102011045 Kelompok F1 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Kampus 2 Ukrida, Jl. ArjunaUtara no. 6 Jakarta 11510
I. Pendahuluan Banyak orang yang sekarang ini kurang memperhatikan kesehatannya. Mungkin hal yang membuat itu semua karena tidak semua penyakit yang menimbulkan gejala-gejala. Namun, banyak penyakit yang menunjukkan gejala pada fase awal, dan itu dapat kita sebut sebagai penyakit yang akut. Hepatitis akibat virus biasanya bersifat akut dan dapat menular. Virus penyebab adalah hepatitis A virus, hepatitis B virus, hepatitis C virus Komplikasi potensial dari hepatitis adalah degenerasi progresif hati. Pantau adanya tanda degenerasi progresif hati yang meliputi gejala hepatitis dan tidak menghilang (misanya ikterus, nyeri epigastrik, feses warna tanah) dan kadar enzim hati dan tes koagulasi tidak mau kembali ke normal. Periode kembali normal adalah 2 sampai 12 minggu. Pada kondisi tertentu, ini dapat berakhir sebagai gagal hati dan kematian namun jarang. 1
II. Pembahasan Hal yang pertama kali kita wajib lakukan adalah 1. Anamnesis Identitas. Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, nama orang tua atau penanggung jawab, alamat, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa dan agama. Keluhan Utama. Keluhan utama merupakan bagian paling penting dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis ini biasanya memberikan informasi terpenting untuk mencapai diagnosis banding, dan memberikan wawasan vital mengenai gambaran keluhan yang menurut pasien paling penting. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS). 2 Waktu dan lamanya keluhan berlangsung Sifat dan beratnya serangan Lokalisasi dan penyebarannya, menetap, menjalar, atau berpindah-pindah Keluhan-keluhan yang menyertai serangan, misalnya demam Apakah keluhan baru pertama kali atau sudah berulang kali Apakah ada kuning pada tubuh Upaya yang telah dilakukan dan bagaimana hasilnya, jenis-jenis obat yang telah diminum oleh pasien; juga tindakan medik lain yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita Riwayat Penyakit Dahulu (RPD). RPD penting untuk mencatat secara rinci semua masalah medis yang pernah timbul sebelumnya dan terapi yang pernah diberikan, seperti adakah tindakan operasi dan anastesi sebelumnya, kejadian penyakit umum tertentu. 3 Riwayat Pribadi dan Sosial. Secara umum menanyakan bagaimana kondisi sosial, ekonomi dan kebiasaan-kebiasaan pasien seperti merokok, mengkonsumsi alkohol, dan hal yang berkaitan. Asupan gizi pasien juga perlu ditanyakan, meliputi jenis makanannya, kuantitas dan kualitasnya. Begitu pula juga harus menanyakan vaksinasi, pengobatan, tes skrining, kehamilan, riwayat obat yang pernah dikonsumsi, atau mungkin reaksi alregi yang dimiliki pasien. Selain itu, harus ditanyakan juga bagaimana lingkungan tempat tinggal pasien. 2
Riwayat Keluarga. Riwayat keluarga berguna untuk mencari penyakit yang pernah diderita oleh kerabat pasien karena terdapat kontribusi genetik yang kuat pada berbagai penyakit. Sedangkan riwayat sosial penting untuk memahami latar belakang pasien, pengaruh penyakit yang diderita terhadap hidup dan keluarga mereka. Selain itu yang juga perlu diperhatikan adalah riwayat berpergian (penyakit endemik). 2
2. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital, mata, sendi, dan kulit, disamping abdomen dan pelvik. Banyak kelainan fisik yang bisa ditemukan pada penyakit-penyakit hepatobilier. Pada sirosis hati, penemuan fisik ini dinamakan stigmata sirosis. Ikterus pada sklera penting untuk deteksi adanya penyakit hati atau batu empedu. Colok dubur penting untuk mendeteksi adanya penyakit hati atau batu empedu. Colok dubur penting untuk mendeteksi darah atau massa. Pemeriksaan abdomen dimulai dari inspeksi, untuk melihat adakah distensi, benjolan, asites, dan vena kolateral. Dengan palpasi bisa ditemukan hepatomegali maupun splenomegali, disamping menemukan lokasi nyeri yang dikeluhkan penderita. Perkusi dapat mendeteksi adanya asites dan menkonfirmasi pembesaran hati. Auskultasi dapat mendeteksi bruit dari hepatoma.
