Anda di halaman 1dari 13

Gangguan Pengapuran Sendi pada Manusia

JEFFER SHISON
10-2012-138
Kelompok C1
jeffer.shison@civitas.ukrida.ac.id


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731
tu.fk@ukrida.ac.id

Pendahuluan
Osteoartritis atau yang umumnya disebut pengapuran sendi, merupakan salah satu
masalah kesehatan yang banyak dijumpai di masyarakat belakangan ini. Hal ini dapat
diakibatkan oleh adanya perubahan pola hidup dan peningkatan usia harapan hidup penduduk
Indonesia. Seiring dengan perkembangan jaman, pola hidup masyarakat juga ikut mengalami
perubahan. Aktivitas fisik yang kurang disertai kelebihan berat badan berpotensi
menimbulkan pembebanan sendi yang semakin besar, terutama pada sendi-sendi penyangga
tubuh, khususnya sendi lutut. Keadaan ini akan semakin buruk bila terjadi pada usia lanjut
akibat terjadinya perubahan hormonal yang memicu semakin cepatnya proses degenerasi
struktur persendian.
Osteoartritis merupakan salah satu penyakit degeneratif dan bersifat progresif.
Penyakit ini sangat sering dijumpai pada pasien dengan usia di atas 50 tahun. Gangguan
fungsional akan sangat memberatkan penderita osteoartritis, dimana penderita mengalami
kesulitan pada saat bangkit dari duduk, jongkok, berdiri, ataupun berjalan, naik-turun tangga,
dan berbagai aktivitas yang membebani lutut. Sesuai dengan skenario, seorang perempuan 60
berobat dengan keluhan nyeri pada kedua lutut sejak 2 tahun yang lalu. Perempuan tersebut
diduga mengalami osteoartritis. Maka dari itu, untuk mengetahui secara lengkap dan jelas,
penulis akan membahas tentang osteoartritis mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik,
diagnosis dan lain sebagainya.

Anamnesis
Menanyakan riwayat penyakit disebut Anamnesa. Anamnesa berarti tahu lagi,
kenangan. Jadi anamnesa merupakan suatu percakapan antara penderita dan dokter, peminta
bantuan dan pemberi bantuan. Tujuan anamnesa pertama-tama mengumpulkan keterangan
yang berkaitan dengan penyakitnya dan yang dapat menjadi dasar penentuan diagnosis.
Mencatat (merekam) riwayat penyakit, sejak gejala pertama dan kemudian perkembangan
gejala serta keluhan, sangatlah penting. Perjalanan penyakit hampir selalu khas untuk
penyakit bersangkutan.
1
Selain itu tujuan melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik adalah
mengembangkan pemahaman mengenai masalah medis pasien dan membuat diagnosis
banding. Selain itu, proses ini juga memungkinkan dokter untuk mengenal pasiennya, juga
sebaliknya, serta memahami masalah medis dalam konteks kepribadian dan latar belakang
sosial pasien.
Anamnesis yang baik akan terdiri dari identitas (mencakup nama, alamat, pekerjaan,
keadaan sosial ekonomi, budaya, kebiasaan, obat-obatan), keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit dalam keluarga, kondisi lingkungan
tempat tinggalnya, apakah bersih atau kotor, dirumahnya terdapat berapa orang yang tinggal
bersamanya, yang memungkinkan dokter untuk mengetahui apakah penyakitnya tersebut
merupakan penyakit bawaan atau ia tertular penyakit tersebut.
Anamnesis yang dapat dilakukan pada pasien di skenario adalah sebagai berikut:
1. Anamnesa Umum
Nama, umur, alamat, pekerjaan, status perkawinan. Umur dan pekerjaan disini
merupakan hal penting yang harus ditanyakan pada pasien.
2. Keluhan Utama
Nyeri pada lutut kanan dan kiri sejak 2 tahun yang lalu
Pelengkap: Nyeri pada lutut terutama bertambah saat berjalan, menekuk kaki,
bangun dari duduk yang lama dan saat sholat. Pasien mengatakan saat bangun
tidur lututnya sering terasa kaku juga sekitar 30 menit dan pada lututnya sering
berbunyi kretek-kretek
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Apakah sedang mengalami suatu penyakit tertentu atau tidak
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebaiknya, ditanyakan apakah dulu pernah mengalami hal yang sama seperti
sekarang
5. Pola Makan
Sehari-hari makan apa saja
6. Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah di keluarganya pernah ada yang mengalami hal yang sama
7. Riwayat Pengobatan
Sudah mengkonsumsi obat apa saja, atau sudah mendapat pengobatan apa

