Disusun Oleh :
REFNI
Nim :1913211127
1. Metode Ceramah
Ceramah merupakan salah satu penyajian atau penyampaian bahan ajar dengan cara
lisan dari guru ke murid. Metode pengajaran ini sering digunakan oleh guru didalam kelas
karena tidak memerlukan peralatan khusus dalam penyampaian materi (Setyanto,
2014).Ceramah berasal dari kata latin yaitu lecturu, legu (legree, lectus) yang berarti
membaca, kemudian mengajarkan. Hal tersebut merupakan akibat dari guru membaca buku
materi sehingga kemudian menyampaikan pelajaran kepada murid dengan cara mendikte
(Gilstrap dan Martin (1975), dalam Setyanto, 2014).
Metode ceramah merupakan strategi dimana guru memberi presentasi lisan dan peserta
didik dituntut menanggapi atau mencatat penjelasan guru, supaya lebih hidup. Metode
ceramah dapat diselingi dengan tanya jawab. Mariana (2013) menyatakan bahwa berdasarkan
definisi metode ceramah, dapat dimengerti jika pendidik akan menjadi pusat/titik tumpuan
keberhasilan metode ceramah. Lalu lintas pembicaraan atau komunikasi hanya searah yakni
dari guru ke para siswa.
Akibat dari adanya kenyataan ini, adalah:
1. Pendidik haruslah memiliki keterampilan menjelaskan (explaining skills).
2. Pendidik memiliki kemampuan memilih dan menggunakan alat bantu instruksional yang
tepat dan potensi untuk meningkatkan ceramah.
Guru yang hendak Menggunakan metode ceramah saat menyampaikan materi harus
memiliki beberapa kompetensi. Hal ini bertujuan agar metode ceramah dapat bekerja dengan
baik sehingga murid dapat menangkap dan memahami pesan yang disampaikan oleh sang
guru. Kompetensi pokok yang harus dikuasai, yaitu teknik berceramah yang mampu
mengurangi kobosanan didalam kelas memberikan ilustrasi sesuai bahan ajar,
menguasai materi pelajaran, menjelaskan pokok-pokok bahan ajar secara sistematis, serta
menguasai aktivitas seluruh murid didalam kelas.
Yang terpenting guru juga harus mengetahui kondisi murid ketika akan menggunakan
metode ceramah dalam penyampaian materi pelajaran. Hal-hal yang harus diketahui guru,
diantara kemampuan murid mendengarkan dan mencatat bahan ajar yang disampaikan,
kemampuan awal berkaiatan dengan materi yang dipelajari, serta kondisi emosi murid pada
wilayah pembelajaran.
Metode ceramah dalam Jurnal penelitian dengan judul Pengaruh Edukasi Gizi
Dengan Ceramah Dan Booklet Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Gizi Remaja
Overweight. Peningkatan rerata pengetahuan gizi pada kelompok ceramah dari sebelumnya
sebesar 72,99% menjadi 78,88%, sedangkan pada kelompok booklet rerata pengetahuan
sebelum edukasi sebesar 73,96% menjadi 78,89%. Peningkatan rerata sikap gizi pada
kelompok ceramah dari sebelumnya sebesar 75,86 menjadi 79,07, sedangkan peningkatan
rerata sikap pada kelompok booklet dari sebelumnya sebesar 73,14 menjadi 78,93. Terdapat
perbedaan rerata pengetahuan dan sikap gizi pada kelompok ceramah dan booklet (p0,05).
Kesimpulan Edukasi gizi melalui ceramah berpengaruh terhadap pengetahuan,
sedangkan edukasi gizi melalui booklet berpengaruh terhadap sikap gizi. Terdapat perbedaan
pada peningkatan pengetahuan dan sikap sebelum dan setelah edukasi pada kelompok
ceramah dan booklet. Namun, tidak terdapat perbedaan perubahan pengetahuan dan sikap
gizi pada kedua kelompok.