3. Pemeriksaan penunjang Laboratorium. Pemeriksaan laboratorium berupa enzim SGOT dan SGPT meningkat dengan konsentrasi puncak mencapai 500-5000 U/L (bervariasi). Kadar bilirubin serum jarang melebihi 10mg/dL dan kadar alkali fosfatase serum akan normal atau hanya meningkat sedikit. Pemeriksaan masa protrombin normal atau sedikit rendah. Pada morfologi darah tepi ditemukan gambaran normal atau leukopenia ringan atau tanpa limfositosis ringan. 3
Serologi. Pada HAV akan ditemukan IgM anti HAV pada fase akut dan 3-6 bulan setelahnya. Infeksi sebelumnya bisa diketahui dengan adanya anti HAV positif tanpa IgM anti HAV. Sedangkan keberadaan anti HAV yang persisten menunjukkan pasien dengan hepatitis autoimun. Pada HBV di periksa HbsAg, HbeAg dan IGM anti Hbc pada fase akut. 4,5
4. Diagnosa Berdasarkan hasil pemeriksaan di atas, dapat disimpulkan bahwa pasien tersebut menderita hepatitis A yang akut. Hal ini diperkuat karena pasien tersebut mengalami gejala setelah makan di tempat yang kurang bersih.
Hepatitis Akut Penyakit ini merupakan peradangan hati disertai sedikit atau tanoa disertai fibrosis dan sedikit atau tanpa regenerasi nodular. Bisa ada sedikit distorsi arsitektur lobular. Jika terjadi fibrosis yang luas dan regenerasi nodukar (sehingga terjadi distorsi arsitektur) timbul keadaan yang disebut sirosis. Diagnosis ini ditegakkan secara histologis dan mungkin atau mungkin juga tidak ada bukti klinis akan penyakit hati sebelumnya. 3
Peradangan nekrosis sel-sel hati akibat: 1. Infeksi Yang tersering adalah hepatitis A akut, namun juga dengan virus hebaotitis B, C, E dan demam kuning, serta berhubungan dengan septikemia dan leptospirosis. Hepatitis ameba banyak dite,mukan di seluruh dunia, dan biasanya datang dengan adanya abses hati atau ameboma. 3
2. Keracunan Keracunan bahan kimia dan obat-obatan lebih jarang menimbulkan hepatitis akut. Bahan kimia yang toksik di antaranya adalah karbon tetraklorida, vinil klorida, dan etilen glikol serta pelarut yang sejenis. 3
3. Kehamilan Ini adalah hal yang jarang terjadi menimbulkan hepatitis. Jika pasien ini pulih biasanya sempurna, namun walaupun jarang, bisa terajadi nekrosis progresif yang mengenai hampir seluruh hati (gagal hati fulminan atau nekrosis masih akut) yang menyebabkan koma hepatikum dan kematian. 3
Hepatitis A
Hepatitis A adalah pikorna virus RNA rantai tunggal dari keluarga enterovirus yang diekresi dalam tinja pada akhir masa inkubasi dan menghilang saat berkembangnya penyakit. Imunoglobulin M (IgM) antivirus hepatitis A muncul pada onset penyakit, dan menunjukkan infeksi baru terjadi. Penyakit ini bersifat endemik namun bisa terjadi epidemi kecil di sekolah atau institusi dikarenakan biasanya memakan makanan yang sama. 3
Gambar 1. Virus hepatitis A (en.wikipedia.org) Rute penularan dari virus ini adalah melalui kontaminasi fecal-oral, HVA terdapat dalam makanan dan air yang terkontaminasi. Potensi penularan infeksi hepatitis ini melalui sekret saluran cerna. Umumnya terjadi di daerah kumuh. Masa inkubasi dari virus ini adalah 2-6 minggu kemudian menunjukkan beberapa gejala klinis. Begitu ada gejala maka titer antibodi akan naik. 1
Gambar 2. Penyebaran virus hepatitis a. (www.news.com.au)
