candidiasis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur Candida
albicans. Infeksi jamur ini biasanya terjadi di kulit, mulut, dan organ intim. Jika tidak
mendapatkan penanganan, infeksi akibat jamur ini bisa menyebar ke bagian tubuh lain,
seperti usus, ginjal, jantung, dan otak. Oral candidiasis dapat dialami oleh siapa saja.
Namun, orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah lebih berisiko terkena infeksi
ini. Beberapa penyakit yang bisa menyebabkan turunnya kekebalan tubuh adalah diabetes,
kanker, dan HIV/AIDS.
Perhatikan gambar-gambar di link berikut!

Isolated kaposi's sarcoma lesion Kaposi's sarcoma lesions

Kaposi's sarcoma on right second toe Multiple kaposi's sarcoma lesions on chest arms
e. Gambaran apakah yang tampak?
Gambar tersebut merupakan lesi kulit pada penderita kaposi sarkoma. Kaposi sarcoma
merupakan kanker yang disebabkan oleh virus Human Herpes Virus-8 (HHV-8) atau biasa
dikenal juga sebagai Kaposi's Sarcoma Herpes Virus (KSHV). Kanker tersebut berkembang
melalui sel yang melapisi getah bening atau pembuluh darah. Biasanya kaposi sarkoma juga
diderita oleh penderita HIV. Awalnya, lesi pada kaposi sarkoma tidak menimbulkan gejala yang
terlalu parah, hanya saja mengganggu penglihatan. Namun, lesi ini dapat menyebar luas ke
seluruh tubuh dan menyebabkan edema lokal yang parah serta obstruksi limfatik.
Menurut American Cancer Society (2018), kaposi sarkoma dibagi menjadi empat jenis
berdasarkan populasi penyebarannya, yaitu:
1. Kaposi sarcoma epidemi, merupakan KS yang terjadi pada penderita AIDS.
2. Kaposi sarcoma klasik, biasanya terjadi pada lansia di daerah Mediterania, Eropa Timur,
dan Timur Tengah.
3. Kaposi sarcoma endemik, biasanya terjadi pada orang-orang yang tinggal di Afrika.
4. Kaposi sarcoma iatrogenik, yaitu penderita KS yang pernah menerima transplantasi
organ. Infeksi KS ini disebabkan oleh obat-obatan yang diminum oleh penerima
transplantasi organ karena dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh.
f. Apa ciri khas yang bisa diamati dari kelainan tersebut?
Ciri yang paling khas dimiliki oleh penderita kaposi sarkoma adalah adanya lesi pada
kulit, mulut, ataupun saluran pernapasan. Lesi tersebut berkembang melalui tiga tahap, yaitu
patch, plak, dan nodular. Jika kaposi sarkoma sudah parah, lesi akan membentuk gumpalan dan
menyatu dengan lesi yang lain sehingga terlihat menyebar. Warna dari lesi tersebut seperti
memar, ada yang coklat, ungu, dan merah. Ukurannya pun bervariasi karena dapat membesar
dan menyebar ke seluruh tubuh, bahkan organ dalam seperti paru-paru, kelenjar getah bening,
sistem pencernaan, dan limfatik.
Perhatikan slide berikut!

g. Gambaran apakah yang tampak?


Gambar tersebut merupakan abses jamur pada paru-paru. Abses paru-paru tersebut
disebabkan oleh jamur Aspergillus. Warna kuning kecoklatan pada paru-paru tersebut
merupakan hifa dari jamur Aspergillus sehingga memiliki bahan yang kuat dan keras. Jika ada
rongga yang terbentuk sebelumnya di paru-paru, seperti infeksi dari Mycobacterium
Tuberculosis, jamur ini akan menjajah rongga tersebut.
h. Apa jenis agen penginfeksi dan bagaimana patogenesis terjadinya kelainan tersebut?
Nama lain dari penyakit abses jamu paru adalah Aspergillosis. Agen penginfeksi dari
abses tersebut adalah jamur Aspergillus. Jamur tersebut akan membentuk hifa pada rongga
paru-paru yang telah ada sebelumnya sehingga timbulnya nanah. Spora dari jamur ini terbang di
udara dan mudah sekali terhirup oleh manusia. Jika tidak ada makrofag pada rongga paru-paru,
jamur ini akan berkembang membentuk bola jamur (Aspergilloma). Setelah itu, Aspergilloma
dapat menyebabkan Chronic Pulmonary Aspergillosis. Kemudian Aspergillosis akan mulai
menyebar ke bagian tubuh lain, seperti otak, hati, ginjal, dan pembuluh darah. Orang dengan
kekebalan tubuh yang lemah akan mudah sekali terinfeksi oleh penyakit ini.
Tambahan argumen dan pertanyaan selama diskusi:
1. Annisa Apriliana: Saya izin bertanya Laily, dijelaskan bahwa lesi berkembang melalui
tiga tahap, yaitu patch, plak, dan nodular. Boleh tolong dijelaskan lebih detail tentang
ketiga tahapan tersebut?
Jawaban: Jadi pada tahap pertama atau patch, merupakan tahap munculnya lesi pada
kulit, bentuknya kecil, berwarna merah seperti jerawat, namun masih datar. Kemudian
pada tahap kedua atau plak, lesi seperti plak, berisi cairan putih, mulai membesar dan
menonjol. Terakhir adalah tahap nodular, yaitu lesi mulai menonjol, berwarna merah,
ungu, coklat, bahkan kehitaman.
2. Ershanda Nadhira: Izin bertanya mengenai kaposi sarcoma yang dibagi menjadi empat
jenis berdasarkan populasi penyebarannya, disebutkan di situ ada yg berdasarkan
tempatnya, apakah hanya itu saja perbedaannya? apakah jenis atau ciri-ciri dari kaposi
sarkoma tersebut sama hanya nama yang berbeda?
Jawaban: Menurut beberapa sumber yang aku baca sebelumnya, perkembangan dan
perubahan sel kanker dari keempat jenis kaposi sarkoma tersebut sangat mirip, sehingga
hanya dibedakan melalui ciri ciri tersebut. Mungkin ada beberapa ciri-ciri tambahan
yang belum aku sebutkan seperti pada kaposi sarcoma klasik, gejala yang terlihat dari
sarkoma kaposi klasik adalah munculnya lesi pada kulit bagian kaki, pergelangan tangan
atau telapak kaki, serta lebih rentan dialami oleh pria dibandingkan wanita; dan pada
kaposi sarkoma endemik, penyakit ini banyak terjadi di Afrika karena beberapa faktor,
seperti penyakit yang menyerang imunitas, infeksi kronis, dan masalah kekurangan gizi.
3. Rosita Febriyanti: Sarkoma kaposi adalah kanker yang berasal dari pembuluh darah,
biasanya terjadi pada kulit. Ciri khas dari sarkoma kaposi yang berada di gambar
tersebut adalah membentuk bercak ungu, merah, atau coklat. Daerah yang terkena
dampak dari sarkoma disebut lesi. Abses paru-paru terjadi ketika infeksi menghancurkan
jaringan paru-paru, menciptakan rongga yang berisi cairan dengan bakteri, nanah, dan
jaringan paru-paru. Suatu abses sering disebabkan oleh hirupan napas yang
terkontaminasi dengan bakteri yang hidup di sekitar gigi. Abses ini juga sering terbentuk
ketika infeksi berkembang di belakang saluran udara yang diblok. Pada orang dewasa,
terbloknya saluran udara ini disebabkan oleh tumor (L.Komaroff, 1999).

