Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN

PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR PADA PASIEN ULKUS PEPTIKUM


DAN TB PARU

Disusun oleh :
Adillah Dara.D
Aulia Amalia
Farisha Kayla
Tino Dewa Bagassalam
Pearly Aura

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS SAHID
JAKARTA
2023
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ulkus peptikum atau tukak lambung merupakan gangguan penyakit yang disebabkan kerusakan
pada lapisan mukosa, sub mukosa sampai lapisan otot saluran cerna yang disebabkan aktifitas pepsin
dan asam lambung. Umumnya terjadi pada bulbus duodenum dan kurvatura minor, dapat juga
mengenai esofagus sampai usus halus (Aziz, 2002). Ulkus dapat disebabkan oleh beberapa kondisi,
salah satunya ulkus diinduksi stres oksidatif yaitu kondisi dimana terjadi ketidakseimbangan antara
produksi oksigen reaktif dan kemampuan sistem biologi untuk mendetoksifikasi reaktif intermediet,
yang bisa menyebabkan kerusakan oksidatif protein, lipid dan DNA (Priya et al., 2012).
Ulkus disebabkan karena adanya aktifitas pepsin dan asam lambung serta radikal bebas sebagai
faktor perusak. Permukaan epitelium dari lambung atau usus rusak dan berulkus dan hasil dari
inflamasi menyebar sampai ke dasar mukosa dan submukosa. Ada hipotesis yang menyatakan bahwa
inflamasi merangsang peningkatan produksi gastrin. Urease juga merupakan faktor penting untuk
timbulnya infeksi (Tahuteru, 2004). Patofisiolgi akibat NSAID yaitu diserupsi fisiokimia pertahanan
mukosa lambung dan inhibisi sistemik terhadap perlindung mukosa lambung melalui inhibisi aktivitas
COX mukosa lambung (Gosal, 2012). Terjadinya ulkus peptikum melalui mekanisme ROS (Reaktif
Oksigen Spesies) yaitu dengan memediasi kerusakan mitokondria yaotu lipid, protein, dan oksidasi
DNA yang sehingga sistem pertahanan menurun dan menyebabkan apoptosis dan cedera mukosa.
Tuberkulosis (TBC) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Mycrobacterium
tuberculosis yang menyerang paru-paru dan bronkus. TBC paru tergolong penyakit air borne infection,
yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara pernapasan ke dalam paru-paru. Kemudian kuman
menyebar dari paru-paru ke bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe,
melalui bronkus atau penyebaran langsung ke bagian tubuh lainnya (Widyanto & Triwibowo,
2013)Tuberkulosis (TBC) paru adalah suatu penyakit infeksi kronis yang sudah sangat lama dikenal
pada manusia, misalnya dia dihubungkan dengan tempat tinggal di daerah urban, lingkungan yang
padat, dibuktikan dengan adanya penemuan kerusakan tulang vertebra otak yang khas TBC dari
kerangka yang digali di Heidelberg dari kuburan zaman neolitikum, begitu juga penemuan yang berasal
dari mumi dan ukuriran dinding piramid di Mesir kuno pada tahun 2000 –4000 SM. Hipokrates telah
memperkenalkan sebuah terminologi yang diangkat dari bahasa Yunani yang menggambarkan tampilan
penyakit TBC paru ini (Sudoyo dkk, 2010).
TB paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh basil TBC (Mycrobacterium Tuberculosi
Humanis). Mycrobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk batang berukuran sangat
kecil dengan panjang 1-4 µm dengan tebal 0,3-0,6 µm. Sebagian besar komponen Mycrobacterium
tuberculosis adalah berupa lemak atau lipid yang menyebabkan kuman mampu bertahan terhadap asam
serta zat kimia dan faktor fisik. Kuman TBC bersifat aerob yang membutuhkan oksigen untuk
kelangsungan hidupnya. Mycrobacterium tuberculosis banyak ditemukan di daerah yang memiliki
kandungan oksigen tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit TB. Kuman
Mycrobacterium tuberculosis memiliki kemampuan tumbuh yang lambat, koloni akan tampak setelah
kurang dari dua minggu atau bahkan terkadang setelah 6-8 minggu. Lingkungan hidup optimal pada
suhu 37°C dan kelembaban 70%. Kuman tidak dapat tumbuh pada suhu 25°C atau lebih dari 40°C
(Widyanto & Triwibowo, 2013).
Mycrobacterium tuberculosis termasuk familie Mycrobacteriaceace yang mempunyai berbagai
genus, satu diantaranya adalah Mycrobacterium, yang salah satunya speciesnya adalah Mycrobacterium
tuberculosis. Basil TBC mempunyai dinding sel lipoid sehingga tahan asam, sifat ini dimanfaatkan oleh
Robert Koch untuk mewarnainya secara khusus. Oleh karena itu, kuman ini disebut pula Basil Tahan
Asam (BTA). Basil TBC sangat rentan terhadap sinar matahari, sehingga dalam beberapa menit saja
akan mati. Ternyata kerentanan ini terutama terhadap gelombang cahaya ultraviolet. Basil TBC juga
rentan terhadap panas-basah, sehingga dalam 2 menit saja basil TBC yang berada dalam lingkungan
basah sudah akan mati bila terkena air bersuhu 100°C. Basil TBC juga akan terbunuh dalam beberapa
menit bila terkena alkohol 70% atau lisol 5% (Danusantoso,2013).