Patofisiologi Masa inkubasi 15-50 hari (rata-rata 30 hari). Distribusi diseluruh dunia; endemisitas tinggi di negara berkembang. HAV diekskresi di tinja oleh orang yang terinfeksi selama 1-2 minggu sebelum dan 1 minggu setelah awitas penyakit. Viremia muncil singkat (tidak lebih dari 3 minggu), kadang-kadang sampai 90 hari pada infeksi yang membande; atau infeksi yang kambuh. Ekskresi feses yang memanjang (bulanan) dilaporkan pada neonatus terinfeksi. Transmisi enterik (fekal-oral) predominan di antara anggota keluarga. Kejadian luar biasa dihubungkan dengan sumber umum yang digunakan bersama makanan terkontaminasi dan air. Tak terbukti adanya penularan maternal-neonatal. Prevalensi berkorelasi dengan standar sanitasi dan rumah tinggal ukuran besar. Transmisi melalui transfusi darah sangat jarang. Gejala Klinis Setelah masa inkubasi selama 2-6 minggu terjadi onset penyakit bertahap yang awalnya mirip influenza, disertai demam, malaise, anoreksia, mual, muntah, dan rasa tidak enak di perut bagian atas yang berhubungan dengan pembesaran hati disertai nyeri tekan, dan yang lebih jarang, pembesaran limpa. Pada perokok, mungkin menjadi terasa tidak enak. Setelah 3-4 hari timbul gejala khas berupa urin menjadi gelap dan tinja pucat, tanda adanya kolestatis. Ikterus dan gejala lain cenderung membaik setelah 1-2 minggu dan pemulihan biasanya sempurna, walaupun gejala ringan berlanjut selama 3-4 bulan pada sebagian kecil pasien. Hepatitis A rekuren sangat jarang terjadi, dan kekebalan mungkin dimiliki seumur hidup. 3
Gambar 3. Kuning pada sklera pada gejala klinis hepatitis a. (www.google.com) Diagnosis Diagnosis bergantung ada ditemukannya IgM antivirus hepatitis A dalam serum. 3
Gambar 4. Patogenesis hepatitis A. (staff.unila.ac.id)
Orang-orang yang beresiko tinggi terkena hepatitis A adalah : 1. Turis internasional 2. Militer 3. Orang yang tinggal di daerah endemik 4. Pekerja laboratorium dan rumah sakit yang menangani hepatitis A virus 5. Penyakit hati kronis 6. Komunitas yang sudah terkena 3
Vaksin Hepatitis A Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan vaksin. Vaksin yang digunakan adalah vaksin virus yang dilemahkan. Mempunyai keefektivitasan tinggi dan sangat imunogenik. Antibodi terbentuk dalam waktu 15 hari. Aman dilakukan dan ditoleransi dengan baik. Efektivitas proteksi selama 20-50 tahun. Efek samping yang paling utama adalah nyeri di tempat penyuntikan. 3,4
Dosis dan jadwal vaksin adalah sebagai berikut : 1. Jika lebih dari 19 tahun, 2 dosis of Havrix (1440 unit Elisa) dengan interval 6-12 bulan) 2. Anak lebih dari 2 tahun, 3 dosis Havrix (360 unit), 0, 1, dan 6-12 bulan atau 2 dosis (729 unit elisa),0, 6-12 bulan. Jenis vaksinasi yang kedua adalah dengan menggunakan immunoglobulin. Keberhasilan dari vaksin immunoglobulin belum jelas tetapi sudah nyata. 4
Epidemiologi Hepatitis virus akut merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati di seluruh dunia. Penyakit tersebut ataupun gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap tahunnya. Banyak episode hepatitis dengan klinik anitkterik, tidak nyata ataupun subklinis. Secara global virus hepatitis merupakan penyebab utama viremia yang persisten. Di indonesia berdasarkan data yang berasal dari rumah sakit, hepatitis A masih merupakan bagian terbesar dari kasus-kasus hepatitis akut yang dirawat yaitu berkisar dari 39,8- 68,3%. Peningkatan prevalensi anti HAV didapat pada awal kehidupan, kebanyaan asimtomatik atau sekurangnya anikterik. Tingkat prevalensi hepatitis B di Indonesia sangat bervariasi berkisar dari 2,5% di Banjarmasin sampai 25,61% di Kupang, sehingga termasuk dalam kelompok negara dengan endemisitas sedang sampai tinggi. Di negara Asia diperkirakan bahwa penyebaran perinatal dari ibu pengidap heoatitis merupakan jawaban atas prevalensi infeksi virus hepatitis B yang tinggi. Hampir semua bayi yang dilahirkan dari ibu dengan HbeAg positif akan terkena infeksi pada bulan kedua dan ketiga kehidupannya. Adanya HbeAg dalam darah negatif, maka daya tularnya menjadi rendah. Data di Indonesia telah dilaporkan oleh Suparyatmo, pada tahun 1993, bahwa dari hasil pemantauan 66 ibu hamil pengidap hepatitis B, bayi yang mendapat penularan secara vertikal adalah sebanyak 22 bayi. 4 Hepatitis E (HEV) di Indonesia pertama kali dilaporkan terjadi di Sintang Kalimantan Barat yang diduga terjadi akibat pencemaran sungai yang digunakan untuk aktivitas sehari-hari. Didapatkan HEV positif sebanyak 28/82. Letupan kedua terjadi pada tahun 1991, hasil pemeriksaan menunjukkan HEV positif 78/92 orang. Di daerah lain juga ditemukan adanya HEV seperti kabupaten Bawen, Jawa Timur. 2-4