Perhatikan slide berikut!

http://library.med.utah.edu/WebPath/INFEHTML/INFEC025.html

I. Gambaran apa yang tampak?

Jawaban :

Ini adalah pseudokista Toxoplasma gondii di miokardium pasien AIDS. Infeksi oleh
toksoplasma gondii disebut Toksoplasmosis. Tokso adalah infeksi oportunistik pada orang
dewasa yang mengalami gangguan sistem imun. Mungkin juga infeksi bawaan.

Penyebab utama Toksoplasmosis karena tidak imunokompeten (mempunyai sistem kekebalan


tubuh yang baik) karena kekurangan CD4 (jenis sel darah putih). Pada pasien HIV, terjadi
penurunan CD4 di bawah level kritis (CD4<200/ul) sehingga pasien menjadi sangat rentan
terhadap infeksi oportunistik. Selain kekebalan tubuh rendah, Toksoplasma gondii diperoleh
melalui kontak dengan anak kucing yang mengandungi oocyst atau dengan mengkonsumsi
makanan/daging yang belum matang yang mengandungi kista.

Paling sering terjadi di otak, tetapi terdapat beberapa lokasi lain seperti mata, paru- paru, darah,
tepi jantung, sumsum tulang, dan kandung kemih

J. Gambarlah pada lembar praktikum!


K. Apa jenis agen penginfeksi dan bagaimana patogenesis terjadinya kelainan tersebut
(baik sebagai bentuk infeksi sekunder maupun kongenital)?

Jawaban :

Jenis agen penginfeksi terjadinya toksoplasmosis ini adalah parasit tunggal seperti protozoa,
yaitu toksoplasma gandii.

● Patogenesis Sekunder
1. Manusia menelan sayuran yang terkontaminasi atau dimasak tidak matang atau
daging yang mengandung kista jaringan.
2. Parasit akan terbebas dari kista dalam proses pencernaan, kista jaringan
mengandung bradizoit.
3. Bradizoit ini menginvasi traktus gastrointestinal (terdiri dari esofagus, lambung,
usus halus, usus besar, rektum dan anus).
4. Dari traktus gastrointestinal, kemudian parasit menyebar ke berbagai organ,
terutama jaringan limfatik, otot lurik, miokardium, retina, plasenta dan sistem saraf
pusat.
5. Di tempat-tempat tersebut, parasit menginfeksi satu sel, bereplikasi, dan
menginvasi sel yang berdekatan. Terjadilah proses kematian sel yang diikuti respon
inflamasi akut.
● Patogenesis Kongenital

Toksoplasmosis kongenital biasanya disebabkan oleh infeksi pada ibu-ibu pada masa
kehamilan, namun hal ini tidak selalu turun ke anaknya, Infeksi Toksoplasma Gandii
terjadi dari konsumsi daging yang tidak matang yang mengandung kista atau air yang
terkontaminasi dengan tinja kucing.

Tingkat penularan ke janin lebih tinggi pada wanita yang terinfeksi selama kehamilan
akhir. Namun, janin yang terinfeksi pada awal kehamilan umumnya memiliki penyakit
yang lebih parah. Secara keseluruhan, 30%-40% ibu yang terinfeksi selama kehamilan
akan memiliki anak yang terinfeksi secara bawaan/kongenital.

Komplikasi penderita penyakit ini biasanya adalah gangguan pendengaran, gangguan


penglihatan, kerusakan jantung, kerusakan SSP, sakit pada otot dan sendi, serta retardasi
mental.

Infeksi juga bisa terjadi karena Stillbirth (janin mati dalam kandungan) dan adanya
parasit pada material aborsi.