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Kegiatan PKL bidang MAGK bertujuan agar mahasiswa mendapatkan pengalaman
kerja dan wawasan profesional dalam penerapan proses asuhan gizi terstandar (PAGT) berbagai
penyakit di rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus kegiatan PKL di bidang MAGK sebagai berikut:
1. Menilai keadaan gizi pasien
2. Merumuskan masalah gizi pasien
3. Merencanakan, menyusun, dan mengevaluasi penatalaksanaan proses asuhan gizi
terstandar pada pasien berdasarkan diagnosa dokter
4. Melakukan tindak lanjut pada pasien yang dikelola sendiri
5. Melakukan usaha pemeliharaan dan peningkatan status gizi
6. Membekali diri untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan kerja.
BAB II
PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR

A. PENATALAKSANAAN DIET PADA PASIEN ULKUS PEPTIKUM DAN TB PARU


1. Gambaran Umum
Tn R usia 19 tahun dengan berat badan 44 kg (sebelumnya BB 48 kg) dan Tinggi badan 160 cm
merupakan seorang buruh di salah satu pabrik otomotif.Tn R masuk rumah sakit 26 Oktober 2020
dengan keluhan batuk berdarah, muntah bewarna hitam, sesak dan lemah sehingga asupan makan
berkurang. Tn R merupakan perokok aktif yang menghabiskan 1 bks per harinya. Tn R biasa
mengkonsumsi nasi 2kali/hari, lauk hewani 2kali/hari, lauk nabati 2kali/hari, sayur 1kali/hari, buah
1kali/mggu, gorengan 3potong/hari IE = 1636 kkal, P = 61.6a , L = 49g KH = 230, 5g ). Diagnosis
medis pasien ulkus peptikum dan TB paru dengan data biokimia (Hb: 11.18g/dl, Ht: 35%, Trombosit:
337000 μL, Eritrosit: 3,72juta/ul, leukosit: 12000 µL). Pemeriksaan klinis pasien (Tensi darah:120/90
mmHg, nadi 90x/menit, respiratory 20x/menit, Suhu 37 °C). Pasien mengeluh badan masih merasa
lemah dan sudah bisa turun dari tempat tidur dibantu keluarganya.
Patofisiologi Penyakit (dalam bentuk diagram)

2. Data umum Pasien


Nama : Tn. R

Tanggal Masuk Rumah Sakit : 26 Oktober 2020

Tanggal Pengkajian Awal Gizi :-


Tanggal Lahir :-

Usia : 19 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Nomor Rekam Medik :-

