Anda di halaman 1dari 8

Anak usia 9 tahun sangat gatal terutama pada sela jari tangan

sejak 1 minggu lalu dengan gejala terjadi pada malam hari

Grace Irene L. Toruan


Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 2010
Jl. Terusan Arjuna no. 6 Jakarta Barat 11510
graceirene92@yahoo.com, NIM 102010248

PENDAHULUAN
Seorang anak berusia 9 tahun yang tinggal di asrama mengalami sangat gatal pada
sela jari tangannya selama seminggu terutama pada malam hari. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan sejumlah vesikel kecil dan merah. Belum diketahui penyebab secara pasti pada
masalah pasien.
Dengan memahami penyebab, gejala, proses penatalaksanaan serta komplikasi apa
saja yg dapat terjadi diharapkan pembaca dapat memahami secara lebih dalam tentang
terjadinya gatal pada pasien tersebut.
ANAMNESIS
Pengambilan anamnesis merupakan suatu seni yang harus di peroleh dari pengalaman.
Tidak ada hal-hal yang tidak penting oleh karena diagnose yang tepat sering tergantung
kepada suatu pertimbangan yang seksama dari kemungkinan-kemungkinan. Menimbulkan
hubungan yang wajar antara dokter dan pasien merupakan hal yg sangat berguna, maka
penting untuk mengadakan suatu privacy sampai derajat tertentu dan menciptakan suatu
suasana leluasa bagi pasien untuk mengatakan atau bahkan berbicara bebas tentang beberapa
hal yang berguna bagi pemeriksaan.

PEMERIKSAAN FISIK
Kita harus melihat keadaan umumnya dahulu apakah pasien dalam keadaan sadar atau
tidak. Lalu melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital yang terdiri dari pemeriksaan tekanan
darah, tekanan nadi, respirasi dan suhu tubuh. Kemudian melakukan inspeksi dari ujung
kepala sampai ujung kaki. Kita lihat kebersihan nya lalu juga amati yang terjadi pada si
pasien. Dari sini dapat ditemukan adanya vesikel-vesikel kecil dan merah di seluruh tubuh.
Pemeriksaan Penunjang
Dengan melakukan biopsi irisan
1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat papul atau vesikel
dicongkel dengan jarum dan diletakkan di atas sebuah kaca obyek, lalu ditutup
dengan kaca penutup dan dilihat dengan mikroskop cahaya.
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan di tampung di atas selembar kertas putih dan
dilihat dengan kaca pembesar.
3. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya: lesi dijepit dengan 2 jari kemudian dibuat
irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop cahaya.
4. Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan H.E
DIAGNOSIS
Diagnosis dapat dipastikan bila ditemukan S. scabiei yang didapatkan dengan cara
mencongkel atau mengeluarkan tungau dari kulit, kerokan kulit, atau biopsi. Diagnosis
diferensial skabies adalah prurigo yang mempunyai predileksi yang sama. Tungau sulit
ditemukan pada pemeriksaan laboratorium karena tungau yang menginfestasi penderita
sedikit. Penyebabnya adalah jumlah telur yang menetas hanya 10%. Selain itu garukan dapat
mengeluarkan tungau secara mekanik dan jika terjadi infeksi sekunder maka pus yang
terbentuk dapat membunuh tungau karena pus bersifat akarisida.
Agar pemeriksaan laboratorium memberikan hasil yang baik maka faktor-faktor yang
harus diperhatikan adalah:
1. Papul yang baik untuk dikerok adalah papul yang baru dibentuk
2. Pemeriksaan jangan dilakukan pada lesi eksoriasi dan lesi dengan infeksi sekunder
3. Kerokan kulit harus superfisial dan tidak boleh berdarah
4. Jangan mengerok dari satu lesi tapi dari beberapa lesi. Tungau paling sering
ditemukan pada sela jari tangan sehingga perhatian terutama diberikan pada daerah
itu.
5. Sebelum mengerok, teteskan minyak mineral pada skalpel dan pada lesi yang akan
dikerok.
DIAGNOSIS UTAMA