Pemeriksaan
Diagnosis suatu penyakit dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik yang ditemukan
pada pemeriksaan fisik, terutama sekali bagi penyakit yang memiliki gejala klinik spesifik.
Pemeriksaan yang dilakukan dapat berupa pemeriksaan fisik namun, bagi penyakit yang tidak
memiliki gejala klinik khas, untuk menegakkan diagnosisnya kadang-kadang diperlukan
pemeriksaan laboratorium (diagnosis laboratorium).
1. Pemeriksaan Fisik
Dari pemeriksaan umum dan fisik sering didapat keterangan keterangan yang
menuju ke arah tertentu dalam usaha membuat diagnosis. Pemeriksaan fisik
dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang
ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit.
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala
dan berakhir pada anggota gerak yaitu kaki. Pada skenario ini, pemeriksaan fisik
dilakukan dengan pemeriksaan fisik otot dan sendi terutama pada bagian lutut.
Pemeriksaan fisik otot dan sendi ini berupa:
Inspeksi
- Posisi lutut saat berdiri dan berbaring
- Warna kulit, vaskularisasi, pembengkakan, massa di bagian anterior
/posterior, lateral/medial
- Ada tidaknya luka, fistel atau ulkus
Palpasi
- Massa/pembengkakan, nyeri ada/tidak
- Vaskularisasi dan pulsasi pembuluh darah lutut
- Posisi patella (ada dislokasi atau tidak)
Pergerakan
- Fleksi ekstensi dengan ROM: 0-120
- Ada krepitasi atau tidak saat bergerak/digerakan
Selain itu, pemeriksaan fisik juga dilakukan dalam bentuk pemeriksaan tanda-tanda
vital pasien.
Hasil pemeriksaan didapat sebagai berikut:
Suhu : 36,4
o
C
Nadi : 88x/menit
RR : 20x/menit
Tekanan darah : 130/80 mm Hg
Kesadaran : compos mentis
BB/TB : 80kg / 165cm
Krepitasi : +
Status lokalisasi :
Udem Kalor Nyeri tekan Nyeri gerak Deformitas
Genu sinistra - - - + -
Genu dekstra - - - + -

Beberapa tanda yang dapat ditemukan pada penderita osteoartritis adalah
perubahan gaya berjalan dan postur tubuh, kenaikan suhu sekitar sendi, bengkak
sendi, nyeri raba, krepitus, penurunan kekuatan otot, nodul, dan gangguan fungsi.
Pada perabaan dengan menggunakan punggung tangan akan dirasakan adanya
kenaikan suhu disekitar sendi yang mengalami inflamasi. Bengkak sendi dapat
disebabkan oleh cairan, jaringan lunak atau tulang. Cairan sendi yang terbentuk
biasanya akan menumpuk di sekitar daerah kapsul sendi yang resistensinya paling
lemah dan mengakibatkan bentuk yang khas.
2
Krepitus merupakan bunyi berderak yang dapat diraba sepanjang gerakan
struktur yang terserang. Krepitus halus merupakan krepitus yang dapat didengar
dengan menggunakan stetoskop dan tidak dihantarkan ke tulang di sekitarnya.
Keadaan ini ditemukan pada radang sarung tendon, bursa atau sinovia. Pada krepitus
kasar, suaranya dapat terdengar dari jauh tanpa stetoskop dan dapat diraba sepanjang
tulang. Keadaan ini disebabkan kerusakan rawan sendi atau tulang. Pada waktu
palpasi lutut, dapat teraba krepitus pada waktu lutut difleksikan atau diekstensikan.
Hal ini menunjukkan rawan sendi misalnya pada osteoartritis.
2,3

2. Pemeriksaan Penunjang
Kegunaan dari pemeriksaan penunjang adalah untuk keakuratan diagnosis
suatu penyakit.
i. Artrosentesis dan Analisis Sendi Lutut
Artrosentesis (aspirasi cairan sendi) dan analisis cairan sendi
merupakan pemeriksaan yang sangat penting di bidang reumatologi, baik
untuk diagnosis maupun tatalaksana penyakit reumatik. Analisis cairan sendi
terdiri dari pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, dan beberapa pemeriksaan
khusus sehingga dapat dikelompokkan menjadi tipe non-inflamasi, inflamasi,
purulen, dan haemoragik.

