Anda di halaman 1dari 30

PROGRAM PENGENDALIAN KOKSIDIOSIS PADA AYAM

BROILER DI KABUPATEN KUNINGAN

Oleh:

Adita Novianti, SKH B94184302


Nur Wicaksana Putra, SKH B94184339

Dosen Pembimbing:

Drh Ardilasunu Wicaksono, MSi

LABORATORIUM EPIDEMIOLOGI
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
IPB UNIVERSITY
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Koksidia merupakan penyakit saluran pencernaan yang disebabkan oleh
protozoa Eimeria sp. Penyakit ini sering menginfeksi ayam broiler (Michels et al.
2011). Kasus koksidiosis seringkali ditandai dengan terjadinya diare berdarah
pada ayam. Dampak yang ditimbulkan akibat penyakit ini yaitu pertumbuhan
tidak optimal, bobot badan rendah, efisiensi penyerapan nutrisi pakan rendah, dan
biasanya menimbulkan perlukaan pada usus, serta kematian.
Kasus koksisiosis tersebar luas di seluruh dunia dan menyebabkan kerugian
ekonomi yang besar pada peternakan ayam. Kejadian penyakit ini tersebar di
seluruh wilayah Indonesia dan menyerang berbagai ayam, termasuk ayam broiler.
Penyakit ini mudah berkembang di Indonesia karena sesuai dengan suhu optimum
untuk perkembangan ookista Eimeria sp. yaitu 21-32 oC dan kelembaban yang
cukup agar ookista dapat bersporulasi. Ookista bersporulasi ini yang dapat
menginfeksi induk semang (Allen dan Fetterer 2002). Prevalensi penyakit
koksidiosis di Kabupaten Sukabumi dan Bogor sebesar 22.2% (Wiedosari dan
Wahyuwardani 2015). Sementara itu, di wilayah Jawa Tengah sebesar 34%
(Hamid et al. 2018) dan Surabaya Jawa Timur sebesar 36% (Pradana et al. 2015).
Mortalitas koksidiosis sangat rendah pada peternakan ayam broiler apabila
tidak disertai dengan komplikasi penyakit lain. Namun, ayam yang mengalami
koksidiosis biasanya lebih rentan terhadap infeksi bakteri terutama Clostridium
perfringes sehingga terjadi nekrotis enteris dan mortalitasnya meningkat
(Shojadoost et al. 2012). Mortalitas akibat komplikasi koksidiosis ini kisaran 10-
40% selama pemeliharaan (McDevit et al. 2006).
Morbiditas koksidiosis pada kisaran 80-90% di Indonesia (Tresnani et al.
2012). Tingginya morbiditas ini mengakibatkan peternak mengalami kerugian
ekonomi yang cukup besar. Kerugian tersebut terjadi akibat peningkatan jumlah
pakan, penurunan bobot badan, dan pengobatan penyakit. Kerugian ekonomi di
Amerika akibat koksidiosis berkisar 450 juta dolar sampai 1.5 miliar dolar AS
(Lee et al. 2009). Sementara itu, kerugian yang dapat ditimbulkan oleh penyakit
ini di Indonesia dapat mencapai 70% (Allen dan Fetterer 2002).
Koksidiosis secara umum tidak mempengaruhi kesehatan masyarakat
dikarenakan penyakit ini tidak termasuk penyakit yang bersifat zoonotik. Ookista
parasit ini di lingkungan dapat bertahan cukup lama hingga beberapa minggu
(Pudjiatmoko 2014). Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya peningkatan
penyebaran penyakit di lingkungan.
Kasus koksidiosis lebih mudah dicegah dibandingkan dengan dilakukan
pengobatan. Pencegahan koksidiosis yang biasa dilakukan ialah kemoprofilaksis.
Penggunaan obat dalam pakan sebagai tindakan profilaksis sangat efektif
menekan kejadian koksidiosis. Sebagian besar industri peternakan ayam broiler di
Amerika Serikat dilaporkan telah menerapkan penggunaan obat antikoksidial
sebagai tindakan pencegahan dan pengendalian (Chapman et al. 2013). Namun,
penggunaan obat ini dapat menimbulkan dampak yang buruk yaitu terjadinya
peningkatan resistensi obat serta residu pada ayam broiler. Sementara itu, program
pencegahan yang dianjurkan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan (2014) ialah penerapan biosekuriti dan vaksinasi secara teratur. Selain itu,
perbaikan manejemen kandang juga mencegah penyebaran penyakit koksidiosis.
Kuningan merupakan salah satu kabupaten di provinsi Jawa Barat yang
memiliki populasi ayam broiler yang cukup tinggi. Populasi ayam broiler ini
mengalami peningkatan pada tahun 2017 menjadi 1.692.974 ekor dari 1.539.283
ekor pada tahun 2016 (BPS Kabupaten Kuningan 2018). Populasi ayam tersebut
dikhawatirkan akan mengalami penurunan akibat adanya penyakit pada ayam
broiler, salah satunya akibat koksidiosis. Oleh karena itu, dilakukan program
pengendalian penyakit koksidiosis pada ayam broiler di kabupaten Kuningan
Jawa Barat.

1.2 Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk merancang program pengendalian
koksidiosis yang efektif pada ayam broiler di kabupaten Kuningan. Selain itu,
program tersebut efisien secara waktu dan biaya sehingga berdampak kepada
peningkatan pendapatan peternak.

BAB II
SIFAT ALAMIAH PENYAKIT

2.1 Riwayat Alamiah Penyakit


2.1.1 Fase Suseptibel (Rentan)
Koksidiosis sering menyerang unggas muda umur 3-6 minggu dan unggas
dengan keadaan imunosupresi (Pudjiatmoko 2014). Unggas muda belum memiliki
imunitas tubuh yang kuat dan hewan yang mengalami imunosupresi kondisi
imunitasnya rendah. Oleh karena itu, unggas pada kondisi tersebut memiliki
potensi lebih tinggi untuk mengalami koksidiosis. Menurut Pudjiatmoko (2014)
penyakit ini memiliki host specificity (inang spesifik) yang tinggi.