Tambahan argumen dan pertanyaan selama diskusi:


1. Annisa Apriliana : Pada gambar di atas merupakan pseudokista Toxoplasma gondii
yang terdapat dalam miokardium pasien yang menderita AIDS. Tokso adalah infeksi
oportunistik orang dewasa yang mengalami gangguan imunitas.

pada poin K: Media penyebaran toxoplasmosis secara umum melalui feses hewan
seperti kucing, sayuran dan buah-buahan yang terkontaminasi, dan memakan daging
yang mentah atau ketika dimasak belum matang. Penularannya dapat terjadi melalui
ookista yang ada pada makanan yang kita makan dan ketika kita terkena feses hewan
yang menderita toxoplasmosis

2. Rosita Febriyanti : Kucing merupakan inang yang selalu ada pada proses hidup
protozoa ini. Kucing sebagai inang ini merupakan tempat dimana proses seksual dari
Toxoplasma gondii terjadi. Ookista yang ada pada feses kucing dapat menginfeksi
burung, hewan pengerat, hewan ruminansia maupun manusia.

Perhatikan slide di bawah ini!


http://library.med.utah.edu/WebPath/INFEHTML/INFEC026.html

l. Gambaran apa yang tampak?

Gambar tersebut menunjukkan keadaan abses Taxoplasma gondii di otak, yang akan muncul
sebagai lesi pembentuk cincin pada pencitraan radiologis dengan CT scan.

m. Bagaimana mekanisme kerja agen penginfeksi sehingga bisa menimbulkan kerusakan


di otak?

Toxoplasma gondii merupakan suatu protozoa intraseluler yang masuk ke dalam tubuh manusia
melalui makanan yang terkontaminasi oleh tinja kucing yang terinfeksi atau melalui ookis yang
terbawa oleh kecoa atau lalat kemudian mengontaminasi makanan yang kurang masak atau
disebabkan oleh memakan daging (sapi, kambing, atau babi) yang kurang masak. Dari dalam
usus, parasit ini akan menyebar ke berbagai organ, terutama ke jaringan limfe, otot skelet,
miokard, retina, plasenta, dan sistem saraf pusat. Parasit akan menginginfeksi sel dan
bereplikasi yang akan mengakibatkan kematian sel serta terjadinya nekrosis fokal yang
dikelilingi dengan inflamasi di sekitarnya. Gambaran khas ensefalitis taksoplasma adalah
gambaran abses yang multiple pada penderita dengan penurunan imun yang berat (Munir et al,
2014).

Perhatikan slide berikut!


http://library.med.utah.edu/WebPath/INFEHTML/INFEC036.html

n. Gambaran apa yang tampak?

Gambar tersebut menunjukkan kondisi kelenjar getah bening yang membesar pada
mesentrium, memiliki permukaan potongan yang tampak kuning-coklat. Node-node ini diisi
oleh organisme Mycobacterium avium-complex (MAC). Pada penderita AIDS, terjadi infeksi
oportunistik dengan respon imun yang buruk serta tidak terdapat granuloma fokal.

o. Menimbulkan kelainan apakan proses infeksi tersebut?

Mycobacterium avium complex (MAC) merupakan infeksi yang disebabkan oleh dua jenis
bakteri, yaitu Mycobacterium avium dan Mycobacterium intracellulare. Infeksi MAC dapat
terjadi dengan risiko yang tinggi pada orang dengan sistem kekebalan yang tidak berfungsi
dengan baik (seperti pada penderita HIV/AIDS) atau orang dengan penyakit paru-paru (seperti
penyakit paru obstruktif kronik/PPOK atau fibrosis kistik). Selain itu, wanita usia lanjut juga
memiliki risiko yang tinggi terinfeksi MAC. Infeksi MAC memiliki tiga jenis:

● Infeksi MAC paru-paru yang akan mempengaruhi paru-paru dan berisiko pada orang
yang sudah memiliki penyakit paru-paru maupun wanita usia lanjut.
● Infeksi MAC yang menyebar ke seluruh tubuh. Jenis infeksi ini terlihat pada penderita
AIDS
● Limfadenitis terkait MAC. Infeksi ini menyebabkan pembengkakan kelenjar getah
bening (terutama di leher).
Tambahan argumen dan pertanyaan selama diskusi:
1. Rosita Febriyanti: Penderita yang terinfeksi Toxoplasma gondii dapat disebabkan olehh
keadaan sanitasi lingkungan yang buruk, kebiasaan memakan daging mentah atau
kurang matang, dan bisa juga berasal dari infeksi ookista dari hewan mamalia,
contohnya kucing. Di dalam usus kecil kucing, sporozoit dari Toxoplasma gondii dapat
menembus sel epitel dan tumbuh menjadi trofozoit. Inti trofozoit akan membelah
menjadi banyak hingga membentuk skizon. Skizon yang matang akan pecah dan
menghasilkan merozoit dalam jumlah banyak. Kemudian merozoit akan masuk ke dalam
sel epitel dan membentuk makrogametosit dan mikrogametosit yang akan mengalami
fertilisasi dan membentuk ookista. Ookista ini akan keluar bersamaan dengan tinja
kucing tersebut. Ookista dapat masuk ke tubuh manusia misalnya melalui makanan yang
terinfeksi ookista Toxoplasma gondii tersebut. Jika tertelan dalam tubuh individu yang
mengalami imunodefisiensi, maka ookista akan membelah dengan cepat dan
menghasilkan takizoit. Takizoit ini akan membelah dan membentuk kista yang
mengandung bradizoit. Penggandaan parasit ini akan menyerang organ dan
menghancurkan sel-sel inang. Penggandaan parasit ini paling banyak terjadi pada
jaringan retikuloential dan otak. Sehingga terjadinya resiko infeksi Toxoplasma gondii
pada otak sangatlah besar.