Pemeriksaan makroskopis berupa warna, kejernihan, viskositas, potensi
terbentuknya bekuan, dan volume. Cairan sendi pada penyakit sendi inflamasi
bisa membeku dan kecepatan terbentuknya bekuan berkorelasi dengan derajat
inflamasinya. Cairan sendi normal sangat kental kerena tingginya konsentrasi
polimer hyaluronat. Pada penyakit sendi inflamasi, asam hyaluronat rusak dan
menurunkan viskositas cairan sendi. Penilaian cairan sendi dapat dilakukan
dengan string test atau menggunakan viscometer. Cairan sendi normal tidak
berwarna seperti air atau putih telor. Pada sendi inflamasi, jumlah leukosit dan
eritrosit meningkat. Semakin tinggi jumlah leukosit, cairan sendi akan
berwarna putih atau krem. Pemeriksaan mikroskopis yang dilakukan berupa
hitung jumlah leukosit, hitung jenis leukosit, dan pemeriksaan kristal.
ii. CT Scan
Pemeriksaan CT Scan bertujuan untuk melakukan penilaian pada tumor
tulang sebelum dilakukan tindakan pembedahan, evaluasi fraktur, dan
pemeriksaan kolumna spinalis. Walaupun tidak dapat memberikan hasil
pemeriksaan yang lebih baik dibandingkan MRI, namun CT Scan merupakan
alternatif yang baik dan bermanfaat pada situasi jika diperlukan keterangan
lebih lanjut tentang osteofit dan dapat memperlihatkan kelainan jaringan lunak
lebih baik daripada Foto Polos. Dosis radiasi CT Scan relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan satu foto polos pada daerah sama. Berhubung sejumlah
penyakit reumatik berkaitan dengan kelainan paru-paru, cukup beralasan
bahwa pemeriksaan CT Scan dengan resolusi tinggi pada paru-paru dapat
memperlihatkan detil penyakit ang tidak dapat dilihat dengan CT Scan irisan
tebal.
2,4

Diagnosis
Proses diagnosa medis merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk menangani
suatu penyakit. Proses diagnosa adalah proses yang dilakukan seorang ahli kesehatan untuk
menentukan jenis penyakit yang diderita oleh pasien, kemudian menentukan diagnosis
penyakit pasien tersebut sehingga dapat memberi pengobatan yang tepat dengan jenis
penyakit (etiologik) maupun gejalanya (simptomatik).
5

Diagnosa dilakukan berdasarkan prinsip bahwa suatu penyakit dapat dikenali dengan
memperhatikan ciri gejala klinis pada tubuh pasien yang ditimbulkan penyakit tersebut.
Keadaan penyakit yang diderita dapat juga di ukur dengan memperhatikan gejala klinis.
Semua gejala yang teramati kemudian dibandingkan dengan pengetahuan menenai penyakit
dan ciri-cirinya yang dimiliki ahli tersebut, bila terdapat kecocokan maka ahli tersebut dapat
menentukan jenis penyakitnya.
5

I . Differential Diagnosis
Differential diagnosis atau diagnosis pembanding merupakan diagnosis yang
dilakukan dengan membanding-bandingkan tanda klinis suatu penyakit dengan tanda
klinis penyakit lain. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan gejala yang dialami
pasien, pasien bias dicurigai menderita beberapa penyakit seperti:
a. Reumatoid Artritis (RA)
2,6

Suatu penyakit autoimun dimana persendian secara simetris
mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi. Reaksi
autoimun dalam jaringan sinovial yang melakukan proses fagositosis yang
menghasilkan enzimenzim dalam sendi untuk memecah kolagen sehingga
terjadi edema proliferasi membran sinovial dan akhirnya membentuk
pannus. Pannus tersebut akan menghancurkan tulang rawan dan
menimbulkan erosi tulang sehingga akan berakibat menghilangnya
permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi.
Reumatoid artritis kira-kira 2 kali lebih sering menyerang
perempuan dari pada laki-laki. Insidens meningkat dengan bertambahnya
usia, terutama pada perempuan, insidens puncak adalah antara usia 40
hingga 60 tahun.
Gejala yang ditimbulkan :
1. Kekakuan pagi hari (lamanya paling tidak 1 jam)
2. Arthritis pada tiga atau lebih sendi
3. Arthritis sendi-sendi jari-jari tangan
4. Arthritis yang simetris
5. Nodul reumatoid
6. Faktor reumatoid dalam serum
7. Perubahan-perubahan radiologic (erosi atau dekalsifikasi tulang)
8. Pada RA juga bisa disertai dengan demam, lemah, dan nafsu makan
berkurang
b. Artritis Pirai (Gout)
2,6

