ABSTRAK
Infeksi Mycobacterium avium pada unggas menyebabkan penyakit yang dikenal sebagai Avian
Tuberculosis. Selain unggas, Mycobacterium avium dapat menginfeksi manusia, sebagian besar ternak serta
mamalia. Mycobacterium avium dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan unggas yang teinfeksi,
pakan dan air minum yang tercemar serta kontak dengan peralatan kandang yang tercemar. Infeksi biasanya
bersifat kronis yang ditandai dengan gejala klinis yang tidak spesifik berupa, tubuh unggas yang kurus, lemah
dan lesu. Pada pemeriksaan patologi anatomi ditemukan nodul-nodul yang berwarna putih, kekuningan atau
abu-abu pada organ hati, limpa, paru-paru dan usus. Diagnosa ditegakkan berdasarkan lesi yang ditimbulkan
diperkuat dengan isolasi dan identifikasi kuman penyebab. Manusia dapat tertular Mycobacterium avium
melalui inhalasi atau saluran pencernaan. Infeksi pada manusia dewasa menyebabkan kelainan pada paru-
paru serta dapat mengakibatkan kematian terutama pada penderita AIDS, sedangkan pada anak-anak
menyebabkan limfadenitis. Kasus infeksi Mycobacterium avium pada manusia meningkat seiring dengan
meningkatnya kasus tuberculosis pada penderita HIV atau pasien yang menerima terapi dengan steroid.
Kata kunci : Avian tuberculosis, mycobacterium avium, unggas, manusia
179
Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis
ini perlu diwaspadai, karena dengan semakin selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun
meningkatnya kasus HIV di Indonesia, (HARRIS, 2005).
dikhawatirkan kasus infeksi Mycobacterium
avium juga meningkat. karena Infeksi M.
avium compleks (MAC) yang disebabkan oleh
M. avium dan Mycobacterium intracelluler,
sering ditemukan pada penderita AIDS.
Tulisan ini memaparkan tentang
Mycobacterium avium yang meliputi aspek
karakteristik kuman, penularannya, gejala yang
ditimbulkan, diagnosa penyakit, penularan M.
avium pada manusia serta bagaimana cara
pengendalian dan pengobatannya. Melalui
tulisan ini diharapkan pembaca dapat mengenal
lebih jauh tentang Mycobacterium avium pada
unggas sehingga jika ditemukan kasus dapat Gambar 2. Bakteri tahan asam mycobacterium
avium dengan pewarna Ziehl Neelsen
segera diantisipasi supaya tidak menimbulkan
wabah.
Penularan pada unggas
INFEKSI MYCOBACTERIUM AVIUM Kasus Avian Tuberculosis umumnya
PADA UNGGAS ditemukan pada unggas yang berumur tua. Hal
ini bukan dikarenakan kuman hanya
Karakteristik kuman menginfeksi unggas yang tua tetapi karena
M. avium berbentuk batang langsing, penyakit berjalan kronis sehingga gejala
beberapa mempunyai ujung yang melengkung, terlihat setelah unggas berumur tua. Unggas
berukuran 1 sampai dengan 3 µm (Gambar 1.), dapat tertular karena kontak dengan unggas
tidak memproduksi spora, namun dapat penderita lainnya, peralatan kandang yang
ditemukan granul pada sitoplasma (THOEN, tercemar, maupun dari petugas kandang yang
1997). mengidap penyakit Avian Tuberculosis,
meskipun hingga kini belum ditemukan adanya
laporan penularan dari manusia ke unggas.
Unggas penderita Avian Tuberculosis akan
mencemari lingkungan melalui droplets yang
dikeluarkan pada saat bersin atau batuk, dan
juga melalui feses. Droplets yang mengandung
kuman akan terhisap melalui saluran
pernafasan oleh unggas yang sehat atau tertelan
melalui saluran pencernaan. Di dalam paru-
paru M. avium akan ditangkap oleh makrofag.
