Anda di halaman 1dari 21

Bed Side Teaching

SKABIES

Oleh :

M. Andhika Dwi Putra 1710313015

Preseptor :

Dr. dr. Satya Widya Yenny, Sp.KK(K) FINSDV, FAADV

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

RSUP DR M DJAMIL PADANG

2021

1
Bed Side Teaching

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Bed Site
Teaching ini yang berjudul “Skabies”. Makalah ini ditulis dengan tujuan agar
dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis dan pembaca tentang
Skabies. Selain itu, makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas dalam
menjalankan kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil Padang. Saya sebagai penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini, terutama preseptor kami
Dr.dr.Satya Wydya Yenny, Sp.KK(K), FINSDV, FAADV yang telah meluangkan
waktunya dalam diskusi ilmiah memberikan bimbingan, saran, dan perbaikan
kepada penulis. Dengan demikian penulis berharap agar makalah ini dapat
bermanfaat dalam menambah wawasan penulis dan pembaca mengenai skabies.

Padang, 28 Juli 2021

Penulis

2
Bed Side Teaching

BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabiei var, hominis,dan produknya. Sinonim atau nama lain
skabies adalah the itch, sky-bees, gudik, budukan, dan gatal agogo.1

1.2 Epidemiologi

Sekitar 300 juta kasus skabies di seluruh dunia dilaporkan setiap tahunnya.
Prevalensi scabies sangat tinggi pada region: Afrika, Amerika Selatan, Autralia,
dan Asia Tenggara. Tingginya prevalensi berkolerasi dengan kemiskinan, status
nutrisi yang rendah, dan higene yang tidak adekuat. Skabies sering terjadi pada
anak-anak dan dewasa muda. 2,3

Menurut Depkes RI, berdasarkan data dari puskesmas seluruh Indonesia pada
tahun 2008, angka kejadian skabies adalah 5,6%-12,95%. Skabies di Indonesia
menduduki urutan ke tiga dari dua belas penyakit kulit tersering.4,5

1.3. Etiologi dan Patogenesis

Penyebabnya penyakit skabies adalah Sarcoptes scabiei. Sarcoptes scabiei


termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, super family
Sarcoptes, penemunya adalah seorang ahli biologi Diacinto Cestoni.1

Secara morfologik parasit ini merupakan tungau kecil, berbentuk oval,


punggungnya cembung,dan bagian perutnya rata. Spesies betina berukuran 300 x
350 μm, sedangkan jantan berukuran 150 x 200 μm. Stadium dewasa mempunyai
4 pasang kaki, 2 pasang kaki depan dan 2 pasang kaki belakang. Kaki depan pada
betina dan jantan memiliki fungsi yang sama sebagai alat untuk melekat, akan
tetapi kaki belakangnya memiliki fungsi yang berbeda. Kaki belakang betina
berakhir dangan rambut, sedangkan pada jantan kaki ketiga berakhir dengan
rambut dan kaki keempat berakhir dengan alat perekat.6,7

3
Bed Side Teaching

Penularan skabies melalui:


1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan,
tidur bersama dan hubungan seksual.
2. Kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei,
bantal, dan lain-lain.1

Penularan biasanya melalui scabies betina yang sudah dibuahi atau kadang-
kadang oleh bentuk larva. Siklus hidup tungau ini sebagai berikut; setelah
kopulasi yang terjadi di atas kulit, tungau jantan akan mati, kadang-kadang masih
dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh tungau betina.
Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum
dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari sambil meletakkan telurnya 2 hingga 50.
Bentuk betina yang sudah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan
menetas biasanya dalam waktu 3 sampai 10 hari dan menjadi larva yang
mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat
juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk,
jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidup mulai dari telur
sampai bentuk dewasa memerlukan waktu 8-12 hari.1

Aktivitas Sarcoptes scabiei di dalam kulit menyebabkan rasa gatal dan


menimbulkan respons imunitas selular dan humoral serta mampu meningkatkan
IgE baik di serum maupun di kulit. Masa inkubasi berlangsung lama 4-6 minggu.
Tungau scabies dapat hidup di luar tubuh manusia selama 24-36 jam. Tungau
dapat ditransmisi melalui kontak seksual, walaupun menggunakan kondom,
karena kontak melalui kulit di luar kondom.1