5. Diagnosa banding Hepatitis B akut Virus DNA hepatropik, Hepadnaviridae. Terdiri atas 6 genotipe (A sampai H), terkait denganderajat beratnya dan respons terhadap terapi. 42 nm partikel sferis dengan inti nukleokapsid, densitas elektron, diameter 27 nm, dan selubung luar lipoprotein dengan ketebalan 7 nm. Inti HBV mengandung, ds DNA partial (3,2 kb) dan protein polimeraase DNA dengan aktivitas reverse transcriptase, antigen hepatitis B core (HbcAg), merupakan protein struktural, anitgen hepatitis B e (HbeAg), protein non-struktural yang berkorelasi secara tidak sempurna dengan replikasi aktif HBV. Selubung lipoprotein HBV mengandung anitigen permukaan hepatitis B (HbsAg), dengan tiga selubung protein utama, besar, dan menegeah, lipid minor dan komponen karbohidrat, HbsAg dalam bentuk partikel non infeksius dengan bentuk afesis 22 nm atau tubular. Satu serotipe utama dengan banyak subtipe berdasarkan keanekaragaman protein HbsAg. Virus HV mutan merupakan konsekuensi kemampuan proof reading yang terbatas dari rreverse trancriptase atau munculnya resistensi. Hal tersebut meliptui HbeAg negatif mutasi precorelcore, mutasi yang diinduksi oleh vaksin HBV, mutasi YMDD oleh karena lamivudin. Hati merupakan tempat utama replikasi di samping tempat lainnya.
Virus Hepatitis B (HBV) Masa inkubasi 15-180 hari (rata-rata 60-90 hari). Viremia berlangsung selama beberapa minggu sampai bulan setelah infeksi akut. Sebanyak 1-5% dewasa, 90% neonatus dan 50% bayi akan berkembak menjadi hepatitis kronik dan viremia yang persisten. Infeksi presisten fihubungkan dengan hepatitis kronik, sirosis, dan kanker hati. Distribusi pdiseluruh dunia prevalensi karier di USA<1% dan di asia 5-15%. HBV ditemukan di darah, semen, sekret servikovaginal, saliva, cairan tubuh lain. Cara transmisi melalui darah, penerima produk darah, IVDU, pasien hemodialisis, pekerja kesehatan, pekerja yang terpapar darah, transmisi seksual, penetrasi (perkuatan) atau permukosa tertusuk jarum, penggunaan ulang peralatan medis yang terkontaminasi, penggunaan bersama pisau cukur dan silet, tato, akupunktur, tindik, penggunaan sikat gigi bersama, transmisi maternal-neonatal,smaternal- infrant, tak ada bukti penyebaran fekal-oral. 4 Virus hepatitis B tidak bersifat sitopatik dan perjalanan penyakitnya bervariasi (akut, fulminan, kronis, carrier), tergantung dari respon imun seluler penderita yang dipengaruhi oleh faktor usia. Diketahui adanya hipotesis, limfosit T melisis hepatosit yang terinfeksi virus hepatitis B. Reaksi imun yang berlebihan mengakibatkan terjadinya hepatitis fulminan. Reaksi imun yang adekuat mengakibatkan hepatitis akut sedangkan reaksi imun yang tidak adekuat menimbulkan hepatitis kronis. Bila reaksi imun lebih rendah lagi atau bahkan non reaktif, mengakibatkan terbentuknya asymptomatic carrier. 4,5
HbsAg dapat ditemukan pada hampir semua cairan tubuh dan penularan penyakit dapat terjadi secara vertikal maupun horisontal. Kelompok yang beresiko tinggi terkena Hepatitis B adalah kontak dalam satu keluarga, menerima transfusi darah, pasien hemodialisis, pekerja yang terpapar bahan- bahan infeksius, seperti pekerja laboratorium, pekerja bank darah, dokter, perawat dan lain-lain. Kelompok lain yang termasuk kelompok beresiko tinggi adalah pengguna narkoba suntik, berganti-ganti pasangan seksual, memakai bersama-sama peralatan yang mungkin terkontaminasi darah dan/atau cairan tubuh, seperti yang mungkin terjadi dalam penjara, panti asuhan umum, panti asuhan keterbelakangan mental. 5,6