2. Emilia Annuri: Aku izin menambahkan sedikit mengenai Toxoplasma gondii.


Toxoplasma gondii merupakan patogen yang dapat menginfeksi sistem saraf pusat.
Apabila terjadi pada ibu hamil dapat menyebabkan infeksi kongenial dengan gejala sisa
neurologis yang parah. Pada individu dengan kekebalan yang terganggu, pengaktifan
kembali fokus neurologis laten dapat menyebabkan ensefalitis (radang otak). Individu
kompeten imun yang terinfeksi T. gondii biasanya asimtomatik dan mempertahankan
infeksi ini seumur hidup. Selain itu,beberapa penelitian mengatakan bahwa infeksi tanpa
gejala ini mungkin berdampak pada perilaku dan proses fisiologis lain.

Sumber: Halonen, S. K., & Weiss, L. M. (2013). Toxoplasmosis. Handbook of clinical


neurology, 114, 125–145. https://doi.org/10.1016/B978-0-444-53490-3.00008-X
3. Annisa Apriliana: Izin menambahkan Tyas bahwa toxoplasma gondii merupakan salah
satu parasit protozoa yang dapat mempengaruhi manusia. Timbulnya infeksi toxoplasma
gondii atau infeksi oportunistik. Hal tersebut dapat menimbulkan penurunan sistem
imun seperti yang terjadi pada penderita AIDS. Seseorang yang telah terinfeksi T. gondii
akan memicu bentuk tachyzoite dari T. gondii akan menyebar ke seluruh tubuh seperti
menyebar menuju otak. Tachyzoite akan menginfeksi setiap sel berinti pada otak yang
akan menyebabkan infeksi itu berkembang biak serta terjadinya kerusakan.Berawal dari
peradangan yang terjadi di Otak sehingga dapat menimbulkan edema, kerusakan sel
saraf otak, dan abses di otak.

6.2 Infeksi Parasit


Perhatikan slide berikut!

p. Gambaran apa yang tampak?


Gambar yang saya amati adalah bola cacing Ascaris lumbricoides (cacing gelang) yang
dikeluarkan dari usus besar orang dewasa. Cacing ini adalah cacing dengan ukuran terbersar
yang dapat menginfeksi manusia diantara golongan nematoda. Meskipun cacing ini
menjijikkan, mereka hanya dapat menyebabkan penyakit minimal (tidak seberapa) pada
kebanyakan orang yang terinfeksi.
Ascaris lumbricoides ini merupakan nematoda usus terbesar, berwarna putih
kekuning-kuningan sampai merah muda, sedangkan pada cacing mati berwarna putih. Badan
bulat memanjang, kedua ujungnya lancip, bagian anterior lebih tumpul dari pada bagian
posteriornya. Pada bagian anteriornya terdapat mulut dengan tiga lipatan bibir (1 bibir dorsal
dan 2 di ventral), pada bibir, tepi lateral terdapat sepasang papil peraba. Nama penyakit yang
diakibatkan oleh cacing ini adalah askariasis.
q. Bagaimana mekanisme agen penginfeksi tersebut menyebabkan kerusakan?
Infeksi Ascaris lumbricoides disebut juga dengan ascariasis atau infeksi ascaris.
Ascariasis imi terjadi karena tertelannya telur-telur cacing ascaris. Larva cacing ini dapat
menembus dinding usus halus ke pembuluh darah atau limfe kemudian ke jantung. Di usus
halus, larva cacing ini berubah menjadi cacing dewasa yang mampu hidup selama 1-2 tahun.
Gejala klinik dari infeksi ini tergantung dari beberapa hal, antara lain beratnya infeksi, keadaan
penderita, daya tahan tubuh (benteng terhadap infeksi dan pencegahan mikroorganisme yang
masuk ke tubuh), dan kerentanan penderita terhadap infeksi cacing.
Ketika lingkungan sesuai, telur yang dibuahi berkembang menjadi bentuk infektif dalam
waktu sekitar 3 minggu. Apabila tertelan oleh manusia maka telur ini akan menetas di usus
halus. Kemudian, larva ini menembus menuju pembuluh darah atau saluran limfe lalu ke
jantung dan mengikuti aliran darah ke paru. Larva di paru ini dapat menembus dinding
pembuluh darah, lalu ke dinding alveolus dan masuk ke rongga alveolus. Kemudian menuju ke
trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea inilah kemudian larva menuju ke faring,
sehingga menimbulkan rangsangan pada faring. Akibatnya penderita batuk dan larva akan
tertelan ke dalam esophagus menuju usus halus. Di usus halus inilah, larva berubah menjadi
cacing dewasa sekitar 2 bulan.
Pada infeksi biasa, penderita mengandung 10-20 ekor cacing ini dan hampir tidak ada
gejala yang dirasakan. Gejala klinik dari ascariasis ini ditimbulkan oleh cacing dewasa yang
tinggal di antara lipatan mukosa usus halus dan dapat menimbulkan iritasi sehingga terasa tidak
enak di perut yang berupa mual serta sakit perut. Terkadang, cacing dewasa ini terbawa ke arah
mulut karena kontraksi usus dan dimuntahkan, keluar melalui mulut atau hidung.
Jika terjadi invasi ke appendix, ductus choledochus ataupun ampulla Vateri maka dapat
menimbulkan appendisitis, cholesistitis atau pancreatitis hemoraghik. Apabila dinding usus
dapat ditembus oleh cacing dewasa, maka menimbulkan peritonitis. Jika dibiarkan, cacing dapat
keluar menembus dinding perut. Pada anak-anak biasanya menembus melalui umbilicus
sedangkan pada orang dewasa menembus melalui inguinal.
Migrasi cacing dewasa ini disebut dengan erratic migration yang disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya karena adanya demam oleh penyakit lain ataupun karena berbagai
obat tertentu yang merupakan ancaman bagi kelangsungan cacing tersebut. Cacing dalam
jumlah banyak dan berkelompok seperti gambar diatas, akan menyumbat lumen usus, yang
mula-mula penyumbatan parsial akhirnya penyumbatan total. Cacing dewasa yang masih hidup
ataupun yang sudah mati dapat menghasilkan zat yang bersifat racun bagi tubuh kita. Pada
orang yang rentan, zat ini dapat menimbulkan keracunan, menurunnya nafsu makan, dan
penurunan berat badan.
Sindroma Löffler dan Tropical Eosinophilia kerap disebabkan oleh larva Ascariasis
lumbricoides yang bermigrasi ini. Sindrom Löffler menimbulkan tiga gejala, yaitu (ascaris)
pneumonia dengan gejala batuk, eosinofil meninggi, serta gambaran Rontgen paru-paru
memperlihatkan bercak-bercak putih yang sifatnya sementara. Kejadian-kejadian tersebut
terjadi akibat efek langsung, baik oleh cacing dewasa maupun oleh larvanya.
Efek tidak langsung juga dapat terjadi, ketika migrasi cacing dewasa, mikroorganisme lain
misalnya bakteri turut menempel juga sehingga menimbulkan abses di tempat cacing dewasa
atau larva tersebut berada. Setiap 20 cacing dewasa, per hari akan mengambil 2,8 gram
karbohidrat dan 0,7 gram protein sehingga khususnya pada anak-anak sering kali menimbulkan
perut buncit, pucat, lesu, serta badan kurus. Gambaran ini disebabkan oleh defisiensi gizi yang
juga dapat menimbulkan keadaan anemia (kekurangan darah).
Istilah parasit terdiri atas protozoa, helminthes, dan arthropoda. Helminthes adalah cacing
yang memerlukan penjamu (manusia) untuk bereproduksi. Penularan terhadap manusia ini
dapat terjadi melalui ditelan. Sebagian besar patogen saluran cerna ditularkan melalui makanan
atau minuman yang tercemar oleh bahan feses. Selama masa mikroorganisme tumbuh dan
berkembang biak yang bersifat contagious maka pasien dapat menyebarkan penyakit tersebut ke
orang lain. Oleh karena itu, pembuangan kotoran yang sesuai sanitasi, meminum air bersih,
mencuci tangan, dan memasak makanan dengan benar dapat mengurangi pajanan patogen.
Apabila hygiene kurang, maka penyakit diare akan merajalela.