M. avium umumnya tahan terhadap proses
fagositosis, sehingga dapat bertahan hidup
Gambar 1. Mycobacterium avium berbentuk batang
dalam makrofag. Selanjutnya kuman akan
Bakteri ini merupakan bakteri tahan asam disebarkan melalui peredaran darah ke organ
dengan pewarnaan Ziehl Neelsen (Gambar 2) lainnya di dalam tubuh, umumnya pada organ
dan termasuk kuman gram positif. M. avium hati, limpa serta saluran pencernaan.
dapat tumbuh pada temperatur 250C sampai
dengan 430C, meskipun suasana yang paling Gejala yang ditimbulkan
disukai pada temperatur 390C sampai dengan
450C. Kuman ini dapat bertahan hidup dalam a. Gejala klinis
jangka waktu yang lama pada tanah atau
lingkungan yang tercemar (PESEK, 1998), Gejala klinis pada infeksi alam tidak
terlihat nyata, biasanya unggas terlihat kurus,
lemah, lesu serta produksi telur turun.
180
Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis
Sedangkan pada infeksi buatan, gejala klinis penyayatan di dalamnya mengandung granul
yang ditimbulkan berupa aktivitas menurun, kecil yang berwarna kuning yang berdiameter
bulu berdiri, dan kematian yang tiba-tiba. 1 mm sampai dengan 2 mm (GERHOLD, 2005).
Sebanyak 50% mengalami kematian dalam 63 Lesi yang ditemukan pada infeksi buatan tidak
hari semenjak diinfeksi. Selain itu juga jauh berbeda dengan infeksi alam yaitu unggas
menyebabkan penurunan rata-rata bobot ayam kurus, tembolok kosong, hepatosplenomegali.
yang diinfeksi sebesar 19% (TELL, 2003). Limpa membesar, pucat dan konsistensi
bergranul. Nodu-nodul yang berwarna putih
b. Perubahan patologi ditemukan menyebar pada parenkim hati dan
limpa (TELL, 2003).
Perubahan patologi yang ditemukan pada Perubahan histopatologi yang ditemukan
infeksi alam umumnya berupa nodul yang pada kalkun yang terinfeksi secara alam oleh
berdiameter mencapai 2 cm yang ditemukan M. avium berupa granuloma yang bersifat
pada organ (TADESSE et al., 2002), terutama multifokal yang merupakan kumpulan sel
saluran pencernaan dan limpa (Gambar 3). raksasa yang mempunyai banyak inti
Pada kalkun ditemukan masa yang berdiameter (multinucleated giant cell) yang mengandung
0,5 cm sampai dengan 3 cm yang tersebar kuman berbentuk batang, bersifat tahan asam
sepanjang parenkim serta pembengkakan dibagian pinggir granuloma (GERHOLD, 2005).
permukaan kapsuler organ hati. Jika dilakukan
A B C
Gambar 3. Nodul-nodul pada organ hati (A); organ limpa (B) dan organ usus (C)
Sumber: (FRIEND, 2005)
Lesi yang ditemukan pada infeksi buatan ditemukan pada lesi tersebut. Serositis
M. avium adalah multifokal nodul-nodul ditemukan yang ditandai dengan adanya multi
makhrofag yang berkelompok, disertai dengan fokal kumpulan makrofag di dalam serosa
atau tanpa nekrosis pada bagian sentral, serta (TELL, 2003).
