Anda di halaman 1dari 19

Case Report Session

Skabies

Oleh:

Izka Fadhilah - 2140312134

Preseptor :

Dr. dr. Ade Asyari, Sp.THT-KL (K)

FAMILY ORIENTED MEDICAL EDUCATION


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2023

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Skabies adalah penyakit kulit menular akibat tungau Sarcoptes scabei var Hominis betina
yang menembus stratum korneum, membentuk terowongan (kanalikuli), disertai rasa gatal
yang panas.1 Dapat ditularkan secara langsung dan tidak langsung. Masa inkubasi 4-6 minggu.
Jenis yang paling berat adalah skabies berkrusta, Norwegian scabies, yang biasanya terjadi
pada pasien immunocompromised.2
Prevalensi scabies di negara berkembang lebih tinggi daripada di negara maju. Tahun 1997-
2005 di Inggris, kasus scabies 3 dari 1.000 penduduk. Di Spanyol pada tahun 2012, prevalensi
skabies pada imigran adalah 4,1%. Prevalensi skabiesdi daerah endemis di India adalah 13%
dan di daerah kumuh Bangladesh prevalensi pada anak berusia 6 tahun adalah 29%. Pada
populasi umum, prevalensi skabies di Kamboja adalah 43% dan di Chile prevalensi skabies
sekitar 1-5%. Di Timor Leste, survei skabies di empat kabupaten pada tahun 2010
menunjukkan prevalensi 17,3%.3 Kasus skabies di kota padang pada tahun 2013 tercatat
sejumlah 1926 kasus4 . Faktor yang berperan pada tingginya prevalensi skabies adalah
kemiskinan, kepadatan penghuni rumah, tingkat pendidikan rendah, keterbatasan air bersih,
dan perilaku kebersihan yang buruk.5 Skabies dapat ditemukan pada semua usia tetapi lebih
sering menginfestasi anak- anak dibandingkan orang dewasa.6
Gatal merupakan gejala klinis utama pada skabies. Rasa gatal pada masa awal infestasi
tungau biasanya terjadi pada malam hari (pruritus nokturna), cuaca panas, atau ketika
berkeringat. Gatal terasa di sekitar lesi, namun pada skabies kronik gatal dapat dirasakan
hingga ke seluruh tubuh. Gatal disebabkan oleh sensitisasi kulit terhadap ekskreta dan sekreta
tungau yang dikeluarkan pada waktu membuat terowongan.7 Terapi skabies adalah
menggunakan skabisida topikal diikuti dengan perilaku hidup bersih dan sehat baik pada
penderita maupun lingkungannya.8 Jika ditatalaksana dengan tepat, skabies memiliki prognosis
yang baik. 9
1.2 Batasan Masalah
Makalah ini membahas mengenai definisi, epidemiologi, etiologi, patogenesis, manifestasi
klinis, diagnosis, penatatalaksanaan, komplikasi dan prognosis dari skabies
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui mengenai definisi, epidemiologi,
etiologi, patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis, penatatalaksanaan dan prognosis dari
skabies.
2
1.4 Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang skabies.
1.5 Metode Penulisan
Penulisan makalah ini disusun berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik terhadap pasien
yang disertai studi kepustakaan dengan merujuk berbagai literatur.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
Sarcoptes scabiei var, hominis,dan produknya. Tungau Sarcoptes scabei var Hominis
betina yang menembus stratum korneum, membentuk terowongan (kanalikuli), disertai
rasa gatal yang panas. dapat ditularkan secara langsung dan tidak langsung. Masa inkubasi
4-6 minggu. Jenis yang paling berat adalah skabies berkrusta, Norwegian scabies, yang
biasanya terjadi pada pasien immunocompromised.

2.2 Epidemiologi
Skabies dapat menjangkiti semua orang pada semua umur, ras, dan tingkat ekonomi
sosial. Sekitar 300 juta kasus skabies di seluruh dunia dilaporkan setiap tahunnya. Menurut
Depkes RI, berdasarkan data dari puskesmas seluruh Indonesia pada tahun 2008, angka
kejadian skabies adalah 5,6%-12,95%. Skabies di Indonesia menduduki urutan ke tiga dari
dua belas penyakit kulit tersering.2,3
Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain sosial ekonomi
yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual bersifat promiskuitas, kesalahan
diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologik.1

