Anda di halaman 1dari 17

Tugas Pendidikan Gizi

Metode Belajar dalam Pendidikan Gizi

Disusun Oleh :

REFNI
Nim :1913211127

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG


PROGRAM STUDI S1 GIZI ALIH JENJANG
Tahun 2019
METODE PENDIDIKAN GIZI

Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan usaha menyampaikan


pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa dengan
adanya tersebut maka masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan
tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut pada akhirnya diharapkan dapat
berpengaruh terhadap perilaku. Dengan kata lain dengan adanya pendidikan tersebut
diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku sasaran.
Pendidikan kesehatan juga sebagai suatu proses di mana proses tersebut mempunyai
masukan (input) dan keluaran (output). Di dalam suatu proses pendidikan kesehatan yang
menuju tercapainya tujuan pendidikan yakni: perubahan perilaku, dipengaruhi oleh banyak
faktor. Faktor yang mempengaruhi suatu proses pendidikan di samping faktor masukannya
sendiri juga faktor metode, faktor materi atau pesannya, pendidik atau petugas yang
melakukannya, dan alat bantu atau alat peraga pendidikan yang dipakai. Agar dicapai suatu
hasil yang maksimal maka faktor-faktor tersebut harus bekerja sama secara haronis.
Hal ini berarti bahwa untuk masukan (sasaran pendidikan) tertenu harus
menggunakan cara tertentu pula. Materi juga harus disesuaikan dengan sasaran. Demikian
juga alat bantu pendidikan harus disesuaikan. Untuk sasaran kelompok maka metodenya
harus berbeda dengan sasaran massa dan sasaran individual. Untuk sasaran massapun harus
berbeda dengan sasaran individual dan sebagainya.

1. Metode Ceramah
Ceramah merupakan salah satu penyajian atau penyampaian bahan ajar dengan cara
lisan dari guru ke murid. Metode pengajaran ini sering digunakan oleh guru didalam kelas
karena tidak memerlukan peralatan khusus dalam penyampaian materi (Setyanto,
2014).Ceramah berasal dari kata latin yaitu lecturu, legu (legree, lectus) yang berarti
membaca, kemudian mengajarkan. Hal tersebut merupakan akibat dari guru membaca buku
materi sehingga kemudian menyampaikan pelajaran kepada murid dengan cara mendikte
(Gilstrap dan Martin (1975), dalam Setyanto, 2014).

Metode ceramah merupakan strategi dimana guru memberi presentasi lisan dan peserta
didik dituntut menanggapi atau mencatat penjelasan guru, supaya lebih hidup. Metode
ceramah dapat diselingi dengan tanya jawab. Mariana (2013) menyatakan bahwa berdasarkan
definisi metode ceramah, dapat dimengerti jika pendidik akan menjadi pusat/titik tumpuan
keberhasilan metode ceramah. Lalu lintas pembicaraan atau komunikasi hanya searah yakni
dari guru ke para siswa.
Akibat dari adanya kenyataan ini, adalah:
1. Pendidik haruslah memiliki keterampilan menjelaskan (explaining skills).
2. Pendidik memiliki kemampuan memilih dan menggunakan alat bantu instruksional yang
tepat dan potensi untuk meningkatkan ceramah.
Guru yang hendak Menggunakan metode ceramah saat menyampaikan materi harus
memiliki beberapa kompetensi. Hal ini bertujuan agar metode ceramah dapat bekerja dengan
baik sehingga murid dapat menangkap dan memahami pesan yang disampaikan oleh sang
guru. Kompetensi pokok yang harus dikuasai, yaitu teknik berceramah yang mampu
mengurangi kobosanan didalam kelas memberikan ilustrasi sesuai bahan ajar,
menguasai materi pelajaran, menjelaskan pokok-pokok bahan ajar secara sistematis, serta
menguasai aktivitas seluruh murid didalam kelas.
Yang terpenting guru juga harus mengetahui kondisi murid ketika akan menggunakan
metode ceramah dalam penyampaian materi pelajaran. Hal-hal yang harus diketahui guru,
diantara kemampuan murid mendengarkan dan mencatat bahan ajar yang disampaikan,
kemampuan awal berkaiatan dengan materi yang dipelajari, serta kondisi emosi murid pada
wilayah pembelajaran.