Diagnosis Medis : Ulkus Peptikum

Tb Paru

3. Skrining Malnutrisi
Tabel 1.1 Malnutrition Screening Tools (MST) Tn.R
No. Parameter Skor
1 Apakah terjadi penurunan berat badan pada 6 bulan terakir?
a. Tidak ada 0
b. 1-5 kg 1
c. 6-10 kg 2
d. 11-15 kg 3
e. >15 kg 4
2 Apakah asupan makan berkurang karena kurang nafsu makan?
a. Ya 1
b. Tidak 0
3 Total skor 2
Tindak lanjut skrining gizi MST :

a. Risiko Ringan (Nilai MST 0-1)

b. Risiko Sedang (Nilai MST ≥2-3)

c. Risiko Tinggi (Nilai MST 4-5)

2. Pasien mempunyai kondisi khusus (DM / kemoterapi / Hemodialisa / Geriatri / Imunitas


menurun / lain-lain sebutkan…

a. Ya

b. Tidak

3. Alergi makanan :
Tidak ada alergi makanan

4. Preskripsi diet :

a. Makanan Biasa

b. Makanan Khusus

5. Tindak lanjut :

a. Perlu asuhan gizi

b. Belum perlu asuhan gizi

4. Proses Asuhan Gizi


a. Pengkajian Gizi
1) Pengkajian Data Riwayat Pasien (CH)

Tabel 1.2 Pengkajian Data Riwayat Tn. R


Domain Data

CH-1 Riwayat Personal


CH-1.1.1 Usia 19 Tahun
CH-1.1.3 Jenis Kelamin Laki-Laki
CH-1.1.12 Mobilitas -
CH-1.1.9 Peran dalam keluarga -
CH-1.1.6 Bahasa Indonesia
CH-1.110 tobacco use Tn R merupakan perokok aktif yang
menghabiskan 1 bks per harinya.
CH-2.2 Perawatan/Terapi
CH-2.2.2 Riwayat penyakit/operasi -
CH-2.2 Perawatan/Terapi -
CH-3 Riwayat Sosial dan Ekonomi
CH-3.1.1 Faktor sosial ekonomi -
CH-3.1.6 Pekerjaan Buruh

CH-3.1.7 Agama -
CH-3.1.2 Situasi rumah -

Os merupakan seorang buruh berumur 19 tahun , merupakan perokok aktif yang menghabiskan
1 bks per harinya..

2) Pengkajian Riwayat Terkait Gizi/Makanan (FH)


Tabel 1.3 Pengkajian Riwayat Terkait Gizi/Makanan Tn. R
Domain Data Pasien

FH- Riwayat Makanan


FH-1.1.1 Total Asupan Energi 1635 kkal

FH-1.2.2.3 Pola Makan Tn R biasa mengkonsumsi nasi 2kali/hari, lauk hewani 2kali/hari,
lauk nabati 2kali/hari, sayur 1kali/hari, buah 1kali/mggu,
gorengan 3potong/hari
FH-1.5.1.1 Total Asupan 49 g
Lemak
FH-1.5.3.1 Total Asupan 61,6 g
Protein
FH-1.5.5.1 Total Asupan 230,5 g
Karbohidrat
FH-2.1.1.3 Pesanan nutrisi -
enteral
FH-4 Pengetahuan/kepercayaan/sikap
FH-4.1 Pengetahuan makanan Os dan keluarga tidak mengetahui atau belum mendapatkan
dan nutrisi/keterampilan informasi mengenai makanan yang yang dianjurkan,tidak
dianjurkan dan dibatasi.
FH-7 Aktifitas fisik dan fungsi
FH-7.3 Aktifitas -
FH-7.3.3 Frekuensi -
FH-3 Pengobatan dan Terapi
FH-3.1.1 Obat Omeprazole 20 mg 2x/hari,Amoxicillin 1000 mg
2x/hari,Clarithromycin 500 mg 2x/hari,Isoniazid 5
mg/kgBB(dosis maksimal 300 mg/hari),Rifampisin 10
mg/kgBB(dosis maksimal 600 mg/hari), Pirazinamid 25
mg/kgBB, dan Etambutol 15 mg/kgBB. Streptomisin juga dapat
diberikan dengan dosis sebesar 15 mg/kgBB

