Anda di halaman 1dari 7

Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis

INFEKSI MYCOBACTERIUM AVIUM PADA UNGGAS


DAN PENULARANNYA PADA MANUSIA
SUTIASTUTI WAHYUWARDANI

Balai Penelitian Veteriner


Jl RE Martadinata No. 30, Bogor 16114

ABSTRAK

Infeksi Mycobacterium avium pada unggas menyebabkan penyakit yang dikenal sebagai Avian
Tuberculosis. Selain unggas, Mycobacterium avium dapat menginfeksi manusia, sebagian besar ternak serta
mamalia. Mycobacterium avium dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan unggas yang teinfeksi,
pakan dan air minum yang tercemar serta kontak dengan peralatan kandang yang tercemar. Infeksi biasanya
bersifat kronis yang ditandai dengan gejala klinis yang tidak spesifik berupa, tubuh unggas yang kurus, lemah
dan lesu. Pada pemeriksaan patologi anatomi ditemukan nodul-nodul yang berwarna putih, kekuningan atau
abu-abu pada organ hati, limpa, paru-paru dan usus. Diagnosa ditegakkan berdasarkan lesi yang ditimbulkan
diperkuat dengan isolasi dan identifikasi kuman penyebab. Manusia dapat tertular Mycobacterium avium
melalui inhalasi atau saluran pencernaan. Infeksi pada manusia dewasa menyebabkan kelainan pada paru-
paru serta dapat mengakibatkan kematian terutama pada penderita AIDS, sedangkan pada anak-anak
menyebabkan limfadenitis. Kasus infeksi Mycobacterium avium pada manusia meningkat seiring dengan
meningkatnya kasus tuberculosis pada penderita HIV atau pasien yang menerima terapi dengan steroid.
Kata kunci : Avian tuberculosis, mycobacterium avium, unggas, manusia

PENDAHULUAN Infeksi Mycobacterium avium (M. avium)


pada unggas menyebabkan penyakit yang
Unggas merupakan salah satu sumber dikenal sebagai Avian Tuberculosis. Selain
protein hewani yang sangat diperlukan untuk disebabkan oleh M. avium, Avian Tuberculosis
memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, yang juga disebabkan oleh Mycobacterium
dapat terjangkau oleh sebagian besar genavense (KEARNS, 2003; STYLES, 2005). M.
masyarakat Indonesia, karena harganya yang avium dapat menginfeksi semua spesies unggas
relatif murah jika dibandingkan daging sapi (FRIEND, 2005), terutama unggas yang
atau ternak lainnya. Namun dalam dipelihara seperti, itik, angsa entog atau burung
pengembangan produksinya sering yang dipelihara dalam sangkar seperti: merpati,
mengahadapi kendala yang sangat merugikan kakaktua serta kanari (THOEN et al, 1997).
bagi peternakan unggas. Salah satu diantaranya Selain unggas M. avium juga dapat menyerang
adalah masalah penyakit. Beberapa penyakit hewan ternak maupun mamalia.
ada yang bersifat akut dan mematikan seperti Kasus Avian Tuberculosis pernah
Avian Influenza yang saat ini sedang mewabah, dilaporkan terjadi di beberapa negara
namun ada juga yang bersifat kronis yang diantaranya di Spanyol (GONZALES et al.,
mengakibatkan penurunan produksi seperti 2001), di Belanda dan di Amerika Serikat
Avian Tuberculosis. Beberapa penyakit perlu (FRIEND, 2005). Meskipun tidak ditemukan
diwaspadai karena bersifat zoonosis sehingga adanya laporan kasus infeksi M. avium di
dapat menular ke manusia seperti penyakit: Indonesia, namun ada indikasi ditemukan
Avian Influenza, Chlamydiosis (Psittacosis), kasus Avian Tuberculosis di Laboratorium
Salmonellosis Campylobacteriosis, New Castle FKH Institut Pertanian Bogor (komunikasi
Disease, Allergic Alveolitus, Giardia dan pribadi).
Mycobacteriosis (PESEK, 1998), sehingga Infeksi Mycobacterium avium baik pada
membahayakan bagi peternak yang kontak manusia maupun unggas memang kurang
langsung dengan unggas penderita atau populer di Indonesia, karena kasusnya masih
manusia lain disekitar peternakan. langka. Namun demikian keberadaan penyakit