Kelebihan Metode Ceramah


1. Menghemat waktu dan biaya
2. Dapat menjelaskan lebih banyak hal kepada murid
3. Memudahkan guru dalam menyusun rencana pembelajaran
4. Guru dapatmengatur materi yang perlu ditonjolkan.
Kelemahan Metode Ceramah
1. Mempersulit murid yang kurang memiliki kemampuan menyimak dan mencatat
dengan baik
2. Mendorong verbalisme atau banyak menghapal.
3. Tidak Diketahui apakah murid mengerti atau tidak dan cendrung untuk mengantuk

Metode ceramah dalam Jurnal penelitian dengan judul Pengaruh Edukasi Gizi
Dengan Ceramah Dan Booklet Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Gizi Remaja
Overweight. Peningkatan rerata pengetahuan gizi pada kelompok ceramah dari sebelumnya
sebesar 72,99% menjadi 78,88%, sedangkan pada kelompok booklet rerata pengetahuan
sebelum edukasi sebesar 73,96% menjadi 78,89%. Peningkatan rerata sikap gizi pada
kelompok ceramah dari sebelumnya sebesar 75,86 menjadi 79,07, sedangkan peningkatan
rerata sikap pada kelompok booklet dari sebelumnya sebesar 73,14 menjadi 78,93. Terdapat
perbedaan rerata pengetahuan dan sikap gizi pada kelompok ceramah dan booklet (p0,05).
Kesimpulan Edukasi gizi melalui ceramah berpengaruh terhadap pengetahuan,
sedangkan edukasi gizi melalui booklet berpengaruh terhadap sikap gizi. Terdapat perbedaan
pada peningkatan pengetahuan dan sikap sebelum dan setelah edukasi pada kelompok
ceramah dan booklet. Namun, tidak terdapat perbedaan perubahan pengetahuan dan sikap
gizi pada kedua kelompok.

2. Metode Simulasi

Metode Simulasi merupakan metode pembelajaran dimana pengajarannya dengan


tingkah laku tiruan. Menurut Syaiful Bahri Djamarah Metode pembelajaran simulasi adalah
cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses,
situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan yang sering
disertai dengan penjelasan lisan.
Sedangkan, menurut definisi Depdiknas“Metode pembelajaran simulasi adalah bentuk
metode praktek yang sifatnya untuk mengembangkan keterampilan peserta didik (ranah
kognitif maupun keterampilan).” Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam
kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan atau keterbatasan untuk melakukan
praktek di dalam situasi yang sesungguhnya

Langkah-Langkah

Menurut Wina Sanjaya langkah-langkah simulasi terdiri atas 3 bagian yaitu persiapan
simulasi, pelaksanaan simulasi dan penutup simulasi.

a. Persiapan simulasi
1) Menetapkan topic atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh
simulasi
2) Memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan
3) Menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peranan yang harus
dimainkan oleh pemeran, serta waktu yang disediakan
4) Memberikan kesempatan bertanya khususnya pada yang terlibat dalam
pemeran simulasi
b. Pelaksanaan simulasi
1) Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran
2) Parasiswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian
3) Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapatkan
kesulitan
4) Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan
untuk mendorong siswa berfikir dalam menyelesaikan masalah yang
sedang disimulasikan.
c. Penutup simulasi
1) Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita
yang disimulasikan. Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan
kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi
2) Merumuskan kesimpulan

Kelebihan

Simulasi dapat dijadikan sebagi bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang
sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi dunia
kerja.
1. Simulasi dapat mengembangkan kreatifitas siswa, karena melalui simulasi siswa
diberi kesempatan untuk memainkan peranaan sesuai dengan topik yang
disimulasikan.
2. Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
3. Memperkaya pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan dalam
menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis
4. Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran

Kelemahan
Disamping memiliki kelebihan, simulasi juga mempunyai kelemahan, diantaranya :
1. Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai
dengan kenyataan di lapangan
2. Pengelolaan yang kurang baik. sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan,
sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
3. Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering mempenggaruhi siswa
dalam melakukan simulasi.
Metode simulasi juga dapat membuat sasaran seolah-olah merasakan kejadian
sebernnya yang dapat menjadi bekal kelak ketika terjun ke lapangan selain itu metode
simulasi juga dapat membantu sasaran melatih kepercayaan dirinya walaupun meode simulasi
dapat berdampak baik terhadap sasaran tetapi juga memiliki kelemahan yang di antara lainya
jika sasaran memiliki psikologis yang kurang dapat membuat metode simulasi berjalan tidak
dengan semestinya.
Didukung oleh artikel dari Eska Riyanti (2015) Peningkatan pengetahuan tentang
pencegahan diare pada anak jalanan melalui metode diskusi dan simulasi. Menggunakan
metode pendidikan kesehatan dengan metode diskusi dan simulasi untuk materi penyakit
diare dan penanganannya dan didapatkan hasil bahwa metode diskusi dan simulasi
memberikan dampak peningkatan pengetahuan yang signifikan dalam pemberian
pengetahuan pada anak jalanan. Akan tetapi, belum diketahui bagaimana dampaknya
terhadap angka kejadian diare pada anak jalanan.

3. Metode Role Playing (Bermain Peran)

Pengertian Metode Role Playing (bermain peran) Pembelajaran berdasarkan


pengalaman yang menyenangkan di antaranya adalah role playing (bermain peran), yakni
suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan
penghayatan siswa. Metode bermain peran atau role playing adalah salah satu proses belajar
yang tergolong dalam metode simulasi. Metode role playing (bermain peran) juga dapat
diartikan suatu cara penguasaan bahan-bahan melalui pengembangan dan penghayatan anak
didik.
Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan oleh anak didik dengan
memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Dengan kegiatan memerankan ini akan
membuat anak didik lebih meresapi perolehannya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pelaksanaan metode bermain peran ini adalah penentuan topik, penentuan anggota
pemeran, pembuatan lembar kerja (kalau perlu), latihan singkat dialog (kalau perlu) dan
pelaksanaan permainan peran.
Langkah-langkah Menggunakan Metode Role Playing (Bermain Peran) :

a. Buatlah satu permainan peran dimana guru akan mendemonstraikan perilaku yang
diinginkan.
b. Informasikan kepada kelas bahwa guru akan memainkan peran utama dalam bermain
peran ini. Pekerjaan siswa adalah membantu guru berhubungan dengan situasi.
d. Mintalah relevan siswa untuk bermain peran menjadi orang lain dalam situasi ini.
Guru memberi siswa itu catatan pembukaan untuk dibaca guna membantunya atau
membawa masuk pada peran. Mulailah bermain peran, tetapi berhentilah pada interval
yang sering dan mintalah kelas untuk memberi feedback dan arah seperti kemajuan
skenario. Jangan ragu menyuruh siswa untuk memberikan garis khusus bagi guru
untuk digunakan.
e. Teruskan bermain peran sampai siswa secara meningkat melatih guru dalam
bagaimana menangani situasi. Hal ini memberikan siswa latihan keterampilan ketika
guru melakukan peran yang sebenarnya untuk mereka. Para audience diupayakan
mengambil bagian secara aktif dalam bermain peran itu.

Kelebihan metode role playing :

1. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa, di samping menjadi
pengalaman yang menyenangkan juga memberi pengetahuan yang melekat dalam
memori otak.
2. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan membuat kelas menjadi dinamis
dan antusias
3. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan
rasa kebersamaan.
4. Siswa dapat terjun langsung untuk memerankan sesuatu yang akan dibahas dalam
proses belajar.

Kekurangan metode role playing :

1. Role playing memerlukan waktu yang relatif panjang/banyak


2. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun
siswa dan ini tidak semua guru memilikinya.
3. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk
memerankan suatu adegan tertentu
4. Apabila pelaksanaan role playing atau bermain peran mengalami kegagalan,
bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan
pembelajaran tidak tercapai.
5. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.