Interaksi Obat dan Makanan

Tabel 1.4 Interaksi Obat dan Makanan Tn. R


Nama Obat Manfaat Efek samping Interaksi obat
dan makanan
Omeprazole Omeprazole adalah obat  Sakit perut atau
untuk mengatasi asam lambung perut kembung
Tidak ada
berlebih dan keluhan yang  Mual atau muntah
interaksi
mengikutinya. Obat ini umumnya  Diare
digunakan untuk  Sembelit
Nama Obat Manfaat Efek samping Interaksi obat
dan makanan
mengatasi gastroesophageal reflux  Gejala flu, seperti
disease (GERD), sakit maag demam, sakit
(gastritis), atau tukak lambung. tenggorokan, atau
Omeprazole menurunkan asam pilek (biasanya
lambung dengan cara menghambat pada anak)
pompa proton yang berperan besar
dalam produksi asam lambung.
Dengan cara kerja tersebut, obat ini
dapat mengurangi gejala iritasi
dinding lambung, seperti nyeri ulu
hati, mual, dan kembung.
Amoxicillin  Perubahan rasa Amoxicillin
Amoxicillin adalah obat
pada lidah sirop, tablet,
antibiotik yang digunakan untuk
 Mual atau muntah atau kapsul bisa
mengatasi berbagai penyakit akibat
 Sakit kepala dikonsumsi
infeksi bakteri, seperti infeksi
 Diare sebelum atau
telinga, tonsilitis,
 Ruam sesudah makan.
atau bronkitis. Obat ini hanya boleh
Namun,
digunakan berdasarkan resep dokter.
konsumsi obat
Amoxicillin bekerja dengan cara bersama
menghambat pembentukan dinding makanan dapat
sel bakteri sehingga bakteri meningkatkan
penyebab infeksi akan mati. penyerapan obat
dan mengurangi
efek samping
pada lambung.
Clarithromycin  Sakit perut Clarithromycin
Clarithromycin adalah obat
 Mual dan muntah tablet, kaplet,
untuk mengobati infeksi bakteri di
 Diare atau sirup kering
berbagai bagian tubuh, seperti
 Gangguan pada dapat
saluran pernapasan, kulit, telinga,
indra pengecap dikonsumsi
tenggorokan, dan amandel. Obat ini
atau terjadinya sebelum atau
hanya boleh digunakan dengan
perubahan rasa sesudah makan.
resep dokter.Clarithromycin
 Sakit kepala Untuk
termasuk kelompok obat antibiotik
menghindari
makrolid. Obat ini bekerja dengan
rasa tidak
cara menghentikan pertumbuhan
nyaman pada
dan membunuh bakteri penyebab
perut, sebaiknya
infeksi.Perlu diketahui,
konsumsi obat
clarithromycin tidak dapat
ini saat makan
digunakan untuk mengobati infeksi
atau setelah
virus, seperti flu dan pilek.
makan.
Isoniazid  Muntah Hindari
Isoniazid adalah obat
 Sakit maag mengonsumsi is
antibiotik untuk
 Pusing oniazid bersama
mengobati tuberkulosis (TBC).
 Lemas keju, anggur
Dalam pengobatan TBC,
Nama Obat Manfaat Efek samping Interaksi obat
dan makanan
 Tidak nafsu merah, atau
isoniazid akan dikombinasikan
makan tuna, karena
dengan obat TBC lainnya, seperti
 Diare dapat
rifampicin, ethambutol, atau pyrazin
meningkatkan
amide.
risiko terjadinya
Isoniazid bekerja dengan cara kenaikan
membunuh dan menghentikan tekanan darah,
pertumbuhan hot flashes, sakit
bakteri Mycobacterium kepala, jantung
tuberculosis penyebab TBC. Obat berdebar, atau
ini merupakan bagian dari terapi pusing.
TBC aktif tahap awal dan lanjutan.