dikelilingi oleh sel raksasa yang mengandung
banyak inti. Limfosit, plasma sel, heterofil Diagnosa penyakit
serta makrofag dengan jumlah bervariasi
mengelilingi sebagian besar nodul. Diagnosa ditetapkan berdasarkan gejala
Nodul pada hati dan limpa mempunyai ciri klinis maupun patologi yang ditimbulkan,
yang spesifik yaitu mengandung sejumlah ditunjang dengan pewarnaan acid-fast meliputi
besar kuman berbentuk batang tahan asam. Ziehl Neelsen dan Truant. Jika dengan
(TELL, 2003). pewarnaan acid-fast tidak ditemukan bakteri
Lesi pada saluran pencernaan terdiri dari tahan asam, maka harus dilakukan isolasi
nodul histiosit dan kumpulan makrofag kadang bakteri dari organ yang terdapat lesi patologi,
kadang ditemukan pada mukosa intestin, biasanya digunakan hati atau limpa, namun
proventrikulus dan gizard, sedangkan demikian juga dapat digunakan sumsum tulang
granuloma jarang ditemukan. Kuman yang (ANONIM, 2000). Pada hewan yang masih
berbentuk batang yang bersifat tahan asam hidup dapat dilakukan test skreening dengan
dengan jumlah sedikit hingga banyak melakukan uji standar yang secara luas
181
Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis
digunakan pada unggas yaitu tuberculin test. identifikasi kuman dari tinja berbagai jenis
Diagnosa terhadap Avian Tuberculosis burung di kebun binatang Ragunan Jakarta
menggunakan Teknik PCR (Polymerase Chain ditemukan kuman tahan asam jenis atipik,
Reaction), dewasa ini telah dikembangkan namun masih perlu diteliti apakah ada
untuk mendeteksi infeksi Mycobacterium pada diantaranya Mycobacterium avium (HARUN,
sampel organ atau sampel feces burung puyuh 1981).
menggunakan primer yang spesifik untuk gen
yang mengandung 65-kD heat shock protein
(TELL et al., 2003). Demikian juga teknik Penularan infeksi m. Avium pada manusia
Real-Time PCR (Polymerase Chain Reaction)
pernah digunakan untuk mendeteksi M. avium Infeksi Mycobacterium avium pada
pada spesimen yang berasal dari ayam. Teknik manusia dikenal sebagai infeksi Atypical
tersebut mempunyai beberapa keuntungan Mycobacterium atau Infeksi MAC
yaitu lebih cepat dan akurat dibandingkan (Mycobacterium avium Complex) jika
dengan teknik lainnya (TELL et al., 2004). ditemukan bersama-sama dengan
Mycobacterium intracelluler. Seperti pada
unggas manusia dapat tertular Mycobacterium
avium baik melalui saluran pernafasan karena
terhirupnya kuman maupun melalui saluran
pencernaan karena tertelannya kuman bersama
makanan atau minuman yang tercemar.
182
Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis
pasien penderita AIDS meninggal (POZNIAK, dapat memberikan proteksi sebesar 70%
2002). Demikian juga dilaporkan bahwa lebih pada ayam yang ditantang dengan M.avium
dari 95% pasien AIDS terinfeksi oleh M. avium secara intra musculer (THOEN, 1997).
(HARLEY, 2005). Sedangkan penggunaan vaksin inaktif
Menurut data WHO Indonesia merupakan menggunakan M.avium serovar 7 dan 19
penyumbang ke tiga Tuberkulosis (TB) di juga pernah dilakukan namun masih perlu
dunia dengan jumlah penderita baru sebanyak dilakukan penelitian lanjutan untuk
583.000 orang/tahun dan diperkirakan mengetahui efikasi vaksin pada burung-
meninggal sebanyak 140.000 orang/tahun burung eksotik.
(ANONIM, 2005). Oleh karena itu penyakit 4. Pengobatan pada hewan atau unggas tidak
TBC menjadi perhatian serius dari berbagai dianjurkan karena penyakit bersifat
negara termasuk Indonesia, terutama karena zoonosis serta pengobatan memerlukan
adanya ancaman epidemi HIV/AIDS di masa waktu yang lama dan biaya mahal.
mendatang (GIRSANG, 2003). Terindikasi 5. Pengobatan pada manusia umumnya
bahwa penderita AIDS di Indonesia mengalami menggunakan antibiotik seperti rifampicin
peningkatan, namun kasus infeksi yang cukup baik digunakan untuk
Mycobacterium avium pada penderita AIDS di pengobatan atypical Mycobacterium
Indonesia belum diketahui., karena belum (MISNADIARLY et al., 2003). Selain itu juga
ditemukan adanya laporan kejadiannya. dapat digunakan isoniazid, ethionamide,
Umumnya diagnosis terhadap TB yang ethambutol dan pirazinamide.