2.1.2. Fase Subklinis (Asimptomatis)


Fase ini dimulai dari masuknya ookista infektif kedalam tubuh inang hingga
terlihat gejala klinis awal (masa inkubasi). Menurut MSD (2103) masa inkubasi
mulai dari ookista infektif tertelan hingga shedding ookista baru yaitu 4 hingga 7
hari. Ookista infektif yang masuk ke dalam tubuh pecah di proventrikulus dan
gizard kemudian sporozoit keluar dan menginfeksi sel epitel usus. Masing-masing
sporozoit masuk ke setiap sel epitel. Sporozoit kemudian berkembang menjadi
tropozoit. Tropozoit matang menjadi skizon. Skizon yang telah matang akan
pecah dan merozoit akan keluar kemudian masuk ke dalam sel-sel epitel usus
yang baru untuk membentuk generasi kedua dari skizon. Tahapan ini dapat
berulang dua hingga empat kali. Beberapa merozoit masuk ke dalam fase seksual
membentuk makrogametosit (gamet betina) dan mikrogametosit (gamet jantan).
Mikrogametosit keluar dari sel dan membuahi makrogametosit sehingga
menghasilkan zigot. Zigot kemudian berkembang menjadi ookista dan
diekskresikan melalui feses (Quiroz-Castaneda 2018).
2.1.3 Fase Klinis
Fase ini merupakan lanjutan fase subklinis. Gejala klinis hewan yang
mengalami koksidiosis yaitu pucat, diare dengan atau tanpa darah, konversi pakan
tinggi, penurunan berat badan, dan kematian (Quiroz-Castaneda 2018). Hal
tersebut terjadi akibat rusak dan pecahnya pembuluh darah di sel epitel usus.
Kematian dapat terjadi setelah 4-6 hari post infeksi (Pudjiatmoko 2014). (pada
kasus parah)

2.1.4 Fase Penyembuhan, Kecacatan, atau Kematian


Cari: kalau dia ga diobati gimana? Bisa sembuh sendiri ga? Statusnya carier
atau sembuh total?
Kematian dapat terjadi setelah 4-6 hari post infeksi (Pudjiatmoko 2014).

2.2 Mata Rantai Infeksi


2.2.1 Agen
Koksidiosis pada unggas disebabkan oleh protozoa Eimeria sp. Spesies
Eimeria yang dapat menyebabkan koksidiosis pada ayam meliputi E. acervulina,
E. brunetti, E. maxima, E. mitis, E. mivati, E. necatrix, E. praecox, E. hagani, dan
E. tenella (Pudjiatmoko et. al 2014). E. tenella merupakan salah spesies paling
patogen pada ayam dan paling sering menyebabkan koksidiosis pada ayam broiler
(Pudjiatmoko et. al 2014; Quiroz-Castaneda 2018).
Tabel 1. Lokasi dan patogenitas Eimeria sp.

Sumber: Quiroz-Castaneda 2018


2.2.2 Sumber Penularan
Sumber penularan berasal dari feses ayam yang terinfeksi (Quiroz
Castaneda 2018). Feses tersebut dapat mengkontaminasi pakan dan air minum
ayam.

2.2.3 Cara Keluar


Ookista dikeluarkan ke lingkungan bersama feses dan akan bersporulasi
menjadi infektif dalam waktu 2 hari pada kondisi optimum (25-33°C)
(Pudjiatmoko et. al 2014). Selain itu, faktor lingkungan seperti kelembaban (40–
80%) dan suplai oksigen mempengaruhi proses sporulasi (Quiroz-Castaneda
2018). Ookista dapat bertahan di lingkungan selama beberapa minggu namun,
hanya dapat bertahan beberapa hari saja di dalam feses akibat adanya amonia dan
aktivitas kapang atau bakteri. Ookista tersebut rentan terhadap temperatur tinggi
(di atas 55˚C), pendinginan (di bawah 10˚C), dan kondisi lingkungan kering
(Pudjiatmoko et. al 2014).
2.2.4 Cara Transmisi
Penularan penyakit terjadi secara langsung melalui konsumsi ookista yang
dikeluarkan oleh feses unggas yang terinfeksi (fecal-oral) (Quiroz-Castaneda
2018). Selain itu, penularan secara tidak langsung terjadi melalui vektor mekanik
lalat. Lalat membantu penyebaran ookista dari feses. Fasilitas peternakan yang
terkontaminasi dan migrasi burung liar juga dapat membantu penyebaran penyakit
(Pudjiatmoko et. al 2014).

2.2.5 Cara Masuk


Ookista (infektif) masuk ke dalam tubuh unggas secara oral melalui pakan
atau air minum yang terkontaminasi. Ookista yang tertelan akan berkembangbiak
di dalam sel epitel usus dan menghasilkan ookista yang belum bersporulasi
(belum infektif) (Pudjiatmoko et. al 2014).

2.2.6 Inang Rentan


Unggas yang rentan terhadap penyakit koksidiosis yaitu ayam (3-6 minggu),
itik (6-8 minggu), kalkun (6-8 minggu), dan angsa (3-12 minggu). Selain itu,
hewan mamalia seperti anjing, kucing, sapi, domba, kambing, dan babi juga dapat
terinfeksi penyakit koksidiosis (Pudjiatmoko et. al 2014).

2.3 Determinan Penyakit


Tabel 2. Determinan penyakit koksidiosis
Determinan primer Determinan sekunder
Determinan Determinan
Determinan Determinan ekstrinsik
intrinsik ekstrinsik
intrinsik
Unsur hidup Unsur tidak hidup
Inang rentan - Eimeria sp. - Pakan dan Status imun: - Higiene dan
(unggas) - Lalat minuman yang umur muda, sanitasi
terkontaminasi imunosupresi peternakan
ookista infektif akibat marek, - Kelembaban
- Pergantian gumboro, dan sekam
pemakaian mikotoksikosis. melebihi 30%
antikoksidia secara - Periode
periodik pergantian
- Ketidakmerataan sekam terlalu
distribusi lama
antikoksidial - Kepadatan
tinggi dan
minim
ventilasi
Sumber : Pudjiatmoko 2014
BAB III
PENYUSUNAN RENCANA SURVEI

3.1 Tujuan
Menentukan status kejadian penyakit koksidiosis di Kabupaten Kuningan
dan mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang berasosiasi terhadap kejadian
penyakit.