Rifampisin  Warna urine, air Sedangkan cara


Rifampicin atau rifampin
liur, keringat, air meminum obat
adalah obat antibiotik yang
mata, dan gigi Rifampicin
digunakan untuk mengobati
menjadi secara baik
dan mencegah beberapa penyakit
kemerahan adalah dengan
akibat infeksi bakteri, seperti
 Sakit atau rasa mengkonsumsin
tuberkulosis. Untuk pengobatan,
panas di perut ya saat perut
rifampicin biasanya harus
bagian atas kosong atau
dikombinasikan dengan obat
(heartburn), diberikan 1 jam
antibiotik lain.Rifampicin bekerja
kembung, atau sebelum makan
dengan cara membunuh bakteri
hilang nafsu atau diberikan 2
penyebab infeksi. Selain
makan jam setelah
tuberkulosis, obat ini juga
 Mual, muntah, makan. Bila obat
digunakan untuk mengobati
atau diare ini dikonsumsi
kusta, brucellosis, penyakit
 Demam saat lambung
Legionnaire, dan
 Sakit kepala atau penuh atau
infeksi Staphyloccus aureus yang
pusing bersamaan
berat.
 Kantuk dengan
 Kelemahan atau makanan, maka
nyeri di lengan efektivitas
atau kaki serapan obat ini
 Gangguan oleh tubuh akan
keseimbangan berkurang
 Mati rasa
 Kebingungan
 Sulit konsentrasi
 Perubahan jadwal
menstruasi

Pirazinamid  Mual atau muntah Pyrazinamide


Pyrazinamide atau pirazinamid
 Hilang nafsu dalam bentuk
adalah obat untuk
makan obat
Nama Obat Manfaat Efek samping Interaksi obat
dan makanan
 Lelah tunggal sebaikny
mengobati tuberkulosis (TBC). Dala
a dikonsumsi
m pengobatan TBC, pyrazinamide
bersama
akan dikombinasikan dengan
makanan atau
beberapa obat TBC lainnya, seperti
segera sesudah
rifampicin, isoniazid, atau
makan. Untuk
ethambutol.
pyrazinamide
Pyrazinamide bekerja dengan cara yang
membunuh dan menghentikan dikombinasikan
perkembangan dengan obat
bakteri Mycobacterium TBC lainnya,
tuberculosis penyebab tuberkulosis. obat sebaiknya
Obat ini harus dikonsumsi secara diminum saat
rutin dalam jangka panjang. Selama perut dalam
penggunaan obat ini, kondisi pasien keadaan kosong,
juga perlu dipantau oleh dokter idealnya 1 jam
secara berkala. sebelum makan
atau 2 jam
setelah makan.
Etambutol  Mual atau muntah
Ethambutol bermanfaat untuk
 Sakit perut
mengatasi tuberkulosis (TBC). Obat
 Nyeri sendi
ini biasanya dikombinasikan dengan
 Sakit kepala atau
beberapa antibiotik lain, seperti Tidak ada
pusing
rifampicin dan isoniazid, untuk interaksi
 Gangguan
menghentikan pertumbuhan bakteri
pencernaan
penyebab tuberkulosis.
 Hilang selera
Ethambutol perlu dikonsumsi secara makan
rutin untuk mencegah terjadinya
kekebalan bakteri Mycobacterium
tuberculosis terhadap obat ini.
Streptomisin  Mual
Streptomycin adalah obat antibiotik
 Muntah
untuk mengatasi tuberkulosis dan
 Pusing
penyakit infeksi bakteri lain, seperti
 Sakit perut
tularemia, endokarditis bakteri, pes
 Tidak nafsu
(plague), brucellosis, meningitis,
makan
pneumonia, atau infeksi saluran
 Nyeri, iritasi,
kemih. Streptomycin bekerja
kemerahan di
dengan cara mengganggu
tempat suntikan
pembentukan protein khusus yang
dibutuhkan oleh bakteri untuk
tumbuh dan berkembang, sehingga
bakteri akhirnya mati.

