Disusun oleh :
Adillah Dara.D
Aulia Amalia
Farisha Kayla
Tino Dewa Bagassalam
Pearly Aura
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ulkus peptikum atau tukak lambung merupakan gangguan penyakit yang disebabkan kerusakan
pada lapisan mukosa, sub mukosa sampai lapisan otot saluran cerna yang disebabkan aktifitas pepsin
dan asam lambung. Umumnya terjadi pada bulbus duodenum dan kurvatura minor, dapat juga
mengenai esofagus sampai usus halus (Aziz, 2002). Ulkus dapat disebabkan oleh beberapa kondisi,
salah satunya ulkus diinduksi stres oksidatif yaitu kondisi dimana terjadi ketidakseimbangan antara
produksi oksigen reaktif dan kemampuan sistem biologi untuk mendetoksifikasi reaktif intermediet,
yang bisa menyebabkan kerusakan oksidatif protein, lipid dan DNA (Priya et al., 2012).
Ulkus disebabkan karena adanya aktifitas pepsin dan asam lambung serta radikal bebas sebagai
faktor perusak. Permukaan epitelium dari lambung atau usus rusak dan berulkus dan hasil dari
inflamasi menyebar sampai ke dasar mukosa dan submukosa. Ada hipotesis yang menyatakan bahwa
inflamasi merangsang peningkatan produksi gastrin. Urease juga merupakan faktor penting untuk
timbulnya infeksi (Tahuteru, 2004). Patofisiolgi akibat NSAID yaitu diserupsi fisiokimia pertahanan
mukosa lambung dan inhibisi sistemik terhadap perlindung mukosa lambung melalui inhibisi aktivitas
COX mukosa lambung (Gosal, 2012). Terjadinya ulkus peptikum melalui mekanisme ROS (Reaktif
Oksigen Spesies) yaitu dengan memediasi kerusakan mitokondria yaotu lipid, protein, dan oksidasi
DNA yang sehingga sistem pertahanan menurun dan menyebabkan apoptosis dan cedera mukosa.
Tuberkulosis (TBC) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Mycrobacterium
tuberculosis yang menyerang paru-paru dan bronkus. TBC paru tergolong penyakit air borne infection,
yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara pernapasan ke dalam paru-paru. Kemudian kuman
menyebar dari paru-paru ke bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe,
melalui bronkus atau penyebaran langsung ke bagian tubuh lainnya (Widyanto & Triwibowo,
2013)Tuberkulosis (TBC) paru adalah suatu penyakit infeksi kronis yang sudah sangat lama dikenal
pada manusia, misalnya dia dihubungkan dengan tempat tinggal di daerah urban, lingkungan yang
padat, dibuktikan dengan adanya penemuan kerusakan tulang vertebra otak yang khas TBC dari
kerangka yang digali di Heidelberg dari kuburan zaman neolitikum, begitu juga penemuan yang berasal
dari mumi dan ukuriran dinding piramid di Mesir kuno pada tahun 2000 –4000 SM. Hipokrates telah
memperkenalkan sebuah terminologi yang diangkat dari bahasa Yunani yang menggambarkan tampilan
penyakit TBC paru ini (Sudoyo dkk, 2010).
TB paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh basil TBC (Mycrobacterium Tuberculosi
Humanis). Mycrobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk batang berukuran sangat
kecil dengan panjang 1-4 µm dengan tebal 0,3-0,6 µm. Sebagian besar komponen Mycrobacterium
tuberculosis adalah berupa lemak atau lipid yang menyebabkan kuman mampu bertahan terhadap asam
serta zat kimia dan faktor fisik. Kuman TBC bersifat aerob yang membutuhkan oksigen untuk
kelangsungan hidupnya. Mycrobacterium tuberculosis banyak ditemukan di daerah yang memiliki
kandungan oksigen tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit TB. Kuman
Mycrobacterium tuberculosis memiliki kemampuan tumbuh yang lambat, koloni akan tampak setelah
kurang dari dua minggu atau bahkan terkadang setelah 6-8 minggu. Lingkungan hidup optimal pada
suhu 37°C dan kelembaban 70%. Kuman tidak dapat tumbuh pada suhu 25°C atau lebih dari 40°C
(Widyanto & Triwibowo, 2013).