179
Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis

ini perlu diwaspadai, karena dengan semakin selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun
meningkatnya kasus HIV di Indonesia, (HARRIS, 2005).
dikhawatirkan kasus infeksi Mycobacterium
avium juga meningkat. karena Infeksi M.
avium compleks (MAC) yang disebabkan oleh
M. avium dan Mycobacterium intracelluler,
sering ditemukan pada penderita AIDS.
Tulisan ini memaparkan tentang
Mycobacterium avium yang meliputi aspek
karakteristik kuman, penularannya, gejala yang
ditimbulkan, diagnosa penyakit, penularan M.
avium pada manusia serta bagaimana cara
pengendalian dan pengobatannya. Melalui
tulisan ini diharapkan pembaca dapat mengenal
lebih jauh tentang Mycobacterium avium pada
unggas sehingga jika ditemukan kasus dapat Gambar 2. Bakteri tahan asam mycobacterium
avium dengan pewarna Ziehl Neelsen
segera diantisipasi supaya tidak menimbulkan
wabah.
Penularan pada unggas
INFEKSI MYCOBACTERIUM AVIUM Kasus Avian Tuberculosis umumnya
PADA UNGGAS ditemukan pada unggas yang berumur tua. Hal
ini bukan dikarenakan kuman hanya
Karakteristik kuman menginfeksi unggas yang tua tetapi karena
M. avium berbentuk batang langsing, penyakit berjalan kronis sehingga gejala
beberapa mempunyai ujung yang melengkung, terlihat setelah unggas berumur tua. Unggas
berukuran 1 sampai dengan 3 µm (Gambar 1.), dapat tertular karena kontak dengan unggas
tidak memproduksi spora, namun dapat penderita lainnya, peralatan kandang yang
ditemukan granul pada sitoplasma (THOEN, tercemar, maupun dari petugas kandang yang
1997). mengidap penyakit Avian Tuberculosis,
meskipun hingga kini belum ditemukan adanya
laporan penularan dari manusia ke unggas.
Unggas penderita Avian Tuberculosis akan
mencemari lingkungan melalui droplets yang
dikeluarkan pada saat bersin atau batuk, dan
juga melalui feses. Droplets yang mengandung
kuman akan terhisap melalui saluran
pernafasan oleh unggas yang sehat atau tertelan
melalui saluran pencernaan. Di dalam paru-
paru M. avium akan ditangkap oleh makrofag.
M. avium umumnya tahan terhadap proses
fagositosis, sehingga dapat bertahan hidup
Gambar 1. Mycobacterium avium berbentuk batang
dalam makrofag. Selanjutnya kuman akan
Bakteri ini merupakan bakteri tahan asam disebarkan melalui peredaran darah ke organ
dengan pewarnaan Ziehl Neelsen (Gambar 2) lainnya di dalam tubuh, umumnya pada organ
dan termasuk kuman gram positif. M. avium hati, limpa serta saluran pencernaan.
dapat tumbuh pada temperatur 250C sampai
dengan 430C, meskipun suasana yang paling Gejala yang ditimbulkan
disukai pada temperatur 390C sampai dengan
450C. Kuman ini dapat bertahan hidup dalam a. Gejala klinis
jangka waktu yang lama pada tanah atau
lingkungan yang tercemar (PESEK, 1998), Gejala klinis pada infeksi alam tidak
terlihat nyata, biasanya unggas terlihat kurus,
lemah, lesu serta produksi telur turun.