Secara klinis, gout ditandai dengan timbulnya artritis, tofi, dan batu
ginjal yang disebabkan karena terbentuk dan mengendapnya kristal
monosodium urat. Tofi seringkali terbentuk pada daerah telinga, siku, lutut,
dorsum pedis, dekat tendo Achilles pada metatasofalangeal digiti I, dan
sebagainya. Serangan seringkali terjadi pada malam hari. Daerah khas yang
paling sering mendapat serangan adalah pangkal ibu jari kaki sebelah
dalam, disebut podagra. Bagian ini tampak membengkak, kemerahan, dan
nyeri sekali bila disentuh. Rasa nyeri berlangsung beberapa hari sampai
satu minggu namun kemudian menghilang. Sendi lutut sendiri juga
merupakan predileksi kedua untuk serangan ini.
Manifestasi klinik selanjutnya adalah tofi, tofi merupakan
penimbunan asam urat yang dikelilingi reaksi radang pada sinovia, tulang
rawan, bursa, dan jaringan lunak. Tofi itu sendiri tidak sakit tapi dapat
merusak tulang. Sering timbul di tulang rawan telinga sebagai benjolan
keras. Tofi ini merupakan manifestasi lanjut dari gout yang timbul 5-10
tahun setelah serangan arthritis pertama. Tofi sering pecah dan agak sulit
disembuhkan dengan obat sehingga dapat menyebabkan infeksi sekunder.
Penetapan diagnosis gout berdasarkan Subkomite The American
Rheumatism Association:
A. Adanya kristal urat yang khas dalam cairan sendi.
B. Tofi terbukti mengandung kristal urat berdasarkan pemeriksaan
kimiawi dan mikroskopik dengan sinar terpolarisasi.
C. Diagnosis lain, seperti :
a. Lebih dari sekali mengalami serangan arthritis akut
b. Terjadi peradangan secara maksimal dalam satu hari
c. Oligoarthritis (jumlah sendi meradang kurang dari 4)
d. Kemerahan di sekitar sendi yang meradang
e. Sendi metatarsophalangeal pertama (ibu jari kaki) terasa sakit atau
membengkak
f. Serangan unilateral pada sendi tarsal (jari kaki)
g. Tophus (deposit besar dan tidak teratur dari natrium urat) di
kartilago artikular (tulang rawan sendi) dan kapsula sendi
h. Hiperurisemia
i. Pembengkakan sendi secara asimetris (satu sisi tubuh saja)
I I . Work Diagnosis
Work Diagnosis atau diagnosis kerja merupakan suatu kesimpulan berupa
hipotesis tentang kemungkinan penyakit yang ada pada pasien. Setiap diagnosis kerja
haruslah diiringi dengan diagnosis banding.
7
Berdasarkan gejala-gejala yang timbul dapat disimpulkan kalau pasien
perempuan tersebut menderita osteoartritis. Gangguan ini sedikit lebih banyak pada
wanita daripada pria dan terutama ditemukan pada orang-orang yang berusia lebih dari
45 tahun. Sendi yang paling sering terserang adalah sendi-sendi yang harus memikul beban
tubuh, antara lain lutut, panggul, vertebra lumbal dan servikal.

Etiologi
Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat kronik,
berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan ditandai oleh adanya deteriorasi dan abrasi
rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru pada permukaan persendiaan. Etiologi
Osteoartritis masih belum dapat diketahui secara jelas. Beberapa faktor yang dianggap
sebagai pemicu timbulnya osteoartritis diantaranya faktor umur, jenis kelamin, suku bangsa,
genetik, kegemukan, dan penyakit metabolik, cedera sendi, dan jenis pekerjaan. Gangguan
penyakit ini lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan pria, terutama wanita berusia
lebih dari 45 tahun. Penyakit ini pernah dianggap sebagai suatu proses penuaan normal, sebab
insidens bertambah dengan meningkatnya usia. Sendi yang paling sering terserang adalah
sendi-sendi yang harus memikul beban tubuh, antara lain lutut, panggul, vertebra lumbal dan
servikal, dan sendi-sendi pada jari.
2,6