Kelainan kulit tidak hanya dapat disebabkan oleh tungau scabies, tetapi juga
oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh
sensitisasi terhadap sekreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira
sebulan setelah investasi. Pada saat itu, kelainan kulit menyerupai dermatitis
dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika, dan lain-lain. Dengan garukan dapat
timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.1

4
Bed Side Teaching

1.4 Faktor Risiko

Adapun faktor risiko dari scabies ini adalah:

1. Masyarakat yang hidup dalam kelompok yang padat seperti asrama


dan pesantren
2. Higine yang buruk
3. Sosial ekonomi yang rendah seperti pada panti asuhan dan lainnya
4. Hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas8

1.5 Gejala Klinis dan Diagnosis

Setelah paparan pertama, pruritus dan kemerahan dapat muncul dalam 6-8
minggu.9 Kelainan kulit yang dapat ditemukan berupa papul, vesikel, urtika.
Selain itu, akibat garukan terdapat lesi berupa erosi, eksoriasi, krusta, dan infeksi
sekunder.10 Untuk mendiagnosis penyakit ini harus ditemukan minimal 2 dari 4
tanda kardinal di bawah:

1. Pruritus noktural artinya gatal pada malam hari yang disebabkan


oleh aktifitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan
panas.
2. Penyakit ini menyerang sekelompok manusia, misalnya dalam
sebuah keluarga, sehingga seluruh keluarga terkena infeksi, diasrama,
atau pondokan. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat
penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang
oleh tungau tersebut. Walaupun seluruh anggota keluarga mengalami
investasi tungau, namun tidak memberikan gejala. Hal ini dikenal
sebagai hiposensitisasi. Penderita bersifat sebagai pembawa (carrier).
3. Adanya terowongan(kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau
berkelok,rata-rata 1 cm, pada ujung terowongan ditemukan papul atau
vesikel. Kunikulus merupakan lesi patogmnomonis dari infeksi
scabies. Namun kunikulus biasanya sukar terlihat, karena sangat gatal
pasien selalu menggaruk, kunikulus dapat rusak karenanya. Tempat
predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum

5
Bed Side Teaching

yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar,
siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mame (perempuan),
umbilicus, bokong, genitalia eksterna (laki-laki), dan perut bagian
bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan, telapak kaki,
wajah, dan kepala.
4. Menemukan tungau merupakan hal yang paling menunjang
diagnosis. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau.
Selain tungau dapat ditemukan telur dan kotoran (skibala).1

1.6 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan mikroskopis


dari kerokan kulit untuk menemukan tungau.8 Dapat juga dilakukan tes tinta pada
terowongan (Burrow ink test) dengan cara: papul skabies dilapisi dengan tinta
cina, dibiarkan selama 20-30 menit. Setelah tinta dibersihkan dengan kapas
alkohol, terowongan tersebut akan kelihatan lebih gelap dibandingkan kulit di
sekitarnya karena akumulasi tinta didalam terowongan. Tes dinyatakan positif bila
terbetuk gambaran kanalikuli yang khas berupa garis menyerupai bentuk S.8, 11

Terdapat beberapa cara untuk menemukan tungau :

1. Carilah mula-mula terowongan kemudian pada ujung yang terlihat


papul atau vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan di atas
sebuah objek, lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat dengan
mikroskop cahaya.
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar
kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar.
3. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya : lesi dijepot dengan 2 jari
kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan
mikroskop cahaya.
4. Dengan biopsy eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan
hematoksilin eosin (H.E).1

6
Bed Side Teaching

1.7. Diagnosis Banding

Penyakit scabies merupakan the greatest imitator, karena dapat menyerupai


banyak penyakit kulit dengan keluhan gata. Sebagai diagnosis banding ialah
prurigo, pedikulosis korporis, dermatitis atopik, dermatitis kontak, urtikaria
papular, Insect bite, dishidrosis, pioderma.1, 8, 11

