PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Tujuan dari pembuatan paper ini adalah :
1.3.1. Untuk mengetahui definisi dari penyakit kolibasilosis.
1.3.2. Untuk mengetahui etiologi penyakit kolibasilosis pada babi.
1
1.3.3. Untuk memahami gejala klinis penyakit kolibasilosis.
1.3.4. Untuk mengetahui pathogenesis dari penyakit kolibasilosis.
1.3.5. Untuk memahami diagnosa penyakit kolibasilosis pada babi.
1.3.6. Untuk mengetahui pencegahan dari penyakit kolibasilosis.
1.4. Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh yaitu :
1.4.1. Dapat menambah wawasan mengenai penyakit kolibasilosis
yang dapat mengancam hewan ternak.
1.4.2. Dapat sebagai acuan pembelajaran mengenai ilmu penyakit
bakteri dan jamur.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kolibasilosis
Kolibasilosis merupakan penyakit yang menyerang hewan, terutama pada
usia muda dan disebabkan oleh bakteri E.coli yang patogen atau EPEC
(Entero Pathogenic E.coli). Kolibasilosis sangat dipengaruhi oleh keadaan
2
lingkungan seperti kebersihan dan juga kepadatan kandang. Pada kandang
yang sesak serta kurangnya pengelolaan menyebabkan penyakit ini mudah
menular. Penyakit ini berkembang cepat dengan derajat kematian yang tinggi
pada semua spesies. Pada anak sapi mencapai 25-30%, pada anak kuda
mencapai 25% dan yang paling tinggi pada anak babi yaitu 50% (Wiryawan,
2010).
Gambar 2.1
Kolibasilosis yang menyerang anak babi
2.2 Sumber
Etiologi: https://www.wattagnet.com/articles/30255-colibacillosis-in-pigs-vaccinate-or-
medicate?v=preview
Umumnya, Colibacillosis merupakan penyakit pada hewan, terutama
menyerang anak babi yang disebabkan oleh bakteri Escherichia coli (E.Coli).
E.Coli penyebab Colibacillosis adalah bakteri berbentuk batang berukuran 0,5
x 3,0 mikrometer yang secara normal ada di saluran pencernaan, gram
negative, motil dan tidak membentuk spora. Bakteri ini tidak selalu berbentuk,
melainkan dapat dijumpai dengan bentuk coccoid bipolar hingga filament
(Rahmawandani, Fitri Irawan; Kardena, I Made; Berata, I Ketut.2014)
3
Gambar 2.2
Bakteri Escherichia Coli.
Sumber : http://www.asmscience.org/content/education/imagegallery/image.2871
2.3 Gejala Klinis
Colibacilosis sering menyerang anak-anak babi umur 1-3 hari. Bentuk
septisemik ditandai kematian mendadak dalam waktu 24 jam tanpa gejala
klinis. Sedangkan gejala klinis yang timbul pada umumnya yaitu :
2.4 Pathogenesis
Berdasarkan hasil penelitian patologi anatomi diketahui bahwa teramati
adanya distensi usus dan pembengkakan pada usus halus babi Landrace yang
terinfeksi kolibasilosis baik pada umur babi sebelum maupun setelah disapih.
4
Hal ini sejalan dengan pernyataan Pfizer (1990) tidak ada perubahan patologi
anatomi yang spesifik pada babi muda maupun dewasa yang terserang
kolibasilosis, perubahan yang nyata terlihat hanya inflamasi dan distensi usus
halus. Kebengkakan terjadi sebagai akibat dari filtrat plasma yang
berakumulasi di daerah interstitium dari jaringan usus yang mengalami
peradangan. Distensi usus terjadi akibat akumulasi cairan dan gas bertambah
di dalam usus.
2.4A 2.4B
5
usus babi yang terinfeksi kolibasilosis.
