Anda di halaman 1dari 10

KOLIBASILOSIS PADA AYAM

Kolibasilosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Escherichia coli. Penyakit kolibasilosis
merupakan penyakit yang biasanya menyerang unggas dan sangat menular. Penyakit ini menyerang unggas terutama ayam, baik ayam petelur
maupun ayam pedaging. Penyakit kolibasilosis meyerang unggas di semua umur baik yang masih muda maupun yang sudah tua, tetapi lebih
sering menyerang ayam di usia tua. Penyebabnya adalah karena kurangnya kebersihan kandang dan sanitasi yang buruk.
Dalam jurnal yang ditulis oleh Tarmudji, Balai Penelitian Veteriner Bogor disebutkan bahwa kolibasilosis mempunyai arti ekonomi
penting bagi industri perunggasan, karena dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan, penurunan produksi, peningkatan jumlah ayam yang
diafkir, penurunan kualitas karkas dan telur, serta, kualitas anak ayam (doc). Di samping itu, adanya infeksi E. coli dapat merupakan
faktor pendukung timbulnya penyakit komplek pada saluran pernafasan, pencernaan atau reproduksi yang sulit ditanggulangi (TABBU,
2000).
Kasus kolibasilosis telah dilaporkan di berbagai negara di dunia. Di Indonesia, penyakit ini menginfeksi ayam pedaging maupun
petelur di berbagai daerah. GORDON dan POERNOMO (1976) melaporkan tentang adanya dua kasus koliseptikemia dari 455 sampel
(0,4%) yang diperiksa di Balai Penelitian Veteriner (Balitvet) selama satu tahun (Maret 1973 sampai dengan Februari 1974). Selanjutnya
kasus koliseptikemia pada unggas dilaporkan meningkat menjadi 5,8% (65 kasus dari 1.115 sampel) pada tahun 1974−1979 (POERNOMO
dan HARDJOUTOMO, 1980).

1. Etiologi

Bakteri E. coli masuk ke dalam golongan bakteri gram negatif yang berbentuk batang dan tidak membentuk spora. Bakteri E. coli
berukuran 2−3 x 0,6 µm (GORDON dan JORDAN,1982).
Bakteri E. coli dapat ditemukan pada berbagai infeksi pada hewan dan merupakan agen primer atau sekunder dari infeksi tersebut.
Berdasarkan penyakit yang ditimbulkannya, E. coli dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu oportunistik dam enteropatogenik atau
enterotoksigenik.
E. coli yang bersifat oportunistik, artinya dapat menyebabkan penyakit dalam keadaan tertentu, misalnya kekurangan makanan atau
mengikuti penyakit lain. Sedangkan E. coli yang bersifat enteropatogenik/ enterotoksigenik artinya bakteri ini mempunyai antigen
perlekatan dan memproduksi enterotoksin sehingga dapat menimbulkan penyakit. (LAY dan HASTOWO, 1992).
Ada tiga macam struktur antigen yang penting dalam klasifikasi E. coli. Pertama, antigen O (Somatik), kedua antigen K (Kapsel) dan
ke t i ga antigen H (Flagella) (GUPTE, 1990; LAY dan HASTOWO, 1992). Determinan antigen (tempat aktif suatu antigen) O terletak
pada bagian liposakarida, yang bersifat tahan panas dan dalam pengelompokannya diberi nomor 1,2,3 dan seterusnya. Antigen K adalah
polisakarida, bersifat tidak tahan panas dan berinterferensi dengan aglutinasi O, sedangkan antigen H mengandung protein dan terdapat pada
flagella yang bersifat termolabil. Pada saat ini telah diketahui ada 173 grup serotipe antigen O, 74 jenis antigen K dan 53 jenis antigen H
(BARNES dan GROSS, 1997).
Serotipe yang paling banyak menyebabkan penyakit pada unggas adalah O1, O2, O35 dan O78 (TABBU,2000). Tiga serotipe O1, O2
dan O78 : O80 merupakan serotipe yang paling banyak ditemukan pada unggas ketika terjadinya wabah kolibasilosis (CHARLTON et al,
2000). Ketiga serotipe tersebut yang banyak menimbulkan koliseptikemia pada ayam. E. coli masuk ke dalam sirkulasi darah dan pernafasan
ayam, menyerang berbagai jaringan di dalamnya. Biasanya setelah itu diikuti dengan penyakit lainnya yang menyerang saluran cerna dan
pernafasan ayam.
POERNOMO et al. (1992a) melaporkan bahwa O1, O2 dan O78 : O80 ada di Indonesia dan pernah ada dalam isolasi ayam yang terkena
koliseptikemia. Isolat E. coli ini diperoleh dari sampel organ tubuh ayam pedaging dan petelur (hati, jantung, limpa, kantong udara, usus
buntu dan organ lain yang mengalami kelainan) dan sampel lain ( pakan, air dan litter) yang berasal dari peternakan ayam di lima wilayah
Jawa dan Bali.
O1, O2 dan O78 juga dapat diisolasi dari ayam penderita selulitis (GOMIS et al. 2000). Pada ayam pedaging, bakteri penyebab selulitis
ini, berasal dari litter yang menginfeksi tubuh ayam melalui luka/goresan pada kulit dada dan sekitarnya (MACKLIN et al., 1999). Pada
waktu masih hidup, ayam nampak normal dan kejadian selulitis ini baru diketahui pada saat pemotongan ayam (CHARLTON et al., 2000).
2. TANDA PENYAKIT DAN DIAGNOSA

