Mutu bahan baku sangat mempengaruhi hasil akhir dari produk yang dibuat.
Pengendalian mutu bahan baku harus dilakukan sejak penerimaan bahan baku di
gudang, selama penyimpan dan waktu bahan baku akan dimasukkan dalam proses
produksi, sehingga perlu diamati sejak rencana pembelian bahan baku,
penerimaan bahan baku di gudang, penyimpanan bahan baku di gudang, sampai
dengan saat bahan baku tersebut akan digunakan (Prawirosentono, 2004).
Perlunya dilakukan uji kualitas bahan pakan ini dikarenakan bahan baku
sering terkontaminasi atau sengaja dicampur dengan benda-benda asing dapat
menurunkan kualitas sehingga perlu dilakukan pengujian secara fisik untuk
menentukan kemurnian bahan (Kurniawati, 2005). Beberapa uji untuk control
kualitas pakan dengan tujuan masing-masing, diantaranya uji organoleptik, uji
biologis dan uji secara kimiawi. Uji organoleptik berfungsi sebagai pemeriksaan
mutu dan pengendalian sebelum dilakukannya proses pembuatan konsentrat
(Agus, 2007).
Bahan baku pakan dinyatakan baik secara fisik apabila apabila memenuhi
beberapa kriteria, antara lain kering (kadar air dibawah 14%), bebas kutu atau
insekta lain, tidak pecah atau rusak (utuh), bau atau rasa sesuai, penampilan luar
tetap tidak berubah, dan tidak terdapat atau sedikit dijumpai bahan pemalsu
(Agus, 2007).
Pada praktikum pengendalian mutu pakan di lakukan pengamatn mutu dan kadar air
serta bahan organic yang terkandung dalam bahan pakan yang di analisis yaitu dedak
dan jagung. Dedak dan jagung tentunya berasal dari pabrik yang telah mengalami
banyak proses dan tentunya sudah mengalami proses penyimpanan dan pengawasan.
Pengawasan dan pengendalian mutu merupakan faktor penting bagi suatu
perusahaan untuk menjaga konsistensi mutu produk yang akan dihasilkan pada
suatu pabrik pakan (Junais et al., 2010). Pada pabrik tentunya memiliki prosedur
quality control nya tersendiri untuk menjaga mutu dan kualitas bahan pakan hingga
sampai ke tangan konsumen. Menurut Muhandri dan Kardarisman, (2008) Quality
control merupakan bagian yang penting dalam suatu pabrik pakan, karena nantinya
akan berpengaruh pada pakan yang dihasilkan. Quality control bertugas untuk
menjamin mutu selama penerimaan bahan baku hingga pengendalian mutu pada
bagian produksi
pengawasan dan pengendalian mutu pakan dilakukan untuk mencegah pakan rusak,
dan mencegah pemborosan biaya akibat kerusakan. Menurut Junais et al., (2010)
Pengawasan dan pengendalian mutu harus dilakukan sejak awal proses
produksi sampai saluran distribusi untuk meningkatkan kepercayaan konsumen,
meningkatkan jaminan keamanan produk, mencegah banyaknya produk yang
rusak dan mencegah pemborosan biaya akibat kerugian yang dapat ditimbulkan.
Adapun beberapa prosedur untuk mengetahui kualitas pakan yang akan diedarkan ke
konsumen, yaitu diambil sedikit sampel pakan untuk dianalis di laboratorium
makanan ternak, hasil analisis tersebut kemudian dibandingkan dengan kandungan
nutrisi standar. Selain itu sampel bisa diambil di beberapa tempat dan dicium, bila
sampel tersebut berbau tengik atau tidak sedap lagi dan terdapat jamur pada bahan
pakan, itu menandakan bahwa bahan pakan tersebut sudah tidak bagus lagi atau
tidak berkualitas dijadikan suatu bahan pakan (Kuswandi, 2011). Perlunya dilakukan
uji kualitas bahan pakan ini dikarenakan bahan baku sering terkontaminasi atau
sengaja dicampur dengan benda-benda asing dapat menurunkan kualitas sehingga
perlu dilakukan pengujian secara fisik untuk menentukan kemurnian bahan
(Kurniawati, 2005).
Oleh karena itu praktikum yang dilakukan kali ini agar dapat mengetahui cara
penyimpanan yang baik dan dapat membedakan bahan bahan pakan yang masih baik
maupun yang sudah menurun kualitasnya. Untuk mengetahui kualitas dari bahan
pakan, harus dilakukan pengamatan secara fisik seperti aroma, tekstur, rasa, dan
warna secara organoleptik, dan kimiawi. Hal ini sesuai dengan pedapat Agus, (2007)
Beberapa uji untuk control kualitas pakan dengan tujuan masing-masing, diantaranya
uji organoleptik, uji biologis dan uji secara kimiawi. Uji organoleptik berfungsi
sebagai pemeriksaan mutu.
