Anda di halaman 1dari 11

PBL Blok 15 : Skin & Integumen

Skabies 1

Problem Based Learning Blok 15 : Skin & Integumen
Skabies

KRISANTUS DESIDERIUS JEBADA (NIM : 102011338)
Kelompok C7
Email : ichanjebada26@gmail.com
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Telp. 021-56942061

Pendahuluan
Skabies atau yang lebih dikenal di Indonesia sebagai penyakit gatal agogo merupakan
penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabei
var. hominis dan produknya (DERBER 1971). Sinonim lain dari penyakit ini adalah The
itch, gudik atau gatal malam hari.
1
Pengetahuan dasar tentang penyakit ini diletakkan oleh Von Hebra, bapak dermatologi
modern. Penyebabnya ditemukan oleh Benomo pada tahun 1687, kemudian oleh
Mellanby dilakukan percobaan induksi pada sukarelawan perang dunia II.
1,2
Skenario 6
Anak berusia 9 tahun dibawa oleh ibunya ke poliklinik karena mengeluh
sangat gatal terutama pada sela jari tangan sejak 1 minggu yang lalu.
Gejala terutama terjadi pada malam hari. Pasien tinggal di asrama.
Pada pemeriksaan fisik kulit ditemukan vesikel kecil dan merah.
Anamnesa
Anamnesa dilakukan alloanamnesa dengan ibu pasien karena pasien masih anak-anak.
Tetapi untuk umur 9 tahun, bisa ditanyakan beberapa hal yang sederhana kepada anak
tersebut.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik sangat berperan penting dalam kasus seperti ini. Dari skenario
didapat bahwa pada kulit anak tersebut ditemukan vesikel-vesikel kecil dan merah. Hal
PBL Blok 15 : Skin & Integumen
Skabies 2

tersebut menunjukkan bahwa belum ada efloresensi sekunder. Karena normal dalam
skabies, bahwa sarang skabies akan berbentuk papul ujung kunikulus.
1

Tetapi untuk beberapa kasus di mana pasien sering menggaruk karena rasa yang sangat
gatal pada malam hari, bisa ditemukan erosi pada kulit pasien tersebut. Bahkan bisa
terdapat infeksi sekunder.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang seperti yang akan dijelaskan di bagian Pembantu Diagnosis di
bawah ini, bertujuan untuk memastikan kalau dalam vesikel-vesikel tersebut ada
skabies. Pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan kecuali untuk beberapa kasus
infeksi sekunder yang cukup parah.
Epidemiologi

Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Banyak faktor yang
menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain; sosial ekonomi yang rendah,
higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis
dan perkembangan dermografik serta ekologik. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam
P.H.S (Penyakit akibat Hubungan Seksual).
1,3
Cara Penularan
Penularan penyakit ini melalui dua cara yaitu :
1-4
1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur
bersama dan hubungan seksual.
2. Kontak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk sprei, bantal dan
lain-lain.
Penularannya biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau kadang-
oleh bentuk larvanya. Dikenal pula Sarcoptes scabei var. animalis yang bisa menulari
manusia, terutama pada mereka yang banyak memelihara binatang peliharaan misalnya
anjing.
1-3

Tungau ini hanya bisa hidup 24-36 jam jika tidak berada pada kulit manusia.
3

PBL Blok 15 : Skin & Integumen
Skabies 3

Etiologi
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima,
superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var.hominis. Selain itu
terdapat S. scabiei yang lain, misalnya pada kambing dan babi.
1,3
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan
bagian perutnya rata. Tungau ini translusens, berwarna putih kotor dan tidak bermata.
Ukurannya, yang betina berkisar antara 330-350 mikron x 250-350 mikron, sedangkan
yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa
mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan dua
pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan yang jantan
pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan kaki keempat berakhir dengan alat
perekat.
1,3