2. Metode Simulasi
Langkah-Langkah
Menurut Wina Sanjaya langkah-langkah simulasi terdiri atas 3 bagian yaitu persiapan
simulasi, pelaksanaan simulasi dan penutup simulasi.
a. Persiapan simulasi
1) Menetapkan topic atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh
simulasi
2) Memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan
3) Menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peranan yang harus
dimainkan oleh pemeran, serta waktu yang disediakan
4) Memberikan kesempatan bertanya khususnya pada yang terlibat dalam
pemeran simulasi
b. Pelaksanaan simulasi
1) Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran
2) Parasiswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian
3) Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapatkan
kesulitan
4) Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan
untuk mendorong siswa berfikir dalam menyelesaikan masalah yang
sedang disimulasikan.
c. Penutup simulasi
1) Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita
yang disimulasikan. Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan
kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi
2) Merumuskan kesimpulan
Kelebihan
Simulasi dapat dijadikan sebagi bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang
sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi dunia
kerja.
1. Simulasi dapat mengembangkan kreatifitas siswa, karena melalui simulasi siswa
diberi kesempatan untuk memainkan peranaan sesuai dengan topik yang
disimulasikan.
2. Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
3. Memperkaya pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan dalam
menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis
4. Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran
Kelemahan
Disamping memiliki kelebihan, simulasi juga mempunyai kelemahan, diantaranya :
1. Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai
dengan kenyataan di lapangan
2. Pengelolaan yang kurang baik. sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan,
sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
3. Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering mempenggaruhi siswa
dalam melakukan simulasi.
Metode simulasi juga dapat membuat sasaran seolah-olah merasakan kejadian
sebernnya yang dapat menjadi bekal kelak ketika terjun ke lapangan selain itu metode
simulasi juga dapat membantu sasaran melatih kepercayaan dirinya walaupun meode simulasi
dapat berdampak baik terhadap sasaran tetapi juga memiliki kelemahan yang di antara lainya
jika sasaran memiliki psikologis yang kurang dapat membuat metode simulasi berjalan tidak
dengan semestinya.
Didukung oleh artikel dari Eska Riyanti (2015) Peningkatan pengetahuan tentang
pencegahan diare pada anak jalanan melalui metode diskusi dan simulasi. Menggunakan
metode pendidikan kesehatan dengan metode diskusi dan simulasi untuk materi penyakit
diare dan penanganannya dan didapatkan hasil bahwa metode diskusi dan simulasi
memberikan dampak peningkatan pengetahuan yang signifikan dalam pemberian
pengetahuan pada anak jalanan. Akan tetapi, belum diketahui bagaimana dampaknya
terhadap angka kejadian diare pada anak jalanan.
a. Buatlah satu permainan peran dimana guru akan mendemonstraikan perilaku yang
diinginkan.
b. Informasikan kepada kelas bahwa guru akan memainkan peran utama dalam bermain
peran ini. Pekerjaan siswa adalah membantu guru berhubungan dengan situasi.
d. Mintalah relevan siswa untuk bermain peran menjadi orang lain dalam situasi ini.
Guru memberi siswa itu catatan pembukaan untuk dibaca guna membantunya atau
membawa masuk pada peran. Mulailah bermain peran, tetapi berhentilah pada interval
yang sering dan mintalah kelas untuk memberi feedback dan arah seperti kemajuan
skenario. Jangan ragu menyuruh siswa untuk memberikan garis khusus bagi guru
untuk digunakan.
e. Teruskan bermain peran sampai siswa secara meningkat melatih guru dalam
bagaimana menangani situasi. Hal ini memberikan siswa latihan keterampilan ketika
guru melakukan peran yang sebenarnya untuk mereka. Para audience diupayakan
mengambil bagian secara aktif dalam bermain peran itu.
1. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa, di samping menjadi
pengalaman yang menyenangkan juga memberi pengetahuan yang melekat dalam
memori otak.
2. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan membuat kelas menjadi dinamis
dan antusias
3. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan
rasa kebersamaan.
4. Siswa dapat terjun langsung untuk memerankan sesuatu yang akan dibahas dalam
proses belajar.