1.8 Komplikasi
Infeksi kulit sekunder oleh S. aureus sering terjadi terutama pada anak-anak.
Komplikasi scabies dapat menurunkan kualitas hidup dan prestasi belajar. 8
Limfangitis dan seprikemia dapat terjadi terutama pada scabies berkrusta.9

1.9. Tatalaksana

1.9.1 Nonmedikamentosa

Melakukan higine lingkungan dna individu; Skabies dapat bertahan 3 hari di


luar tubuh manusia, dekontaminasi pakaian dan alas tidur dengan mencuci pada
suhu 60°C atau disimpan dalam kantung plastik tertutup selama beberapa hari.
Karpet, kasur, bantal, tempat duduk terbuat dari bahan busa atau berbulu perlu
dijemur di bawah terik matahari setelah dilakukan penyedotan debu. Tidak
melalukan kontak dengan penderita scabies, tidak menggunakan peralatan pribadi
bersama-sama.8,11

1.9.2 Medikamentosa

Prinsip: tata laksana menyeluruh meliputi penggunaan skabisida yang efektif


untuk semua stadium Sarcoptes scabiei untuk pasien dan nara kontak secara
serempak, menjaga higiene, serta penanganan fomites yang tepat. Terdapat
beberapa obat yang dapat dipilih sesuai dengan indikasi sebagai berikut:

1. Topikal

7
Bed Side Teaching

 Krim permetrin 5% dioleskan pada kulit dan dibiarkan selama 8 jam. Bila
belum sembuh, dapat diulang setelah satu pekan. tidak dianjurkan pada
bayi di bawah 2 bulan
 Krim lindane 1% dioleskan pada kulit dan dibiarkan selama 8 jam. Cukup
sekali pemakaian, dapat diulang bila belum sembuh setelah satu pekan.
Tidak boleh digunakan pada bayi, anak kecil, dan ibu hamil.
 Salep sulfur 5-10%, dioleskan selama 8 jam, 3 malam berturut-turut.
 Krim krotamiton 10% dioleskan selama 8 jam pada hari ke-1,2,3, dan
 Emulsi benzil benzoat 10% dioleskan selama 24 jam penuh.

2. Sistemik
 Antihistamin sedatif (oral) untuk mengurangi gatal.
 Bila infeksi sekunder dapat ditambah antibiotik sistemik.
 Pada skabies krustosa diberikan ivermektin (oral) 0,2 mg/kg dosis tunggal,
2-3 dosis setiap 8-10 hari. Tidak boleh pada anak-anak dengan berat
kurang dari 15 kg, wanita hamil dan menyusui.11

1.9 Pencegahan

Perlu dilakukan edukasi pasa pasien tentang penyakit ekabies, perjalanan


penyakit, penularan, cara eradikasi tungau scabies, menjadi higiene pribadi,
dan tata cara pengolesan obat. Pengobatan dilakukan pada orang serumah dan
orang di sekitar pasien yang berhubungan erat.1

1.10 Prognosis

Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat


pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi (antara lain higine), maka
penyakit ini dapat diberantas dan memberi prognosis yang baik.1 Namun jika
tidak ditatalaksana, penyakit dapat bertahan hingga bertahun-tahun. Pada
orang imunokompeten, jumlah tungau dapat berkurang seiring waktu.9

8
Bed Side Teaching

Pruritus dapat bertahan beberapa minggu setelah pengobatan akibat reaksi


hipersensitif terhadap antigen tungau. Skabies nodular dapat bertahan
beberapa bulan setelah pengobatan. Skabies krustosa relatif sulit diobati

Quo ad vitam : bonam

Quo ad funtionam : bonam

Quo ad sanactionam : bonam11

9
Bed Side Teaching

BAB 2

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. GP

Umur : 16 tahun

Jenis Kelamin : laki-laki

Pekerjaan : Pelajar SMP

Alamat : Panti Asuhan Muhamadiyah, Jl Dr Moh Hatta No 66


Pasar Ambacang, Kec Kuranji, Kota Padang, Sumbar

Nomor Hp : 0838XXX35260

Negeri Asal : Indonesia

Status Perkawinan : Belum Kawin

Agama : Islam

Suku : Minang

Tanggal Pemeriksaan : 28 Juli 2021

I. Anamnesis
Seorang pasien laki-laki usia 16 tahun, datang ke poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUP M. Djamil Padang pada tanggal 28 Juli 2021 dengan :

Keluhan Utama
Bintik-bintik kemerahan yang terasa gatal pada kedua telapak tangan, sela-
sela jari tangan dan kedua tungkai bawah, yang semakin bertambah banyak sejak
2 minggu yang lalu.