.4 Jenis Data yang Dikumpulkan


Jenis data yang dikumpulkan dalam program pengendalian ini adalah data
prevalensi kejadian koksidiosis di Jawa Barat (Kabupaten Sukabumi dan Bogor)
dan faktor-faktor risiko yang berasosiasi terhadap kejadain penyakit. Prevalensi
kejadian koksidiosis pada ayam broiler di Jawa Barat (Kabupaten Sukabumi dan
Bogor) yaitu 22.2 % (Wiedosari dan Wahyuwardani 2015). Beberapa faktor risiko
yang mendukung terhadap kejadian koksidiosis yaitu sanitasi, imunosupresi,
manajemen pemeliharaan, serta kering kandang (Pudjiatmoko et. al 2014).
Sanitasi terkait pakan dan air minum yang terkontaminasi serta adanya lalat
yang membantu penyebaran ookista dari feses. Kondisi imunosupresi akibat
Marek, Gumboro, dan mikotoksikosis meningkatkan kejadian koksidiosis.
Manajemen pemeliharaan meliputi periode pergantian sekam yang terlalu lama,
kelembaban sekam lebih dari 30 %, dan kepadatan unggas yang tinggi dalam satu
kandang serta minim ventilasi menyebabkan hewan stres dan imunitas menurun
sehingga meningkatkan risiko penyakit koksidiosis. Selain itu, distribusi
antikoksidia sebagai feed additive dalam pakan yang tidak merata sehingga tidak
semua ayam mendapatkan antikoksidia. Hal ini menyebabkan ayam-ayam yang
tidak atau sedikit mendapatkan antikoksidia memiliki potensi yang lebih besar
mengalami koksidiosis. Kering kandang terkait lama kandang kososng dan
dilakukan disinfeksi atau tidak.

3.3 Populasi Target


Populasi target yang digunakan adalah populasi ayam broiler di Kabupaten
Kuningan pada tahun 2017 yaitu 1.692.974 ekor (BPS 2018). Jumlah populasi
ayam broiler di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Kuningan dapat dilihat
pada Tabel 3.

Tabel 3. Populasi Ayam Broiler di Kabupaten Kuningan tahun 2017


Jumlah Jumlah
Populasi Populasi farm sampel
No Kecamatan Populasi Cluster
Farm Kumulatif yang per
terpilih farm

1 Darma 87.950 0 18
2 Kadugede 68.250 14 32 1 57 3
3 Nusaherang 66.150 13 45
4 Ciniru 21.000 4 49
5 Hantara 25.250 5 54
6 Selajambe 26.950 5 60
7 Subang 31.500 6 66
8 Cilebak 15.944 3 69
9 Ciwaru 34.650 7 76
10 Karangkancana 32.000 6 82
11 Cibingbin 45.730 9 91 2 57 3
12 Cibeureum 35.975 7 99
13 Luragung 47.475 9 108
14 Cimahi 46.813 9 118
15 Cidahu 52.772 11 128
16 Kalimanggus 26.000 5 133
17 Ciawigebang 1.500.65 30 163 3 57 3
18 Cipicung 62.500 13 176
19 Lebakwangi 42.840 9 184
20 Maleber 28.000 6 190
21 Garawangi 19.000 4 194
22 Sindangagung 63.300 13 206
23 Kuningan 38.480 8 214
24 Cigugur 99.150 20 234 4 57 3
25 Kramatmulya 50.500 10 244
26 Jalaksana 1.000 0 244
27 Japara 818 0 244
28 Cilimus 75.232 15 259
29 Cigandamekar 57.630 12 271
30 Mandirancan 214.650 43 314 5 57 3
31 Pancalang 62.400 12 326
32 Pasawahan 63.000 13 339

Total 1.692.974 339

.4 Metode Teknik Sampling


3.4.1 Teknik Sampling dan Besaran Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada tingkat kabupaten, tingkat kecamatan,
dan tingkat farm. Teknik sampling dilakukan melalui multi stage random
sampling yaitu pada tingkat kabupaten dengan cluster random sampling melalui
metode probability proportional to size (PPS), tingkat kecamatan dengan metode
systematic random sampling (SRS), dan tingkat farm dengan metode detection of
disease (DD).
Teknik cluster random sampling melalui metode PPS diawali dengan
menghitung populasi kumulatif farm dan interval dari setiap kecamatan. Ukuran
contoh ditentukan secara acak sesuai dengan jumlah kecamatan yang akan
diperiksa. Kecamatan yang akan diperiksa berjumlah 5. Berdasarkan hasil
perhitungan populasi kumulatif farm di kabupaten Kuningan sebanyak 339 farm.
Sampling interval dihitung dengan menggunakan rumus:

N 339
Sampling interval= ¿ = 68
n 5
Keterangan: N = ukuran populasi
n = ukuran contoh yang
diinginkan

Hasil sampling interval yang diperoleh digunakan untuk menentukan farm


yang akan diambil sampelnya. Farm pertama ditentukan berdasarkan angka
pertama yang dipilih secara acak menggunakan rumus pada program Microsoft
excel, yaitu:
Angka pertama = randbetween (bottom;top)
= randbetween (1;68)
= 22