dilakukan di Puskesmas berdasarkan hasil
pemeriksaan bakteri tahan asam (BTA) pada
sputum penderita (GITAWATI et al., 2002; KESIMPULAN DAN SARAN
GIRSANG et al., 2002), sehingga tidak menutup
kemungkinan bahwa kasus TBC di Indonesia Kasus infeksi Mycobacterium avium pada
juga disebabkan oleh Mycobacterium lainnya. unggas dan pada manusia di Indonesia jarang
Dugaan tersebut didasarkan pada hasil sekali di laporkan, terbatas di daerah tertentu
penelitian MISNADIARLY et al. (1985) bahwa dan merupakan kasus lama. Namun penyakit
pada sputum pasien (BTA +) di daerah ini perlu diwaspadai karena kasus AIDS di
Semarang dan Surabaya terdeteksi Atypical Indonesia terus meningkat, sehingga
Mycobactrium, diantaranya terdeteksi M. kemungkinan kasus infeksi Mycobacterium
avium sebanyak 2,54%. avium pada penderita AIDS di Indonesia juga
meningkat. Oleh karena itu perlu dilakukan
penelitian tingkat kejadian pada unggas dan
PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN
manusia, sehingga dapat diantisipasi agar tidak
terjadi wabah.
1. Untuk menghindari wabah yang meluas
dianjurkan untuk melakukan stamping out
bagi unggas atau hewan yang positif DAFTAR PUSTAKA
terhadap test tuberkulin. Kandang yang
tercemar dibersihkan, didesinfeksi dan ANONIM, 2000. Manual of Standards for
sebaiknya tidak digunakan dalam jangka Diagnostik Test and Vaccines. List A and B
waktu minimal 6 bulan. diseases of mammals, birds and bees. Office
2. Kontak antara manusia penderita Avian International des Epizootiz. World
Organisation for Animal Diseases. Pp.718-
Tuberculosis dengan unggas harus
725.
dihindarkan, oleh karena itu petugas
kandang harus bebas penyakit ini, atau ANONIM, 2005. Permasalahan Tuberkulosis Kini,
bukan orang yang rentan untuk tertular Masa Datang dan Penanggulangannya.
penyakit ini. http://www.litbang.depkes.go.id/download/PE
RMASALAHAN%20TB%20KINI.ppt (21
3. Vaksinasi pada ayam pernah dilakukan
Juni 2005)
dengan memberikan vaksin in akti maupun
vaksin aktif. Penggunaan vaksin aktif FRIEND, M. 2005. Tuberculosis. http://www.
dengan M. intracellulare serovar 6 (M. nwhc.usgs.gov/pub-metadata/field-manual/
avium serovar 6) yang diberikan secara oral chapter-8pdf (21 Juni 2005)
183
Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis
GERHOLD, R.W. and J.R. FISCHER. 2005. Avian MISNADIARLY, A.S., L.H. SIREGAR, C.H.
Tuberculosis in a Wild Turkey. Avian Dis. SIMANJUTAK, P. CYNTHIA and DORKAS.
49:164-166. http://www.aaap.info (21 Juni Atypical Mycobacteria infection in extra
2005). pulmonary tuberculosis disease in some
hospital in Jakarta and Bandung, Indonesia.
GITAWATI, R. dan N. SUKASEDIATI. 2002. Studi Medika. 27: 425-429.
kasus hasil pengobatan tuberkulosis paru di 10
puskesmas di DKI Jakarta 1996-1999. Cermin PAVLIK, I., P. SVASTOVA, J. BART, L. DVORSKA, and
Dunia Kedokteran. 137: 17-20. I. RYCHLIK. 2000. Relationship between IS901
in the Mycobacterium avium complex strains
GIRSANG, M., SUMARLI, YULIANTI, P. NURENDAH isolated from birds, animals, humans and the
dan GENDROWAHYUHONO. Quality control environment and virulence for poultry.
pemeriksaan mikroskopis TB di puskesmas Clinical and Diagnostik Lab. Immunol.
rujukan mikroskopis (PRM). Cermin Dunia 7(2):212-217.