Ayam yang terserang kolibasilosis, umumnya memperlihatkan tanda-tanda khusus yaitu kurus, bulu kusam, nafsu makan menurun dan
murung. Pertumbuhannya terganggu, diare, bulu kotor atau lengket di sekitar pantatnya (AKOSO, 1993). Di lapangan, kolibasilosis lebih
dikenal dengan bentuk-bentuk khusus yang menonjol pada suatu kasus tertentu, misalnya infeksi yolk sac, omfalitis, koligranuloma, dan
sebagainya.
Kolibasilosis pada ayam, baik pedaging maupun petelur jarang menyerang secara tunggal, umumnya bersama-sama penyakit lain.
Kolibasilosis menyerang bersama penyakit Newcastle Disease (ND), Swollen Head Syndrome (SHS), Chronic Respiratory Disease (CRD),
Salmonellosis, Malaria dan Aspergillosis. Tapi meskipun penyakit kolibasilosis ini istilahnya hanya nimbrung saja tetapi tingkat keparahnnya
paling tinggi. Maka dari itu, TABBU (2000), menyebut E. coli sebagai “opportunate pathogens”, karena penyakit yang ditimbulkannya
bersifat sekunder mengikuti penyakit lainnya.
Kolibasilosi pada ayam meliputi peritonitis, radang kantung udara, osteomielitis, sinovitis, infeksi kantong kuning
telur,salphingitis,omphalitis,meningitis.
Diagnosa dapat dilakukan apabila ayam telah menunjukkan ciri-ciri yang disebutkan di atas, tetapi untuk hasil yang lebih akurat pemeriksaan
di laboratorium lebih di sarankan.

Gambar Organ Tubuh Ayam Yang Terinfeksi Kolibasilosis


Terjadi akumulasi gas pada lambung dan usus
Terjadi pendarahan pada Trakea

Terjadi pendarahan pada paru-paru


Kondisi paru-paru saat terjadinya pendarahan
3. PATOGENESIS DAN PENULARAN

Penyebab utama terjadinya kolibasilosis pada ayam adalah kurangnya kebersihan kandang, sanitasi yang buruk, stress serta penyakit lain
yang lebih dulu menginfeksi ayam tersebut. Septicemia pada ayam diawali dengan masuknya sel bakteri E. coli pada tubuh ayam bisa melalui
makanan ataupun kondisi kandang yang kotor, setelah itu bakteri tersebut membentuk toksin pada organ tubuh ayam sehingga ayam tersebut
mengalami radang.
Strain E. coli Patogen
 Enterotoxigenic E.Coli (ETEC) : produksi toksin, mengadakan perlekatan pada vili usus
 Enteropatogenic E.Coli (EPEC) : perlekatan pada epitel usus yang tidak bervili
 Enteroinvasive E.Coli (EIEC) : menginvasi ke jaringan / organ penderita

 Enterohemoragic E.Coli (EHEC) : menghemolisa darah.

Cara Penularan Penyakit Kolibasilosis

• Feco – oral route oleh feces infektif

• Vertikal dan horisontal.

• Droplet – nuclei dan debu


• Perinhalasi

• Kumbang hitam dws (Alphitobius diaperanus)

sebagai vektor mekanik.

4. PENGENDALIAN DAN RELEVANSINYA DENGAN KESEHATAN MANUSIA

Pengendalian penyakit kolibasilosis dapat dilakukan dengan pengobatan dan menjaga kebersihan dan sanitasi kandang. Berbagai jenis
antibiotika dan obat-obatan telah digunakan untuk pengobatan kolibasilosis, beberapa diantaranya adalah: tetrasiklin, neomisin, obat-
obat sulfa, fluoroquinolone dan sebagainya (CHARLTON et al., 2000). Tetapi obat-obatan tersebut hanya bisa befungsi maksimal ketika
masih infeksi ringan sedangkan ketika infeksi sudah berat, jarang yang berhasil menggunakan obat -obatan tersebut. AKOSO (1993)
berpendapat bahwa, pengobatan kolibasilosis dimulai dari perbaikan sanitasi lingkungan, pakan dan air. Apabila terjadi septikemia, dapat
digunakan nitrofuran, dan neomisin bila terjadi diare dan radang usus.

Begitupun bagi kesehatan manusia, hewan ternak yang sudah terinfeksi bakteri E. coli tidak dapat di konsumsi lagi. Karena
dikhawatirkan akan menimbulkan efek yang buruk bagi kesehatan manusia. Selain itu, dalam hal pengobatan ternak yang mengalami
kolibasilosis petugas kesehatan hewan atau peternak yang melakukan pengobatan harus berhati-hati agar tidak terkontaminasi penyakitnya.
Ada baiknya jika ada ayam yang dicurigai terkena kolibasilosis segera di isolasi supaya mengurangi tingkat penularannya. Meskipun pada
manusia bakteri E. coli tidak menyebabkan kematian, akan tetapi jika sudah menginfeksi hewan ternak terutama ayam dan diperparah dengan
timbulnya penyakit lain setelah kolibasilosis kita patut berhati-hati. Karena kolibasilosis dapat memudahkan timbulnya penyakit-penyakit lain
pada ayam.

Anda mungkin juga menyukai