Setelah itu, untuk memperoleh angaka kedua maka angka pertama


dijumlahkan dengan sampling interval. Angka ketiga diperoleh dengan
menjumlahkan angka kedua dengan sampling interval, begitu seterusnya hingga
diperoleh angka keempat, dan kelima. Angka-angka yang didapatkan disesuaikan
dengan populasi kumulatif farm dan didperoleh 5 kecamatan berbeda. Kecamatan
yang terpilih yaitu Kecamatan Kadugede, Kecamatan Cibingbin, Kecamatan
Ciawigebang, Kecamatan Cigugur, dan Kecamatan Mandirancan.
Penentuan jumlah farm dari setiap kecamatan terpilih yang akan dijadikan
tempat pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode SRS pada aplikasi
Win Episcope 2.0 online dan diperoleh sebanyak 143 farm (Gambar 1). Jumlah ini
dikalikan dua karena teknik sampling dilakukan dua kali yaitu dengan metode
PPS dan SRS sehingga hasilnya 286 farm. Oleh karena itu, setiap kecamatan akan
diwakili oleh 57 farm (286 farm/ 5 kecamatan). Namun, jumlah farm yang ada di
setiap kecamatan terpilih kurang dari 57 farm sehingga semua farm di 5
kecamatan tersebut dijadikan sebagai tempat pengambilan sampel. Jumlah sampel
ayam yang akan dilakukan pemeriksaan ditentukan dengan metode DD pada
aplikasi Win Episcope 2.0 online dan diperoleh sebanyak 3 sampel (Gambar 2).
Total ayam yang dijadikan sampel yaitu sebanyak 348 ekor (116 farm ×3 sampel).
Gambar 2. Penentuan jumlah farm menggunakan Win Episcope 2.0 online

Gambar 3. Penentuan jumlah sampel ayam menggunakan Win Episcope 2.0


online
3.4.2 Uji Diagnostik
Uji diagnostik dilakukan menggunakan metode fecal floatation menurut
Aljumaili (2013). Metode fecal floatation sangat cepat dan paling akurat untuk
mendeteksi koksidia. Keuntungan dari fecal floatation meliputi murah, cepat,
memberikan permanent record, serta waktu dan tempat untuk membuat diagnosis
dapat diatur (Aljumaili 2013). Sensitifitas dan spesifisitas uji?
Sampel yang diambil berupa sampel feses segar. Sampel feses segar yang
diambil diamasukkan ke dalam plastik bersih yang berisi 100 ml air, 2% kalium
dikromat, dan 1/3 udara. Plastik tersebut dimasukkan ke dalam cooling box untuk
transportasi menuju laboratorium. Sampel disaring dengan menggunakan saringan
halus. Setelah itu, diambil 3 ml sampel yang disaring dan ditambahkan 6 ml
larutan garam jenuh (isi tabung reaksi untuk membentuk meniskus positif). Kaca
penutup 22 x 22 mm diletakkan di bibir lubang tabung dan tunggu beberapa saat.
Kaca penutup kemudian diambil dan diletakkan pada kaca slide lalu diperiksa di
bawah mikroskop. Prosedur dapat dilhat pada gambar 3. Ookista dihitung dan
hasil yang ditemukan dicocokan dengan Tabel 4.
Gambar 4. Prosedur fecal floatation
Sumber: Aljumaili 2013
Tabel 4. Metode perhitungan ookista

Sumber: Aljumaili 2013

3.4.3 Kuesioner dan Checklist


Pengumpulan data faktor risiko dilakukan menggunakan kuisioner melalui
wawancara kepada responden dan checklist melalui pengamatan di lapangan.
Responden yang diwawancarai adalah pemilik peternakan. Borang kuesioner yang
digunakan dapat dilihat pada Lampiran 1 dan borang checklist dapat dilihat pada
Lampiran 2. Data kuesioner akan dimasukkan dan diolah menggunakan software
dengan metode statistik.

3.4.4 Pretest
Pretest dilakukan sebelum wawancara untuk pengisian kuisioner. Pretest
dilakukan kepada pemilik peternak untuk menguji validasi kuesioner yang akan
digunakan.
3.4.5 Manajemen Data
Kuesioner yang telah diisi diperiksa kembali oleh enumerator kemudian
dilakukan input data ke dalam komputer. Data dari setiap kecamatan dikumpulkan
kemudian diolah, dianalisis, dan diinterpretasikan secara statistik oleh tim
pengolah data. Hasil pengolahan data tersebut akan digunakan untuk menentukan
prevalensi koksidiosis pada ayam broiler di Kabupaten Kuningan dan faktor-
faktor risiko penyebabnya.
3.4.6 Analisis Statistika
Data hasil pengamatan dan pemeriksaan dianalisis secara deskriptif dan
kuantittif melalui analisis regresi sehingga diperoleh estimasi prevalensi dan odds
ratios.

3.4.7 Aspek Keorganisasian


Program pengendalian penyakit koksidiosis pada ayam broiler memerlukan
sumber daya manusia untuk melakukan pengambilan sampel, pengisian kuesioner,
dan pengisian checklist. Sumber daya manusia tersebut harus memiliki
kompetensi di bidangnya dan mampu bekerja sama dalam bentuk tim. Tim terdiri
dari beberapa personil, yaitu koordinator, bendahara, sekretaris, pengolah dan
intrepetasi data, enumerator, medis veteriner, paramedis veteriner, dan logistik
transportasi. Jumlah anggota keseluruhan dalam tim sebanyak 48 orang. Tugas
dari setiap personil disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Pembagian tugas setiap personil dalam program pengendalian koksidiosis


di kabupaten Kuningan
Jumlah yang
No Personil Tugas
dibutuhkan
1 Koordinator Penanggung jawab keseluruhan pelaksanaan program 1 orang
2 Pengolah Mengolah data yang telah dikumpulkan secara statistik dan
dan menginterpretasikannya
4 orang
intrepetasi
data
3 Bendahara Mengurus rincian anggaran biaya pelaksanaan, mengurus
2 orang
bukti pengeluaran, dan laporan keuangan
4 Sekretaris Mengurus segala bentuk administrasi (surat tugas, surat
2 orang
izin, pembuatan proposal, dan laporan akhir program)
5 Enumerator Membuat dan melakukan pengisian kuisioner dan checklist 12 orang
6 Medis Mendiagnosa koksidiosis dan melakukan edukasi terhadap
3 orang
veteriner peternak
7 Paramedis Membantu keseluruhan dari tugas dokter hewan
18 orang
veteriner
8 Logistik dan Mempersiapkan segala peralatan yang dibutuhkan saat
transportasi pelaksanaan program (enumerator, medis (dokter hewan), 6 orang
dan paramedis veterner)