Metode role playing dalam artikel Peningkatan Pengetahuan Gizi Pada Anak Sekolah
Dengan Metode Ceramah Dan Metode Role Play .Distribusi pengetahuan gizi sebelum dan
sesudah diberi pendidikan gizi dengan metode role play Berdasarkan hasil perhitungan skor
pre dan post-test, perubahan skor yang mecolok dapat dilihat pada rentang skor 12 - 14 yang
terdapat peningkatan sebanyak 6 anak, dan pada rentang skor di bawahnya (9 – 11) yang
terjadi penurunan 6 anak, rata – rata skor juga mengalami peningkatan dari 10,16 menjadi
10,49 (sebanyak 0,33 poin). Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan
pengetahuan gizi pada anak setelah diberikan pendidikan gizi dengan menggunakan metode
role-play
4. Metode Sosiodrama
Metode sosiodrama dan bermain peranan merupakan dua buah metode mengajar yang
mengandung pengertian yang dapat dikatakan bersama dan karenanya dalam pelaksanaan
sering disilih gantikan. Istilah sosiodrama berasal dari kata sosio atau sosial dan drama. Kata
drama adalah suatu kejadian atau peristiwa dalam kehidupan manusia yang mengandung
konflik kejiwaan, pergolakan, benturan antara dua orang atau lebih. Sedangkan bermain
peranan berarti memegang fungsi sebagai orang yang dimainkannya, misalnya berperan
sebagai guru, anak yang sombong, orang tua dan sebagainya.
Kedua metode tersebut biasanya disingkat menjadi metode “sosiodrama” yang
merupakan metode mengajar dengan cara mempertunjukkan kepada siswa tentang masalah-
masalah hubungan sosial. Untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Masalah hubungan
sosial tersebut didramatisasikan oleh siswa dibawah pimpinan guru. Melalui metode ini guru
ingin mengajarkan cara-cara bertingkah laku dalam hubungan antara sesama.
Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-
masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan
antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter,
dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan
akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk
memecahkannya. Berdasarkan beberapa defenisi tersebut dapat ditarik benang merah bahwa
metode pembelajaran sosiodrama adalah model pembelajaran bermain peran dengan
mendramatisasi kehidupan nyata atau konflik yang belum terselesaikan dan sistem sosial
yang membentuk kita secara individu dan kolektif.
1. Tahap persiapan
Mempersiapkan masalah situasi hubungan sosial yang akan diperagakan atau
pemilihan tema cerita. Pada tahap persiapan ini guru jugga menjelaskan mengenai peranan-
peranan yang dimainkan, bagaimana pelaksanaan sosio drama dan tatacara pelaksanaan
dalam kegiatan pembelajaran setelahnya. Dalam sebuah kelas tentunya terdapat jumlah anak
yang tidak semuanya bisa melaksanakan sosio drama, jadi selain menjelaskan tatacara
pelaksanaan sosiodrama, guru juga harus menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh siswa
yang menjadi penonton.
2. Penentuan pelaku atau pemeran
Setelah menentukan tema pelaksanaan sosiodrama selanjutnya guru mendorong
peserta didik untuk melaksanakan bermain peran, kemudian guru menentukan siapa saja yang
menjadi pemain dalam sosiodrama dan yang menjadi penonton. Guru bertugas menjelaskan
apa yang harus dilakukan oleh pemain secara sungguh-sungguh, bagaimana pentingnya
menjadi pemeran terhadap tema belajar kelas mereka kali ini.
3. Tahap permainan sosiodrama
Kemudian siswa dipersilakan untuk mendramatisasikan masalah-masalah yang telah
ditentukan sebelumnya selama kurang 4-5 menit berdasarkan pendapat dan inisiatif mereka
sendiri. Abu Ahmadi menambahkan dalam melaksanakan sosio drama siswa diberi
kesempatan untuk mengekspresikan, menggambarkan, mengungkapkan, suatu sikap yang
dipikirkan seandainya ia menjadi tokoh yang diperankannya ssecara spontan.
4. Diskusi
Permainan dramatisasi dihentikan, kemudian para pemaim dipersilakan duduk,
kemudian dilanjutkan dengan diskusi di bawah pimpinan guru yang di ikuti oleh semua
peserta didik. Diskusi berkissar pada tingkah laku para pemeran dalam hubungannya dengan
tema cerita. Diskusi tersebut berupa tanggapan, pendapat, dan beberapa kesimpulan.