Perhatikan slide di bawah ini!


r. Gambaran apakah yang tampak?
Gambar yang saya amati ini merupakan permukaan mukosa kolon eritematosa karena
diserang organisme Trichuris trichiuria bisa disebut dengan Trichocephalus dispar, cacing
cambuk, whipworm yang sangat besar. Infestasi cacing yang parah ini (dalam jumlah banyak)
dapat menyebabkan kolitis disertai perdarahan. Habitat cacing ini berada di dalam usus besar
terutama caecum dan colon, terkadang di appendix dan ileum bagian distal. Nama penyakit
yang disebabkan oleh cacing ini adalah trikuriasis.
Cacing dewasa menyerupai cambuk sehingga disebut dengan cacing cambuk. Tiga
per-lima bagian anterior tubuh cacing ini halus seperti benang, pada ujungnya terdapat kepada
(trix = rambut, aura = ekor, cephalus = kepala), esofagus sempit berdinding tipis terdiri dari satu
lapis sel dan tidak memiliki bulbus esofagus.
s. Bagaimana mekanisme agen penginfeksi tersebut menyebabkan colitis dan
hemorrhage?
Infeksi yang disebabkan oleh cacing ini disebut dengan trichuriasis, trichocephaliasis atau
infeksi cacing cambuk. Telur yang tidak mengandung embrio dihasilkan sebanyak 2000-3000
telur dalam sehari oleh cacing betina di dalam sektum. Kemudian, telur ini akan keluar bersama
feses dan berkembang di dalam tanah. Apabila lingkungan sesuai untuk berkembang (suhu
25-280C, tanah lembab dan teduh, dan terhindar dari matahari langsung).
Telur infektif tertelan oleh hospes dapat melalui makanan dan tanah tercemar, kemudian
larva menjadi aktif dan keluar melalui dinding telur yang sudah rapuh dan masuk ke usus halus
bagian proksimal. Kemudian, larva akan menembus vili-vili usus dan menetap selama 3-10 hari.
Ketika dewasa, cacing akan turun ke bagian distal dan masuk ke kolon (terutama di sektum).
Pada cacing terdapat struktur yang menyerupai ujung tombak pada bagian anterior yang
dapat membantu cacing menembus dan menempatkan bagian anterior cacing (seperti cambuk)
ke dalam mukosa usus dimana cacing mengambil makanan. Bagian anterior cacing ini yang
masuk ke dalam mukosa usus dapat menyebabkan trauma yang menimbulkan peradangan dan
pendarahan.
Kerusakan mekanik di mukosa usus disebabkan oleh cacing dewasa dan respons alergi
disebabkan oleh jumlah cacing, lama infeksi, usia, dan status kesehatan umum hospes (inang).
Cacing ini paling sering menyerang anak usia 1-5 tahun, infeksi ringan biasanya timbul tanpa
gejala. Pada infeksi berat, cacing tersebar ke seluruh colon dan rectum, dan terkadang terlihat
pada mukosa rektum. Infeksi kronis dan sangat berat menunjukkan gejala-gejala anemia berat,
dengan Hb sangat rendah dapat mencapai 3 gr, karena seekor cacing setiap hari menghisap
darah kurang lebih 0,005cc.
Diare dengan tinja sedikit dan mengandung darah. Sakit perut, mual, muntah, serta berat
badan menurun, terkadang disertai dengan sakit kepala dan demam. Infeksi Trichuris trichiura
ini kadang-kadang terjadi bersama infeksi parasit usus lain. Parasit lain yang menyertainya ini
seperti Ascaris lumbricoides, cacing tambang, dan Entamoeba histolytica.
Kolitis berasal dari kata kolon (usus besar) dan itis berarti peradangan. Oleh karena itu,
Kolitis adalah penyakit berupa peradangan usus besar yang menyebabkan gejala nyeri,
meradang, diare dan pendarahan anus. Usus besar terdiri dari area caecum (tempat menempel
usus buntu/apendiks), kolon ascendant, kolon transversum, colon descendente, sigmoid, rektum,
dan anus.
Tambahan argumen dan pertanyaan selama diskusi:
1. Ershanda Nadhira : Pada poin p disebutkan bahwa cacing tersebut menyebabkan
penyakit minimal (tidak seberapa), penyakit yang seperti apa ya?
Jawaban : Pada infeksi biasa, penderita mengandung 10-20 ekor cacing dan hampir
tidak ada gejala yang dirasakan. Gejala klinis dari askariasis ini ditimbulkan oleh cacing
dewasa yang tinggal di antara lipatan mukosa usus halus dan dapat menimbulkan iritasi
sehingga terasa tidak enak di perut yang berupa mual serta sakit perut. Terkadang,
cacing dewasa ini terbawa ke arah mulut karena kontraksi usus dan dimuntahkan, keluar
melalui mulut atau hidung. Tetapi tidak semua orang terinfeksi cacing ini hanya
memiliki gejala ringan, tergantung juga pada banyaknya cacing yang menginfeksi dan
migrasinya.