GAMBAR 1 Sarcoptes scabiei var.hominis.
Sumber : Wolff K, Johnson RA, Suurmond D [Editor]. 2007. Fitzpatricks color atlas &
synopsis of clinical dermatology. Ed. 5.
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut.
Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-
kadang masih hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh betina. Tungau
betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan
kecepatan 2-3 milimeter sehari sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai
mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan
lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang
mepunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga
PBL Blok 15 : Skin & Integumen
Skabies 4

keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan
betina dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk
dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.
1-3
Tempat predileksi skabies adalah sela jari tangan, pergelangan tangan, ketiak, sekitar
pusat, paha bagian dalam, genitalia pria dan bokong. Pada bayi : kepala, telapak tangan
dan kaki.
1-3
Patogenesis
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap
sekreta dan ekstreta yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah investasi. Pada
saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukan papul, vesikel, urtikaria
dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi
sekunder.
1,3
Gejala Klinis
Ada 4 tanda kardinal :
1-3
1. Pruritis nokturna. Artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena
aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam
sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang
berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal hiposesitisasi, yang
seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun mengalami investasi tungau,
tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa
(carrier).
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna
putih keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm,
pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi
sekunder, ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi dan lain-lain).
Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum
PBL Blok 15 : Skin & Integumen
Skabies 5

yang tipis, yaitu: sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku
bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mame (wanita), umbilikus,
bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat
menyerang telapat tangan dan telapak kaki.
4. Menemukan tungau. Merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan
satu atau lebih stadium hidup tungau.
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut.

GAMBAR 2 Sela sela jari tangan yang terkena Sarcoptes scabiei var.hominis.
Sumber : Wolff K, Johnson RA, Suurmond D [Editor]. 2007. Fitzpatricks color atlas &
synopsis of clinical dermatology. Ed. 5.

Skabies Norwegia (skabies berkusta); bentuk skabies ini ditandai dengan dermatosis
berkrusta pada tangan dan kaki, kuku yang distrofik dan skuama yang generalisata.
Bentuk ini sangat menular, tetapi rasa gatalnya sangat sedikit. Penyakit terdapat pada
penderita dengan retardasi mental, kelemahan fisis, gangguan imunologik dan psikosis.
Pembantu Diagnosis
Cara menemukan tungau :
1
1. Carilah mula-mula ujung terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat papul
atau vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan di atas sebut kaca obyek
lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat dengan mikroskop cahaya.
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar kertas putih
dan dilihat dengan kaca pembesar.
PBL Blok 15 : Skin & Integumen
Skabies 6

3. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya : lesi dijepit dengan 2 jari kemudian
dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop cahaya.
4. Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan perwarnaan H.E.
Diagnosis Banding

Ada pendapat yang mengatakan penyakit skabies ini merupakan the great immitator
karena dapat menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal. Sebagian
diagnosis bandingannya adalah sebagai berikut :
Prurigo
1,3,5
Prurigo adalah erupsi papular kronik dan rekurens. Penyebab prurigo belum pasti.
Terdapat berbagai macam prurigo, yang sering terlihat adalah prurigo Hebra.
Sedangkan prurigo lain seperti prurigo nodularis jarang ditemukan.
Gambaran Klinis dari prurigo sama seperti skabies, yaitu adanya papul yang berbentuk
kubah dengan vesikel di atasnya. Keluhan utamanya juga sama yaitu gatal yang tidak
tertahankan. Pada prurigo, gatal terjadi sepanjang waktu tidak ada waktu dominan
gatal. Tempat predileksinya adalah di ekstremitas bagian ekstensor dan simetrik, dapat
meluas ke bokong dan muka dapat terkena.
Prurigo mengenai epidermis dan dermis bagian atas sedangkan pada scabies hanya
epidermis saja yang terkena.
Prurigo juga sering mengenai anak-anak tetapi orang yang berdekatan belum tentu
terkena. Berbeda halnya dengan skabies.
Pediculosis
1,4

Pedikulosis adalah infeksi kulit/rambut pada manusia yang disebabkan oleh Pediculus.
Pada penyakit ini, pedikulus merupakan penyakit parasit obligat yang artinya harus
mengisap darah manusia untuk mempertahankan hidup. Berbeda dengan skabies yang
bukan merupakan parasit obligat. Pedikulosis terdiri dari beberapa macam seperti
pediculosis Kapitis, pedikulosis korporis dan pedikulosis pubis.
PBL Blok 15 : Skin & Integumen
Skabies 7