Epidemiologi
Osteoartritis adalah bentuk penyakit sendi tersering di dunia. Mengenai sekitar 7%
populasi Amerika Serikat; 60% sampai 70% orang berusia lebih dari 65 tahun. Osteoartritis
merupakan salah satu dari penyakit sendi yang paling sering dijumpai di Indonesia, lebih dari
85% pasien osteoarthritis tersebut terganggu aktivitasnya terutama untuk kegiatan jongkok,
naik tangga dan berjalan. Oleh karena banyaknya kegiatan sehari-hari yang tergantung
kegiatan ini khususnya sholat dan buang air besar.
Terdapat peningkatan risiko seiring dengan pertambahan usia; prevalensi meningkat
dengan cepat pada populasi lansia. Pola penurunan autosomal dominan telah teridentifikasi
pada kelompok osteoartritis tertentu. Faktor resiko osteoartritis primer meliputi peningkatan
usia, obesitas, penggunaan sendi yang berlebihan berulang kali, imobilisasi, dan peningkatan
densitas tulang. Prevalensi keseluruhan 12-15% pada paling sedikit satu sendi, lebih banyak
pada kelompok usia > 65 tahun. Terdapat peningkatan yang seiring dengan bertambahnya
usia, contohnya adalah lebih dari 80% pasien berusia > 75 tahun memiliki bukti radiologis
adanya osteoartritis. Kecenderungan wanita sedikit lebih tinggi secara keseluruhan.
8

Patofisiologi
Osteoartritis berdasarkan patogenesisnya dapat dibagi menjadi dua: primer dan
sekunder. Osteoarthritis primer disebut OA idiopatik yaitu OA yang kausanya tidak diketahui
dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada
sendi. OA sekunder adalah OA yang didasari oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi,
metabolik, pertumbuhan, herediter, jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama.
Gambaran patologisnya adalah kerusakan progresif pada kartilago dengan
terbentuknya fisura-fisura dan kemudian bisa sampai denudasi tulang. Hipertrofi tulang
reaktif yang terjadi setelah hilangnya kartilago akan menimbulkan pembentukan osteofit yang
khas. Tulang subkondral di bawahnya mengalami remodelisasi dan mungkin menyebabkan
pembentukan kista dan sklerosis. Tonjolan-tonjolan tulang pada osteofitosis, sklerosis
subkondral, dan kista tampak jelas pada foto rontgen polos dan mnjadi temuan radiologis
utama OA.
8

Komponen kartilago mengalami disorganisasi dan degradasi pada OA. Faktor mekanis
yang menyebabkan pelepasan enzim (kolagenase dan stromelysin) menyebabkan pemecahan
proteoglikan dan gangguan kolagen tipe II. Terdapat kehilangan matriks kartilago, terutama
pada permukaan medial kartilago. Sitokin inflamasi (interleukin-1), prostaglandin E2, factor
nekrosis tumor , interleukin-6 meningkatkan inflamasi sendi dan degradasi kartilago.
Kartilago artikular menjadi overhidrasi dan membengkak. Degradasi matriks dan overhidrasi
mengakibatkan kehilangan kekakuan dan elastisias kompresif pada transmisi yang
memberikan tekanan mekanis besar ke tulang subkondral. Nyeri OA dipercaya diakibatkan
oleh tiga penyebab mayor: nyeri akibat gerakan dari factor mekanis, nyeri saat istirahat akibat
inflamasi synovial, dan nyeri malam hari akibat hipertensi intraoseus.
9
Mungkin pengaruh yang terpenting adalah efek penuaan dan efek mekanis. Meskipun
osteoartritis bukan suatu proses wear-and-tear, tidak diragukan lagi bahwa stress mekanis
pada sendi berperan penting dalam pembentukannya. Bukti yang mendukung antara lain
meningkatnya frekuensi osteoarthritis seiring dengan pertambahan usia; timbulnya di sendi
penahan beban; dan meningkatnya frekuensi penyakit pada kondisi yang menimbulkan stress
mekanis abnormal, seperti obesitas dan riwayat deformitas sendi.
Manifestasi Klinik
Gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak.
Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri
yang berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi,
krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan. Lebih lanjut lagi terdapat
pembesaran sendi dan krepitasi tulang. Tempat predileksi osteoartritis adalah sendi
karpometakarpal I, metatarsophalangeal I, apofiseal tulang belakang, lutut dan paha. Pada
phalang distal timbul nodus Heberden dan pada sendi interphalang proksimal timbul nodus
Bouchard. Tanda-tanda peradangan pada sendi tersebut tidak menonjol dan timbul
belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan
gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan.




Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi apabila osteoartritis tidak ditangani dengan serius. Terdapat
dua macam komplikasi yaitu:
1) Komplikasi Kronis
Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang signifikan, yang terparah ialah
terjadi kelumpuhan
2) Komplikasi Akut
- Micrystaline arthrophy
- Osteonekrosis
- Bursitis
Penatalaksanaan
Pengobatan dibagi atas atas medica mentosa (menggunakan obatobat yang di minum)
dan juga non-medica mentosa (tidak mengonsumsi obat).
a) Medica mentosa
10

Analgesik Oral Non Opiat
Obat-obat ini hanya meringankan gejala nyeri dan inflamasi secara simtomatik.
Golongan obat analgesik ini antara lain salisilat (aspirin/asetosal), para amino
fenol (asetaminofen dan fenasetin), dan pirazolon.
Analgesik Topikal
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
Apabila dengan analgesik oral non opiat dan anagesik topikal tidak berhasil,
dokter akan memberikan OAINS karena obat golongan ini mempunyai sifat
analgesik juga mempunyai efek anti inflamasi. Semua AINS merupakan iritan
mukosa lambung walaupun ada perbedaan gradasi antar nobat. Golongan AINS
yang dapat diberikan antara lain asam mefenamat, diklofenak, ibuprofen,
ketoprofen, naproksen, indometasin, piroksikam, meloksikam, namubuton, dan
nimesulide.
Steroid Intra-Artikuler
Inflamasi kadang dijumpai pada pasien OA. Oleh karena itu, kortikosteroid intra
artikuler dapat mengurangi rasa sakit walaupun hanya dalam waktu singkat.
Steroid dapat menyebabkan kerusakan rawan sendi secara langsung.

b) Non-medica mentosa
Terapi Non-medica mentosa untuk OA meliputi; diet dan olahraga, terapi fisik,
dan pembedahan. Pengaturan diet dan olahraga diperlukan untuk mencegah kelebihan
berat badan yang seringkali menjadi penyebab memburuknya nyeri sendi, terutama
pada sendi-sendi yang harus menopang berat badan. Terapi fisik biasa dilakukan
dengan berendam pada air hangat, atau alat penghangat lain untuk mengurangi nyeri
dan kaku pada sendi. Pembedahan dilakukan Apabila sendi sudah benar-benar rusak
dan rasa sakit sudah terlalu kuat, akan dilakukan pembedahan. Dengan pembedahan,
dapat memperbaiki bagian dari tulang.

Prognosis
Osteoartritis biasanya berjalan lambat, problem utama yang sering dijumpai adalah
nyeri apabila sendi tersebut dipakai dan meningkatnya ketidakstbilan bila harus menanggung
beban, terutama pada lutut. Masalah ini berarti bahwa orang tersebut harus membiasakan diri
dengan cara hidup yang baru.
6

Kesimpulan
Berdasarkan gejala-gejala yang timbul pada pasien, dan setelah dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut, maka dapat disimpulkan bahwa pasien menderita osteoartritis.
Penyakit ini bersifat kronik, berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan ditandai oleh
adanya abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru pada permukaan persendian.
Osteoartritis akan sangat mengganggu aktivitas pasien, terutama bila menyerang sendi lutut.
Namun, dengan penanganan yang baik dan teratur, penyakit ini dapat segera diatasi.











DAFTAR PUSTAKA
1. Jong WD. Kanker, apakah itu? Jakarta: Arcan; 2005.h.104.
2. Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed4
2
.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.h.1195-291.
3. Bickley LS. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. Ed
8
. Jakarta: EGC;
2009.h.365-9.
4. Patel PR. Lecture notes radiologi. Ed
2
. Jakarta: Erlangga; 2007.h.168-70.
5. Juanda HA. Solusi tepat bagi penderita TORCH. Solo: PT Wangsa Jatra Lesatari;
2007.h.19.
6. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Ed
6

Volume 2. Jakarta: EGC; 2012.h.1380-9.
7. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga;
2005.h.33.
8. Davey P. At a glance medicine. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2005.h.374.
9. Brashers VL. Aplikasi klinis patofisiologi: pemeriksaan dan manajemen. Ed
2
.
Jakarta: EGC; 2008.h.351-4.
10. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. Farmakologi dan terapi. Ed
5
.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008.h.535-7.

Anda mungkin juga menyukai