5. Ulangan permainan
Permainan drama yang telah diperankan oleh beberapa anak sebelumnya kemudian
diperankan kembali oleh beberapa siswa yang menjadi penonton setelah di dapat kesimpulan
dari diskusi yang dipimpin oleh guru sebelumnya.
Kelebihan
1. Memberi kesempatan kepada anak-anak untuk berperan aktif mendramatisasikan
Kekurangan
1. Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi kurang kreatif
2. Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka pemahaman isi bahan
pelajaran maupun pada pelaksaan pertunjukan
3. Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit menjadi kurang
kreatif
4. Sering kelas lain terganggu oleh suara pemain dan para penonton yang kadang-kadang
bertepuk tangan
5. Peer Teaching
KEUNGGULAN :
1. Melatih keterampilan kelompok dalam berfikir kreatif
2. Meningkatkan rasa tanggung jawab yang tinggi
3. Membangun semangat peserta didikdalam belajar
KEKURANGAN :
1. Memerlukan waktu yang lama
2. Harus memiliki peserta didikyang banyak
3. Memerlukan perhatian guru yang cukup ekstra ketat
Metode Peer Teaching Dalam juenal Peer Teaching (Tutor Sebaya) Sebagai metode
Pembelajaran Untuk Melatih Siswa Mengajar dengan kesimpulan Tutor sebaya
(peerteaching) ini memudahkan belajar siswa berpartisipasi aktif dan dapat memecahkan
masalah bersama-sama sehingga pemerataan pemahaman terhadap materi pembelajaran dapat
tercapai.
6. Metode Game
Bermain adalah aktifitas anak sehari-hari. Sebagaian besar orang mengerti apa yang
dimaksud dengan bermain, namun demikian mereka tidak dapat memberikan batasan apa
yang dimaksud dengan bermain. Beberapa ahli peneliti memberikan batasan arti bermain
dengan memisahkan aspek-aspek tingkah laku yang berbeda dalam bermain. Sedikitnya ada
lima kreteria dalam bermain, yaitu :
a. Motivasi intrinsik. Tingkah laku bermain dimotivasi dari dalam diri anak, karena itu
dilakukan demi kegiatan itu sendiri dan bukan karena tuntutan masyarakat atau
fungsi-fungsi tubuh.
b. Pengaruh positif. Tingkah laku itu menyenangkan atau menggembirakan untuk
dilakukan.
c. Bukan dikerjakan sambil lalu. Tingkah laku itu bukan dilakukan sambil lalu, karena
itu tidak mengikuti pola atau urutan yang sebenarnya, melainkan lebih bersifat pura-
pura.
d. Cara/tujuan. Cara bermain lebih diutamakan dari pada tujuannya. Anak lebih tertarik
pada tingkah laku itu sendiri dari pada yang dihasilkan.
e. Kelenturan. Bermain itu perilaku yang lentur. Kelenturan ditunjukkan baik dalam
bentuk maupun hubungan serta berlaku dalam setiap situasi.
1) Tahap Persiapan
2)Tahap pelaksanaan
a. Tahap Pembukaan. Pada tahap ini guru memberikan arahan kepada murid apa yang
harus dilakukan dan bagaimana melakukannya
b. Tahap Pelaksanaan. Pada tahap ini para murid memainkan permainan yang sudah
ditentukan dengan mengikuti rambu-rambu yang telah ditentukan pula.
c. Tahap Penutupan. Pada tahap ini guru memberikan reward kepada murid-murid yang
telah melakukan permainan dengan baik dan benar. Selain memberi reward guru
memberikan arahan kepada anak yang belum baik dan benar dalam bermain dan
menyuruh mengulangi lagi sampai bisa melakukan dengan baik dan benar.
Penelitian Demitri dkk. (2015) Demitri dkk. (2015) melakukan penelitian dengan judul
Pengaruh Pendidikan Gizi Tentang Pola Makan Seimbang Melalui Game Puzzle Terhadap
Peningkatan Pengetahuan Anak SDN 067690 Kota Medan. Jenis penelitian yang digunakan
yaitu kuasi eksperimental dengan menggunakan rancangan one group pretest posttest.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah pendidikan gizi melalui game puzzle dan
variabel dependen adalah pengetahuan anak SDN 067690 Medan. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh anak sekolah dasar di SDN 067690 Kota Medan dengan jumlah
keseluruhan adalah 249 orang.