Gambar 5. Perjalanan Hepatitis B dengan masa kesembuhan (www.mayomedicallaboratories.com)
Vaksinasi Hepatitis B Vaksin hepatitis B yang digunakan adalah vaksin rekombinan ragi. Mengandung HbsAg sebagai imunogen. Sangat imunogenik, menginduksi konsentrasi proteksi anti HbsAg pada lebih dari 95% pasien dewasa muda sehat stelah pemberian komplit 3 dosis. Efektivitas sebesar 85-95% dalam mencegah infeksi HBV. Efek samping yang terutama adalah nyeri sementara di tempat suntikan, demam ringan dan singkat. Booster tidak direkomendasikan walaupun setelah 15 tahun imunisasi awal. Booster hanya untuk individu dengan imunokompromais jika titer di bawah 10 mU/mL. Dosis dan jadwal vaksinasi HBV adalah dengan pemberian IM dosis dewasa untuk dewasa, untuk bayi, anak sampai umur 19 tahun dengan dosis anak (setengah dari dosis dewasa), diulang pada 1 dan 6 bulan kemudian. 4
Hepatitis E Kemungkinan diklasifikasikan pada famili yang berbeda yaitu virus yang menyerupai hepatitis E. Diameter dari virus ini adalah 27-34 nm. Molekul RNA linier, 7,2 kb. Genom RNA dengan tiga overlap ORF (Open Reading Frames) mengkode protein struktural dan protein non-struktural yang terlibat pada replikasi HEV, RNA replicate. Pada manusia hanya terdiri atas satu serotipe, empat sampai lima genotipe utama. Lokasi netralisasi imunodominan pada protein struktural dikodekan oleh ORF kedua. Dapat menyebar pada sel embrop diploid pari. Replikasi hanya terjadi di hepatosit. 4
Patogenesis Msa inkubasi virus ini adalah rata-rata 40 hari. Distribusi luas, dalam bentuk epidemi dan endemi. HEV RNA terdapat di serum dan tinja selama fase akut. Hepatitis sporadik sering pada dewasa muda di negara sedang berkembang. Penyakit epidemi dengan sumber penularan melalui air. Pernah dilaporkan adanya transmisi maternal-neonatal. Gejala klinis hampir sama dengan hepatitis A. 4,6
Gambar 6. Hepatitis E virus (commons.wikimedia.org) Vaksin Hepatitis E Belum ada vaksin hepatitis E, jadi jika seseorang terdiagnosis hepatitis A namun dalam pemeriksaan tidak ditemukan Igm anti HAV, kemungkinan pasien tersebut terkena hepatitis E.
Komplikasi Komplikasi yang biasanya terjadi adalah gagal hati akut. Penatalaksanaan Biasanya hepatitis akut akan sembuh sempurna, hanya dibutuhkan tindakan suportif. Tindakannya adalah seperti: 4
1. Rawat jalan, kecuali pasien dengan mual atau anoreksia berat yang akan menyebabkan dehidrasi 2. Mempertahankan asupan kalori dan cairan yang adekuat 3. Aktivitas fisis yang berlebihan dan berkepanjangan harus dihindari 4. Pembatasan aktivitas sehari-hari tergantung dari derajat kelelahan dan malaise 5. Tidak ada pengobatan spesifik untuk hepatitis A,E. 6. Obat-obat yang tidak perlu harus dihentikan.
Daftar Pustaka 1. Ester M, editor. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC; 2005.p.18-21. 2. Welsby PD. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta: EGC; 2010.h.181- 3. 3. Rubenstein D, Wayne D, Bradley J. Lecture notes in clinical medicine, 6th ed. Jakarta: Erlangga; 2006.p 108-11. 4. Barlass P. Hepatitis disease. Oxford: BIOS Scientific Publisher; 2008.p 131. 5. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi S, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. Jakarta: Internal Publishing; 2009.p.644-8. 6. Halim SL, Iskandar I, Edward H, Kosasih R, Sudiono H. Kimia klinik. Jakarta: Bagian patologi klinik Fakultas Kedokteran UKRIDA; 2011.p.124-6.