Anda di halaman 1dari 12

PERBANDINGAN WAKTU INDUKSI, DURASI, DAN

PEMULIHAN ANESTESI DENGAN PENAMBAHAN


PRAMEDIKASI ACEPROMAZINE-XYLAZINE DAN
ACEPROMAZIN-ATROPIN UNTUK ANESTESI UMUM
KETAMIN PADA KUCING LOKAL (Fellis domestica)

Disusun Oleh : Nounse Amelia (14820050)


Kelas B
Latar Belakang

Beragamnya jenis produk obat-obatan untuk anestesi menuntut


seorang dokter hewan untuk memiliki pengetahuan yang memadai didalam
menentukan pilihan terhadap anestetik yang tepat untuk digunakan. Oleh
karena itu diperlukan suatu data mengenai agen anestesi yang efektif, efesien
dan aman untuk digunakan karena kadang-kadang anestesi umum mempunyai
resiko yang jauh lebih besar daripada prosedur pembedahan yang dijalankan.
Untuk itu diperlukan kondisi anestetik yang sesuai dengan yang diinginkan
(Zainal dan Kusumawati, 1998).
Ketamin sebagai salah satu anestesi injeksi, dapat digunakan sebagai
anestesi umum pada kucing, primata, kuda, sapi, dan anjing (Adam, 2001)

Ketamin bila diberikan secara tunggal memiliki dampak negatif karena


menyebabkan terjadinya ketegangan otot, oleh karena itu perlu dicarikan alternatif
campuran ketamin untuk menghilangkan efek ketegangan otot (Slatter,2003)

Efek samping yang tidak diharapkan dari suatu pembiusan itu dapat diatasi
dengan pemberian pramedikasi. Tujuan umum pemberian pramedikasi adalah untuk
mengurangi rasa nyeri, membuat masa pemulihan yang lebih tenang, mengurangi dosis
anastetik yang diperlukan dan mempercepat terjadinya efek anestetik (Brander et al.,
1982). Contoh pramedikasi ialah atropin dan xylazine.
Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka perumusan


masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ialah :
1. Apakah terdapat perbandingan waktu induksi, durasi, dan pemulihan
anestesi dengan penambahan pramedikasi acepromazine-xylazine dan
acepromazin-atropin untuk anestesi umum ketamin pada kucing lokal
(Fellis domestica)?
2. Manakah yang lebih efektif, efesien dan aman untuk digunakan sebagai
agen anestesi umum pada kucing lokal (Fellis domestica)?
Hipotesis
H0 : Waktu induksi, durasi, dan pemulihan anestesi dengan penambahan

pramedikasi acepromazine-xylazine lebih cepat atau sama dengan

acepromazin-atropin untuk anestesi umum ketamin pada kucing lokal

(Fellis domestica).

H1 : Waktu induksi, durasi, dan pemulihan anestesi dengan penambahan

pramedikasi acepromazine-xylazine lebih lambat dari acepromazin-

atropin untuk anestesi umum ketamin pada kucing lokal (Fellis

domestica).
Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan
pada penelitian ini adalah :

1. Mengetahui perbandingan waktu induksi, durasi, dan pemulihan anestesi dengan penambahan
pramedikasi acepromazine-xylazine dan acepromazin-atropin untuk anestesi umum ketamin pada
kucing lokal (Fellis domestica).
2. Mengetahui agen anestesi umum yang lebih efektif, efesien dan aman untuk digunakan pada kucing
lokal (Fellis domestica).
Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
ilmiah mengenai perbandingan waktu induksi, durasi, dan pemulihan
anestesi dengan penambahan pramedikasi acepromazine-xylazine
dan acepromazin-atropin untuk anestesi umum ketamin pada kucing
lokal (Fellis domestica).
Metode Penelitian
Variabel Dalam Penelitian ini terdiri dari tiga macam variabel yaitu variabel bebas,
variabel terikat dan variabel kendali.