10
Bed Side Teaching

Riwayat Penyakit Sekarang


 Awalnya sekitar 1 bulan yang lalu, muncul bintik-bintik kemerahan
sebesar kepala jarum pentul pada kaki kiri, lalu bintik kemerahan
menyebar ke kedua kaki dan tangan. Bintik kemerahan terasa gatal
terutama meningkat pada malam hari sehingga pasien sering menggaruk.
 Bintik kemerahan tidak disertai rasa nyeri
 Hampir semua teman-teman di panti juga memiliki gejala yang sama
 Gejala pada kulit dan keluhan gatal-gatal tidak dicetuskan oleh sesuatu
(makanan, obat, kontak dengan benda-benda tertentu, cuaca)
 Pasien telah berobat mandiri dengan membeli obat gatal di apotek, berupa
tablet yang diminum 1x sehari pada malam hari selama satu minggu,
terdapat perbaikan namun setelah itu gejala muncul kembali.
 Riwayat alergi obat dan makanan tidak ada
 Tidak ada riwayat digigit serangga.
 Pasien tidak memiliki asma, rinitis alergi, ataupun konjungtivitis alergi

Riwayat Penyakit Dahulu


 Pasien tidak pernah menderita penyakit dengan gejala bintik-bintik
kemerahan sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga / RiwayatAtopik / Alergi


 Riwayat alergi, asma, rhinitis alergi, konjungtivitis alergi pada keluarga
tidak ada

Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, dan Kebiasaan

 Pasien adalah seorang pelajar SMP, sejak pandemi pembelajaran


dilakukan secara daring
 Pasien tinggal di Panti Asuhan Muhamadiyah, yang mana dalam satu
ruangan kamar terdapat 26 anak lainnya
 Pasien mengaku bahwa kasur pasien sering ditiduri oleh teman-temannya
 Pasien menyangkal adanya memakai barang-barang teman (handuk, sisir,
dll)

11
Bed Side Teaching

 Pasien mencuci sprei satu bulan sekali

II. Pemeriksaan Fisik


Status Generalis
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : CMC
Status Gizi : Baik (BMI:
Rambut : tidak mudah rontok, botak setempat tidak ada
Pemeriksaan Torak : diharapkan dalam batas normal
Pemeriksaan Abdomen : diharapkan dalam batas normal
Pemeriksaan Ekstremitas : dalam batas normal

Status Dermatologikus

Lokasi : Kedua telapak tangan, sela-sela jari tangan, kedua


tungkai bawah, kedua kaki dan sela-sela jari kaki.

Distribusi : terlokalisir

Bentuk : bulat-tidak khas

Susunan : tidak khas

Batas : tidak tegas

Ukuran : milier – lentikuler

Efloresensi :papul eritem, pustul, erosi, dan krusta kemerahan

Status Venerologikus : tidak diperiksa

Kelainan selaput : tidak ada kelainan

Kelainan kuku : tidak ada kelainan

Kelainan rambut : tidak ada kelainan

Kelainan KGB : tidak ada pembesaran KGB

12
Bed Side Teaching

13
Bed Side Teaching

14
Bed Side Teaching

15
Bed Side Teaching

III. Resume

Seorang laki-laki 16 tahun datang ke poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP M.


Djamil Padang pada tanggal 28 Juli 2021

 Bintik-bintik kemerahan yang terasa gatal pada kedua telapak tangan, sela-
sela jari tangan dan kedua tungkai bawah, yang semakin bertambah
banyak sejak 2 minggu yang lalu.
 Gatal terus menerus dan meningkat pada malam hari.
 Hampir semua teman-teman pasien mengalami keluhan yang sama
 Dari pemeriksaan dermatologis didapatkan lesi berlokasi di kedua telapak
tangan, sela-sela jari tangan, kedua tungkai bawah, kedua kaki dan sela-
sela jari kaki.