Kerusakan organ usus halus berupa kongesti, infiltrasi sel-sel radang pada
usus halus halus babi Landrace sebelum dan setelah disapih disebabkan oleh
bakteri E. coli yang menempel pada usus halus. Bakteri E. coli yang
mempunyai vili akan menempel pada usus halus, kemudian akan melepaskan
enterotoksin yang mengakibatkan terjadi penurunan absorbsi natrium dan
lumen usus meregang serta terjadi peningkatan peristaltik usus yang
menimbulkan terjadinya diare (Buxton and Fraser, 1977).
2.5 Diagnosa
Cara mendiagnosa suatu penyakit maka hal-hal yang harus dilakukan
yaitu:
2.5.1. Anamnesis
Melakukan tanya jawab guna mengetahui informasi lebih lanjut
sehingga dapat menunjang diagnose kita terhadap suatu penyakit
6
yang diderita oleh pasien. Apabila pasien tidak dapat merespon
pertayaan maka pertanyaan dapat di ajukan kepada kerabat atau
pemilik ternak.
2.5.2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik wajib dilakukan agar tidak terjadi kesalahan
dalam mendiagnosa. Dalam kasus penyakit kolibasilosis dapat
dilihat melalui gejala klinisnya. Gejala yang khas adalah mencret
berwarna putih. sehingga penyakit ini sering disebut dengan white
scours atau diare putih. Kerugian yang timbul akibat kolibasilosis
yaitu menurunnya berat badan, pertumbuhan terhambat, dan jika
tidak segera ditangani menimbulkan kematian (Francis, 1999).
Diare pada hewan muncul akibat dilepaskannya enterotoksin yang
mengakibatkan menurunnya absorbsi NaCl sedangkan sekresi
Chlorida meningkat. Dengan adanya enterotoksin akan berakibat
menurunnya absorbsi natrium pada usus dan lumen usus meregang
yang diikuti dengan peningkatan peristaltik usus sehingga terjadi
diare. Dari gejala klinis kita dapat mendiagnosa suatu penyakit
tersebut.
2.5.3. Pemeriksaan lanjutan
Pemeriksaan lanjutan disini dapat dilakukan identifikasi lanjutan
disini dapat melakukan penelitian tertentu guna menunjang suatu
diagnose kita. Pada kasus kolibasilosis dapat dilakukan penelitian
mengenai patologi pada usus halus anak babi. Patologi
kolibasilosis dapat diamati pada bagian usus, terutama usus halus.
Perubahan patologi anatomi yang terlihat pada usus halus adalah
adanya distensi usus halus. Kongesti maupun hiperemi akan
teramati pada saluran pencernaan hewan yang terinfeksi. Selain itu
dapat juga dilakukan identifikasi melalui uji identifikasi. Uji
identifikasi yang dapat dilakukan yaitu :
a. Melalui media selektif, ambil sample dari organ yang
meradang (usus halus) lalu swap dan tumbuhkan bakteri
pada media EMBA (eosin methylene blue agar) positif bila
menghasilkan warna hijau metalik. Selain EMBA dapat
juga melalui media Mac Conkey Agar atau SSA
7
(salmonella shigella agar) positif bila menghasilkan warna
merah muda.
2.5.3 I 2.5.3 II
Gambar 2.5.3 b
c. Uji pewarnaan gram hasil yang diperoleh yaitu merah
Bakteri E.coli pada Uji TSIA
akibat gram negative.
8
Gambar 2.5.3 c
Bakteri E.coli pada Uji Pewarnaan Gram
2.6 Penanggulangan
Upaya yang dapat dilakukan guna untuk menanggulangi penyakit
kolibasilosis yaitu dengan cara memperhatikan manajemen sanitasi kandang
ternak babi. Bersihkan kandang secara teratur merupakan langkah mudah
untuk mengatasi penyakit kolibasilosis. Manajemen kandang berperanan
terhadap kejadian suatu penyakit. Kandang yang memiliki tingkat higienitas
rendah cenderung memudahkan perkembangbiakan agen penyakit. Kandang
yang tidak memiliki sistem drainase yang baik pada kandang babi, dapat
menyebabkan tergenangnya air yang bercampur dengan kotoran babi.