180
Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis

Sedangkan pada infeksi buatan, gejala klinis penyayatan di dalamnya mengandung granul
yang ditimbulkan berupa aktivitas menurun, kecil yang berwarna kuning yang berdiameter
bulu berdiri, dan kematian yang tiba-tiba. 1 mm sampai dengan 2 mm (GERHOLD, 2005).
Sebanyak 50% mengalami kematian dalam 63 Lesi yang ditemukan pada infeksi buatan tidak
hari semenjak diinfeksi. Selain itu juga jauh berbeda dengan infeksi alam yaitu unggas
menyebabkan penurunan rata-rata bobot ayam kurus, tembolok kosong, hepatosplenomegali.
yang diinfeksi sebesar 19% (TELL, 2003). Limpa membesar, pucat dan konsistensi
bergranul. Nodu-nodul yang berwarna putih
b. Perubahan patologi ditemukan menyebar pada parenkim hati dan
limpa (TELL, 2003).
Perubahan patologi yang ditemukan pada Perubahan histopatologi yang ditemukan
infeksi alam umumnya berupa nodul yang pada kalkun yang terinfeksi secara alam oleh
berdiameter mencapai 2 cm yang ditemukan M. avium berupa granuloma yang bersifat
pada organ (TADESSE et al., 2002), terutama multifokal yang merupakan kumpulan sel
saluran pencernaan dan limpa (Gambar 3). raksasa yang mempunyai banyak inti
Pada kalkun ditemukan masa yang berdiameter (multinucleated giant cell) yang mengandung
0,5 cm sampai dengan 3 cm yang tersebar kuman berbentuk batang, bersifat tahan asam
sepanjang parenkim serta pembengkakan dibagian pinggir granuloma (GERHOLD, 2005).
permukaan kapsuler organ hati. Jika dilakukan

A B C

Gambar 3. Nodul-nodul pada organ hati (A); organ limpa (B) dan organ usus (C)
Sumber: (FRIEND, 2005)

Lesi yang ditemukan pada infeksi buatan ditemukan pada lesi tersebut. Serositis
M. avium adalah multifokal nodul-nodul ditemukan yang ditandai dengan adanya multi
makhrofag yang berkelompok, disertai dengan fokal kumpulan makrofag di dalam serosa
atau tanpa nekrosis pada bagian sentral, serta (TELL, 2003).
dikelilingi oleh sel raksasa yang mengandung
banyak inti. Limfosit, plasma sel, heterofil Diagnosa penyakit
serta makrofag dengan jumlah bervariasi
mengelilingi sebagian besar nodul. Diagnosa ditetapkan berdasarkan gejala
Nodul pada hati dan limpa mempunyai ciri klinis maupun patologi yang ditimbulkan,
yang spesifik yaitu mengandung sejumlah ditunjang dengan pewarnaan acid-fast meliputi
besar kuman berbentuk batang tahan asam. Ziehl Neelsen dan Truant. Jika dengan
(TELL, 2003). pewarnaan acid-fast tidak ditemukan bakteri
Lesi pada saluran pencernaan terdiri dari tahan asam, maka harus dilakukan isolasi
nodul histiosit dan kumpulan makrofag kadang bakteri dari organ yang terdapat lesi patologi,
kadang ditemukan pada mukosa intestin, biasanya digunakan hati atau limpa, namun
proventrikulus dan gizard, sedangkan demikian juga dapat digunakan sumsum tulang
granuloma jarang ditemukan. Kuman yang (ANONIM, 2000). Pada hewan yang masih
berbentuk batang yang bersifat tahan asam hidup dapat dilakukan test skreening dengan
dengan jumlah sedikit hingga banyak melakukan uji standar yang secara luas

181
Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis

digunakan pada unggas yaitu tuberculin test. identifikasi kuman dari tinja berbagai jenis
Diagnosa terhadap Avian Tuberculosis burung di kebun binatang Ragunan Jakarta
menggunakan Teknik PCR (Polymerase Chain ditemukan kuman tahan asam jenis atipik,
Reaction), dewasa ini telah dikembangkan namun masih perlu diteliti apakah ada
untuk mendeteksi infeksi Mycobacterium pada diantaranya Mycobacterium avium (HARUN,
sampel organ atau sampel feces burung puyuh 1981).
menggunakan primer yang spesifik untuk gen
yang mengandung 65-kD heat shock protein
(TELL et al., 2003). Demikian juga teknik Penularan infeksi m. Avium pada manusia
Real-Time PCR (Polymerase Chain Reaction)
pernah digunakan untuk mendeteksi M. avium Infeksi Mycobacterium avium pada
pada spesimen yang berasal dari ayam. Teknik manusia dikenal sebagai infeksi Atypical
tersebut mempunyai beberapa keuntungan Mycobacterium atau Infeksi MAC
yaitu lebih cepat dan akurat dibandingkan (Mycobacterium avium Complex) jika
dengan teknik lainnya (TELL et al., 2004). ditemukan bersama-sama dengan
Mycobacterium intracelluler. Seperti pada
unggas manusia dapat tertular Mycobacterium
avium baik melalui saluran pernafasan karena
terhirupnya kuman maupun melalui saluran
pencernaan karena tertelannya kuman bersama
makanan atau minuman yang tercemar.