3) Pengkajian Data Antropometri (AD)


Tabel 1.4 Pengkajian Data Antropometri Tn R

Domain Data Interpretasi


AD-1.1.1 Tinggi 160 cm -
AD-1.1.2 Berat 44 kg -
AD-1.1.4 Perubahan Berat Badan Perubahan 4 kg -
AD-1.1 Berat badan ideal 55 kg -
AD-1.1.6 Indeks Pertumbuhan - -
%LILA

4) Pengkajian Data Biokimia (BD)

Tabel 1.5 Pengkajian Biokimia Tn. R


Domain Data Nilai Normal Satuan Interpretasi

BD-1.10 Nutritional Ulkus Peptikum dan TB paru Profile


BD-1.10 HB 11.18 13-17 g/dl Rendah
BD-1.10 Neutrofil batang 35 38-48 % Rendah
BD-1.10 Eritrosit 3,72 4,5-5,9 Juta/uL Rendah
BD-1.10 Trombosit 337 150-400 Ribu/uL Normal
BD-1.10 Leukosit 12000 4,500-11,000 µL Tinggi

Sumber : Electronic Health Record RS ……..

Hasil pengkajian biokimia Os didaptkan HB, Neutrofil batang, Eritrosit, dan trombosit Os
rendah dan Leukosit Os tinggi ini menandakan adanya infeksi yang terjadi kepada Os.

5) Pengkajian Data Klinis/ Fisik (PD)


Tabel 1.6 Pengkajian Klinis/Fisik Tn. R
Domain Data Nilai Satuan Interpretasi
Normal
PD-1.1.1 Temuan Keseluruhan/Keadaan umum/Keluhan
PD-1.1.4.5 Batuk Tidak ada Tidak ada - -
Berdarah
PD-1.1.5.9 Tidak ada Tidak ada - -
Muntah Hitam
PD-1.1.5.11 Tidak ada Tidak ada - -
Sesak dan lemah
PD-1.1.5.24 Mual Tidak ada Tidak ada - -
PD-1.1.5.27 120/90 cal 120/80 mmHg Normal
Tensi darah
PD-1.1.6 Nadi 90 60-100 x/menit Normal
PD-1.1.11.5 20 14-20 x/menit Normal
Respiratory
PD-1.1.19.3 suhu 36-37 37 Derajat Celcius Normal

Os mengeluh badan masih merasa lemah dan sudah bisa turun dari tempat tidur dibantu keluarganya.
6 ) Comparative Standard (CS)

Tabel 1.7 comparative standard


Asupan Asupan
Domain Satuan SMRS Interpretasi MRS Interpretasi Kebutuhan Kebut
n % n % SMRS uhan
MRS
CS-1.1.1 Estimasi kkal 1636 81% Defisit tingkat 1991 98 % Normal 2012 1991
Kebutuhan Energi Ringan
Total
CS-2.1.1 Estimasi Gram 49 65% Defisit tingkat 41 83 % Defisit tingkat 56 70
Kebutuhan Lemak berat Kecil
Total
CS-2.2.1 Estimasi Gram 61 108% Normal 70 87 % Defisit tingkat 71 41
Kebutuhan Protein Kecil
Total
CS-2.3.1 Estimasi Gram 230 76% Defisit tingkat 303 100 Normal 301 303
Kebutuhan Sedang
Karbohidrat Total

Keterangan : Defisit tingkat berat (<70% angka kebutuhan); Defisit tingkat sedang (70-79% angka
kebutuhan); Defisit tingkat ringan (80-89% angka kebutuhan), Normal (90-119% angka kebutuhan);
dan Di atas angka kebutuhan (≥120% angka kebutuhan).
Hasil recall 24 jam menunjukkan hasil asupan Os diatas kebutuhan dan asupan Energi,
karbohidrat dan lemak defisit tingkat berat sedangkan asupan protein Os Normal.

Tabel 1.8 Perhitungan Kebutuhan Gizi Os Tn. S


Domain Perhitungan Kebutuhan Gizi
CS-1.1.2 Metode Estimasi Kebutuhan Energi Total Harris Benedict :

BMR : 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – 6,8 x U

: 1407,6

Keb Energi : BMR x FA x FS

: 1415.2 x 1,3 x 1,1

:2012,8 kkal

CS-2.1.3 Metode Estimasi Kebutuhan Lemak Total Keb Lemak : 25% x 2012 / 9 : 56 gram

CS-2.2.3 Metode Estimasi Kebutuhan Protein Total Keb Protein :15% x 2012 / 4 : 75,4 gram