Koordinator kegiatan diutamakan dokter hewan. Koordinator melakukan


palatihan kepada seluruh personil mengenai teknis program pengendalian
koksidiosis yang meliputi teknik pengambilan sampel, teknik pengiriman sampel,
dan teknik pengisian kuesioner serta checklist. Sementara itu, logistik yang
dibutuhkan untuk pelaksanaan program, antara lain;
1. Logistik untuk pengambilan sampel terdiri dari gloves, masker, hair cap,
pakaian lapang, sepatu boots, kantung plastik, cooling box, ice pack, alat
tulis, kertas label, lembar kuesioner, dan lembar checklist.
2. Logistik untuk penyusunan laporan terdiri dari komputer atau laptop,
printer, tinta printer, kertas, dan akses internet.
3. Logistik untuk keperluan mobilitas terdiri dari mobil atau motor, dan
bahan bakar minyak (BBM).
4. Logistik penunjang lainnya ialah lemari pendingin dan tunjangan personil.
3.5 Waktu Pelaksanan Program
Program pengendalian koksidiosis ini dilaksanakan selama 5 tahun.
Rangkaian kegiatan dalam program tersebut diantaranya, pelatihan selama 1
minggu. Sementara itu, survei untuk pengambilan sampel, pengisian kuesioner
dan checklist, serta pemeriksaan sampel dilakukan selama 3 minggu. Data yang
diperoleh diolah dan dianalisis di laboratorium epidemiologi. Penyelesaian
laporan akhir kegiatan dilakukan selama 2 minggu. Kegiatan tersebut ditargetkan
dapat selesai dalam waktu 6 minggu. Jadwal program pengendalian koksidiosis di
kabupaten Kuningan disajikan pada Lampiran 3.

3.6 Rincian Anggaran Biaya


Program pengendalian koksidiosis lima tahun membutuhkan anggaran biaya
sebesar Rp 1.321.905.000 Anggaran tersebut dialokasikan untuk pengendalian di
lima sampel kecamatan, yaitu Kadugede, Cibingbin, Ciawigebang, Cigugur, dan
Mandirancan. Adapun rincian anggaran biaya disajikan pada Lampiran 4.

DAFTAR PUSTAKA

Allen PC, Fetterer RH. 2002. Recent advances in biology and immunology of
Eimeria species and in Diagnosis and Control of Infection with These
Coccidian Parasites of Poultry. Clinical Microbiology Reviews. 15(1): 58–
65.
Aljumairi OAR. 2013. Compare between two method for diagnosis of coccidia in
broiler chicken. Journal of Vet.Med.Sci. 12(2): 45-49
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2018. Kabupaten Kuningan dalam Angka 2018.
Kuningan (ID): BPS Kabupaten Kuningan.
Chapman HD, Barta JR, Blake D, Gruber,A, Jenkins C, Smith NC, Suo X,
Tomley FM. 2013. A selective review of advances in coccidiosis research.
Advances in Parasitology. 83(1): 93–171.
Hamid PH, Krustianingrum YP, Wardhana AH, Sigit P, Riberio LM. 2018.
Chicken Coccidiosis in Central Java, Indonesia. Veterinary Medicine
International. 2018(8515812):1-7
Lee JT, Brrousard C, Fit2-Coy S, Burke P, Eckert NH, Steven SM, Andersona
PN, Anderson SM, Caldwell DJ. 2009. Evaluation of live oocyst
vaccination or Salinomycin for control of field-strain Eimeria challenge in
broiler on two different feeding programs. J Appl Poults Res. 18(1):458-
464.
McDevit RM, Brooker JD, Acamovic T, Sparks NHC. 2006. Necrotic enteritis; a
continuing challenge for the poultry industry. World’s Poult Sci J. 62(1):
221-247.
Michels MG, Bertolini LCT, Esteves AF, Moreira P, Franca SC. 2011.
Anticoccidial effects of coumestans from Eclipta alba for sustainable control
of Eimeria tenella parasitosis in poultry production. Vet. Parasitol.
177(1):55-60.
MSD. 2013. Important Poultry Disease. Nedherland (NL): MSD Animal Health.
Pradana DP, Haryono T, Ambarwati R. 2015. Identifikasi Cacing Endoparasit
pada Feses Ayam Pedaging dan Ayam Petelur. LenteraBio. 4(2): 119-123.
Pudjiatmoko, Syibli M, Nurtanto S, Lubis N, Syafrison, Yulianti S, Kartika ND,
Yohana CK, Setianingsih E, Nurhidayah et. al. 2014. Manual Penyakit
Unggas. Jakarta (ID): Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementrian Pertanian.
Quiroz-Castaneda RE. 2018. Farm Animals Diseases: Recent Omic Trends and
New Strategies of Treatment. Croatia (HR): Intech.
Shojadoost B, Vince AR, Prescott JF. 2012. The successful experimental
induction of necrotic enteritis ini chicjens by Clostridium perfringens: a
critical review. Veterinary Research. 43(1):1-12.
Tresnani G, Prastowo J, Nurcahyo W, Daryono BS. 2012. Profil Protein Stadium
Sporozoit Eimeria tenella Isolat Yogyakarta melalui Analisis Protein SDS-
PAGE. Jurnal Veteriner. 13(2): 163-166.
Wiedosari E, Wahyuwardani S. 2015. Studi Kasus Penyakit Ayam Pedaging di
Kabupaten Sukabumi dan Bogor. Jurnal Kedokteran Hewan. 9(1): 10-13.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner program pengendalian koksidiosis di kabupaten Kuningan.