Manusia yang beresiko tertular


mycobacterium avium

Manusia yang mengalami penurunan fungsi


pada sistim kekebalan, seperti penderita AIDS
atau pada pasien penerima terapi steroid,
Gambar 4. Granuloma dengan caseonecrotic merupakan manusia yang beresiko tertular
Center (arrow head) dan histiocytic Mycobacterium avium. Selain itu juga pegawai
nodules (arrow). Bar = 100 µm. kandang ayam pada peternakan yang tertular
(Inset). Sejumlah bakteri tahan M. avium. Pada pasien TB ulangan atau yang
asam di dalam caseonecrotic center mengalami kekambuhan dideteksi adanya
dengan pewarnaan Ziehl Neelsen Atypical Mycobacterium, sehingga
Sumber: (TELL, 2003)
kemungkinan untuk terserang oleh
Tingkat kejadian infeksi mycobacterium Mycobacterium avium juga besar. Pada
avium manusia dewasa organ yang terserang biasanya
paru-paru yang menimbulkan gangguan pada
Kasus Avian Tuberculosis pernah sistim pernafasan, sedangkan pada anak-anak
dilaporkan terjadi di beberapa negara organ yang terserang limfoglandula cervicalis
diantaranya di Spanyol, yang menyerang ayam (PESEK, 1998). Infeksi M.avium pada manusia
petelur komersial (GONZALES et al., 2001). dapat berakibat fatal atau menyebabkan
Demikian juga dilaporkan bahwa pada 0,7% kematian terutama pada infeksi aktif atau
dari 12.000 ekor burung yang dinekropsi di infeksi pada penderita AIDS.
Belanda, dan 0,3% dari 3000 ekor burung air
yang dinekropsi di Amerika Serikat serta 39% Tingkat kejadian infeksi mycobacterium
burung bangau yang dinekropsi di National avium pada manusia
WildLife Health Center terinfeksi M. avium
(FRIEND, 2005). Meskipun tidak ditemukan Beberapa peneliti di luar negeri melaporkan
adanya laporan kasus infeksi M. avium di bahwa pada pasien penderita AIDS dapat
Indonesia, namun ada indikasi ditemukan diisolasi M. avium complex (PAVLIK et.al.,
kasus Avian Tuberculosis di Laboratorium 2000). Infeksi M. avium compleks (MAC) pada
FKH Institut Pertanian Bogor (komunikasi penderita AIDS pada tahun 1999 di Inggris,
pribadi). Demikian juga hasil isolasi dan mencapai 1 juta kasus dan menyebabkan 30%

