Disusun oleh:
Muhammad Emir Kusuma Wardhana B04170011
Nissa Fachriza B04170031
Yaksube Aziz B04170156
Dea Randa Ditya B04170158
Nada F. Nasution B04170176
Bella Uthami B04170182
Yulianto B04170204
Pendahuluan
Latar Belakang
Kuda dulunya dijadikan sebagai bahan makanan bagi manusia. Seiring dengan
perkembangan zaman, kuda dimanfaatkan sebagai sarana transportasi serta olah raga
dan Indonesia merupakan salah satu negara yang memanfaatkan kuda sebagai sarana
transportasi, yaitu delman. Delman atau yang dikenal dengan sebutan kretek maupun
dokar merupakan alat transportasi tradisional yang berupa gerobak kayu dengan roda
berjumlah dua sampai empat roda yang menggunakan kuda sebagai penghela. Delman
menjadi bagian yang sangat penting dalam sejarah alat transportasi di Indonesia, dan
menjadi ciri khas budaya sejak ditemukan oleh Charles Theodore Deeleman, seorang
litografi dan insinyur di masa Hindia Belanda. Dalam sejarah Indonesia delman menjadi
alat transportasi yang sangat membantu, contohnya peranan kuda sebagai sarana
transportasi telah berhasil membuka isolasi daerah pedalaman sehingga masyarakat di
daerah pedalaman dapat berkomunikasi dengan masyarakat luar oleh karena itu kuda
masih dimanfaatkan sebagai sarana transportasi hingga sekarang (Suranny 2016).
Tahapan evolusi kuda cukup menarik, yaitu ukuran tubuh yang bertambah besar,
jumlah jari dan kukunya juga berkurang. Saat ini hanya terdapat satu jari dan kuku
fungsional pada setiap kakinya sebagai akibat dari evolusi yang ekstrim untuk dapat
berlari cepat dalam waktu yang lama. Domestikasi kuda dilakukan berdasarkan
kecepatan berlari dan kemampuan dalam menempuh jarak yang jauh. Ketertarikan
terhadap kemampuan tersebut mendorong aktivitas domestikasi untuk mendapatkan
kendaraan sebagai sarana transportasi. Kuda delman merupakan hewan pekerja dan
penilaian kondisi kesehatan kuda ini ditentukan oleh kondisi kaki dan kukunya. Kaki
belakang kuda berfungsi melakukan pergerakan dan menunjang berat badan, akan
tetapi kuda yang dipekerjakan secara ekstrim dapat menyebabkan ketidakseimbangan
langkah, kerusakan kuku serta dapat memicu terjadinya kepincangan. Kelainan
konformasi, pemasangan ladam yang salah, dan aktivitas yang ekstrim merupakan
faktor predisposisi terjadinya tarsitis kronis (bone spavin) pada kuda (Sukareksi &
Nurhidayat. 2015).
Tujuan
Permasalahan
1. Hal - hal apa saja yang perlu diperhatikan pada kesejahteraan hewan kuda, dan
2. Bagaimana cara menerapkan kesejahteraan hewan pada kuda.
Pembahasan
Delman menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kereta beroda dua
yang ditarik kuda; dokar. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan
Hewan membagi definisi hewan sebagai berikut :
Pasal 1 ayat 3 UU 41/2014, hewan adalah binatang atau satwa yang seluruh
atau sebagian dari siklus hidupnya berada di darat, air, dan/atau udara, baik yang
dipelihara maupun yang di habitatnya. Pasal 1 ayat 4 UU 41/2014, hewan peliharaan
adalah hewan yang kehidupannya untuk sebagian atau seluruhnya bergantung pada
manusia untuk maksud tertentu. Adapun jenis-jenis hewan ini dikategori menjadi hewan
jasa, hewan laboratorium dan hewan kesayangan.
Kuda yang digunakan pada delman termasuk kedalam jenis hewan jasa, yaitu
hewan yang dipelihara untuk memberi jasa kepada manusia, melacak tindakan kriminal,
membantu melacak korban kecelakaan dan sebagai hewan tarik atau hewan beban.
Kesehatan hewan dalam hal ini merupakan tugas pemerintah untuk menyelenggarakan
kesehatan hewan di seluruh wilayah Indonesia dengan kewenangannya berkewajiban
meningkatkan penguatan tugas, fungsi dan wewenang otoritas veteriner sebagaimana
tercantum dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 Pasal 68.