CS-2.3.3 Metode Estimasi Kebutuhan Karbohidrat Keb Karbohidrat : 60% x 2012 / 4 : 301,7 gram
Total

b. Diagnosis Gizi
1. NI-2.1 Asupan oral tidak adekuat berkaitan dengan Ulkus Peptikum dan TB paru, memiliki
keluhan batuk berdarah, muntah bewarna hitam, sesak dan lemah sehingga asupan makan berkurang
merupakan perokok aktif yang menghabiskan 1 bks per harinya .
2. NC-1.1 Perubahan nilai laboratrium terkait gizi berkaitan dengan disfungsi TB paru di tandai
dengan hasil laboratorium profil HB rendah(11.18g/dl), HT rendah(35%), Trombosit rendah
(337000),Eritrosit rendah(3,72 juta/ul) dan leukosit tinggi(12000 ul)

c. Intervensi Gizi
a. Tujuan :
Mengoptimalkan asupan mencukupi kebutuhan energi dan zat gizi OS dengan target
pencapaian 80% dalam 3 hari.
b. Preskripsi diet :
1. Jenis Diet : Diet Biasa
2. Konsistensi : biasa
3. Frekuensi : 3x Makan 1 x snack
4. Rute pemberian : Oral
c. Rencana Edukasi dan Konseling Gizi
1. Tempat : Ruang rawat inap
2. Sasaran : Pasien dan keluarga
3. Topik : Edukasi gizi terkait TB Paru
4. Metode : Ceramah dan diskusi 2 arah
5. Alat bantu : leaflet, Food model
Materi :
a. penjelasan tentang diet yang diberikan
b. penjelasan pentingnya diet yang akan dijalani, jadwal makan, jumlah (porsi), cara
pengolahan.
c. Memberikan edukasi terkait bahan makanan yang dianjurkan,tidak dianjurkan dan
dibatasi
d. Koordinasi dan Kolaborasi
Koordinasi : Ahli gizi rawat inap, Ahli gizi MSPM, Pramusaji
Kolaborasi : Perawat, Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP)

Implementasi
Tidak ada diet khusus tapi sebaiknya melakuan diet ambar atau memilih makanan yang tidak
terlalu berasa dan hindri makanan pedas atau berminyak dengan kandungan energy sekitar 2012 kkal,
protein 75 gram, lemak 56 gram, dan karbohidrat 301 gram dalam bentuk 3 kali makan utama dan 2
kali selingan secara bertahap dimulai dari 80% kecukupan energi dan zat gizi.

Tabel 3 Distribusi menu sehari


waktu makan
Golongan
SP pagi selingan 1 selingan 2 siang selingan 3 malam

Makanan Pokok 5 1 1 1.5 1.5


Pangan Hewani
1 0.5 0.5
Rendah
Pangan Hewani Tinggi 2 1 1
2.
Pangan Nabati 1.5 0.5
5
Sayur 2 0.5 1 0.5

Buah 3 1 1 1
2.
Susu 1 0.5 1
5
Gula 1 0.5 0.5

Minyak 1 1

Tabel 4 Susunan menu berdasarkan ………

Bahan
Waktu Porsi Berat
Menu makana E (kkal) P (g) L (g) Kh (g)
makan (SP) (g)
n
Bubur Bubur 1 400 175 4 0 40
saring
bayam Bayam 0.5 50 12.5 0.5 0 2.5
Daging
Ayam
Pagi ayam
tanpa 0.5 20 25 3.5 2.5 0
kukus
kulit
giling
Apel 1 85 50 0 0 12
Jus apel
Gula 0.5 6.5 25 0 0 6
Sub total menu makan pagi 287.5 8 2.5 60.5
Bubur
Bubur tepung 1 50 175 4 0 40
tepung beras
Selinga beras
n1 mangga 1 90 50 0 0 12
saus buah
gula 0.5 6.5 25 0 0 6
Susu Susu 1 200 125 7 6 10
sapi
sub total selingan 1 375 11 6 68
ayam
Cream tanpa 0.5 20 25 3.5 2.5 0
Selinga soup kulit
n2 ayam dan
sayur brokoli 0.5 50 12.5 0.5 0 2.5
wortel 0.5 50 12.5 0.5 0 2.5
Sub total selingan 2 50 4.5 2.5 5
Nasi tim Nasi Tim 1.5 300 262.5 6 0 60
brokoli Brokoli 0.5 50 12.5 0.5 0 2.5