Jumlah sampel yang diambil yaitu 45 anak sekolah dasar dari kelas IV, V dan VI yang
terdiri dari 15 anak kelas IV, 15 anak kelas V dan 15 anak kelas VI. Penelitian ini
menggunakan data primer pengetahuan anak sekolah dasar tentang pola makan seimbang
melalui pretest dan posttest dengan wawancara menggunakan kuesioner. Berdasarkan hasil
penelitian diperoleh kesimpulan bahwa pengaruh pendidikan gizi melalui game puzzle dapat
meningkatkan pengetahuan anak sekolah tentang pola makan seimbang. Disimpulkan pula
bahwa sebelum dilakukan pendidikan gizi melalui game puzzle pada anak, kategori
pengetahuan kurang baik sebesar 26,7%, setelah dilakukan pendidikan gizi tidak ada lagi
anak dalam kategori pengetahuan kurang baik
7. Metode Cerita
Metode cerita adalah metode dalam proses belajar mengajar dimana seorang guru
menyampaikan cerita secara lisan kepada sejumlah murid yang pada umumnya bersifat pasif.
Dalam hal ini biasanya guru menyampaikan cerita tertentu dan dengan alokasi waktu tertentu
pula. Dalam pengajaran yang menggunakan metode cerita, perhatian terpusat pada guru,
sedangkan murid hanya menerima secara pasif. Sehingga timbul kesan murid hanya sebagai
obyek yang selalu menganggap benar apa yang disampaikan oleh guru.
2. Tahap pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan ini ada tiga langkah yang perlu dilakukan, yaitu :
3. Langkah penutup
Dalam mengakhiri proses belajar mengajar dengan menggunakan metode cerita,
seorang guru hendaknya menciptakan kegiatan-kegiatan yang memungkinkan murid tetap
mengingat materi cerita yang telah disampaikan. Dengan harapan materi cerita yang telah
disampaikan tadi bisa menjadi pelajaran bagi siswa mana yang baik dan mana yang buruk.
Oleh karena itu dalam menutup kegiatan belajar mengajar guru menyimpulkan dan sedikit
mengulangi lagi materi cerita yang telah disampaikan.
Kelebihan :
Kekurangan :
a. Guru sulit mengetahui sampai dimana batas kemampuan murid dalam memahami
materi cerita yang disampaikan.
b. Para murid lebih cenderung bersifat pasif dan menganggap bahwa yang diceritakan
itu benar, sehingga dengan demikian bentuk pelajaran menjadi bersifat verbalisme.
c. Guru dalam bercerita sering tidak memperhatikan segi psikologis dan didaktis,
pembicaraan dapat tidak terarah sehingga membosankan para murid, atau kadang
terlalu banyak humor sehingga tujuan utamanya terabaikan
Didukung oleh penelitian dari Raafi’ud Darajat (2015) Efektivitas Pendidikan Gizi
Dengan Metode Dongeng Terhadap Pengetahuan Siswa Tentang Gizi Seimbang
Di Sdn 3 Makamhaji Kartasura Dengan kesimpulan Hasil Penelitian: Analisis data diperoleh
p-value <0,05 artinya Tingkat pengetahuan yang berbeda tentang pendidikan gizi seimbang
ditemukan di antara siswa SDN Makamhaji, Kartasura dengan implementasi metode bercerita
DAFTAR PUSTAKA
http:// stkiptam.ac.id/indeks.php/basicedu
https://www.researchgate.net/publication/331400781_PENGEMBANGAN_METODE_SOSI
ODRAMA_PADA_MATA_KULIAH_SOSIOLOGI
http://digilib.uinsby.ac.id/8516/3/Bab.%20II.pdf
Setyani, F., Isnanto, R. R., & Martono, K. T.2014. Pengenalan Bahasa Inggris untuk
Anak Melalui Permainan Edukasi" The Zoo" Berbasis Kinect. Jurnal Teknologi dan Sistem Komputer,
2(1), 136-142