Mycrobacterium tuberculosis termasuk familie Mycrobacteriaceace yang mempunyai berbagai
genus, satu diantaranya adalah Mycrobacterium, yang salah satunya speciesnya adalah Mycrobacterium
tuberculosis. Basil TBC mempunyai dinding sel lipoid sehingga tahan asam, sifat ini dimanfaatkan oleh
Robert Koch untuk mewarnainya secara khusus. Oleh karena itu, kuman ini disebut pula Basil Tahan
Asam (BTA). Basil TBC sangat rentan terhadap sinar matahari, sehingga dalam beberapa menit saja
akan mati. Ternyata kerentanan ini terutama terhadap gelombang cahaya ultraviolet. Basil TBC juga
rentan terhadap panas-basah, sehingga dalam 2 menit saja basil TBC yang berada dalam lingkungan
basah sudah akan mati bila terkena air bersuhu 100°C. Basil TBC juga akan terbunuh dalam beberapa
menit bila terkena alkohol 70% atau lisol 5% (Danusantoso,2013).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Kegiatan PKL bidang MAGK bertujuan agar mahasiswa mendapatkan pengalaman
kerja dan wawasan profesional dalam penerapan proses asuhan gizi terstandar (PAGT) berbagai
penyakit di rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus kegiatan PKL di bidang MAGK sebagai berikut:
1. Menilai keadaan gizi pasien
2. Merumuskan masalah gizi pasien
3. Merencanakan, menyusun, dan mengevaluasi penatalaksanaan proses asuhan gizi
terstandar pada pasien berdasarkan diagnosa dokter
4. Melakukan tindak lanjut pada pasien yang dikelola sendiri
5. Melakukan usaha pemeliharaan dan peningkatan status gizi
6. Membekali diri untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan kerja.
BAB II
PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR
Usia : 19 Tahun
Tb Paru
3. Skrining Malnutrisi
Tabel 1.1 Malnutrition Screening Tools (MST) Tn.R
No. Parameter Skor
1 Apakah terjadi penurunan berat badan pada 6 bulan terakir?
a. Tidak ada 0
b. 1-5 kg 1
c. 6-10 kg 2
d. 11-15 kg 3
e. >15 kg 4
2 Apakah asupan makan berkurang karena kurang nafsu makan?
a. Ya 1
b. Tidak 0
3 Total skor 2
Tindak lanjut skrining gizi MST :
a. Ya
b. Tidak
3. Alergi makanan :
Tidak ada alergi makanan
4. Preskripsi diet :
a. Makanan Biasa
b. Makanan Khusus
5. Tindak lanjut :
CH-3.1.7 Agama -
CH-3.1.2 Situasi rumah -
Os merupakan seorang buruh berumur 19 tahun , merupakan perokok aktif yang menghabiskan
1 bks per harinya..
FH-1.2.2.3 Pola Makan Tn R biasa mengkonsumsi nasi 2kali/hari, lauk hewani 2kali/hari,
lauk nabati 2kali/hari, sayur 1kali/hari, buah 1kali/mggu,
gorengan 3potong/hari
FH-1.5.1.1 Total Asupan 49 g
Lemak
FH-1.5.3.1 Total Asupan 61,6 g
Protein
FH-1.5.5.1 Total Asupan 230,5 g
Karbohidrat
FH-2.1.1.3 Pesanan nutrisi -
enteral
FH-4 Pengetahuan/kepercayaan/sikap
FH-4.1 Pengetahuan makanan Os dan keluarga tidak mengetahui atau belum mendapatkan
dan nutrisi/keterampilan informasi mengenai makanan yang yang dianjurkan,tidak
dianjurkan dan dibatasi.