Variabel bebas pada penelitian ini adalah dosis Acepromazine 0,2 mg/KgBB - Xylazine 2
mg/KgBB (SC), Acepromazine 0,2 mg/KgBB Atropin 0,02 mg/KgBB (SC), dan Ketamin 20
mg/KgBB (IM).

Variabel terikat adalah waktu induksi anestesi (dihitung mulai penyuntikan sampai hilang
rasa nyeri) durasi anestesi (dihitung dari awal hilangnya refleks rasa sakit sampai timbulnya
kembali refleks rasa sakit) serta waktu pemulihan yang dihitung dari timbulnya kembali
refleks rasa sakit sampai hewan dapat berdiri dengan melakukan pencubitan pada kaki.

Variabel Kendali adalah kucing jantan lokal yang berumur lebih dari atau sama dengan 1
tahun dan memiliki berat badan antara 2 sampai 3 kg yang diambil secara acak di wilayah
Surabaya.
Perlakuan
Penelitian ini menggunakan 18 ekor kucing lokal jantan dibagi menjadi
tiga kelompok penelitian, yaitu P1, P2, P3 masing-masing kelompok terdiri dari 6
ekor.

P1 : Sebagai kelompok kontrol diberikan ketamin dengan dosis


20mg/KgBB secara injeksi intramuskular.

P2 : Kelompok yang diberikan acepromazine 0,2mg/KgBB dan xylazine


2mg/KgBB setelah dicampur diberikan secara injeksi subcutan,
sedangkan ketamin dengan dosis 20 mg/KgBB diberikan secara
injeksi intramuskular.

P3 : Kelompok yang diberikan acepromazine 0,2mg/KgBB dan atropin


0,02mg/KgBB setelah dicampur diberikan secara injeksi subcutan,
sedangkan ketamin dengan dosis 20 mg/KgBB diberikan secara
injeksi intramuskular.
Materi
Penelitian ini menggunakan hewan percobaan kucing jantan lokal sebanyak 18 ekor
dengan berat 2-3 kg dan berumur lebih dari atau sama dengan satu tahun.
Bahan yang diperlukan untuk penelitian ini yaitu alkohol 70%, kapas, ketamin, xylazin,
acepromazin, atropin, dysposible syringe 1 ml.
Sedangkan alat yang diperlukan yaitu : stopwatch, stetoskop, termometer, timbangan,
alat tulis.
Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan pada bulan April 2017 di Laboratorium Hewan
Coba Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Cara Kerja
1. Sebelum dilakukan anestesi kucing dipuasakan terlebih dahulu selama 12 jam, untuk
menghindari reflek muntah yang disebabkan oleh penggunaan obat anestesi.
2. Timbang BB kucing, ukur suhu tubuh dan memeriksa detak jantung dengan stetoskop.
Catat hasil dan hitung dosis obat anestesi.
3. Kemudian siapkan kapas dan alkohol sebagai antiseptik sebelum diinjeksi.
4. Pada P1 kucing diinjeksi ketamin 20mg/KgBB secara subcutan hitung dengan
stopwatch dan amati, dari mulai diinjeksi sampai hilang rasa nyeri hingga kucing
tersadar dan bangun. Catat hasilnya
5. Pada P2 kucing diinjeksi acepromazin 0,2 mg/KgBB xylazin 2 mg/KgBB secara
subcutan dihitung dan diamati mulai diinjeksi sampai hilang rasa nyeri kemudian
dilanjutkan dengan injeksi ketamin 20 mg/KgBB secara intamuskular. Amati dan catat
hasil hingga kucing terbangun.
6. Pada P3 kucing dilakukan cara yang sama dengan diatas perbedaan hanya
menggunakan pramedikasi acepromazin 0,2 mg/KgBB - atropin 0,02 mg/KgBB dengan
dosis yang telah dihitung dan dilanjutkan dengan injeksi ketamin 20 mg/KgBB.
Analisa Data

Hasil data penelitian ini akan disajikan dalam


bentuk rataan standar deviasi dalam bentuk
deskriptif dan diuji dengan metode Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan analisis statistik
ANOVA yang dilanjutkan dengan uji Duncan.

Anda mungkin juga menyukai