182
Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis

pasien penderita AIDS meninggal (POZNIAK, dapat memberikan proteksi sebesar 70%
2002). Demikian juga dilaporkan bahwa lebih pada ayam yang ditantang dengan M.avium
dari 95% pasien AIDS terinfeksi oleh M. avium secara intra musculer (THOEN, 1997).
(HARLEY, 2005). Sedangkan penggunaan vaksin inaktif
Menurut data WHO Indonesia merupakan menggunakan M.avium serovar 7 dan 19
penyumbang ke tiga Tuberkulosis (TB) di juga pernah dilakukan namun masih perlu
dunia dengan jumlah penderita baru sebanyak dilakukan penelitian lanjutan untuk
583.000 orang/tahun dan diperkirakan mengetahui efikasi vaksin pada burung-
meninggal sebanyak 140.000 orang/tahun burung eksotik.
(ANONIM, 2005). Oleh karena itu penyakit 4. Pengobatan pada hewan atau unggas tidak
TBC menjadi perhatian serius dari berbagai dianjurkan karena penyakit bersifat
negara termasuk Indonesia, terutama karena zoonosis serta pengobatan memerlukan
adanya ancaman epidemi HIV/AIDS di masa waktu yang lama dan biaya mahal.
mendatang (GIRSANG, 2003). Terindikasi 5. Pengobatan pada manusia umumnya
bahwa penderita AIDS di Indonesia mengalami menggunakan antibiotik seperti rifampicin
peningkatan, namun kasus infeksi yang cukup baik digunakan untuk
Mycobacterium avium pada penderita AIDS di pengobatan atypical Mycobacterium
Indonesia belum diketahui., karena belum (MISNADIARLY et al., 2003). Selain itu juga
ditemukan adanya laporan kejadiannya. dapat digunakan isoniazid, ethionamide,
Umumnya diagnosis terhadap TB yang ethambutol dan pirazinamide.
dilakukan di Puskesmas berdasarkan hasil
pemeriksaan bakteri tahan asam (BTA) pada
sputum penderita (GITAWATI et al., 2002; KESIMPULAN DAN SARAN
GIRSANG et al., 2002), sehingga tidak menutup
kemungkinan bahwa kasus TBC di Indonesia Kasus infeksi Mycobacterium avium pada
juga disebabkan oleh Mycobacterium lainnya. unggas dan pada manusia di Indonesia jarang
Dugaan tersebut didasarkan pada hasil sekali di laporkan, terbatas di daerah tertentu
penelitian MISNADIARLY et al. (1985) bahwa dan merupakan kasus lama. Namun penyakit
pada sputum pasien (BTA +) di daerah ini perlu diwaspadai karena kasus AIDS di
Semarang dan Surabaya terdeteksi Atypical Indonesia terus meningkat, sehingga
Mycobactrium, diantaranya terdeteksi M. kemungkinan kasus infeksi Mycobacterium
avium sebanyak 2,54%. avium pada penderita AIDS di Indonesia juga
meningkat. Oleh karena itu perlu dilakukan
penelitian tingkat kejadian pada unggas dan
PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN
manusia, sehingga dapat diantisipasi agar tidak
terjadi wabah.
1. Untuk menghindari wabah yang meluas
dianjurkan untuk melakukan stamping out
bagi unggas atau hewan yang positif DAFTAR PUSTAKA
terhadap test tuberkulin. Kandang yang
tercemar dibersihkan, didesinfeksi dan ANONIM, 2000. Manual of Standards for
sebaiknya tidak digunakan dalam jangka Diagnostik Test and Vaccines. List A and B
waktu minimal 6 bulan. diseases of mammals, birds and bees. Office
2. Kontak antara manusia penderita Avian International des Epizootiz. World
Organisation for Animal Diseases. Pp.718-
Tuberculosis dengan unggas harus
725.
dihindarkan, oleh karena itu petugas
kandang harus bebas penyakit ini, atau ANONIM, 2005. Permasalahan Tuberkulosis Kini,
bukan orang yang rentan untuk tertular Masa Datang dan Penanggulangannya.
penyakit ini. http://www.litbang.depkes.go.id/download/PE
RMASALAHAN%20TB%20KINI.ppt (21
3. Vaksinasi pada ayam pernah dilakukan
Juni 2005)
dengan memberikan vaksin in akti maupun
vaksin aktif. Penggunaan vaksin aktif FRIEND, M. 2005. Tuberculosis. http://www.
dengan M. intracellulare serovar 6 (M. nwhc.usgs.gov/pub-metadata/field-manual/
avium serovar 6) yang diberikan secara oral chapter-8pdf (21 Juni 2005)