2.3 Cara Penularan


1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama
dan hubungan seksual.
2. Kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan
lain-lain.1

2.4 Etiologi dan Patogenesis


Penyebabnya penyakit skabies adalah Sarcoptes scabiei. Sarcoptes scabiei termasuk
filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, super family Sarcoptes, penemunya
adalah seorang ahli biologi Diacinto Cestoni.1
Secara morfologik parasit ini merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya
cembung,dan bagian perutnya rata. Spesies betina berukuran 300 x 350 μm, sedangkan
jantan berukuran 150 x 200 μm. Stadium dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki

4
depan dan 2 pasang kaki belakang. Kaki depan pada betina dan jantan memiliki fungsi yang
sama sebagai alat untuk melekat, akan tetapi kaki belakangnya memiliki fungsi yang
berbeda. Kaki belakang betina berakhir dangan rambut, sedangkan pada jantan kaki ketiga
berakhir dengan rambut dan kaki keempat berakhir dengan alat perekat.4,5
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut; setelah kopulasi yang terjadi di atas kulit,
tungau jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam
terowongan yang digali oleh tungau betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali
terowongan dalam stratum korneum dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari sambil
meletakkan telurnya 2 hingga 50. Bentuk betina yang sudah dibuahi ini dapat hidup sebulan
lamanya. Telur akan menetas biasanya dalam waktu 3 sampai 10 hari dan menjadi larva
yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat
juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan
dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidup mulai dari telur sampai bentuk
dewasa memerlukan waktu 8-12 hari.1
Aktivitas Sarcoptes scabieidi dalam kulit menyebabkan rasa gatal dan menimbulkan
respons imunitas selular dan humoral serta mampu meningkatkan IgE baik di serum
maupun di kulit. Masa inkubasi berlangsung lama 4-6 minggu. Tungau scabies dapat hidup
di luar tubuh manusia selama 24-36 jam. Tungau dapat ditransmisi melalui kontak seksual,
walaupun menggunakan kondom, karena kontak melalui kulit di luar kondom.1
Kelainan kulit tidak hanya dapat disebabkan oleh tungau scabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap
sekreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah investasi.
Pada saat itu, kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel,
urtika, dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi
sekunder.1

2.5 Gejala Klinis dan Diagnosis


Diagnosa dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal sebagai berikut :
1. Pruritus noktural artinya gatal pada malam hari yang disebabkan oleh aktifitas
tungaulebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang sekelompok manusia, misalnya dalam sebuah keluarga,
sehingga seluruh keluarga terkena infeksi, diasrama, atau pondokan. Begitu pula
dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang
berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Walaupun seluruh anggota keluarga
5
mengalami investasi tungau, namun tidak memberikan gejala. Hal ini dikenal sebagai
hiposensitisasi. Penderita bersifat sebagai pembawa (carrier).
3. Adanya terowongan(kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih
atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,rata-rata 1 cm, pada ujung
terowongan ditemukan papul atau vesikel. Namun kunikulus biasanya sukar terlihat,
karena sangat gatal pasien selalu menggaruk, kunikulus dapat rusak karenanya.
Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang
tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar,
lipat ketiak bagian depan, areola mame (perempuan), umbilicus, bokong, genitalia
eksterna (laki-laki), dan perut bagian belakang. Pada bayi dapat menyerang telapak
tangan, telapak kaki, wajah, dan kepala.
4. Menemukan tungau merupakan hal yang paling menunjang diagnosis. Dapat
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau. Selain tungau dapat ditemukan telur
dan kotoran (skibala).1

Gambar2.1 Lesi Kulit pada Penderita Skabies

2.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Menemukan terowongan pada kulit :
• Burrow Ink Test

• Tetracycline Test

6
2. Pemeriksaan mikroskopis
• Kerokan kulit

• Adhesive Tape Test


• Dermatoscopy

2.7 Diagnosis Banding


Penyakit scabies merupakan the greatest imitator, karena dapat menyerupai banyak
penyakit kulit dengan keluhan gata. Sebagai diagnosis banding ialah prurigo, pedikulosis
korporis, dan dermatitis.1

2.8 Tatalaksana
Cara pengobatan ialah seluruh anggota keluarga harus diobati.
Jenis obat topikal :
• Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20%dalam bentuk salap atau
krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunaan
dilakukan selama 3 hari berturut-turut.
• Emulsi benzyl-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap
malam selama 3 hari.