FH-7 Aktifitas fisik dan fungsi
FH-7.3 Aktifitas -
FH-7.3.3 Frekuensi -
FH-3 Pengobatan dan Terapi
FH-3.1.1 Obat Omeprazole 20 mg 2x/hari,Amoxicillin 1000 mg
2x/hari,Clarithromycin 500 mg 2x/hari,Isoniazid 5
mg/kgBB(dosis maksimal 300 mg/hari),Rifampisin 10
mg/kgBB(dosis maksimal 600 mg/hari), Pirazinamid 25
mg/kgBB, dan Etambutol 15 mg/kgBB. Streptomisin juga dapat
diberikan dengan dosis sebesar 15 mg/kgBB
Hasil pengkajian biokimia Os didaptkan HB, Neutrofil batang, Eritrosit, dan trombosit Os
rendah dan Leukosit Os tinggi ini menandakan adanya infeksi yang terjadi kepada Os.
Os mengeluh badan masih merasa lemah dan sudah bisa turun dari tempat tidur dibantu keluarganya.
6 ) Comparative Standard (CS)
Keterangan : Defisit tingkat berat (<70% angka kebutuhan); Defisit tingkat sedang (70-79% angka
kebutuhan); Defisit tingkat ringan (80-89% angka kebutuhan), Normal (90-119% angka kebutuhan);
dan Di atas angka kebutuhan (≥120% angka kebutuhan).
Hasil recall 24 jam menunjukkan hasil asupan Os diatas kebutuhan dan asupan Energi,
karbohidrat dan lemak defisit tingkat berat sedangkan asupan protein Os Normal.
: 1407,6
:2012,8 kkal
CS-2.1.3 Metode Estimasi Kebutuhan Lemak Total Keb Lemak : 25% x 2012 / 9 : 56 gram
CS-2.2.3 Metode Estimasi Kebutuhan Protein Total Keb Protein :15% x 2012 / 4 : 75,4 gram
CS-2.3.3 Metode Estimasi Kebutuhan Karbohidrat Keb Karbohidrat : 60% x 2012 / 4 : 301,7 gram
Total
b. Diagnosis Gizi
1. NI-2.1 Asupan oral tidak adekuat berkaitan dengan Ulkus Peptikum dan TB paru, memiliki
keluhan batuk berdarah, muntah bewarna hitam, sesak dan lemah sehingga asupan makan berkurang
merupakan perokok aktif yang menghabiskan 1 bks per harinya .
2. NC-1.1 Perubahan nilai laboratrium terkait gizi berkaitan dengan disfungsi TB paru di tandai
dengan hasil laboratorium profil HB rendah(11.18g/dl), HT rendah(35%), Trombosit rendah
(337000),Eritrosit rendah(3,72 juta/ul) dan leukosit tinggi(12000 ul)
c. Intervensi Gizi
a. Tujuan :
Mengoptimalkan asupan mencukupi kebutuhan energi dan zat gizi OS dengan target
pencapaian 80% dalam 3 hari.
b. Preskripsi diet :
1. Jenis Diet : Diet Biasa
2. Konsistensi : biasa
3. Frekuensi : 3x Makan 1 x snack
4. Rute pemberian : Oral
c. Rencana Edukasi dan Konseling Gizi
1. Tempat : Ruang rawat inap
2. Sasaran : Pasien dan keluarga
3. Topik : Edukasi gizi terkait TB Paru
4. Metode : Ceramah dan diskusi 2 arah
5. Alat bantu : leaflet, Food model
Materi :
a. penjelasan tentang diet yang diberikan
b. penjelasan pentingnya diet yang akan dijalani, jadwal makan, jumlah (porsi), cara
pengolahan.
c. Memberikan edukasi terkait bahan makanan yang dianjurkan,tidak dianjurkan dan
dibatasi
d. Koordinasi dan Kolaborasi
Koordinasi : Ahli gizi rawat inap, Ahli gizi MSPM, Pramusaji
Kolaborasi : Perawat, Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP)
Implementasi
Tidak ada diet khusus tapi sebaiknya melakuan diet ambar atau memilih makanan yang tidak
terlalu berasa dan hindri makanan pedas atau berminyak dengan kandungan energy sekitar 2012 kkal,
protein 75 gram, lemak 56 gram, dan karbohidrat 301 gram dalam bentuk 3 kali makan utama dan 2
kali selingan secara bertahap dimulai dari 80% kecukupan energi dan zat gizi.