Penyakit ini sama seperti skabies; menyerang anak-anak usia muda dan cepat meluas
dalam lingkungan yang padat. Gejalanya juga sama yaitu rasa gatal. Tetapi gatal pada
pediculosis sama seperti pada prurigo, waktunya tidak khas. Tidak seperti skabies yang
gatalnya terutama pada malam hari.
Tempat predileksi pada pediculosis jarang pada jari-jari tangan atau ekstremitas.
Pediculosis kapitis predileksinya di kepala sedangkan pediculosis korporis pada dada,
bahu dan belakang tubuh. Pediculosis pubis yaitu pada rambut-rambut di daerah pubis.
Gigitan Serangga
1
Gigitan serangga-serangga tertentu, dapat menyebabkan efloresensi urtikaria dan
papular. Serta bisa juga dengan gejala gatal. Tetapi gatalnya tidak seperti pada skabies,
yang berlangsung lama. Hanya beberapa waktu saja tergantung jenis toksin yang
keluarkan oleh serangga yang menggigit tersebut. Serta waktu munculnya gatal terjadi
jelas setelah gigitan. Bukan hanya waktu-waktu tertentu saja. Dan ketika toksinnya
sudah hilang, maka tidak akan ada gatal lagi.
Dermatitis
1,3
Dermatitis merupakan peradangan epidermis dan dermis sebagai respons terhadap
pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen menimbulkan kelainan klinis berupa
efloresensi polimorfik (eritema, endema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan gatal.
Gejala gatal merupakan gejala umum yang khas pada dermatitis seperti pada skabies.
Tetapi waktu timbulnya gatal pada dermatitis hampir sepanjang waktu sesuai adanya
dermatitis tersebut. Berbeda halnya dengan skabies yang gatalnya terutama pada malam
hari.
Dermatitis merupakan penyakit yang kulit tersering yang ditemukan di seluruh dunia.
Lokasi dermatitis dapat terjadi di mana-mana, namun pada beberapa jenis dermatitis ada
yang mempunyai tempat predileksi tertentu. Dermatitis juga lebih kompleks
penyakitnya dibandingkan skabies.
Dermatitis yang bisa dijadikan diagnosis banding dari skabies adalah dermatitis kontak.
Terutama yang mengenai jari-jari tangan. Dermatitis kontak pada tangan terutama
PBL Blok 15 : Skin & Integumen
Skabies 8

sering terjadi pada orang-orang yang sering terpapar alkali, asam, serbuk kayu,
detergen, pelarut, minyak pelumas serta bahan-bahan yang lainnya.
Phthiriasis Rosea
1,2,4
Pitiriasis rosea dijadikan diagnosis banding dari skabies, karena kesamaan lokasi
predileksi skabies yang sebagian juga pada batang tubuh terutama sekitar pusat. Lesi
inisial atau lesi sekunder miniatur memang sangat berbeda dengan skabies. Lesi inisial
merupakan sebuah plak tipis oval eritematosa dengan skuama halus kolaret pada batang
tubuh (herald patach) sedangkan lesi sekunder miniatur sama seperti lesi inisial tapi
dengan ukuran yang lebih kecil. Kedua jenis efloresensi tersebut susah ditemukan pada
scabies.
Yang menjadi masalah adalah lesi sekunder lainnya berupa papul-papul milier
ertematosa tanpa skuama yang semakin banyak jumlahnya. Hal inilah yang bisa mirip
dengan efloresensi pada skabies.
Tetapi yang menjadi perbedaan utama adalah rasa gatal. Pada pitiriasis rosea jarang
adanya rasa gatal dan kalaupun ada hanya berupa gatal ringan saja. Tidak seperti pada
skabies.