Perhatikan slide berikut! http://library.med.utah.edu/WebPath/INFEHTML/INFEC049.html


http://library.med.utah.edu/WebPath/INFEHTML/INFEC044.html

t. Gambaran apa yang tampak?

Pada gambar 1 terlihat gambaran mikroskopis dari kutu – kutu pada rambut kepala. Kutu
adalah serangga parasit obligat yang tidak memiliki tahap hidup bebas dalam siklus
hidupnya. Kutu rambut ini merupakan jenis kutu yang paling umum terjadi. Kelompok
yang paling rentan terkena kutu rambut yaitu, anak sekolah, gelandangan, pengungsi, dan
penghuni kawasan kumuh.

Pada gambar 2 terlihat gambaran mikroskopis Pediculus humanus capitis (kutu kepala).
Kutu ini merupakan parasit obligat berukuran 1 – 3 mm yang menghabiskan seluruh
hidupnya pada inang manusia. Kutu rambut hanya memakan darah dan tidak dapat terbang.

Pada gambar 3 terlihat gambaran mikroskopis Phthirus pubis (kutu pubis).

u. Bagaimana organisme tersebut dapat merugikan manusia?


Organisme ini merupakan parasit yang bertahan hiduo dengan menghisap darah organisme
inangnya. Pediculus humanus capitis terletak di pangkal rambut, kebanyakan di belakang
telinga dan tengkuk. Seseorang yang kepalanya dihinggapi oleh kutu akan mengalami rasa
gatal terus menerus dan tidak dapat mereda hanya dengan digaruk saja. Rasa gatal ini
timbul karena kutu menggigit, mencakar, dan menghisap darah pada kulit kepala serta
mengeluarkan liur sehingga menimbulkan kuman yang memperparah rasa gatal. Apabila
tidak bisa ditahan, biasanya seseorang akan semakin keras menggaruk kepala hingga
menyebabkan luka dan berdarah.

v. Mengapa penyebarannya mudah? dan mengapa pemberantasannya cenderung sulit?

Kutu kepala dapat menyebar dengan mudah dan sangat cepat. Penularan diperkirakan
terjadi melalui kontak kepala-ke-kepala, berbagi tutup kepala, atau kontak langsung lainnya
dengan fomites (benda mati yang menampung organisme seperti kursi film).

Kutu kepala menempatkan telurnya pada kulit kepala hingga menetas. Sebagian besar telur
membutuhkan waktu 7 hari untuk menetas (beberapa butuh waktu lama hingga 13 hari) dan
dapat terlihat selama berminggu-minggu setelah kematian telur. Kutu kepala dapat
menghasilkan 150 telur per harinya, maka dari itu pemberantasan nya sangat sulit.

Pada kutu kelamin, dapat menular dan menyebar dengan mudah melalui keringat saat
melakukan hubungan seksual, pemakaian handuk secara barengan, tempat tidur, dan kloset
yang bergantian. Kutu pubis sangat menyukai tinggal di daerah rambut kemaluan dan anal.
w. Jika Anda sebagai perawat bertugas di daerah dengan kasus tersebut tinggi apa yang
akan Anda kerjakan?