Metode role playing dalam artikel Peningkatan Pengetahuan Gizi Pada Anak Sekolah
Dengan Metode Ceramah Dan Metode Role Play .Distribusi pengetahuan gizi sebelum dan
sesudah diberi pendidikan gizi dengan metode role play Berdasarkan hasil perhitungan skor
pre dan post-test, perubahan skor yang mecolok dapat dilihat pada rentang skor 12 - 14 yang
terdapat peningkatan sebanyak 6 anak, dan pada rentang skor di bawahnya (9 – 11) yang
terjadi penurunan 6 anak, rata – rata skor juga mengalami peningkatan dari 10,16 menjadi
10,49 (sebanyak 0,33 poin). Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan
pengetahuan gizi pada anak setelah diberikan pendidikan gizi dengan menggunakan metode
role-play

4. Metode Sosiodrama

Metode sosiodrama dan bermain peranan merupakan dua buah metode mengajar yang
mengandung pengertian yang dapat dikatakan bersama dan karenanya dalam pelaksanaan
sering disilih gantikan. Istilah sosiodrama berasal dari kata sosio atau sosial dan drama. Kata
drama adalah suatu kejadian atau peristiwa dalam kehidupan manusia yang mengandung
konflik kejiwaan, pergolakan, benturan antara dua orang atau lebih. Sedangkan bermain
peranan berarti memegang fungsi sebagai orang yang dimainkannya, misalnya berperan
sebagai guru, anak yang sombong, orang tua dan sebagainya.
Kedua metode tersebut biasanya disingkat menjadi metode “sosiodrama” yang
merupakan metode mengajar dengan cara mempertunjukkan kepada siswa tentang masalah-
masalah hubungan sosial. Untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Masalah hubungan
sosial tersebut didramatisasikan oleh siswa dibawah pimpinan guru. Melalui metode ini guru
ingin mengajarkan cara-cara bertingkah laku dalam hubungan antara sesama.
Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-
masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan
antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter,
dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan
akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk
memecahkannya. Berdasarkan beberapa defenisi tersebut dapat ditarik benang merah bahwa
metode pembelajaran sosiodrama adalah model pembelajaran bermain peran dengan
mendramatisasi kehidupan nyata atau konflik yang belum terselesaikan dan sistem sosial
yang membentuk kita secara individu dan kolektif.

Langkah-langkah Proses Pembelajaran Metode Sosiodrama

1. Tahap persiapan
Mempersiapkan masalah situasi hubungan sosial yang akan diperagakan atau
pemilihan tema cerita. Pada tahap persiapan ini guru jugga menjelaskan mengenai peranan-
peranan yang dimainkan, bagaimana pelaksanaan sosio drama dan tatacara pelaksanaan
dalam kegiatan pembelajaran setelahnya. Dalam sebuah kelas tentunya terdapat jumlah anak
yang tidak semuanya bisa melaksanakan sosio drama, jadi selain menjelaskan tatacara
pelaksanaan sosiodrama, guru juga harus menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh siswa
yang menjadi penonton.
2. Penentuan pelaku atau pemeran
Setelah menentukan tema pelaksanaan sosiodrama selanjutnya guru mendorong
peserta didik untuk melaksanakan bermain peran, kemudian guru menentukan siapa saja yang
menjadi pemain dalam sosiodrama dan yang menjadi penonton. Guru bertugas menjelaskan
apa yang harus dilakukan oleh pemain secara sungguh-sungguh, bagaimana pentingnya
menjadi pemeran terhadap tema belajar kelas mereka kali ini.
3. Tahap permainan sosiodrama
Kemudian siswa dipersilakan untuk mendramatisasikan masalah-masalah yang telah
ditentukan sebelumnya selama kurang 4-5 menit berdasarkan pendapat dan inisiatif mereka
sendiri. Abu Ahmadi menambahkan dalam melaksanakan sosio drama siswa diberi
kesempatan untuk mengekspresikan, menggambarkan, mengungkapkan, suatu sikap yang
dipikirkan seandainya ia menjadi tokoh yang diperankannya ssecara spontan.
4. Diskusi
Permainan dramatisasi dihentikan, kemudian para pemaim dipersilakan duduk,
kemudian dilanjutkan dengan diskusi di bawah pimpinan guru yang di ikuti oleh semua
peserta didik. Diskusi berkissar pada tingkah laku para pemeran dalam hubungannya dengan
tema cerita. Diskusi tersebut berupa tanggapan, pendapat, dan beberapa kesimpulan.
5. Ulangan permainan
Permainan drama yang telah diperankan oleh beberapa anak sebelumnya kemudian
diperankan kembali oleh beberapa siswa yang menjadi penonton setelah di dapat kesimpulan
dari diskusi yang dipimpin oleh guru sebelumnya.