7
• Gama benzene heksa klorida (gemeksan = gammexane) kadarnya 1% dalam krim
atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah
digunakan, dan jarang menimbulkan iritasi.
• Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan, mempunyai
dua efek sebagai anti scabies dan antigatal.
• Permetrin 5% dalam krim, efektivitas sama, aplikasi hanya sekali dan dibersihkan
dengan mandi setelah 8-10 jam. Pengobatan diulangi setelah seminggu.1

Tabel 2.1 Jenis-jenis Obat Topikal

2.9 Pencegahan
Perlu dilakukan edukasi pasa pasien tentang penyakit ekabies, perjalanan penyakit,
penularan, cara eradikasi tungau scabies, menjadi higiene pribadi, dan tata cara pengolesan
obat. Pengobatan dilakukan pada orang serumah dan orang di sekitar pasien yang
berhubungan erat.1

2.10 Prognosis
Prognosis penyakit ini baik jika diperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat,
menghilangkan faktor predisposisi, antara lain higiene, serta semua orang yang berkontak
erat dengan pasien harus diobati. 1

8
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn RI
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Patenggangan Air Tawar Barat
Nomor Hp : 0821xxxxxxx
Negeri Asal : Padang
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Suku : Minang
Tanggal Pemeriksaan : 20 Mei 2023
I. Anamnesis
Seorang pasien laki-laki usia 21 tahun datang ke poli umum Puskesmas Air Tawar pada tanggal
20 Mei 2023 dengan :
Keluhan Utama
Bintik-bintik kemerahan yang terasa gatal di telapak tangan, sela-sela jari tangan, kedua
tungkai bawah dan punggung kaki sejak sejak 1 minggu yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
• Awalnya sekitar 1 minggu yang lalu, muncul bintik-bintik kemerahan sebesar kepala
jarum pentul pada telapak tangan dan sela-sela jari tangan, lalu 6 hari yang lalu bintik
kemerahan menyebar ke kedua tungkai bawah dan punggung kaki. Saat ini bintik merah
hanya terdapat di kedua tungkai bawah dan karena gatal pasien sering menggaruknya
sehingga bintik merah menjadi berdarah dan bernanah. Beberapa bintik merah di
telapak tangan dan sela-sela jari tangan sudah hilang dan meninggalkan bekas berwarna
gelap.
• Bintik kemerahan terasa gatal tertutama meningkat di malam hari. Awalnya bitnik
merah tidak terasa nyeri, namun karena digaruk dan berdarah, sekarang pasien sedikit
merasakan nyeri.
• Pasien juga mengeluhkan demam 5 hari yang lalu. Demam tidak disertai menggigil dan
berkeringat.

9
• Pasien 1 bulan yang lalu pulang kampung dan saudara pasien juga mengeluhkan hal
yang sama dan sudah sembuh. Sekarang pasien tinggal di kosan.
• Riwayat alergi dan makanan tidak ada. Riwayat bersin-bersin pagi hari, sesak napas,
gatal-gatal, mata gatal dan berair disangkal oleh pasien.
• Pasien tidak memiliki hewan peliharaan.
• Tidak ada riwayat digigit serangga.
• Tidak ada riwayat kontak dengan benda tertentu sebelum muncul keluhan bintik-bintik
kemerahan.
• Pasien tidak hobi berolahraga atau melakukan kegiatan yang menghasilkan keringat
banyak serta bercocok tanam
• Pasien belum mengobati keluhannya. Bitnik merah dan gatal di bagian tubuh lain
disangkal. Keluhan rambut dan kuku tidak ada.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Pasien tidak pernah menderita penyakit dengan gejala bintik-bintik kemerahan
sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga / Riwayat Atopi / Alergi
• Saudara pasien juga mengeluhkan hal yang sama 1 bulan lalu dan sudah sembuh.
• Tidak ada riwayat alergi obat dan makanan di keluarga
• Tidak ada riwayat asma, rinitis alergi, dan dermatitis atopi di keluarga

Riwayat Kebiasaan, Sosial dan Ekonomi

• Pasien adalah seorang pegawai di salah satu pusat perbelanjaan di Kota Padang dengan
derajat aktivitas sedang.
• Pasien sekarang tinggal dikosan dan memiliki 1 orang teman sekamar.
• Pasien mandi 2 kali sehari, sumber air PDAM, menggunakan sabun batang,
menggunakan handuk sendiri. Pasien tinggal di kos dengan ventilasi udara kurang baik.
Pasien jarang mengganti alas bantal dan alas kasur, serta menjemur kasur.