183
Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis

GERHOLD, R.W. and J.R. FISCHER. 2005. Avian MISNADIARLY, A.S., L.H. SIREGAR, C.H.
Tuberculosis in a Wild Turkey. Avian Dis. SIMANJUTAK, P. CYNTHIA and DORKAS.
49:164-166. http://www.aaap.info (21 Juni Atypical Mycobacteria infection in extra
2005). pulmonary tuberculosis disease in some
hospital in Jakarta and Bandung, Indonesia.
GITAWATI, R. dan N. SUKASEDIATI. 2002. Studi Medika. 27: 425-429.
kasus hasil pengobatan tuberkulosis paru di 10
puskesmas di DKI Jakarta 1996-1999. Cermin PAVLIK, I., P. SVASTOVA, J. BART, L. DVORSKA, and
Dunia Kedokteran. 137: 17-20. I. RYCHLIK. 2000. Relationship between IS901
in the Mycobacterium avium complex strains
GIRSANG, M., SUMARLI, YULIANTI, P. NURENDAH isolated from birds, animals, humans and the
dan GENDROWAHYUHONO. Quality control environment and virulence for poultry.
pemeriksaan mikroskopis TB di puskesmas Clinical and Diagnostik Lab. Immunol.
rujukan mikroskopis (PRM). Cermin Dunia 7(2):212-217.
Kedokteran. 137:8-11.
PESEK, L., 1998. Avian Tuberculosis. Zoonotic
GIRSANG, M., 2003. Mycobacterium Tuberculosis Diseases-Part III. Bird to human
dan pengaruhnya terhadap adanya infeksi HIV Transmission. http://www.birdsways.com/
(Human Immuno deficiency Virus) Pada wisdom/ (27 Juni 2005).
Manusia. Media Litbang Kes 13(3):48-53.
POZNIAK 2002. Mycobacterial Diseases and HIV. J
GONZALES, M. A.R. BERTOS, I.GIMENO, J.M. HIV Ther. 7(1):13-16. (Abstrak).
FLORES, and M. PIZARRO. 2002. Outbreak of http://www.ncbi.nih.gov./ (21 Juni 2005)
Avian Tuberculosis in 48-Week-Old
Commercial Layer HenFlock. Avian Dis.: STYLES, D.K., 2005. Avian Tuberculosis: The
46:1055-1061. (22 Juni 2005) Disease and Its Management.
http://www.internationalparrotletsociety.org/a
HARLEY, W.B., 2005. Mycobacterium avium- viantb.html-26k (21 Juni 2005)
Intracelluare. http://www.eMedicine-
Mycobacterium Avium-Intracellulare/ (22 TELL, L.A., L. WOODS, J. FOLEY, M.L. NEEDHAM and
Juni 2005) R.L. WALKER. 2003. A model of Avian
Mycobacteriosis: Clinical and Histopathologic
HARRIS, J.M., 2005. Tuberculosis findings in Japanese Quail (Cortunix cortunix
(Mycobacteriosis). http://www.southcom. japonica) Intravenously Inoculated with
com.av/ (27 Juni 2005). Mycobacterium avium. Avian Dis. 47:433-
HARUN, B.M.H. 1981. Isolasi dan identifikasi 443. http://www.aaap.info (21 Juni 2005)
kuman tahan asam dari tinja berbagai jenis THOEN, C.O. 1997. Tuberculosis. In Disease of
burung kebun binatang Ragunan Jakarta. Poultry. Tenth edition. Edited By. B.W.
Kumpulan Makalah Seminar Mikrobiologi II. CALNEK, H.J.BARNES, C.W. BEARD, L.R.
Jogyakarta, 5-7 April 1978. Perhimpunan MCDOUGALD, and Y.M.SAIF. pp. 167-178.
Mikrobiologi Indonesia.
TADESSE, S., M. WOLDEMESKEL, B. MOLLA, M.
KEARNS, K.S., 2003. Avian Mycobacteriosis. Recent TIBBO, D. KIDANE, G. MEDHIN and S.
Advances in Avian Infectious Diseases. BRITTON. 2002. Avian Mycobacteriosis in
International Veterinary Information Service, Domestic Chickens from selected Agro-
Ithaca NY. http://www.ivis.org/ (27 Juni climatic Regions in Ethiopia. The Inter.J.of
2005). Appl. Res.in Vet.Med. 2 Iss 1.
MISNADIARLY, 1985. Infeksi Mycobacteria atypical http://www.jarvm.com/articles (21 Juni 2005).
http://digilib.litbang.depkes.go.id. (22
September 2005).

184
Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis

PERTANYAAN

1. Seberapa jauh dapat membahayakan manusia?


2. Peluang manusia tertular terutama pada yang bagaimana?
3. Apakah ada data penularan ke manusia dan ke hewan mamalia lain seperti kera?

JAWABAN

1. Mycobacterium avium dapat menginfeksi manusia dewasa yang menyebabkan gangguan pada
sistem pernafasan karena adanya kerusakan pada paru-paru. Sedangkan pada anak-anak
kelainan yang ditimbulkan umumnya berupa limfadenitis. Infeksi Mycobacterium avium dapat
mengakibatkan kematian terutama pada penderita AIDS.
2. Manusia dapat tertular terutama manusia yang mengalami penurunan daya tahan tubuh seperti
penderita AIDS atau pasien yang menerima pengobatan dengan steroid.
Sampai sejauh ini belum ditemukan laporan adanya penularan ke Manusia dan ke hewan
mamalia lain seperti kera.

185

Anda mungkin juga menyukai