Kelebihan
1. Memberi kesempatan kepada anak-anak untuk berperan aktif mendramatisasikan

sesuatu masalah sosial yang sekaligus melatih keberanian serta kemampuanya


melakukan suatu agenda di muka orang .
2. Suasana kelas sangat hidup karena perhatian para murid semakin tertarik melihat
adegan seperti keadaan yang sesungguhnya.
3. Para murid dapat menghayati suatu peristiwa, sehingga mudah memahami,
membanding-banding, menganalisa serta mengambil kesimpulan berdasarkan
penghayatan sendiri.
4. Anak-anak menjadi terlatih berpikir kritis dan sistematis.

Kekurangan
1. Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi kurang kreatif
2. Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka pemahaman isi bahan
pelajaran maupun pada pelaksaan pertunjukan
3. Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit menjadi kurang
kreatif
4. Sering kelas lain terganggu oleh suara pemain dan para penonton yang kadang-kadang
bertepuk tangan

Metode Sosiodrama dalam sebuah artikel Pengembangan Metode Sosiodrama Pada


Mata Kuliah Sosiologi dapat ditarik kesimpulan yakni Langkah-langkah penerapan metode
sosiodrama dalam Praktik mengajar Sosiologi Sosiologi adalah menentukan masalah,
membentuk situasi, membentuk karakter, mengarahkan pemain, memahami peran,
menghentikan/memotong, serta mendiskusikan dan menganalisis permainan.

5. Peer Teaching

Pembelajaran peer teching merupakan pembelajaran yang tujuannya agar peserta


didikdapat memahapi materi ajar dengan baik dan dapat mentransfer apa yang dipahami
kepada temanya. Pemahaman yang ingin dikembangkan disini adalah pemahaman tehadap
materi pembelajaran secara spesifik, selain itu pembelajaran peer teaching meningkatkan
keterampilan kumunikasi dan kerja tim. Dimana dalam komunikasi dan kerja sama yang baik
akan memudahkan peserta didikmemecahkan permasalahan yang dihadapi.
Peer teaching adalah metode atau teknik menyampaikan materi ajar melalui rekan
atau bantuan teman sendiri, mulai dari pembelajaran materi sampai juga penilaian dilakukan
dari dan oleh siswa dalam kelompok itu sendiri (self - assesment and peer assisment)
Sedangkan untuk nilai akhir adalah pengabungan antara penilaian oleh guru dn teman
sebaya.Proses belajar tidak harus berasal dari guru, siswa bisa saling mengajar dengan siswa
yang lainnya, Sehingga tujuan kebermaknaan pembelajaran Matematika dapat tercapai.
Berkaitan dengan mata pelajaran matematika tersebut diperlukan metode Peer
Teaching yang akan mendorong siswa untuk mengatur dan menguraikan apa yang telah
mereka pelajari disamping untuk menjelaskan materi kepada yang lainnya. Selain itu, peer
Teaching dapat mempertinggi ikatan sosial pada diri siswa dalam kegiatan belajar. Teknik ini
juga merupakan cara efektif untuk meningkatkan pencapaian akademik bagi tutor dan tutee,
bermanfaat untuk pemecahan masalah, dan juga efektif dalam membantu mengembangkan
kreatifitas, eksperimentasi, kemampuan memecahkan masalah, dan mempelajari konsep yang
mendalam
Pada intinya, strategi metode pembelajaran Peer Teaching dapat dilaksanakan dengan
menambahkan beberapa step yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk
itu, perlunya kemampuan analisis guru untuk mengontrol perkembangan peserta didikdan apa
yang dibutuhkan peserta didikuntuk memperoleh hasil belajar yang baik
teaching:

KEUNGGULAN :
1. Melatih keterampilan kelompok dalam berfikir kreatif
2. Meningkatkan rasa tanggung jawab yang tinggi
3. Membangun semangat peserta didikdalam belajar

KEKURANGAN :
1. Memerlukan waktu yang lama
2. Harus memiliki peserta didikyang banyak
3. Memerlukan perhatian guru yang cukup ekstra ketat
Metode Peer Teaching Dalam juenal Peer Teaching (Tutor Sebaya) Sebagai metode
Pembelajaran Untuk Melatih Siswa Mengajar dengan kesimpulan Tutor sebaya
(peerteaching) ini memudahkan belajar siswa berpartisipasi aktif dan dapat memecahkan
masalah bersama-sama sehingga pemerataan pemahaman terhadap materi pembelajaran dapat
tercapai.