II. Pemeriksaan Fisik


Status Generalis
Keadaan Umum : Sakit ringan
Kesadaran : CMC
Nadi : 91x/menit

10
Nafas : 20x/menit
Tekanan darah : 110/65
BB : 56 kg
TB : 176 cm
IMT : 18.1 Kg/m2 (underweight/kurus)
Rambut : tidak mudah rontok, botak setempat tidak ada
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik. Pupil bulat isokor,
refleks cahaya +/+
Hidung : tidak ditemukan sekret, deviasi septum tidak ada
KGB : tidak ada pembesaran
Pemeriksaan Torak
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba 1 lateral LMCS RIC V
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Irama teratur, bising (-)
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Pemeriksaan Ekstremitas : CRT <2 detik, edema (-)
Status Dermatologikus
Lokasi : kedua telapak tangan, sela jari, kedua tungkai bawah dan
punggung kaki
Distribusi : Terlokalisir-bilateral
Bentuk : tidak khas
Susunan : tidak khas
Batas : tidak tegas-tegas
Ukuran : milier – lentikular
Efloresensi : Papul, makula eritema, pustul, erosi, ekskoriasi, makula
hiperpigmentasi dengan skuama putih
Status Venerologikus : dalam batas normal
Kelainan selaput : tidak ada kelainan
Kelainan kuku : tidak ada kelainan
11
Kelainan rambut : tidak ada kelainan
Kelainan KGB : tidak ada pembesaran KGB

III. Resume

Seorang laki-laki 21 tahun datang ke poli umum Puskesmas Air Tawar pada tanggal 20
Mei 2023 dengan bintik-bintik kemerahan yang terasa gatal di telapak tangan, sela-sela jari
tangan, kedua tungkai bawah dan punggung kaki sejak sejak 1 minggu yang lalu. Bintik
kemerahan terasa gatal tertutama meningkat di malam hari. Pasien juga mengeluhkan demam
5 hari yang lalu. Pasien 1 bulan yang lalu pulang kampung dan saudara pasien juga
mengeluhkan hal yang sama dan sudah sembuh. Dari pemeriksaan dermatologis didapatkan
lesi berlokasi di kedua telapak tangan, sela jari, dan kedua tungkai bawah dan punggung kaki
dengan efloresensi papul, makula eritema, pustul, erosi, ekskoriasi, makula hiperpigmentasi
dengan skuama putih.

12
IV. Diagnosis Kerja : Skabies
Diagnosis Banding : Furunkulosis, prurigo
Diagnosis Holistik
• Aspek Personal :
‒ Alasan kedatangan : Bintik-bintik kemerahan disertai gatal terutama pada malam
hari di sela kedua jari tangan, kedua telapak tangan, kedua tungkai bawah, dan
punggung kaki.
‒ Kekhawatiran : Bintik-bintik akan bertambah banyak dan meluas, keluhan gatal
tidak menghilang dan penyakit tidak sembuh sehingga dapat mengganggu aktivitas
sehari–hari. Pasien khawatir penyakitnya dapat menularkan ke lingkungan sekitar
‒ Harapan : Bintil–bintil kemerahan disertai gatal dapat hilang dan tidak terjadi
kekambuhan sehingga pasien dapat beraktivitas seperti biasa
‒ Persepsi : Keluhan terjadi karena tertular saudara pasien yang juga memiliki keluhan
yang sama.
• Aspek Klinis : Skabies
• Aspek Risiko Internal : Pasien belum tahu penyebab dari penyakitnya, terlihat dari
kebiasaan pasien, seperti jarang untuk mengganti sprei dan menjemur kasur, masih
dilakukan. Faktor hygiene ini merupakan salah satu faktor yang meningkatkan risiko
terjadinya penyakit.
• Aspek Risiko Eksternal :
‒ Sosial ekonomi: keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah
‒ Lingkungan: tempat tinggal pasien berada pada daerah pemukiman yang padat
penduduk dan ventilasi rumah serta kos kurang baik
‒ Higiene lingkungan rumah yang kurang
‒ Pengetahuan keluarga yang rendah
• Aspek Fungsional : Derajat 1, yaitu pasien masih dapat bekerja denga baik dan
dapat merawat diri sendiri tanpa bantuan orang lain.
V. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan

13
VI. Penatalaksanaan
Promotif
• Memberikan edukasi mengenai skabies yang merupakan infeksi yang disebabkan oleh
tungau/ kutu yang dapat menyebar luas ke seluruh bagian tubuh.
• Edukasi mengenai cara penyebaran infeksi tungau bisa melalui kontak langsung dengan
pasien ataupun tidak langsung melalui benda yang sudah terkontaminasi dengan tungau
penyebabnya.
• Edukasi mengenai penyakit ini yang sangat berhubungan dengan kebersihan atau higienitas
individu maupun keluarga yang buruk sehingga diharapkan baik diri sendiri maupun
anggota keluarga lainnya menjaga higienitas di dalam keluarga, seperti mencuci tangan
setelah melakukan aktivitas, tidak memakai barang pakai seperti handuk atau pakaian dalam
secara bergantian, mengganti sprei 1 kali 2 minggu dan menjemur kasur minimal 1 kali
sebulan, dan menjemur pakaian langsung dibawah sinar matahari.
• Edukasi mengenai penyakit ini dapat terjadi berulang jika faktor risiko dan penyebabnya
tidak disingkirkan, akan tetapi bisa sembuh sempurna dengan pengobatan yang rutin dengan
seluruh anggota keluarga melakukan pengobatan.
• Edukasi dan semangat agar saling memberi dukungan dalam menjaga higienitas tubuh dan
lingkungan satu sama lain dan untuk mencegah terjadinya kekambuhan atau munculnya
kasus baru pada keluarga
Preventif
• Setelah melakukan kegiatan, cuci tangan dan kaki dengan sabun dan dibersihkkan dengan
air yang mengalir dan dikeringkan.
• Mandi 2-3 kali sehari dengan sebaiknya menggunakan sabun cair. Akan tetapi jika
menggunakan sabun batang, sebaiknya setiap anggota keluarga memiliki sabun masing-
masing.
• Memakai handuk, pakaian milik sendiri tanpa bergantian dengan anggota keluarga lain
• Menjemur handuk dan pakaian dibawah terik matahari langsung
• Tidak tidur di tempat tidur yang sama
Kuratif
Non Farmakologi
Edukasi kepada pasien tentang :
• Penjelasan perjalanan penyakit
• Pengobatan terhadap pasien dan keluarga yang berada di satu rumah secara serentak

14
• Pemakaian obat dengan benar
• Hindari pemakaian handuk atau pakaian bersama
• Baju yang telah di pakai oleh pasien di cuci dengan air panas kemudian di jemur di bawah
matahari
• Pasien diminta untuk menjaga higien
Farmakologi
• Topikal : Krim Permetrin 5%, dioleskan setelah selesai mandi. Sebaiknya digunakan
pada malam hari dan dijaga jangan sampai terkena air. Jika terkena air kembali dioleskan,
biarkan 8-10 jam. Periksa 1 minggu kemudian, jika masih ada lesi, ulangi pemakaian.
• Sistemik : tablet Klorfeniramin Maleat 4 mg diberikan 3 kali sehari selama 7 hari, tablet
Parasetamol 500 mg diberikan jika demam.