IV. Diagnosis Kerja : Skabies

V. Diagnosis banding : prurigo, dermatitis atopik

VI. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan rutin : dilakukan pemeriksaan mikroskopis dari preparat
kerokan kulit dengan KOH.
Hasil : Tidak ditemukan tungau.

VII. Diagnosis : Skabies

VII. Penatalaksanaan

Umum
Edukasi kepada pasien tentang :
 Penjelasan perjalanan penyakit
 Pengobatan terhadap pasien dan teman-teman yang terkena secara
serentak

16
Bed Side Teaching

 Hindari pemakaian handuk atau pakaian atau barang-barang lain


bersama
 Baju dan sprei yang telah di pakai oleh pasien di cuci dengan air
panas kemudian di jemur di bawah matahari
 Sofa dan kasur dijemur di bawah sinar matahari.
 Pasien diminta untuk menjaga higiene

Khusus
Topikal : Krim Permetrin 5%, dioleskan selama 8-10 jam pada malam hari
pada seluruh tubuh kecuali wajah dan leher. Jika terkena air kembali dioleskan.

Sistemik : Tablet Cetirizin 10 mg 1 kali sehari pada malam hari.

VIII. Prognosis
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad vitam : bonam
Quo ad kosmetikum : bonam
Quo ad functionam : bonam

17
Bed Side Teaching

Resep Obat

dr. M. Andhika Dwi Putra

Praktek Umum

SIP : 131220017
Hari : Senin- Jum’at
Jam: 17.00 – 20.00
Alamat : Jl. Jati, Padang
No Telp : (0751) 12345
 
Padang, 28 Juli 2021

R/ Permetrin 5% 30 gr tube No I
Sue (dioles seluruh tubuh kecuali wajah, leher, di malam hari 8
jam)

R/ Cetirizin Tab 10 mg No V
S1dd tab 1

Pro :G
Usia : 16 Tahun
Alamat : Panti Asuhan Muhamadiyah Padang

18
Bed Side Teaching

BAB III

DISKUSI

Seorang pasien laki-laki usia 16 tahun, datang ke poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUP M. Djamil Padang pada tanggal 28 Juli 2021 dengan diagnosis skabies.

Diagnosis pada pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,


dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan anamnesis keluhan utama pasien
mengeluhkan, bintik-bintik kemerahan yang terasa gatal pada kedua telapak
tangan, sela-sela jari tangan dan kedua tungkai bawah, yang semakin bertambah
banyak sejak 2 minggu yang lalu. Awalnya sekitar 1 bulan yang lalu, muncul
bintik-bintik kemerahan sebesar kepala jarum pentul pada kaki kiri, lalu bintik
kemerahan menyebar ke kedua kaki dan tangan. Bintik kemerahan terasa gatal
terutama meningkat pada malam hari sehingga pasien sering menggaruk. Pasien
tinggal di panti asuhan, hampir semua teman-teman di panti juga memiliki gejala
yang sama

Dari pemeriksaan fisik ditemukan lokasi lesi pada kedua telapak tangan, sela-
sela jari tangan, kedua tungkai bawah, kedua kaki dan sela-sela jari kaki.Lesi
terlokalisir, bentuk bulat-tidak khas, susunan tidak khas, batas tidak tegas, ukuran
milier-lentikuler, dengan efloresensi papul eritem, pustul, erosi, dan krusta
kemerahan

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabiei var, hominis,dan produknya. Dalam mendiagnosis
scabies diperlukan minimal 2 dari 4 tanda kardinal, pada pasien ini tanda kardinal
yang ditemukan adalah pruritus nokturna, infeksi yang menyerang secara
berkelompok, serta kanalikuli. Oleh karena itu, dapat ditegakkan diagnosis scabies
pada pasien walaupun pada penunjang dengan kerokan tidak ditemukan tungau.
Skabies ditularkan secara langsung melalui kontak kulit dan tidak langsung
melalui benda-benda, faktor risiko skabies tinggi pada lingkungan padat penduduk
dan higine kurang. Pasien diketahui tinggal di panti asuhan dalam lingkungan
yang cukup padat, pasien juga jarang mencuci sprei, dan kasur pasien dering
ditiduri oleh teman-temannya. Semua hal tersebut dan ditambah dengan higine