Sebagai perawat yang bertugas di daerah dengan kasus tersebut yang tinggi, saya akan
melakukan penyuluhan tentang kesehatan diri atau personal hygiene kepada masyarakat
di daerah tersebut terlebih dahulu dengan tujuan menghindari kasus tersebut. Saya juga
akan memberikan edukasi penyebaran kutu tersebut dan bahaya infeksi yang akan
ditimbulkan apabila kutu-kutu tersebut hidup di rambut kepala mereka, dan cara
penanganan untuk pemberantasannya. Selain itu dengan melakukan promosi kesehatan
mengenai pencegahan munculnya kutu pada rambut.
Pertanyaan untuk Emilia
1. Rosita - apa yang menyebabkan kutu pubis dapat hidup di rambut kemaluan,
apakah karena jarang membersihkan area kemaluan atau bagaimana? untuk
mengatasinya apakah sama dengan kutu rambut dikepala?
Sebenarnya, penyebab utama kutu pubis karena adanya kontak seksual dengan orang
yang terjangkit. Namun, menjaga kebersihan kemaluan dapat menghindari kita dari
penyakit kutu pubis ini.
Untuk cara mengatasinya dapat dilakukan dengan obat-obatan serta perawatan secara
mandiri, seperti menjaga kemluan agar tetap bersih dan kering (tidak lembab) serta rutin
mengganti pakian dalam maupun handuk.
2. Annisa Apriliana - apakah kutu dapat masuk kedalam kulit kepala? dan apakah
ada akibat penyakitnya jika seseorang mempunyai banyak kutu?
Sebutan untuk penyakit kutu kepala ini yaitu pediculosis capitis. Kutu rambut ini
memang dapat menggigit untuk menghisap darah, namun kutu ini tidak bisa memasuki
(menggali) ke dalam kulit kepala.

6.3 Implikasi
x. Apa saja tes diagnostik yang digunakan pada penyakit infeksi dan bagaimana peran
berbagai berbagai pemeriksaan diagnostik dalam penegakkan diagnosa medis infeksi?
Dalam penyakit infeksi, bisa dilakukan diagnosa kausal atau diagnosa mikrobiologik,
yaitu dengan laboratorium mikrobiologi karena memiliki beberapa fungsi yang canggih antara
lain:
● Dapat mengetahui jenis mikroba yang terlibat dalam infeksi.
● Dapat memilih antibiotik yang paling tepat untuk pengobatan.
● Dapat mengetahui jenis antibiotik yang paling sensitif terhadap bakteri.
● Dapat ikut mencegah peningkatan resistensi bakteri terhadap antibiotik.
Contoh tes laboratorium yang dapat mengungkap mikroba tertentu adalah tes darah yang
dilakukan oleh seorang ahli laboratorium yang memperoleh sampel darah dengan memasukkan
jarum ke dalam pembuluh darah, biasanya di lengan pasien. Kemudian melihat mikroba dalam
sampel darah tersebut di bawah mikroskop. Tes ini digunakan untuk menentukan apa yang
menyebabkan infeksi dan untuk mengkonfirmasi diagnosis. Ada juga tes urin, yaitu tes yang
mengharuskan pasien untuk buang air kecil ke dalam sebuah wadah. Untuk menghindari
kontaminasi potensi sampel, pasien mungkin diminta untuk membersihkan area genitalnya
dengan pad antiseptik dan untuk mengumpulkan midstream urin. Sama seperti tes darah, pada
sampel urin akan dilihat dibawah mikroskop untuk melihat mikroba tertentu.
Selain itu bisa juga menggunakan tes yang dapat membantu menegakkan diagnosis namun tetap
dibutuhkan kemampuan analisis hasil laboratoriumnya, yaitu:
● C-reactive protein (CRP): Protein fase akut atau CRP dapat meningkat pada keadaan
inflamasi seperti pada penyakit rematik, penyakit kardiovaskular, dan infeksi.
Pemeriksaan ini sering digunakan untuk membedakan apakah proses infeksi diakibatkan
oleh bakteri atau virus.
● Interleukin-6 (IL-6): Membantu mengevaluasi kondisi seperti diabetes dan penyakit
kardiovaskular atau kondisi yang berhubungan dengan peradangan seperti lupus dan
rheumatoid arthritis atau dengan infeksi, seperti sepsis.
● Prokalsitonin (PCT): Untuk melihat respon dari pemberian antibiotika.
● Polymerase chain reaction (PCR): Untuk mendiagnosis gonorea, infeksi klamidia,
tuberkulosa, dan ensefalitis herpes.

y. Berikan komentar atau kesimpulan setelah Anda membaca booklet tersebut!


Dalam booklet tersebut membahas secara umum berbagai penyakit, penyebabnya,
gejala-gejala yang mungkin dirasakan oleh penderita, serta pencegahan dari diri sendiri agar
tidak terjangkit penyakit-penyakit tersebut seperti menjaga tangan tetap bersih, melakukan
vaksin, menggunakan masker, menjaga asupan makanan sehat, dan bila diperlukan bisa
melakukan pemeriksaan atau konsultasi ke dokter untuk diberikan pengobatan lebih lanjut.

z. Secara umum, setelah Anda belajar patologi infeksi, apa yang perlu diperhatikan
perawat dalam merawat penderita?
Secara umum perawat memiliki tanggung jawab dalam pencegahan infeksi, hal-hal yang
perlu diperhatikan perawat dalam merawat penderita, antara lain:
1. Mengedukasi individu agar terhindar dari infeksi dengan:
a. Memperkuat daya tahan tubuh melalui upaya imunisasi, perbaikan nutrisi yang
seimbang, istirahat, tidur yang cukup, dan hindari stres.
b. Mendorong individu untuk menerapkan prinsip higiene personal dengan
membiasakan diri mencuci tangan dan mandi secara teratur.
2. Mencegah penyebaran kuman penyakit melalui tindakan desinfeksi dan sterilisasi
peralatan rumah sakit.

