SPERMATOGENESIS
Disusun oleh:
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GARUT
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur mari kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, bahwasanya atas
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan laporan praktikum reproduksi
ternak “Spermatogenesis” ini. Ucapan terimakasih selalu saya haturkan kepada
kedua orangtua yang senantiasa mendidik dan membesarkan dengan penuh kasih
sayang.
Saya pun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Oleh karena itu, kritik dan saran
membangun sangat diperlukan untuk perbaikan penulisan kedepannya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat terutama bagi saya pribadi dan umumnya bagi
kita semua.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui dan mampu menjelaskan
dan mengetahui bagaimana bentuk sperma serta membedakan sperma normal dan
abnormal .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sperma merupakan sel yang terdiri dari kepala dan ekor. pada spermatozoa
mencit , kepala membentuk struktur seperti bulan sabit (falciform). bagian ekor
merupakan bagian paling panjang pada spermatozoa, terdiri dari bagian leher,
bagian tengah dan bagian utama, juga terdapat bagian paling ujung. Bentuk
sperma pada sapi adalah Kepala pearshaped (pyriform). Bentuk kepala
pearshaped atau pyriform menyerupai buah pear atau dayung, di mana daerah
akrosom (anterior) tampak penuh berisi kromatin atau membesar, sedangkan
postacrosom sempit sedikit memanjang dengan batas yang jelas antara daerah
anterior dan posterior Secara umum sperma memiliki bagian dan struktur yang
sama. Pada sperma manusia kepala berbentuk lebih oval dan agak runcing
sedangkan sperma mencit berbentuk seperti pengait.
(Wibisono. H, 2006)
2.3 Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah perkembangan dari bakal sel kelamin jantan
menjadi sperma yang masak. Spermatogenesis terjadi di tubulus
seminiferus dan diatur oleh hormon gonadotropin dan testosteron.
Tahapan spermatogenesis dimulai dengan pembelahan
spermatogonium menjadi spermatosit primer (pembelahan mitosis),
tahap berikutnya spermatosit primer menjadi spermatosit sekunder
tahapan ini disebut pembelahan meiosis I, selanjutnya spermatosit
sekunder menjadi spermatid yang selanjutnya disebut pembelahan
meiosis II, spermatid kemudian berkembang menjadi spermatozoa.
Frandson (1995) menyatakan bahwa spermatogenesis
meliputi serangkaian tahapan dalam pembentukan spermatozoa, yaitu
spermatogonia dimana sel membelah secara mitosis yang menghasilkan
sel-sel akan berjumlah kromosom sama dengan induk. Spermatosit
primer adalah hasil pembelahan spermatogonia yang membelah secara
meiosis menjadi spermatosit sekunder. Spermatosit sekunder
berkembang menjadi spermatid dan berkembang menjadi sperma.
2.3.1 Spermatocytogenesis
Tahap spermatocytogenesis ini juga dinamakan sebagai tahap poliferasi sel
atau perbanyakan sel. Spermatogonia selanjutnya akan mengalami peristiwa
mitosis berkali-kali sehingga berubah menjadi spermatogonia yang siap
mengalami proses meiosis. Spermatogonia asal yang mengalami peristiwa
poliferasi ini disebut sebagai spermatogonium tipe A dan sebagai hasil poliferasi
tersebut spermatogonium tipe B. Spermatogonium tipe A mempunyai ciri-ciri
berinti lonjong dan nukleus terletak dipinggir. Spermatogonium tipe B ini
memiliki inti yang berbentuk bundar dan nukleus terletak ditengah.
Spermatogonium tipe B bermitosis lagi menjadi spermatosit 1(Nurhayati,2004).
Meiosis
Spermatosit 1 selanjutnya bergerak menjauhi daerah lamina
basalis, jumlah sitoplasma menjadi semakin banyak. Selanjutnya
spermatosit 1 ini segera mengalami proses meiosis. Pada proses meiosis 1
spermatosit 1 akan menempuh fase leptoten, zigoten, pakiten, diploten,
dan diakinesis dari profase lalu metafase, anafase, dan telofase. Proses
sitokinesis pada tahap meiosis 1 dan tahap meiosis II tidak membagi sel
benih lengkap terpisah, akan tetapi masih berhubungan dengan sesamanya
lewat suatu jembatan, yang disebut sebagai intercellular bridge. Lewat
jembatan ini komunikasi sel bertetangga dapat
berlangsung(Nurhayati,2004).
Spermatozoa
Sel spermatozoon terdiri dari bagian kepala (yang tersusun
akrosom yang terletak dibagian ujung dan tersusun atas satu set kromosom
yang bersifat haploid yang kompak,inaktif, dan statis), bagian leher yang
tersusun oleh mitokondria dan sentriol tunggal, serta bagian ekor. Bagian
kepala berfungsi sebagai penerobos jalan masuk menuju ke ovum, dan
membawa bahan genetik yang diwariskan. Bagian ekor spermatozoon
berfungsi untuk pergerakan spermatozoon menuju ke tempat pembuahan
dan untuk mendorong kepala menerobos selaput ovum (Nurhayati,2004).
Didalam kepala terdapat inti akrosom. Inti mengandung bahan
genetis sedangkan akrosom mengandung berbagai enzim lisis
(Nurhayati,2004). Bagian leher merupakan penghubung kepala dan ekor.
Bagan tengah midlepiece memiliki teras yang dinamakan axonem.
Midlepiece terdiri dari 9 duplet mikrotubul radial dan 2 singlet mikrotubul
sentral. Dibagian luar axonem mitokondria bersambung-sambung dalam
susunan spiral dan rapat, membentuk selubung axonem bersama dense
fiber. Bagian ekor berporoskan pada flagellum, memiliki rangka dasar
yang disebut axonem (Nurhayati,2004).
BAB III
3.1 Alat
1. Mikroskop
2. Gelas Objek
3. Straw
3.2 Bahan
Metode pada praktikum ilmu reproduksi ternak materi sel gamet jantan
dengan menyiapkan alat berupa aquades untuk men-thawing, mengambil straw
dari kontainer berisi nitrogen cair, kemudian memasukkaanya kedalam akuades
selama 30 detik. Memotong ujung straw pada satu sisi kemudian
mengarahkannya pada object glass dan memotong ujung satunya, kemudian
menutup object glass dan mengamatinya di bawah mikroskop. Menyebutkan dan
menjelaskan bagian serta fungsi-fungsinya.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
https://www.academia.edu/36179321/Laporan_Praktikum_Spermatogenesis_dan_
Sperma_Ternak
https://www.academia.edu/8577229/LAPRAK_Pengamatan_Sperma_Hewan_5
https://www.academia.edu/11400459/Laporan_sperma_FFFIX
https://www.scribd.com/doc/307161752/Laporan-Resmi-Praktikum-Sperma