VII. Prognosis
Quo ad sanam : bonam
Quo ad vitam : bonam
Quo ad kosmetikum : bonam
Quo ad functionam : bonam

15
RESEP
DINAS KESEHATAN KOTA PADANG
PUSKESMAS AIR TAWAR

Padang, 20 Mei
2023
R/ Permethrin cream 5% 30 gr tube No I
S.u.c

R/ Chlorpheniramine tab 4 mg No X
S.3.d.d tab 1

R/ Paracetamol tab 500 mg No X


S.3.d.d tab 1 p.r.n

Pro : Tn IR
Umur : 21 tahun
Alamat : Jalan Patenggangan Air Tawar Barat

16
BAB III
DISKUSI

Telah dilakukan pemeriksaan seorang pasien laki-laki berusia 21 tahun datang ke


Puskesmas Air Tawar pada tanggal 20 Mei 2023 dengan keluhan utama Bintik-bintik
kemerahan yang terasa gatal di telapak tangan, sela-sela jari tangan, kedua tungkai bawah dan
punggung kaki sejak sejak 1 minggu yang lalu. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
pada pasien, ditegakkan diagnosis yaitu skabies.
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
Sarcoptes scabiei var. Hominis dan produknya. Dalam mendiagnosis skabies diperlukan
minimal 2 dari 4 tanda cardinal. Pada pasien ini ditemukan terdapat dua dari empat tanda
cardinal scabies, yaitu gatal pada malam hari dan menyerang sekelompok orang. Gejala gatal
pada pasien terasa meningkat pada malam hari disebabkan aktifitas tungau yang aktif pada
malam hari karena suhu lembab dan panas. Sehingga biasanya pasien akan terlihat sering
menggaruk pada malam hari. Akibatnya tungau, telur ataupun larva menempel pada kuku
kemudian menyebarkan ke bagian tubuh lain serta barang-barang yang ada disekitar pasien.
Hal ini merupakan cara penularan dari tungau baik kontak secara langsung dan tidak langsung.
Dari anamnesis, awalnya Pasien 1 bulan yang lalu pulang kampung dan saudara pasien
juga mengeluhkan hal yang sama dan sudah sembuh. Saudara pasien sering berkontak dengan
pasien. Kemudian 1 minggu yang lalu pasien mulai merasakan gejala gatal disertai munculnya
bintik-bintik kemerahan di area telapak tangan dan sela-sela jari tangan. Gatal dirasakan pasien
terus menerus dan meningkat di malam hari. Dari riwayat ini mendukung diagnosis kearah
infeksi oleh Sarcoptes Scabiei. Tempat predileksinya yaitu tempat dengan stratum korneum
yang tipis, seperti sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, aspek ekstensor
anggota gerak,, siku, lipat ketiak bagian depan, areola mame (perempuan), umbilicus, bokong,
genitalia eksterna (laki-laki), dan perut bagian belakang.
Faktor personal hygiene juga mempengaruhi kejadian dan risiko infeksi berulang pada
penyakit ini. Pasien Pasien jarang mengganti alas bantal dan alas kasur, serta menjemur kasur.
Kebiasaan ini meningkatkan risiko penularan secara tidak langsung.
Tatalaksana pada pasien diberikan krim permetrin 5% yang mana efek kerja obat
membunuh tungau di semua stadium, pasien juga diberikan obat antisimtomatis, yaitu CTM
sebagai anti gatal dan Paracetamol jika demam. Selain farmakologi, pasien juga diedukasi
untuk menjaga higine, mencuci baju dan sprei dan rendam air panas lalu dijemur di bawah
sinar matahari, pasien juga diminta untuk menjemur kasurnya, hal ini berguna untuk
17
mematikan tungau yang masih hidup di benda-benda tersebut. Untuk mencegah transmisi
tungau, pasien juga dianjurkan untuk tidak meminjam barang-barang keluarganya. Terapi
skabies harus dilakukan secara menyeluruh kepada semua anggota keluarga dan juga teman
kos pasien walaupun tidak ada keluhan.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Kamus Saku Kedokteran Dorland ed 25. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2002: 967.
2. Boediardja SA, Handoko RP. Skabies. In : Menaldi SLSW, Bramono K, Indriatmi
W, eds. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketujuh : Badan Penerbit FKUI;
2015:138-40.
3. Hengge UR, Currie BJ, Jäger G, Lupi O, Schwartz RA. Scabies: a ubiquitous
neglected skin disease. Lancet Infect Dis. 2006;6:769-79.
4. Dinas Kesehatan Kota Padang. Profil Kesehatan Kota Padang 2010. Padang. 2010.
5. Sungkar S. Skabies : Etiologi, Patogenesis, Pengobatan, Pemberantasan, dan
Pencegahan : Badan Penerbit FK UI. 2016: 1-9.
6. Hilmy F. Prevalensi penyakit skabies dan hubungannya dengan karakteristik santri
Pesantren X Jakarta Timur [Skripsi]. Jakarta: Universitas Indonesia. 2011.
7. Hay RJ, Steer AC, Engelman D, Walton S. Scabies in the developing world– its
prevalence, complications, and management. Clin Microbiol Infect. 2012;18:313-
23.
8. McCroskey. Scabies in emergency medicine treatment & management [internet].
2010 [diakses April 2023]. Diunduh dari: www.emedicine. medscape.com
9. PERDOSKI. Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di
Indonesia. Perdokski; Jakarta, 2021: 204-7.

19

Anda mungkin juga menyukai