6. Metode Game

Bermain adalah aktifitas anak sehari-hari. Sebagaian besar orang mengerti apa yang
dimaksud dengan bermain, namun demikian mereka tidak dapat memberikan batasan apa
yang dimaksud dengan bermain. Beberapa ahli peneliti memberikan batasan arti bermain
dengan memisahkan aspek-aspek tingkah laku yang berbeda dalam bermain. Sedikitnya ada
lima kreteria dalam bermain, yaitu :
a. Motivasi intrinsik. Tingkah laku bermain dimotivasi dari dalam diri anak, karena itu
dilakukan demi kegiatan itu sendiri dan bukan karena tuntutan masyarakat atau
fungsi-fungsi tubuh.
b. Pengaruh positif. Tingkah laku itu menyenangkan atau menggembirakan untuk
dilakukan.
c. Bukan dikerjakan sambil lalu. Tingkah laku itu bukan dilakukan sambil lalu, karena
itu tidak mengikuti pola atau urutan yang sebenarnya, melainkan lebih bersifat pura-
pura.
d. Cara/tujuan. Cara bermain lebih diutamakan dari pada tujuannya. Anak lebih tertarik
pada tingkah laku itu sendiri dari pada yang dihasilkan.
e. Kelenturan. Bermain itu perilaku yang lentur. Kelenturan ditunjukkan baik dalam
bentuk maupun hubungan serta berlaku dalam setiap situasi.

Dalam Metode Bermain :

1) Tahap Persiapan

1. Merumuskan tujuan yang hendak dicapai


2. Guru menjelaskan manfaat dari permainan yang akan dilakukan
3. Menentukan macam kegiatan bermain
4. Menentukan ruang dan tempat bermain
5. Mempersiapkan bahan, alat atau media yang digunakan dalam bermain

2)Tahap pelaksanaan

a. Tahap Pembukaan. Pada tahap ini guru memberikan arahan kepada murid apa yang
harus dilakukan dan bagaimana melakukannya
b. Tahap Pelaksanaan. Pada tahap ini para murid memainkan permainan yang sudah
ditentukan dengan mengikuti rambu-rambu yang telah ditentukan pula.
c. Tahap Penutupan. Pada tahap ini guru memberikan reward kepada murid-murid yang
telah melakukan permainan dengan baik dan benar. Selain memberi reward guru
memberikan arahan kepada anak yang belum baik dan benar dalam bermain dan
menyuruh mengulangi lagi sampai bisa melakukan dengan baik dan benar.

Kelebihan Metode Bermain

1. Merangsang perkembangan motorik anak, karena dalam bermain membutuhkan gerakan-


gerakan
2. Merangsang perkembangan berfikir anak, karena dalam bermain membutuhkan pemecahan
masalah bagaiman melakukan permainan itu dengan baik dan benar.
3. Melatih kemandirian anak dalam melakukan sesuatu secara mandiri tidak menggantungkan diri
pada orang lain.
4. Melatih kedisiplinan anak, karena dalam permainan ada aturan-aturan yang harus ditaati dan
dilaksanakan.
5. Anak lebih semangat dalam belajar, karena naluri anak usia dini belajar adalah bermain yang
didalamnya mengandung pelajaran

Kekurangan Metode Bermain


1. Membutuhkan biaya yang lebih, karena dalam metode bermain membutuhkan alat atau
media yang harus dipersiapkan terlebih dahulu.
2. Membutuhkan ruang atau tempat yang khusus sesuai dengan tipe permainan yang
dilakukan.
3. Sering terjadi saling berebut alat atau media bermain antara anak yang satu dengan
yang lainnya apabila alat atau medianya tidak mencukupi.