Pasien menderita skabies. Yang adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi
dan sensitisasi terhadap Sarcopstes scabiei var, hominis dan produknya.
DIAGNOSIS BANDING
1. Dermatitis
Adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons terhadap pengaruh
faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi
polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal. Tanda
polomorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik).
Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis.
Penyebabnya dapat eksogen misalnya bahan kimia (deterjen, asam, basa, oli, semen), fisik
(sinar, suhu) , mikroorganisme (bakteri, jamur), dapat pula dari endogen, misalnya dermatitis
atopik. Sebagian lain tidak diketahui etiologinya yang pasti.
Pada stadium akut kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan
eksudasi, sehingga tampak basah (madidans). Stadium subakut, eritema dan edema
berkurang, eksudat mengering menjadi krusta. Sedangkan pada stadium kronis lesi tampak
kering. Skuama hiperpigmentasi, papul, dan linkenifikasi, mungkin juga terdapat erosi atau
ekskoriasi karena garukan. Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja suatu dermatitis
sejak awal memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis. Demikian pula
jenis efloresensi tidak selalu harus polimorfik, mungkin hanya oligomorfik.
2. Pedikulosis Korporis
Merupakan infeksi kulit yang disebabkan oleh Pediculus humanus var. corporis. Penyakit
ini biasanya menyerang orang dewasa terutama pada orang dengan higiene yang buruk
misalnya penggembala, disebabkan mereka jarang mandi atau jarang mengganti dan mencuci
pakaian. Maka itu penyakit ini sering disebut sebagai penyakit vagabond. Hal ini disebabkan
kutu tidak melekat pada kulit, tetapi pada serat kapas di sela-sela lipatan pakaian dan hanya
transien ke kulit untuk menghisap darah. Penyebaran penyakit ini bersifat kosmopolit, lebih
sering pada daerah beriklim dingin karena orang memakai baju yang tebal serta jarang dicuci.
Gejala klinik nya umumnya ditemukan kelainan berupa bekas-bekas garukan pada badan,
karena gatal baru berkurang dengan garukan yang lebih intensif. Kadang-kadang timbul
infeksi sekunder dengan pembesaran kelenjar getah bening regional. Pembantu diagnosis nya
adalah dengan menemukan kutu dan telur pada serat pakaian.
ETIOLOGI

Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, super
famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. Hominis. Selain itu terdapat S.
Scabiei yang lain, misalnya pada kambing dan babi.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung
dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak bermata.
Ukurannya, yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang
jantan lebih kecil yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4
pasang kaki, 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang
jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat
perekat.

Gambar 1. Sarcoptes scabiei


Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di
atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam
terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali
terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil
meletakkan telurnya 2 atau 4 butri sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina
yang dibuahi ini dapat hidup selama sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam
waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang ysng mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat
tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa
yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluru siklus hidupnya
mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.
EPIDEMIOLOGI
Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Banyak faktor yang
menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain: sosial ekonomi yang rendah, higiene
yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan
4

perkembangan demografik serta ekologik. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam P.H.S.
(Penyakit akibat Hubungan Seksual).
Cara penularan (transmisi)
1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama,
dan hubungan seksual.
2. Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan
lain-lain.
Penularannya biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau kadang-kadang
oleh bentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var. Animalis yang kadang-kadang dapat
menulari manusia, terutama pada mereka yang banyak memelihara binatang peliharaan
misalnya anjing.
PATOGENESIS
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap
sekreta dan ekskreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada
saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika, dan
lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.

GEJALA KLINIS
Ada 4 tanda kardinal:
1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas
tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga
biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah
perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan
akan diserang oleh tungau terdebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh
anggota keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak
memberikan gejala. Penderita ini bersifat pembawa (carrier).
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih
atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada
ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder,
ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat
predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu:
sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak

bagian depan, areola mame (wanita), umbilikus, bokong, genitelia eksterna (pria), dan
perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu
atau lebih stadium hidup tungau ini.
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut.
FAKTUR RESIKO
Faktor resiko scabies adalah:
1. Sistem imun tubuh
Semakin rendah imunitas seseorang maka, akan semakin besar kemungkinan orang tersebut
untuk terjangkit atau tertular penyakit scabies. Namun, diperkirakan terjadi kekebalan setelah
infeksi. Orang yang pernah terinfeksi akan lebih tahan terhadap infeksi ulang walaupun tetap
masih bisa terkena infeksi dibandingkan mereka (orang-orang) yang sebelumnya belum
pernah terinfeksi scabies.
2. Lingkungan dengan hygiene sanitasi yang kurang
Lingkungan yang dimungkinkan sangat mudah terjangkiti scabies adalah lingkungan yng
lembab, terlalu padat, dan dengan sanitasi buruk.
3. Semua kelompok umur
Semua kelompok umur, baik itu anak-anak, reaja, dewasa, dan tua mempunyai resiko untuk
terjangkiti penyakit scabies.
4. Kemiskinan
5. Seksual promiskuitas (berganti-ganti pasangan)
PENATALAKSANAAN
Syarat obat yang ideal adalah:
1. Harus efektif terhadap semua stadium tungauu
2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik
3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian
4. Mudah diperoleh dan harganya murah
Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga atau orang-orang satu lingkungan
dengan si penderita harus diobati (termasuk penderita yang hiposensitisasi)
Jenis obat:
1. Preparat sulfur presipitatum 5-10%
Lebih aman untuk bayi, ibu hamil & menyusui. efektif terhadap stadium larva, nimfa,
dan dewasa tetapi tidak dapat membunuh telur. Karena itu pengobatan minimal