KUESIONER KOKSIDIOSIS DI KABUPATEN KUNINGAN

Data Enumerator
Nama : ..............................................................................................
Nomer HP : ..............................................................................................
Tanggal Survei : ..............................................................................................
Alamat Farm
Kelurahan/Desa : ..............................................................................................
Kecamatan : ..............................................................................................
Kota/Kabupaten : ..............................................................................................
Data Responden
1. Nama : ..................................................................................
2. Jenis Kelamin : pria/wanita (coret yang tidak perlu)
3. Umur : ............. tahun
4. Alamat
Kelurahan/Desa : ..................................................................................
Kecamatan : ..................................................................................
Kota/Kabupaten : ..................................................................................
5. Nomor Telepon : ..................................................................................
6. Pendidikan terakhir peternak: ...............................................................................

Hasil Wawancara
I. POPULASI TERNAK
Jumlah ayam broiler yang dipelihara : ......................................................................

II. MANAJEMEN PEMELIHARAAN


(pilih salah satu dengan memberikan tanda X)
1. Apa tipe kandang?
a. Terbuka
b. Tertutup
c. Lain-
lain ..........................................................................................................
.......
2. Berapa kali pergantian sekam?
a. 1x chick in 1x ganti
b. 2x chick in 1x ganti
c. Lain-
lain ...........................................................................................................
.......
3. Apa penyakit yang pernah terjadi?
a. Marek
b. Gumboro
c. Mikotoksikosis
d. Lain-
lain ...........................................................................................................
.......
4. Ada pemberian feed additive atau tidak? (jika ya, lanjut ke pertanyaan 5, 6)
a. Ya
b. Tidak
5. Apa jenis feed additive yang digunakan?
a. Antikoksidia
b. Antibiotika
c. Imbuhan pakan alami
d. Lain-
lain ...........................................................................................................
......
6. Kapan saja waktu pemberian feed additive?
........................................................................................................................
7. Apa jenis pakan yang diberikan?
a. Sorghum
b. Pollard
c. Dedak padi
d. Jagung
e. Pelet
f. Lain-
lain ...........................................................................................................
......

8. Kapan tempat pakan dan minum dicuci?


........................................................................................................................
9. Berapa ekor ayam dalam satu kandang?
........................................................................................................................
10. Berapa luas kandang (m2)?
........................................................................................................................
11. Apakah ayam pernah divaksin? (jika ya, lanjut ke pertanyaan 12)
........................................................................................................................
12. Apa jenis vaksin yang diberikan?
........................................................................................................................
13. Berapa lama waktu kering kandang (antara panen-chick in)?
........................................................................................................................
II. BIOSEKURITI (pilih salah satu: ya/tidak)
1. Apakah hewan yang terlihat sakit dipisahkan?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah tempat pakan dan minum selalu dibersihkan?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah kondisi sekam kering selalu dijaga?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah terdapat portal pembatas untuk mencegah keluar masuk yang tidak
berkepentingan?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah orang di luar farm bebas masuk ke dalam farm?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah petugas kandang bebas keluar masuk farm?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah petugas kandang menggunakan APD yang lengkap?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah tersedia larutan disinfeksi di setiap pintu masuk kandang?
a. Ya
b. Tidak
9. Apakah tersedia fasilitas mencuci tangan di setiap kandang?
a. Ya
b. Tidak
10. Apakah kendaraan yang keluar masuk farm melewati larutan disinfeksi?
a. Ya
b. Tidak
11. Apakah ada unggas atau hewan liar yang bebas berkeliaran di luar
kandang?
a. Ya
b. Tidak

Kuningan, Oktober 2019

Responden Enumerator

(..............................) (.............................)
Lampiran 2. Checklist program pengendalian koksidiosis kabupaten Kuningan.

CHECKLIST KOKSIDIOSIS DI KABUPATEN KUNINGAN

Data Enumerator
Nama : ......................................................................
Nomer HP : ......................................................................
Tanggal Survei : ......................................................................
Alamat Farm
Kelurahan/Desa : ......................................................................
Kecamatan : ......................................................................
Kota/Kabupaten : ......................................................................
Data Peternak
1. Nama : ......................................................................
2. Jenis Kelamin : pria/wanita (coret yang tidak perlu)
3. Umur : ............. tahun
4. Alamat
Kelurahan/Desa : ......................................................................
Kecamatan : ......................................................................
Kota/Kabupaten : ......................................................................
5. Nomor Telepon : ......................................................................
6. Pendidikan terakhir peternak: ......................................................................
Berilah tanda check (√) di kolom √ jika benar, dan cross (X) di kolom X jika
salah
Parameter yang Diamati Benar (√) Salah
(X)
Kelembaban sekam <30%
Tempat pakan dan minum dalam keadaan bersih dan
sering dibersihkan
Pakan mengandung antikoksidia
Tidak ada lalat dalam jumlah banyak
Tingkat kepadatan dalam satu kandang normal
Ventilasi udara baik
Terdapat portal pembatas untuk mencegah keluar masuk
yang tidak berkepentingan
Petugas kandang menggunakan APD yang lengkap
Tersedia larutan disinfeksi di setiap pintu masuk kandang
Tersedia fasilitas mencuci tangan di setiap kandang
Kendaraan yang keluar masuk farm melewati larutan
disinfeksi
Tidak ada unggas atau hewan liar yang bebas berkeliaran
di luar kandang

Kuningan, Oktober 2019


Enumerator

(...............................)
Lampiran 3. Jadwal rangkaian kegiatan program pengendalian koksidiosis di
kabupaten Kuningan.