Penelitian Demitri dkk. (2015) Demitri dkk. (2015) melakukan penelitian dengan judul
Pengaruh Pendidikan Gizi Tentang Pola Makan Seimbang Melalui Game Puzzle Terhadap
Peningkatan Pengetahuan Anak SDN 067690 Kota Medan. Jenis penelitian yang digunakan
yaitu kuasi eksperimental dengan menggunakan rancangan one group pretest posttest.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah pendidikan gizi melalui game puzzle dan
variabel dependen adalah pengetahuan anak SDN 067690 Medan. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh anak sekolah dasar di SDN 067690 Kota Medan dengan jumlah
keseluruhan adalah 249 orang.
Jumlah sampel yang diambil yaitu 45 anak sekolah dasar dari kelas IV, V dan VI yang
terdiri dari 15 anak kelas IV, 15 anak kelas V dan 15 anak kelas VI. Penelitian ini
menggunakan data primer pengetahuan anak sekolah dasar tentang pola makan seimbang
melalui pretest dan posttest dengan wawancara menggunakan kuesioner. Berdasarkan hasil
penelitian diperoleh kesimpulan bahwa pengaruh pendidikan gizi melalui game puzzle dapat
meningkatkan pengetahuan anak sekolah tentang pola makan seimbang. Disimpulkan pula
bahwa sebelum dilakukan pendidikan gizi melalui game puzzle pada anak, kategori
pengetahuan kurang baik sebesar 26,7%, setelah dilakukan pendidikan gizi tidak ada lagi
anak dalam kategori pengetahuan kurang baik

7. Metode Cerita

Metode cerita adalah metode dalam proses belajar mengajar dimana seorang guru
menyampaikan cerita secara lisan kepada sejumlah murid yang pada umumnya bersifat pasif.
Dalam hal ini biasanya guru menyampaikan cerita tertentu dan dengan alokasi waktu tertentu
pula. Dalam pengajaran yang menggunakan metode cerita, perhatian terpusat pada guru,
sedangkan murid hanya menerima secara pasif. Sehingga timbul kesan murid hanya sebagai
obyek yang selalu menganggap benar apa yang disampaikan oleh guru.

Langkah-langkah dalam menggunakan metode cerita Dalam menggunakan metode


cerita, hendaknya guru melakukan beberapa hal, baik dalam langkah persiapan, tahap
pelaksanaannya maupun tahap penutup, yaitu :
1. Tahap persiapan
Merumuskan tujuan yang akan dicapai. Proses pembelajaran adalah proses yang
bertujuan, oleh sebab itu merumuskan tujuan yang jelas merupakan langkah awal yang
harus dipersiapkan oleh seorang guru dalam menggunakan metode cerita ini agar siswa
dapat memahami tujuan dari cerita tersebut.
a. Menentukan materi yang akan diceritakan. Dalam metode cerita ini guru harus
menetukan materi cerita yang akan disampaikan, agar sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai dalam materi cerita.
b.Mempersiapkan alat bantu. Alat bantu digunakan untuk memperjelas materi cerita
dan dapat lebih menarik dalam penyampaian materi cerita.

2. Tahap pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan ini ada tiga langkah yang perlu dilakukan, yaitu :

a. Langkah pembukaan. Meyakinkan murid untuk memahami tujuan yang akan


dicapai. Dengan meyakinkan pada murid pada tujuan yang hendak dicapai akan
merangsang murid termotivasi mengikuti jalannya materi cerita yang akan
disampaikan.
b. Langkah penyajian 44 Tahap penyajian adalah tahap penyampaian materi cerita
secara lisan, dimana guru menceritakan kepada murid materi cerita sambil menjaga
perhatian murid agar tetap terarah pada materi yang diceritakan. Untuk menjaga
perhatian ini ada beberapa beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu Menjaga kontak
mata secara kontinyu kepada murid. Kontak mata adalah suatu isarat dari guru
kepada murid agar murid mau memperhatikan. Selain itu kontak mata juga berarti
sebuah penghargaan dari guru kepada murid karena merasa diperhatikan,
Menggunakan bahasa yang komunikatif dan mudah dipahami oleh murid. Oleh
sebab itu guru sebaiknya tidak menggunakan istilah-istilah yang kurang populer
yang membuat murid sulit memahami materi cerita yang disampaikan.
d.Guru dalam menyajikan materi cerita hendaknya runtut, sehingga alur cerita mudah
dipahami oleh murid.
e.Menanggapi respon murid dengan segera, agar murid merasa diperhatikan. Apabila
murid memberikan respon yang tepat segeralah diberi penguatan dan bila responnya
kurang tepat maka segeralah tunjukkan bahwa respon itu perlu diperbaiki dengan
tidak menyinggung perasaan murid.
f. Menjaga suasana kelas tetap kondusif dan menggairahkan. Untuk menjaga kelas
agar tetap kondusif guru bisa menunjukkan sikap yang bersahabat dan akrab, penuh
gairah dalam menyampaikan cerita serta sesekali memberikan humor yang segar
yang menyenangkan.