Buah 3 1 1 1
2.
Susu 1 0.5 1
5
Gula 1 0.5 0.5
Minyak 1 1
Bahan
Waktu Porsi Berat
Menu makana E (kkal) P (g) L (g) Kh (g)
makan (SP) (g)
n
Bubur Bubur 1 400 175 4 0 40
saring
bayam Bayam 0.5 50 12.5 0.5 0 2.5
Daging
Ayam
Pagi ayam
tanpa 0.5 20 25 3.5 2.5 0
kukus
kulit
giling
Apel 1 85 50 0 0 12
Jus apel
Gula 0.5 6.5 25 0 0 6
Sub total menu makan pagi 287.5 8 2.5 60.5
Bubur
Bubur tepung 1 50 175 4 0 40
tepung beras
Selinga beras
n1 mangga 1 90 50 0 0 12
saus buah
gula 0.5 6.5 25 0 0 6
Susu Susu 1 200 125 7 6 10
sapi
sub total selingan 1 375 11 6 68
ayam
Cream tanpa 0.5 20 25 3.5 2.5 0
Selinga soup kulit
n2 ayam dan
sayur brokoli 0.5 50 12.5 0.5 0 2.5
wortel 0.5 50 12.5 0.5 0 2.5
Sub total selingan 2 50 4.5 2.5 5
Nasi tim Nasi Tim 1.5 300 262.5 6 0 60
brokoli Brokoli 0.5 50 12.5 0.5 0 2.5
Siang Daging
Daging
giling 1 50 150 7 5 0
sapi
bumbu
kecap minyak 1 5 50 0 5 0
Sub total menu makanan siang 475 13.5 10 62.5
kacang
kacang
hijau 1.5 30 112.5 7.5 4.5 10.5
hijau
saring
Selinga
1 50 50 0 0 12
n3
smoothie gula 0.5 6.5 25 0 0 6
s pisang Susu
0.5 100 62.5 3.5 3 5
sapi
Sub total selingan 3 229 11 7.5 33.5
Nasi Tim Nasi Tim 1.5 300 262.5 6 0 60
tahu Tahu 0.5 55 37.5 2.5 1.5 3.5
Daging
Malam Daging
giling 1 50 150 7 5 0
sapi
rebus
Susu
Susu 1 200 125 7 6 10
sapi
Sub total makan malam 575 22.5 12.5 73.5
Total asupan sehari 1991.5 70.5 41 303
b. Evaluasi
1. Evaluasi Asupan
Didapatkan hasil asupan Os berupa energi 1991.5 kkal, protein 70,5 gram, lemak 41 gram
dan karbohidrat 303 gram. Dengan 98% asupan energi 77% dari kebutuhan, protein 93% dari
kebutuhan, lemak 73% dari kebutuhan, dan karbohidrat 100% dari kebutuhan.