Tambahan Diskusi:
1. Emilia: Untuk beberapa penyakit infeksi yang mengharuskan penderitanya untuk menjaga
jarak kehidupan sosial, diperlukan juga perawatan psikologisnya. Karena hal ini tentunya
akan berpengaruh pada proses kesembuhan ataupun pengobatan. Perawat perlu memastikan
bahwa penderita tetap memiliki harapan hidup dan ingin sembuh dari penyakit infeksinya.
2. Rosita F: Contoh lain dari tes laboratorium, yaitu:
● Steril Swab: Menggunakan cairan tenggorokan, atau daerah lembab lain dari tubuh
pasien.
● Sampel feses: Pasien mungkin diminta untuk mengumpulkan sampel tinja sehingga ahli
laboratorium dapat memeriksa parasit dan organisme lain dalam sampel tersebut.
● Spinal Tap (tekan tulang belakang): Prosedur ini memperoleh sampel cairan
serebrospinal pasien melalui jarum dengan hati-hati yang disisipkan di antara
tulang-tulang dari tulang punggung bagian bawah pasien. Pasien biasanya akan diminta
untuk berbaring dengan lutut ditarik ke arah dada Anda.
Daftar Pustaka

American Cancer Society. (2018). What Is Kaposi Sarcoma? Retrieved April 29, 2021, from
www.cancer.org: What Is Kaposi Sarcoma? (cancer.org)

Bragg, BN., & Simon, LV. (2020). Pediculosis. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing.
Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470343/

Brunner, L., Suddarth, D., & Smeltzer, S. (2008). Brunner & Suddarth's Textbook of
Medical-Surgical Nursing (11th ed.). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Burgess, I. F., & Silverston, P. (2015). Head lice. BMJ clinical evidence, 2015, 1703.

Chabi, M. L., Goracci, A., Roche, N., Paugam. A., Lupo, A., & Revel, M. P. (2015). Pulmonary
aspergillosis. Elsevier, 96(5), 435-442. Doi: https://doi.org/10.1016/j.diii.2015.01.005

Corwin, E. J. (2008). Handbook of pathophysiology 3rd Ed. USA: Lippincott Williams &
Wilkins.

Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Davey, P. (2006). At a glance medicine ( Annisa, R & Cut, N Trans.). Jakarta: Penerbit Erlangga

Genetic and Rare Disease Information Center. (n.d). Mycobacterium Avium Complex Infections.
Retrieved from
https://rarediseases.info.nih.gov/diseases/7123/mycobacterium-avium-complex-infections

Kumar, V., Abbas, A. K. & Aster, J. C. (2013). Robbins Basic Pathology (9th Ed.).
Philadelphia: Elsevier Inc

Malarkey, LM. (2000). Nurse’s manual of laboratory test and diagnostic procedure.
Philadelphia: WB Saunders.

Mayo Clinic. (2020). Kaposi’s Sarcoma. Retrieved April 29, 2021, from www.mayoclinic.org:
Kaposi's sarcoma - Overview - Mayo Clinic

Meister, L., & Ochsendorf, F. (2016). Head Lice. Deutsches Arzteblatt international, 113(45),
763–772. https://doi.org/10.3238/arztebl.2016.0763
Mubarak, I. M., Indrawati, L., Susanto, J. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta:
Salemba Medika

Munir, B., Husna, M., Santoso, W. M., Kurniawan, S. N., & Rahayu, M. (2014). Continuing
Neurology Education. Malang: Brawijaya University Press

NHS. (2020). Kaposi’s Sarcoma. Retrieved April 29, 2021, from www.nhs.uk: Kaposi's sarcoma
- NHS - NHS (www.nhs.uk)

National Center for Advancing Translational Science. (2016). Kaposi Sarcoma. Retrieved April
29, 2021, from rarediseases.info.nih.gov: Kaposi sarcoma | Genetic and Rare Diseases
Information Center (GARD) – an NCATS Program (nih.gov)

Nelwan, E. J. (2018). Pemeriksaan Prokalsitonin pada Penyakit Infeksi. Jurnal Penyakit Dalam
Indonesia, 5(2), 53. https://doi.org/10.7454/jpdi.v5i2.189

Price, S. A. & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit (6th
ed.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Prijambada. (2016). Peran Laboratorium Mikrobiologi Klinik dalam Upaya Pengendalian


Resistensi Mikroba Terhadap Antibiotika di Rumah Sakit. UNS Library. Diakses dari
https://library.uns.ac.id/peran-laboratorium-mikrobiologi-klinik-dalam-upaya-pengendalia
n-resistensi-mikroba-terhadap-antibiotika-di-rumah-sakit/

Prodia. (n.d). Interleukin 6. Diakses dari


https://m.prodia.co.id/id/produklayanan/pemeriksaanlaboratoriumdetails/interleukin-6

Putu. (2020). Mekanisme Escape dan Respon Imun innate terhadap Candida albicans.
Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma.

Robbins, K. C. (n.d.). Buku Ajar Patologi Edisi 7. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.

Rubin, E., & Reisner, H.M. (2014). Rubin’s pathology (9thed.). Philadelphia: Wolter’s Kluwer

Spach, D. H. (2021). Cutaneous Manifestations. Retrieved April 29, 2021, from


www.hiv.uw.edu: Core Concepts - Cutaneous Manifestations - Basic HIV Primary Care -
National HIV Curriculum (uw.edu)
Sudarto Pringgoutomo, S. H. (2002). Buku Ajar Patologi I (Umum) Edisi Ke - 1. Jakarta:
Sagung Seto.

Sumintarti, & S, A. R. (n.d). Manifestasi Minis tipe kandidiasis oral pada penderita AIDS di
Rumah Sakit. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

Suyanto. (2016). Patologi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Utsumi, T., Widijanti, P., Arifijanto, M. V., & Rahayu, R. P. (2009). Variability C. Albicans pada
Penderita HIV/AIDS dengan Terapi ARV dan Non ARV di Surabaya, Jawa Timur. Diakses
pada 28 April 2021, dari
http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/byId/258393

Anda mungkin juga menyukai