Pemanfaatan kuda sebagai hewan jasa harus didukung dengan kewajiban dari
pemilik kuda tersebut untuk menjamin kesejahteraan hewan terpenuhi. UU Nomor 18
Tahun 2009 pasal 66-67 dan UU Nomor 41 Tahun 2014 tentang kesejahteraan hewan
mengatur kewajiban yang harus dipenuhi oleh pemilik hewan terdiri atas
memungkinkan hewan dapat mengekspresikan perilaku alaminya; pemeliharaan,
pengamanan, perawatan dan pengayoman hewan dilakukan dengan sebaik-baiknya
agar hewan bebas dari rasa lapar dan haus, rasa sakit, penganiayaan dan
penyalahgunaan, serta rasa takut dan tertekan. Pemberian makanan pada kuda sesuai
dengan kebutuhan. kebutuhan zat makanan dan tata laksana pemberian pakan pada
ternak kuda adalah faktor yang mempengaruhi performa kuda.
Kejadian kuda delman ditemukan pingsan di jalanan merupakan kasus yang
sering terjadi. Satu diantara kejadian tersebut terjadi seperti berita yang dilansir oleh
Suarajatim.id pada Jumat 3 Desember 2021, kuda delman pingsan di jalan diduga
karena kelelahan. Kuda sebagai hewan jasa memiliki batasan dalam melakukan
kegiatan dan harus memperhatikan jumlah beban yang ditarik agar tidak melebihi batas
normal kemampuan dari kuda itu sendiri. Pemaksaan kebiasaan ini akan berdampak
buruk bagi kuda tersebut, sehingga mengurangi kemampuan bekerja dan mengganggu
kesehatan kuda. Pada kondisi tertentu dapat membahayakan kuda yang dapat
menyebabkan kematian.
Pemilik kuda delman secara mandiri mengalami kesulitan dalam pemenuhan
kebutuhan kuda dalam sehari-hari pada saat kondisi pandemi ini dan memiliki
keterbatasan untuk melakukan perawatan kesehatan pada kuda dengan alasan
ketidakmampuan ekonomi. Akibatnya kuda mengalami malnutrisi dan gangguan
kesehatan. Namun pada kondisi tersebut kuda tetap dipekerjakan seperti biasa,
sehingga membuat dampak kesehatan yang buruk bagi kuda.
Menurut UU 41/2014 pasal 66A setiap orang dilarang menganiaya dan/atau
menyalahgunakan hewan yang mengakibatkan cacat dan/atau tidak produktif. Setiap
orang yang mengetahui adanya perbuatan tersebut wajib melaporkan kepada pihak
yang berwenang. Jika terjadi penganiayaan atau menyalahgunakan kudanya pemilik
kuda dapat dipidana sesuai dengan pasal 91B UU 41/2004 dengan pidana kurungan
paling singkat 1 bulan dan paling lama 6 bulan dan denda paling sedikit Rp. 1.000.000,-
dan paling banyak Rp. 5.000.000,-. Setiap orang yang mengetahui adanya perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66A ayat (1) dan tidak melaporkan kepada pihak
yang berwenang makan dikenakan pidana kurungan paling singkat 1 bulan dan paling
lama 6 bulan dan denda paling sedikit Rp. 1.000.000,- dan paling banyak Rp.
3.000.000,-.
Selain itu Pasal 302 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) juga
mengatur tentang penganiayaan terhadap hewan. Peraturan daerah juga memiliki
undang-undang yang dapat dijadikan sebagai landasan hukum terkait hewan jasa yang
dijadikan mata pencaharian seperti yang tertuang dalam Pasal 24 Peraturan Daerah
Kota Pontianak Nomor 11 Tahun 2019 tentang Ketertiban Umum dan Pasal 34 ayat 3
yang berbunyi setiap orang/badan dilarang mengusahakan /memanfaatkan
/mengeksploitasi hewan peliharaan sebagai jasa angkutan umum/khusus dan/atau jasa
lainnya tanpa izin Pemerintah Daerah.
Solusi Alternatif
Simpulan
Saran
Daftar Pustaka
[PERDA] Kota Pontianak. 2019. Peraturan Daerah Kota Pontianak No. 11 Pasal
24 tentang Ketertiban Umum.
[PERDA] Kota Pontianak. 2019. Peraturan Daerah Kota Pontianak No. 11 Pasal
34 ayat 3 tentang Ketertiban Umum.
Sukareksi H, Nurhidayat. 2015. Deformasi sendi tarsus pada preparat kaki belakang
kuda delman. Jurnal Kedokteran Hewan. 9(2):1-6.
Suranny L E. 2016. Moda transportasi tradisional Jawa. 6(2):1-15.
Undang Undang Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia No. 18
Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Undang Undang Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang Republik Indonesia No. 41
Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009
tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 302 (KUHP).