N Hari Ke-
Kegiatan
o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 Pelatihan

2 - Pengambilan Sampel

- Pengisian Kuesioner

- Pengisian Checklist

- Pemeriksaan Sampel

3 - Input Data

- Pengolahan Data

- Analisis Laboratorium

- LPJ

Hari Ke-
N
Kegiatan 15 1 17 18 1 20 2 22 23 24 25 26 27 28
o
6 9 1

1 Pelatihan

2 - Pengambilan
Sampel
- Pengisian
Kuesioner
- Pengisian
Checklist
- Pemeriksaan
Sampel
3 - Input Data

- Pengolahan
Data
- Analisis
Laboratorium
- LPJ

N Kegiatan Hari Ke-


29 3 31 32 3 34 3 36 37 38 39 40 41 42
o 0 3 5

1 Pelatihan

2 - Pengambilan
Sampel
- Pengisian
Kuesioner
- Pengisian
Checklist
- Pemeriksaan
Sampel
3 - Input Data

- Pengolahan
Data
- Analisis
Laboratorium
- LPJ
Lampiran 4. Rincian anggaran biaya program pengendalian koksidiosis di
kabupaten Kuningan.

Jenis pengeluaran Harga (Rp) Jumlah Hari Total (Rp)


Tahun ke-1
INVESTASI
Printer 800.000 1 buah 800.000
Coolbox (35L) 300.000 6 buah 1.800.000
Ice Pack 30.000 12 buah 360.000
Tabung reaksi 2.000 400 buah 800.000
Objek glass 50.000 7 box 350.000
Cover glass 20.000 7 box 140.000
Saringan 3.000 120 buah 360.000
Banner 200.000 1 buah 200.000
Subtotal 4.810.000
FIXED COST
Personil
Supervisor 150.000 1 42 6.300.000
Medis veteriner 200.000 3 42 25.200.000
Paramedis veteriner 100.000 15 28 42.000.000
Enumerator 100.000 6 21 12.600.000
Pengolah data 100.000 2 14 2.800.000
Logistik dan transportasi 100.000 2 28 5.600.000
Bendahara 100.000 1 42 4.200.000
Sekretaris 100.000 1 42 4.200.000
Subtotal 102.900.000
VARIABEL COST
Survei
Kantung plastik 5.000 18 pack 90.000
Tinta 100.000 1 wadah 100.000
Kertas HVS 50.000 1 rim 50.000
Wifi Internet 250.000 2 bulan 500.000
Hair cap 20.000 10 kotak 200.000
Masker 20.000 10 kotak 200.000
Gloves 50.000 10 kotak 500.000
Garam 4.000 13 kg 52.000
Kalium dikromat 2% 5.000 1 kg 5.000
Kertas Label 5.000 6 30.000
ATK 10.000 10 100.000
Bensin 9.000 10 liter 42 3.780.000
Subtotal 5.607.000
Pengendalian
Koksidiostat 400.000 116 7 324.800.000
KIE
Sewa tempat dan peralatan 1.000.000 1 1.000.000
Konsumsi 30.000 116 3.480.000
Subtotal 329.280.000

Tahun ke-2
FIXED COST
Personil
Supervisor 150.000 1 42 6.300.000
Medis veteriner 200.000 3 42 25.200.000
Paramedis veteriner 100.000 15 28 42.000.000
Enumerator 100.000 6 21 12.600.000
Pengolah data 100.000 2 14 2.800.000
Logistik dan transportasi 100.000 2 42 5.600.000
Bendahara 100.000 1 42 4.200.000
Sekretaris 100.000 1 42 4.200.000
Subtotal 102.900.000
VARIABEL COST
Survei
Kantung plastik 5.000 18 pack 90.000
Tinta 100.000 1 wadah 100.000
Kertas HVS 50.000 1 rim 50.000
Wifi Internet 250.000 2 bulan 500.000
Hair cap 20.000 10 kotak 200.000
Masker 20.000 10 kotak 200.000
Gloves 50.000 10 kotak 500.000
Garam 4.000 13 kg 52.000
Kalium dikromat 2% 5.000 1 kg 5.000
Kertas Label 5.000 6 30.000
ATK 10.000 10 100.000
Bensin 9.000 10 liter 42 3.780.000
Subtotal 5.607.000
Pengendalian
Koksidiostat 400.000 116 7 324.800.000
Subtotal 324.800.000

Tahun ke-3
FIXED COST
Personil
Supervisor 150.000 1 42 6.300.000
Medis veteriner 200.000 3 42 25.200.000
Paramedis veteriner 100.000 15 28 42.000.000
Enumerator 100.000 6 21 12.600.000
Pengolah data 100.000 2 14 2.800.000
Logistik dan transportasi 100.000 2 42 5.600.000
Bendahara 100.000 1 42 4.200.000
Sekretaris 100.000 1 42 4.200.000
Subtotal 102.900.000
VARIABEL COST
Survei
Kantung plastik 5.000 18 pack 90.000
Tinta 100.000 1 wadah 100.000
Kertas HVS 50.000 1 rim 50.000
Wifi Internet 250.000 2 bulan 500.000
Hair cap 20.000 10 kotak 200.000
Masker 20.000 10 kotak 200.000
Gloves 50.000 10 kotak 500.000
Garam 4.000 13 kg 52.000
Kalium dikromat 2% 5.000 1 kg 5.000
Kertas Label 5.000 6 30.000
ATK 10.000 10 100.000
Bensin 9.000 10 liter 42 3.780.000
Subtotal 5.607.000
Pengendalian
Koksidiostat 400.000 116 7 324.800.000
Subtotal 330.980.000

Tahun ke-4
FIXED COST
Personil
Supervisor 150.000 1 42 6.300.000
Medis veteriner 200.000 3 42 25.200.000
Paramedis veteriner 100.000 15 28 42.000.000
Enumerator 100.000 6 21 12.600.000
Pengolah data 100.000 2 14 2.800.000
Logistik dan transportasi 100.000 2 42 5.600.000
Bendahara 100.000 1 42 4.200.000
Sekretaris 100.000 1 42 4.200.000
Subtotal 102.900.000
VARIABEL COST
Survei
Kantung plastik 5.000 18 pack 90.000
Tinta 100.000 1 wadah 100.000
Kertas HVS 50.000 1 rim 50.000
Wifi Internet 250.000 2 bulan 500.000
Hair cap 20.000 10 kotak 200.000
Masker 20.000 10 kotak 200.000
Gloves 50.000 10 kotak 500.000
Garam 4.000 13 kg 52.000
Kalium dikromat 2% 5.000 1 kg 5.000
Kertas Label 5.000 6 30.000
ATK 10.000 10 100.000
Bensin 9.000 10 liter 42 3.780.000
Subtotal 5.607.000
Pengendalian
Koksidiostat 400.000 116 7 324.800.000
Subtotal 330.980.000