Kedokteran. 137:8-11.
PESEK, L., 1998. Avian Tuberculosis. Zoonotic
GIRSANG, M., 2003. Mycobacterium Tuberculosis Diseases-Part III. Bird to human
dan pengaruhnya terhadap adanya infeksi HIV Transmission. http://www.birdsways.com/
(Human Immuno deficiency Virus) Pada wisdom/ (27 Juni 2005).
Manusia. Media Litbang Kes 13(3):48-53.
POZNIAK 2002. Mycobacterial Diseases and HIV. J
GONZALES, M. A.R. BERTOS, I.GIMENO, J.M. HIV Ther. 7(1):13-16. (Abstrak).
FLORES, and M. PIZARRO. 2002. Outbreak of http://www.ncbi.nih.gov./ (21 Juni 2005)
Avian Tuberculosis in 48-Week-Old
Commercial Layer HenFlock. Avian Dis.: STYLES, D.K., 2005. Avian Tuberculosis: The
46:1055-1061. (22 Juni 2005) Disease and Its Management.
http://www.internationalparrotletsociety.org/a
HARLEY, W.B., 2005. Mycobacterium avium- viantb.html-26k (21 Juni 2005)
Intracelluare. http://www.eMedicine-
Mycobacterium Avium-Intracellulare/ (22 TELL, L.A., L. WOODS, J. FOLEY, M.L. NEEDHAM and
Juni 2005) R.L. WALKER. 2003. A model of Avian
Mycobacteriosis: Clinical and Histopathologic
HARRIS, J.M., 2005. Tuberculosis findings in Japanese Quail (Cortunix cortunix
(Mycobacteriosis). http://www.southcom. japonica) Intravenously Inoculated with
com.av/ (27 Juni 2005). Mycobacterium avium. Avian Dis. 47:433-
HARUN, B.M.H. 1981. Isolasi dan identifikasi 443. http://www.aaap.info (21 Juni 2005)
kuman tahan asam dari tinja berbagai jenis THOEN, C.O. 1997. Tuberculosis. In Disease of
burung kebun binatang Ragunan Jakarta. Poultry. Tenth edition. Edited By. B.W.
Kumpulan Makalah Seminar Mikrobiologi II. CALNEK, H.J.BARNES, C.W. BEARD, L.R.
Jogyakarta, 5-7 April 1978. Perhimpunan MCDOUGALD, and Y.M.SAIF. pp. 167-178.
Mikrobiologi Indonesia.
TADESSE, S., M. WOLDEMESKEL, B. MOLLA, M.
KEARNS, K.S., 2003. Avian Mycobacteriosis. Recent TIBBO, D. KIDANE, G. MEDHIN and S.
Advances in Avian Infectious Diseases. BRITTON. 2002. Avian Mycobacteriosis in
International Veterinary Information Service, Domestic Chickens from selected Agro-
Ithaca NY. http://www.ivis.org/ (27 Juni climatic Regions in Ethiopia. The Inter.J.of
2005). Appl. Res.in Vet.Med. 2 Iss 1.
MISNADIARLY, 1985. Infeksi Mycobacteria atypical http://www.jarvm.com/articles (21 Juni 2005).
http://digilib.litbang.depkes.go.id. (22
September 2005).
184
Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis
PERTANYAAN
JAWABAN
1. Mycobacterium avium dapat menginfeksi manusia dewasa yang menyebabkan gangguan pada
sistem pernafasan karena adanya kerusakan pada paru-paru. Sedangkan pada anak-anak
kelainan yang ditimbulkan umumnya berupa limfadenitis. Infeksi Mycobacterium avium dapat
mengakibatkan kematian terutama pada penderita AIDS.
2. Manusia dapat tertular terutama manusia yang mengalami penurunan daya tahan tubuh seperti
penderita AIDS atau pasien yang menerima pengobatan dengan steroid.
Sampai sejauh ini belum ditemukan laporan adanya penularan ke Manusia dan ke hewan
mamalia lain seperti kera.
185