diperlihatkan pada masing-masing pasien. Sebagai contoh, jika lemak tidak dapat
ditolerir, diet harus rendah lemak. Jika pasien dalam keadaan enchepalopati,
masukan protein harus dikurangi. Jika pasien memperlihatkan gejala ascites, maka
konsumsi garam harus dibatasi.
Terapi diet yang diberikan pada pasien dengan penyakit sirosis hepatis
bertujuan untuk memberikan makanan dengan gizi seimbang, mencegah
kerusakan hati lebih lanjut tanpa memberatkan kerja hati, memungkinkan hati
bekerja secara efektif walaupun telah terjadi kerusakan.
A. Prinsip Diit Sirosis Hepatis
1. Sirosis hepatis tanpa komplikasi
a. Energi cukup, dianjurkan 40-45 kal/KgBB/hari.
b. Pemberian protein tergantung keadaan sirosis hepatis. Mula-mula
0,82 gr/KgBB/hari, 60-70% berasal dari protein bernilai biologis
tinggi seperti susu, telur dan daging.
c. Hidrat arang diberikan 60-70% dari total kalori, dianjurkan dari
hidrat arang yang murni.
d. Lemak dianjurkan 20% dari total kalori.
2. Sirosis hepatis dekompensasi
(dengan ascites dan edema)
a.
b.
c.
d.
e.
C. Syarat Diit
Syarat pemberian diit pada penderita sirosis hepatis yang harus diperhatikan,
yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
Mudah dicerna.
Porsi yang diberikan kecil, tapi sering.
Bahan makanan yang menimbulkan gas dihindarkan.
Pemberian natrium dibatasi bila ada oedema dan ascites.
Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan tubuh. Bisa dimulai dari
yang cair.
D. Macam Diit
Diit pada penyakit hati disesuaikan dengan keadaan pasien, menurut Amatsier,
2004 diit ini dibedkan menjadi 3 macam, yaitu sebagai berikut:
1. Diit Hati I
Diit hati I diberikan pada penderita sirosis hepatis berat dan sirosis hepatis
akut dalam keadaan pre koma atau segera setelah pemderita dapat makan
kembali. Makanan diberikan berupa cairan yang mengandung hidrat arang
sederhana seperti sari buah, sirup dan teh manis.
Cairan yang diperlukan kurang lebih 2 liter sehari bila tidak ada ascites.
Makanan ini rendah kalori, protein, besi dan thiamine. Diit ini sebaiknya
tidak diberikan lebih dari 3 hari. Untuk menambah kalori, dapat
ditambahkan infus glukosa.
2. Diit Hati II
Diberikan bila keadaan akut atau prekoma sudah dapat diatasi dan
penderita sudah mulai mempunyai nafsu makan. Menurut keadaan pasien,
maka dapat diberikan dalam bentuk cincang atau lunak. Pemberian protein
diberikan secara bertahap, dapat dimulai dari 30 gram sehari dan lemak
diberikan dalam bentuk mudah mudah cerna.
3. Diit Hati III
Diberikan sebagai makanan perpindahan dari diit hati II atau kepada
penderita yang nafsu makannya cukup. Menurut keadaan penyakit,
makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Protein diberikan 1
gram/KgBB/hari, lemak sedang dalam bentuk mudah dicerna. Menurut
beratnya retensi garam dan air, makanan diberikan sebagai diit hati III
rendah garam. Bila ada ascites diberikan diit rendah garam I.
E. Asupan Energi
dimetabolisme oleh hati menjadi protein tubuh termasuk albumin. Sintesis protein
tidak akan terjadi bila jumlah protein tersebut tidak memadai.
Malnutrisi juga bisa disebabkan oleh peningkatan metabolisme yang
kemungkinan dipengaruhi oleh hormon, tapi walaupun demikian yang
menimbulkan malnutrisi pada pada penyakit hati adalah asupan makanan yang
kurang. Jika asupan protein dalam makanan kurang, maka pembentukan albumin
mengalami penurunan. Dalam keadaan normal, setiap harinya diproduksi 10 gram
albumin, sedangkan dalam keadaan sirosis hati hanya 4 gram albumin per hari.
Pre-albumin plasma merupakan indeks yang sangat sensitif bagi kapasitas
fungsional hati. Menurunnya kadar albumin seiring ditemukannya ascites yaitu
sebanyak 87,79%. Kadar albumin kurang dari 2,5 gram persen merupakan
petunjuk prognosa jelek. Apabila penderita tersebut diberikan diit tinggi protein,
tetapi kadar albumin tetap rendah, hal ini menunjukkan bahwa prognosa sangat
jelek.