Pada pagi hari Os mengkonsumsi bubur saring bayam, daging ayam kukus giling dan jus apel,
siang hari Os diberikan bubur dengan lauk pauk Nasi tim brokoli dan daging bumbu kecap Selingan
cream soup ayam dan sayur daselingan kacang hijau saring dan smoothies pisang. Yang paling
utama Os di sarankan berhentu merokok selanjutnya makan makan os diberi makan nasi tim tahu
daging giling rebus dan susu
87%
83%
En er gi L em ak P r o t ei n K ar b oh i d r at
2. Evaluasi Biokimia
Gula Darah 6
mg/dL - -
Sewaktu 0-180
<
HbA1c % - -
5.7
HB 13-17 pg 11.8 -
Neutrofil
38-48 % 35 -
batang
Pada tanggal 26 Oktober 2020 hasil lab Os menunjukan bahwa HB Os rendah, Neutrofil rendah,
Trombosit Normal dan Leukosit Tinggi
3. Evaluasi Fisik/Klinis
Pada hari pertama monitoring tekanan darah Os 120/80 mmHg dimana termasuk kedalam lebih
sedikit dimana angka normal adalah 120/90 nadi dengan hasil 90 dan suhu normal 37 derajat
Kesimpulan :
Tn R dengan diagnosis gizi NI-2.1 Asupan oral tidak adekuat dan NB-1.1 Kurang pengetahuan
terkait makanan dan zat gizi diberikan intervensi gizi diet Tinggi protein dan tinggi energi. Tn.R
kemudian diberikan diet Tinggi protein
Saran :
Pemantauan asupan Os masih harus sering dilakukan berkaitan dengan penurunan asupan dari
monitoring hari pertama. Serta koordinasi dengan perawat dan terapi wicara mengenai kondisi fisik
klinis yang berkaitan dengan gizi. Os harus terus dimotivasi agar adanya peningkatan asupan..
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) dilakukan kepada pasien penyakit Ulkus
Peptikum dan TB Paru. Peniliaian keadaan gizi pasien menggunakan pengukuran sedangkan
skrining menggunakan Malnutrition Screening Tools (MST) pada pasien dewasa. Pengkajian
dilakukan dengan cara wawancara pasien dan keluarga serta penggalian data pasien di
electronic health record yang bertujuan untuk menegakkan diagnosis gizi pasien. Diagnosis gizi
diberikan dengan melihat domain gizi yaitu asupan, klinis dan perilaku dengan
mempertimbangkan kondisi dan riwayat pasien. Intervensi dilakukan selama 1 hari dengan
melakukan monitoring dan evaluasi terhadap asupan, biokimia, fisik/klinis, pengetahuan dari
pasien.
B. SARAN
Masih perlunya pengkajian ulang terhadap asupan dari pasien dikarenakan penurunan
nafsu makan dan juga kemampuan makan. Berkoordinasi dengan perawat, dokter penanggung
jawab pasien (DPJP) dan juga terapi wicara mengenai kondisi fisik klinis yang berkaitan dengan
gizi. Pemberian pengetahuan tentang gizi juga harus diberikan kepada keluarga yang menunggu
untuk tidak diberikan makanan dari luar rumah sakit. Pasien juga harus sering diberikan
motivasi untuk menghabiskan makanan.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, N. (2016). Peran antagonis reseptor h-2 dalam pengobatan ulkus peptikum. Sari Pediatri, 3(4), 222-6.
Yunita, Y., Asdie, A. H., & Susetyowati, S. (2013). Pelaksanaan proses asuhan gizi terstandar (PAGT) terhadap
asupan gizi dan kadar glukosa darah pasien diabetes melitus tipe 2. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 10(2), 82-91.
Yolanda, R. Y. P., Nur, H., & Weni, K. (2019). PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR PADA PASIEN KANKER
PARU PRO KEMOTERAPI DISERTAI ANEMIA DI RSUD DR. MOEWARDI (Doctoral dissertation, Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta).
Rositta, N. D., Weni, K., & Rini, W. A. (2019). PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR PADA PASIEN
CHRONIC KIDNEY DISEASE ON HEMODIALISIS DI BANGSAL GARDENIA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
WATES KULON PROGO (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta).
Priharsiwi, N. (2020). ASUHAN GIZI PADA PASIEN ANEMIA GRAVIS ET CAUSA ULKUS PEPTIKUM
DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. LOEKMONO HADI KUDUS.
Soenardi, T. (2014). Mengangkat Gizi & Kuliner Makanan Rumah Sakit. Gramedia Pustaka Utama.
Nuraini, N., Iskari, N., & Yenny, M. (2019). Dietetika Penyakit Infeksi.