id/id/service/page/lasik/23/83
mata, segmen posterior mata, lapang pandang, retinometri, tonometri, schimmer test,
pupilometri, pakimetri, keratometri, topografi kornea (orbscan) dan pemeriksaan aberasi
(wavefront). Selanjutnya masukkan data dalam treatment planning, data disimpan di disket
dan dimasukkan di mesin laser.10
Terdapat beberapa indikasi dan kontraindikasi lasik. Indikasi lasik yaitu kelainan
refraksi miop 1-12 , hipermetrop 2-6D, astigmat 2-7 D atau presbiop dan stabil selama 1
tahun, usia lebih dari 18 tahun, ketebalan kornea lebih dari 500 mikron, kornea tidak terlalu
flat dan tidak terlalu melengkung (41-47 D). Beberapa kontraindikasi lasik yaitu adanya
keratokonus, HZO, keratitis herpes simpleks, distrofi kornea, dry eye, penyakit mata aktif,
gangguan autoimun dan ketebalan kornea < 500 mikron serta keratometri > dari 47D.
Beberapa kontra indikasi relatif lasik: yaitu epitel kornea rapuh, rima palpebra terlalu sempit,
mata kecil dan cekung, neovaskularisasi kornea, ablasi retina dan adanya pterigium.6,7,11,12
Prosedur teknik operasi lasik dimulai dengan meminta pasien tidur terlentang
kemudian diberi tetes anestesi local (xilokain). Selanjutnya dilakukan pembuatan flap kornea
dengan menggunakan mikrokeratom (pada ketebalan kornea 120-140 mikron), hansatome
(120-160 mikron) atau Ammadeus (140 mikron). Flap dibuka dengan spatula dan daerah
kornea ditembak dengan sinar laser sesuai treatment planner. Paska penembakan dengan sinar
laser kornea dibasahi dengan BSS dengan tujuan menghilangkan debris yang timbul setelah
laser. Flap kornea kemudian ditutup kembali dan diratakan dengan sponge selama 3 menit
sampai kering dan melekat erat. Tetes mata antibiotik sebaiknya diberikan paska operasi
lasik. Mata ditutup kembali, pasien dimohon mengedip beberapa kali agar flap tidak bergeser
dan pasien dimohon istirahat selama 30 menit. Mata ditutup dengandop pada akhir operasi.
Pasien dilarang mengusap atau menggosok mata paska operasi lasik. Follow up paska operasi
dilakukan pada saat 1 hari, 1 minggu, 1 bulan, 2 bulan dan 3 bulan paska operasi. Pada saat
follow up ditanyakan keluhan subyektif seperti rasa sensasi benda asing, glare, halo, stabilitas
refraksi, under dan over koreksi dan kondisi flap.6
Teknologi dalam bidang LASIK
Excimer Laser
Laser Excimer memberikan hasil yang lebih akurat untuk operasi kornea dan koreksi
penglihatan dari teknologi sebelumnya. Sebuah pulse dari laser excimer dapat mengambil
0,25 mikron dari jaringan. Sebagai perbandingan, sebuah rambut manusia memiliki ketebalan
70 mikron.
Dua jenis laser excimer tersedia untuk operasi refraksi: broad beam laser dan scanning
laser. Scanning laser dapat dibagi menjadi dua kelompok: silt scanning dan spot scanning.
Setiap jenis laser memiliki kelebihan dan kekurangan, diantaranya:
Broad Beam Laser, sebuah broad beam laser menggunakan laser berdiameter yang
relatif besar (6,0 0,8 mm) yang dapat dimanipulasi untuk mengikis kornea. Penggunaan
laser jenis ini dapat menghasilkan waktu operasi tercepat dibandingkan laser lainnya, yang
mengurangi kemungkinan overcorrection dan decentration komplikasi yang disebabkan oleh
pergerakan pupil. Kerugiannya adalah kemungkinan peningkatan komplikasi yang terkait
dengan pengikisan kornea.
Slit Scanning Laser, sebuah slit scanning laser menggunakan laser berukuran relatif
kecil, yang kemudian dihubungkan ke perangkat rotasi dengan celah yang dapat berubah.
Selama operasi, sinar laser yang melewati celah ini dapat berubah secara bertahap
meningkatkan zona pengikisan kornea. Laser sinar seragam dan pengikisan kornea yang lebih
halus merupakan ciri dari digunakannya laser jenis ini. Laser ini memiliki kekurangan, yaitu
kecenderungan sedikit lebih tinggi untuk decentration dan overcorrection.
Spot Scanning Laser, sistem laser ini memiliki potensi untuk menghasilkan
pengikisan kornea yang halus dan menggunakan teknologi radar untuk melacak gerakan
mata. Sistem ini juga memilki kemampuan untuk mengobati siindris tidak teraturdari acuan
topografi. Laser ini harus dihubungkan dengan sistem eye-tracking untuk memastikan
peletakan laser yang akurat.
Wavefront Scanning Diagnostic (wavefront-guided LASIK), wavefront sensing
adalah sebuah alat diagnostik untuk mengukur ksalahan refraksi mata. Metode refraksi
konvensional terbatas untuk mengukur refraksi sferis dan silinder yang dapat dijangkau oleh
mata (miopia atau hiperopia dab silindris biasa). Namun, metode wavefront sensing
memungkinkan dokter untuk mengukur kondisi dalam kornea yang mempengaruhi
penglihatan pasien. Mengacu dari hasil tersebut, dokter dapat menyimpulkan sebagai
penyimpangan penglihatan (higher order abberation). Secara tradisional penyimpangan
penglihatan digambarkan sebagai silindris tidak teratur, dan dianggap pembatasan untuk
penglihatan terbaik dengan refraksi. Namun saat ini, dengan memahami dan karakterisasi
komponen higher order abberation, dokter memiliki kemampuan diagnostik lebih terhadap
silindris tidak teratur, dan kemampuan untuk mengukur tingkat alami atau pembedahan
induksi abberasi. Alat diagnostik dari wavefront sensing dapat dilihat dalam verifikasi
spherocylindrical refraksi, diagnosis kondisi kompleks atau keadaan rapuh dari kornea,
seperti keratoconus, mata kering dan katarak, dan besarnya penyimpangan prosedur diinduksi
setelah koreksi penglihatan dengan LASIK. Secara garis besar, wavefront sensing memiliki
nilai lebih dalam upaya untuk memperbaiki penyimpangan penglihatan.
Pada dasarnya wavefront sensing menggunakan teknik sederhana. Pasien diminta
untuk memandang kedepan, da fkus pada satu objek, sementara itu dokter memberikan
sebuah proyeksi cahaya menuju mata. Berkas cahaya ini masuk kedalam mata, dan memantul
kembali keluar mata. Kemudian komputer menganalisa berkas sinar, yang selanjutnya
menganalisa dan berkaitan dengan tentang keadaan mata. Beberapa sistem dengan cara ini
dapat menganalisa lebih dari 2000 poin data keadaan mata.