selama 3 hari agar larva yang menetas dari telurnya dapat dimatikan oleh obat
tersebut.
2. Gama benzen heksaklorida
efektif untuk semua stadium tetapi tidak dapat digunakan untuk anak dibawah 6 tahun
karena neurotoksik.
3. Permetrin 5%
efektif untuk semua stadium dan relatif aman untuk digunakan pada anak-anak.
Bekerja mempengaruhi aliran kanal Na+ (memperlambat depolarisasi, paralisis dan
kematian parasit), sangat toksik jadi gunakan pada malam hari waktu tidur 8 jam /
hari lalu cuci setelah bangun tidur.
4. Lindan
Digunakan sebagai pengganti Permetrin, juga toksik, digunakan pada malam hari 6-12
jam. Lalu cuci setelah bangun tidur.
5. Benzilbenzoat 20-25%
adalah obat lain yang efektif untuk semua stadium, bentuk lotion 25%, dugunakan
selama 3 hari.
6. Krotamiton 10%
Skabisid, efektif bila digunakan selama 24 jam karena tidak begitu toksik. Efek
samping nya adalah iritasi kulit.
7. Malathion 0,5%
Suatu pestisida organofosfat, efek toksik jadi cuci setelah 24 jam dengan pemakaian
maksimal 8 x 25 mg. Setelah dipakai 24 jam, tidak usah dipakai lagi besoknya.
8. Ivermektin
Mula-mula digunakan sebagai anti cacing onkoserkariasis. Terutama untuk pasien
skabies dengan HIV. Diberikan sebagai dosis tunggal (oral). Efek samping: gangguan
gastrointestinal, rasa lelah, dan sedasi.
Agar pengobatan berhasil baik, faktor yang harus diperhatikan adalah jelaskan cara
pemakaian obat pada pasien bahwa krim harus dioleskan bukan hanya pada lesi tetapi ke
seluruh tubuh mulai dari leher hingga ke jari kaki selama 12 jam. Perhatian harus diberikan
pada area intertriginosa termasuk lipatan intergluteal, ibu jari kaki dan subungual. Bila krim
terhapus sebelum waktunya, maka krim harus dioleskan lagi. Selain itu obati orang yang
kontak dengan penderita dan pada lesi dengan infeksi sekunder berikan antibiotik.
Non Medika Mentosa
Pakaian, seprei, dan sarung bantal harus dicuci dan disetrika dengan baik. Kasur,
bantal, guling harus dijemur paling sedikit 2 kali seminggu, ventilasi rumah diperbaiki agar
cahaya matahari dapat masuk.
KOMPLIKASI

Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul dermatitis
akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, sellulitis, limfangitis, dan furunkel.
Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang scabies dapat menimbulkan
komplikasi pada ginjal. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat anti
skabies yang berlebihan, baik pada terapi awal ataupun pemakaian yang terlalu sering.
PENCEGAHAN
1. Hidari kontak langsung maupun tak langsung dengan penderita atau hewan yang sedang
terinfeksi
2. Membawa anggota keluarga atau orang-orang sekitar yang terinfeksi untuk segera diobati
agar penyebaran tidak meluas (mencegah kejadian luar biasa)
3. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan tempat tinggal.
PROGNOSIS
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat pengobatan
dan menghilangkan faktor predisposisi (antara lain higiene), maka penyakit ini dapat
diberantas dan memberi prognosis yang baik.

Daftar Pustaka
1. Handoko RP. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Skabies. Edisi VI. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI; 2011.h.122-5
2. Dewoto HR. Farmakologi dan terapi. Histamin dan antialergi. EdisiV. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI; 2007.h.273-87
3. Siregar RS. Penyakit jamur kulit. Edisi II. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC;2005
4. FK Unsri staf pengajar dep.Farmakologi. Kumpulan kuliah farmakologi. Edisi I. Jakarta
Penerbit Buku Kedokteran EGC;2009
5. Sungkar S. Buku ajar parasitologi kedokteran. Artropoda penyebab alergi dan reaksi
toksik. Edisi IV.Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009.h.288-300
6. Arnold, H.L; Odom, R.B., James, W.D.: Andrews Diseases of the skin. Clinical
Dermatology; 8th ed., pp.513-527 (W.B Saunders Company, Philadelphia, London,
Toronto 2011).

Anda mungkin juga menyukai