Pompholyx (Dyshidrotic Eczema)
4
Pompholyx adalah salah satu tipe dermatitis dengan vesikel-vesikal yang khas pada jari-
jari dan kaki. Berbeda halnya dengan skabies. Penyakit ini ciri khasnya adalah adanya
vesikel-vesikel kecil yang khas. Pada gambaran klinis dapat dibedakan dengan mudah.
Folikulitis
1
Folikulitis merupakan radang folikel rambut. Pada folikulitis, terutama folikulitis
superficialis, gambaran klinisnya terdapat papula atau pustul yang eritematous dan
ditengahnya ada rambut serta biasanya multipel. Tetapi untuk gejala klinis seperti gatal
yang khas pada skabies, hal tersebut tidak ditemukan pada folikulitis.

PBL Blok 15 : Skin & Integumen
Skabies 9

Pengobatan

Syarat obat yang ideal ialah :
1
1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau.
2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik.
3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian.
4. Mudah diperoleh dan harga murah.
Cara pengobatannya harus seluruh anggota keluarga harus diobati (termasuk penderita
yang hiposensitisasi).
Jenis obat topikal :
1
1. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep
atau krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap stadium telur, maka
penggunaanya tidak boleh kurang dari 3 hari. Kekurangannya yang lain ialah
berbau dan mengotori pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat
dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.
2. Emulsi benzil-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan
setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi
dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
3. Gama Benzena Heksa Klorida (gemeksan = gammexane) kadarnya 1% dalam
krim atau lasio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium,
mudah digunakan dan jarang memberikan iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada
anak di bawah 6 tahun dan wanita hamil, karena toksis terhadap susunan saraf
pusat. Pemberiannya cukup sekali, kecuali masih ada gejala diulangi seminggu
kemudian.
4. Krotamin 10% dalam krima atau losio juga merupakan obat pilihan, mempunya
dua efek sebagai antiskabies dan antigatal; harus dijauhkan dari mata, mulut dan
uretra.
5. Permetrin degna kadar 5% dalam krim, kurang toksik dibandingkan gemeksan,
efektivitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam. Beila
belum sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi dibwah
umur 2 bulan.
PBL Blok 15 : Skin & Integumen
Skabies 10

Penatalaksanaan non-medicamentosa juga diperlukan seperti meningkatkan kebersihan
perorangan dan lingkungan; menghindari orang-orang yang terkena; mencuci/menjemur
alat-alat tidur dan jangan memakai pakaian/handuk bersama-sama.
Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara penggunaan obat, serta syarat pengobatan
dan menghilangkan faktor predisposisi (antara lain higiene), maka penyakit dapat
diberantas dan memberi prognosis yang baik.
1,3
Ringkasan
Penyakit skabies ditandai disebabkan oleh Sarcoptes scabei var. hominis dan produknya
dengan manifestasi klinis berupa gatal yang tidak tertahankan pada malam hari.
Gambaran klinis pada kulit pasien dengan penyakit ini; ditemukan adanya kunikulus
dengan ujung yang berupa papul atau vesikel.
Sekarang ini, obat yang sering dipakai adalah krim Permetrin 5% dengan sekali dosis
dan dihapuskan setelah 10 jam pemakaian. Tidak dianjurkan untuk pemakaian pada
bayi yang berumur di bawah 2 bulan.

PBL Blok 15 : Skin & Integumen
Skabies 11

Daftar Pustaka
1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S [Editor]. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI, 2013: 119-75.
2. Siregar RS. Saripati penyakit kulit. Ed. 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran IGC,
2005: 164-77.
3. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, GIlchrest BA, Paller AS, Leffell DJ [Editor].
Fitzpatricks dermatology in general medicine. Ed. 7. Philadelphia: The McGraw-Hill
Companies, 2008: 2029-36.
4. Wolff K, Johnson RA, Suurmond D [Editor]. Fitzpatricks color atlas & synopsis of
clinical dermatology. Ed. 5. Philadelphia: The McGraw-Hill Companies, 2007: 604-
56.
5. Rassner. Buku ajar dan atlas dermatologi. Ed. 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
IGC, 2005: 164-77.

Anda mungkin juga menyukai