Pemeriksaan secara kimiawi yang dilakukan pada praktikum kali ini yaitu dengan
menganalisa kadar air dan bahan organik, dan pemeriksaan juga dilakukan secara
fisik yang dilihat dari aroma, rasa, warna, tekstur dan ada tidaknya kutu di dalam
bahan pakan jagung dan dedak, menurut Agus, (2007) Bahan baku pakan dinyatakan
baik secara fisik apabila apabila memenuhi beberapa kriteria, antara lain kering
(kadar air dibawah 14%), bebas kutu atau insekta lain, tidak pecah atau rusak (utuh),
bau atau rasa sesuai, penampilan luar tetap tidak berubah, dan tidak terdapat atau
sedikit dijumpai bahan pemalsu.
Pada praktikum ini bahan pakan jagung dan dedak di kemas dengan keadaan yang
berbeda beda dan waktu penyimpana yang berbeda pula untuk mengetahui perbedaan
kualitas dan mutu bahan pakan yang dikemas dengan cara dan lama penyimpana yang
berbeda. Menurut pendapat Yulianti, (2001) menyatakan bahwa Proses penyimpanan
akan berpengaruh pada mutu pakan yang dihasilkan. Penyimpanan yang terlalu lama
atau dalam kondisi yang kurang baik akan menurunkan mutu bahan makanan. Lama
penyimpanan yang tidak sesuai dan cara menyimpan yang keliru dapat menjadi
penyebab utama pakan menjadi keras dan menjamur serta semakin lama
penyimpanan akan mengakibatkan kadar air yang semakin meningkat karena kadar
air menentukan daya simpan dari ransum, pada ransum yang berkadar air tinggi daya
simpannya lebih singkat dibandingkan ransum berkadar air lebih rendah.
Pada hasil praktikum yang telah didapat, bahwasanya kualitas fisik dari dedak dan
jagung yang menggunakan kemasan terbuka mengalami penurunan kualitas, seperti
pada dedak setelah dilakukan penyimpanan dari minggu pertama hingga minggu
keempat aromanya menajadi lebih tengik, begitu pula dengan jagung yang
menggunakan kemasan terbuka pada minggu keempat aromanya menjadi tengik, hal
ini disebabkan oleh kemasan yang terbuka. Menurut pendapat Yulianti, (2001)
Lama penyimpanan yang tidak sesuai dan cara menyimpan yang keliru dapat menjadi
penyebab utama pakan menjadi keras dan menjamur. Namun pada jagung yang
menggunakan kemasan terbuka didapati adanya organisme berupa kutu, hal ini dapat
terjadi karena pengemasan yg tidak tepat sehingga hama akan mudah masuk ke dalam
bahan pakan saat proses penyimpanan berlangsung. Hal ini sesuai dengan pendapat
Mukodiningsih et al., (2015) yang menyatakan bahwa pengemasan bahan pakan
maupun produknya serta pengelompokan selama penyimpanan akan mempermudah
pengawasan terhadap hama selama penyimpanan.
Sedangkan pada dedak yang menggunakan kemasan tertutup rapat aromanya apek
khas dedak dan pada jagung yang menggunakan kemasan tertutup juga memiliki
aroma yang khas jagung, hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh kemasan yang
tertutup sehingga kualitas bahan pakan tetap terjaga. Hal ini sesuai dengan pendapat
Mukodiningsih et al., (2015) Pengemasan dapat mencegah kerusakan produk akibat
pengaruh lingkungan luar yaitu kerusakan mekanis, perubahan kadar air, penyerapan
air dan interaksi oksigen.
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawati, Nia. Hendarsih Suharto. 2005. Keong Mas dari Hewan Peliharaan Menjadi
Hama Utama Padi di Sawah. Artikel. Balai Besar Penelitian Padi.
Muhandri, T. dan D. Kadarisman. 2008. Sistem Jaminan Mutu Industri Pangan. IPB Press,
Bogor.
Mukodiningsih dan C. I. Sutrisno. 2015. Pengaruh Fermentasi Kombinasi Jerami Padi Dan
Jerami Jagung Dengan Aras Isi Rumen Kerbau Terhadap Kecernaan Bahan Kering
Dan Bahan Organik Secara In Vitro. Animal Agriculture Journal. 2(1): 135 – 140.
Prawirosentono, suyadi. 2004. Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu, Jakarta:
Rineka Cipta.