Tahun ke-5
FIXED COST
Personil
Supervisor 150.000 1 42 6.300.000
Medis veteriner 200.000 3 42 25.200.000
Paramedis veteriner 100.000 15 28 42.000.000
Enumerator 100.000 6 21 12.600.000
Pengolah data 100.000 2 14 2.800.000
Logistik dan transportasi 100.000 2 42 5.600.000
Bendahara 100.000 1 42 4.200.000
Sekretaris 100.000 1 42 4.200.000
Subtotal 102.900.000
VARIABEL COST
Survei
Kantung plastik 5.000 18 pack 90.000
Tinta 100.000 1 wadah 100.000
Kertas HVS 50.000 1 rim 50.000
Wifi Internet 250.000 2 bulan 500.000
Hair cap 20.000 10 kotak 200.000
Masker 20.000 10 kotak 200.000
Gloves 50.000 10 kotak 500.000
Garam 4.000 13 kg 52.000
Kalium dikromat 2% 5.000 1 kg 5.000
Kertas Label 5.000 6 30.000
ATK 10.000 10 100.000
Bensin 9.000 10 liter 42 3.780.000
Subtotal 5.607.000
Pengendalian
Koksidiostat 400.000 116 7 324.800.000
KIE
Sewa tempat dan peralatan 1.000.000 1 1.000.000
Konsumsi 30.000 116 3.480.000
Subtotal 329.280.000
Lampiran 5. Present Value Benefit (PVB)
Tahu Prevalens
Penurunan prevalensi Jumlah ternak yang disembuhkan Harga ayam Benefit
n i
1 20% 0 0 18.500 0
2 18% 2% 9.280 18.500 171.680.000
3 17% 1% 4.733 18.500 87.556.800
4 15% 2% 9.560 18.500 176.864.736
5 12% 3% 14.627 18.500 270.603.046
Total 8% 38.200 706.704.582

Tahu
Mortalitas Penurunan mortalitas Jumlah ternak yang diselamatkan Harga ayam Benefit
n
1 10% 0% 0 18500 0
2 8% 2% 10.440 18500 193.140.000
3 7% 1% 5.324 18500 98.501.400
4 5% 2% 10.755 18500 198.972.828
5 2% 3% 16.456 18500 304.428.427
Total 8% 42.975 795.042.655

Tahu
Konversi pakan Penurunan konversi pakan Konsumsi pakan Harga pakan Benefit
n
1 21% 0 0 0
2 17% 4% 7.888 7.000 55216000
3 15% 2% 4.102 7.000 28712320
4 11% 4% 8.368 7.000 58573133
5 6% 5% 10.878 7.000 76145073
Total 15% 31.235 218.646.525
Total Present Value Benefit (PVB)
Tahu Penurunan Penurunan Penurunan
Total
n ke- prevalensi mortalitas konversi pakan
1 0 0 0 0
2 420.036.00
17.168.0000 193.140.000 55.216.000
0
3 214.770.52
87.556.800 98.501.400 28.712.320
0
4 434.410.69
176.864.736 198.972.828 58.573.133
7
5 651.176.54
270.603.046 304.428.427 76.145.073
6
Lampiran 6. Analisis Ekonomi Veteriner
Proyek pengendalian penyakit koksidiosis di Kabupaten Kuningan direncanakan selama 5 tahun dengan rancangan anggaran
sebagai berikut:
DR= 12%
Tahun Total NPV BCR
Total Biaya DR PVC DR PVB IRR
ke- Pendapatan =PVB-PVC =PVB/PCV
1 442.597.000 0.893 395.175.893 0 0.893 0 -395.175.893    
2 433.307.000 0.797 345.429.688 420.036.000 0.797 334.850.128 -10.579.560    
3 131.707.000 0.712 93.746.441 214.770.520 0.712 152.869.414 59.122.973 1.11 20.23%
4 154.907.000 0.636 98.446.199 434.410.697 0.636 276.075.851 177.629.652    
5 159.387.000 0.567 90.440.464 651.176.546 0.567 369.495.060 279.054.596    
1.023.238.68 1.7203.93.76
Total        
1.321.905.000 5 2 1.133.290.453 110.051.768

Penentuan nilai IRR menggunakan dua nilai DR yang memiliki nilai NPV positif (+) mendekati 0 dan negatif (–) mendekati nol
sebagai berikut:

DR=20%
Tahun Total
Total Biaya DR PVC DR PVB NPV= PVB-PVC
ke- Pendapatan
1 442.597.000 0.833 368.830.833 0 0.833 0 -368.830.833
2 433.307.000 0.694 300.907.639 420.036.000 0.694 291.691.667 -9.215.972
3 131.707.000 0.579 76.219.329 214.770.520 0.579 124.288.495 48.069.167
4 154.907.000 0.482 74.704.379 434.410.697 0.482 209.495.899 134.791.520
5 159.387.000 0.402 64.054.061 651.176.546 0.402 261.693.249 197.639.189
Total 1.321.905.000 884.716.240 1.720.393.762 887.169.310 24.53.070
DR= 21%
Tahun Total
Total Biaya DR PVC DR PVB NPV= PVB-PVC
ke- Pendapatan
1 442597000 0,826 365782644,6 0 0,826 0 -365782644,6
2 433307000 0,683 295954511 420036000 0,683 286890240 -9064272
3 131707000 0,564 74345168 214770520 0,564 121232359 46887192
4 154907000 0,467 72265259 434410697 0,467 202655796 130390537
5 159387000 0,386 61450588 651176546 0,386 251056747 189606159
Total 1321905000 869798171 1720393762 861835143 -7963028

Anda mungkin juga menyukai