19
Bed Side Teaching

yang kurang menjadi faktor risiko tinggi pasien terinfeksi skabies, kemungkinan
pasien terinfeksi melalui kontak langsung dan tidak langsung.
Diagnosis banding yaitu dermatitis atopik dapat disingkirkan melalui
anamnesis dimana pasien mengaku tidak memiliki riwayat atopik pada dirinya
maupun keluarganya. Selain itu predileksi lesi pada pasien ditambah dengan
ditemukan lesi khas skabies yaitu kanalikuli juga mendukung bahwa diagnosis
pasien saat ini adalah skabies.
Tatalaksana pada pasien diberikan krim permetrin 5 % yang mana efek kerja
obat membunuh tungau di semua stadium, pasien juga diberikan obat
antisimtomatis yaitu Cetrizine sebagai anti gatal. Selain farmakologi, pasie juga di
edukasi untuk menjaga higine, mencuci baju dan sprei dan rendam air panas lalu
dijemur di bawah sinar matahari, pasien juga diminta untuk menjemur kasurnya,
hal ini berguna untuk mematikan tungau yang masih hidup di benda-benda
tersebut. Untuk mencegah transmisi tungau, pasien juga dianjurkan untuk tidak
meminjam barang-barang temannya. Terapi skabies harus dilakukan secara
meneyluruh kepada sekelompok yang terkena sekaligus, oleh karena itu, teman-
teman pasien juga diminta untuk melakukan pengobatan dan menjaga higine.
Prognosis pasien: Quo ad sanam: dubia ad bonam, Quo ad vitam: bonam,
Quo ad kosmetikum: bonam, Quo ad functionam: bonam. Prognosis kesembuhan
diberikan dubia ad bonam dikarenakan risiko pasien untuk mendapatkan skabies
kembali sangat tinggi mengingat saat ini pasien tinggal di panti asuhan.

20
Bed Side Teaching

DAFTAR PUSTAKA

1. Widaty S, Budimulja U. Dermatofitosis. In : Djuanda A, Hamzah M, Aisah


S, eds. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketujuh : Badan Penerbit
FKUI; 2015.p.138-140.
2. Micali G, Lacarrubba F, Verzì AE, Chosidow O, Schwartz RA. Scabies:
Advances in Noninvasive Diagnosis. PLoS Negl Trop Dis. 2016
Jun;10(6):e0004691. 
3. Anderson KL, Strowd LC. Epidemiology, Diagnosis, and Treatment of
Scabies in a Dermatology Office. J Am Board Fam Med. 2017 Jan
02;30(1):78-84.
4. Audhah NA, Umniyati SR, dan Siswati AS. Scabies risk factor on students
of islamic boarding school (study at darul hijrah islamic boarding school,
cindai alus village, martapura subdistrict, banjar district, south kalimantan).
J Buski. 2012;1(4):14-22.
5. Aminah P, Sibero HT, dan Ratna MG. Hubungan tingkat pengetahuan
dengan kejadian skabies. J Majority. 2015;5(4):54-59.
6. Sutanto I, Ismid IS, Sjarifuddin PK, dan Sungkar S. Parasitologi
kedokteran edisi keempat. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2008.
7. Amiruddin MD. Ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi I. Makassar:
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2003.
8. Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktis Klinis Di Fasilitas Pelayanan
tingkat Pertama edisi 1. PB IDI; Jakarta, 2017.
9. Wolf, K. Katz, GS. Paller GA, et al. Fitzpatrick’s Dermatology in General
Medicine 7th ed. Mc Graw Hill Medical; Singapore, 2008.
10. Cheistanto, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA. Kapita Selekta Kedokteran
Edisi 4. Media Aesculpius; Jakarta, 2014.
11. PERDOSKI. Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan
Kelamin di Indonesia. Perdokski; Jakarta, 2017.

21

Anda mungkin juga menyukai