Keadaan seperti ini dapat mempermudah perbanyakan kuman, tak terkecuali
kuman coli yang patogen (Kardena, I Made; Suarjana, I Gusti Ketut; Udayani,
Putri, 2012). Setelah memperhatikan sanitasi kandang tidak lupa pula
memperhatikan kualitas pakan ternak seperti yang kita tau kuman dapat hidup
dan berkembang dimana saja termasuk pada pakan ternak. Selain lingkungan
ternak, ternakpun harus diperhatikan berikan ternak vitamin dan antibiotik
secara berskala agar memperkuat daya tubuh ternak itu sendiri. Untuk
pemberian antibiotik telah dilakukan penelitian pada tahun 2012 di Desa
Sudimara adapun hasil yang diperoleh yaitu Kuman E. coli sebagai penyebab
kolibasilosis pada babi muda di Desa Sudimara menunjukkan 100 % resisten
terhadap antibiotik oksitetrasiklin dan streptomisin. Kuman E. coli sebagai
penyebab kolibasilosis pada babi muda di Desa Sudimara menunjukkan 60 %
intermediate, 10 % resisten dan 30 % sensitif terhadap antibiotik kanamisin.
Kuman E. coli sebagai penyebab kolibasilosis pada babi muda di Desa
9
Sudimara menunjukkan 80 % sensitif dan 20 % resisten terhadap antibiotik
gentamisin (Bhaskara, I Bagus Made; Budiasa, I Ketut; Tono PG, Ketut,2012).
Untuk menghambat pertumbuhan bakteri E.coli dapat menggunakan
perasan daun sirsak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perasan daun sirsak
(Annona muricata Linn) mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan
bakteri E.coli dan aktivitas tertinggi terdapat pada konsentrasi 100% yaitu
sebesar 10,325 mm dan aktivitas terendah pada konsentrasi 25% yaitu sebesar
7,25 mm. Semakin tinggi konsentrasi air perasan daun sirsak maka akan
meningkatkan pula diameter daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri E.
coli (Permatasari, Gusti Agung Ayu; Besung, I Nengah Kerta; Mahatmi,
Hapsari, 2013)
BAB III
3.1 Kesimpulan
Kolibasilosis merupakan penyakit yang rentan terjadi pada ternak usia
muda yang disebabkan oleh bakteri E.coli yang patogen. Gejela klinis yang
paling umum terjadi yaitu diare. Penyakit ini dapat menyebabkan diare yang
berlebihan, pembengkakan pada saluran pencernaan (usus halus) hingga
kematian. Untuk mendiagnosa dapat dilakukan uji-uji identifikasi. Pencegahan
untuk kolibasilosis dapat dilakukan dengan memelihara atau memanajemen
sanitasi kandang dengan baik.
3.2 Saran
Sebagai calon dokter hewan sebaiknya memahami penyakit yang dapat
menyerang hewan, apabila sudah memahaminya kita juga dapat melakukan
penyuluhan terhadap penyakit tersebut sehingga penyakit ini dapat dicegah.
10
DAFTAR PUSTAKA
Besung, I Nengah Kerta. 2010. Kejadian Kolibasilosis Pada Anak Babi. Majalah
Ilmiah Peternakan. Vol. 13, No. 1.
Bhaskara, I Bagus Made; Budiasa, I Ketut; Tono PG, Ketut. 2012. Uji Kepekaan
Escherichia coli sebagai Penyebab Kolibasilosis pada Babi Muda
terhadap Antibiotika Oksitetrasiklin, Streptomisin, Kanamisin dan
Gentamisin. Indonesia Medicus Veterinus 2012 1(2). Hal 186-201
Kardena, I Made; Suarjana, I Gusti Ketut; Udayani, Putri. 2012. Studi Kasus
Perhitungan Tingkat Morbiditas, Mortalitas, dan Fatalitas Kolibasilosis
pada Babi yang Dipelihara Semi-intensif. Buletin Veteriner Udayana. Vol.
4 No.1.Hal 17-22
11