3. Langkah penutup
Dalam mengakhiri proses belajar mengajar dengan menggunakan metode cerita,
seorang guru hendaknya menciptakan kegiatan-kegiatan yang memungkinkan murid tetap
mengingat materi cerita yang telah disampaikan. Dengan harapan materi cerita yang telah
disampaikan tadi bisa menjadi pelajaran bagi siswa mana yang baik dan mana yang buruk.
Oleh karena itu dalam menutup kegiatan belajar mengajar guru menyimpulkan dan sedikit
mengulangi lagi materi cerita yang telah disampaikan.

Kelebihan :

a. Organisasi kelas lebih sederhana, tidak perlu pengelompokan murid-murid seperti


pada metode lain.
b. Guru dapat menguasai kelas dengan mudah walaupun murid dalam jumlah yang
cukup besar apabila cerita yang disampaikan mampu menarik perhatian murid.
c. Bila guru dalam bercerita berhasil dengan baik, maka dapat menimbulkan semangat,
kreasi yang konstruktif dan bisa merangsang para murid untuk melakukan tugas atau
pekerjaan.
d. Metode ini lebih fleksibel dalam arti jika waktu terbatas materi cerita dapat
dipersingkat dengan mengambil garis besarnya saja, jika waktu yang tersedia cukup
banyak materi cerita yang diberikan dapat diperluas dan diperdalam.
e. Guru dapat menguasai seluruh arah pembicaraan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.

Kekurangan :

a. Guru sulit mengetahui sampai dimana batas kemampuan murid dalam memahami
materi cerita yang disampaikan.
b. Para murid lebih cenderung bersifat pasif dan menganggap bahwa yang diceritakan
itu benar, sehingga dengan demikian bentuk pelajaran menjadi bersifat verbalisme.
c. Guru dalam bercerita sering tidak memperhatikan segi psikologis dan didaktis,
pembicaraan dapat tidak terarah sehingga membosankan para murid, atau kadang
terlalu banyak humor sehingga tujuan utamanya terabaikan

Didukung oleh penelitian dari Raafi’ud Darajat (2015) Efektivitas Pendidikan Gizi
Dengan Metode Dongeng Terhadap Pengetahuan Siswa Tentang Gizi Seimbang
Di Sdn 3 Makamhaji Kartasura Dengan kesimpulan Hasil Penelitian: Analisis data diperoleh
p-value <0,05 artinya Tingkat pengetahuan yang berbeda tentang pendidikan gizi seimbang
ditemukan di antara siswa SDN Makamhaji, Kartasura dengan implementasi metode bercerita
DAFTAR PUSTAKA

http:// stkiptam.ac.id/indeks.php/basicedu
https://www.researchgate.net/publication/331400781_PENGEMBANGAN_METODE_SOSI
ODRAMA_PADA_MATA_KULIAH_SOSIOLOGI

http://digilib.uinsby.ac.id/8516/3/Bab.%20II.pdf

Vitianigsih, Anik. 2016. Game Edukasi Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan


nak Usia Dini. Surabaya : Prodi Tenik Informatika Universitas Dr.
Soetomo

Setyani, F., Isnanto, R. R., & Martono, K. T.2014. Pengenalan Bahasa Inggris untuk
Anak Melalui Permainan Edukasi" The Zoo" Berbasis Kinect. Jurnal Teknologi dan Sistem Komputer,
2(1), 136-142

Depdiknas, Pedoman Teknis Penyelenggaraan Pos PAUD (Jakarta: Direktorat Pendidikan


Anak Usia Dini, 2005)

Anda mungkin juga menyukai