Siang Daging
Daging
giling 1 50 150 7 5 0
sapi
bumbu
kecap minyak 1 5 50 0 5 0
Sub total menu makanan siang 475 13.5 10 62.5
kacang
kacang
hijau 1.5 30 112.5 7.5 4.5 10.5
hijau
saring
Selinga
1 50 50 0 0 12
n3
smoothie gula 0.5 6.5 25 0 0 6
s pisang Susu
0.5 100 62.5 3.5 3 5
sapi
Sub total selingan 3 229 11 7.5 33.5
Nasi Tim Nasi Tim 1.5 300 262.5 6 0 60
tahu Tahu 0.5 55 37.5 2.5 1.5 3.5
Daging
Malam Daging
giling 1 50 150 7 5 0
sapi
rebus
Susu
Susu 1 200 125 7 6 10
sapi
Sub total makan malam 575 22.5 12.5 73.5
Total asupan sehari 1991.5 70.5 41 303

d. Monitoring dan Evaluasi


a. Rencana Monitoring

Tabel 1.9 Rencana Monitoring Tn. S


Monitoring Indikator Metode Target
Pelaksanaan
Asupan Pemberian Asupan Pemberian dan Target asupan Os mencapai 90%
Melalui oral pengamatan daya dari kebutuhan dalam 3 hari
terima Os selama
setiap hari
Biokimia Pengecekan nilai Pengecekan hasil lab Nilai laboratorium Os menuju
normal selama 2 minggu normal setelah dilakukan intervensi
selama 3 hari.
Fisik/klinis Tanda vital Pemeriksaan tanda Tanda vital os normal kondisi
vital, tekanan darah, disfagia negatif setelah dilakukan
suhu, laju nafas, intervensi selama 3 hari.
denyut nadi, disfagia
selama 1 minggu
Pengetahuan & Pengetahuan terkait Edukasi gizi sebelum Pengetahuan Os dan keluarga
Perilaku gizi dan makanan pasien pulang meningkat terkait makanan dan
zat gizi

b. Evaluasi
1. Evaluasi Asupan

Tabel 1.10 Evaluasi data asupan Tn.R


Hasil
Indikator Evaluasi
MRS 1

FH-2.1.1 Pesanan Diet Diet ETPT

FH-1.1.1.Asupan Energi total (kkal) 1991,5

FH-1.5.1.1 Asupan Lemak Total


41
(gram)

FH-1.5.3.1 Asupan Protein Total


70,5
(gram)

FH-1.5.5.1 Asupan Karbohidrat


303
Total (gram)

a. Pada monitoring hari pertama diberikan diet berupa :


1. Jenis diet : Diet Energi tinggi protein tinggi
2. Konsistensi : Biasa
3. Frekuensi : 5x pemberian (jam 06, 09,12,15,18)
Diberikan diet energi tinggi protein tinggi dikarenakan Os memiliki penyakit Tb paru dan ulkus
peptikum dengan konsentrasi tidak makanan pedas dan terlalu berminyak dan lebih banyak energy
protein supaya Os tidak menjadi Malnutrisi

Didapatkan hasil asupan Os berupa energi 1991.5 kkal, protein 70,5 gram, lemak 41 gram
dan karbohidrat 303 gram. Dengan 98% asupan energi 77% dari kebutuhan, protein 93% dari
kebutuhan, lemak 73% dari kebutuhan, dan karbohidrat 100% dari kebutuhan.

Pada pagi hari Os mengkonsumsi bubur saring bayam, daging ayam kukus giling dan jus apel,
siang hari Os diberikan bubur dengan lauk pauk Nasi tim brokoli dan daging bumbu kecap Selingan
cream soup ayam dan sayur daselingan kacang hijau saring dan smoothies pisang. Yang paling
utama Os di sarankan berhentu merokok selanjutnya makan makan os diberi makan nasi tim tahu
daging giling rebus dan susu

Tabel 1.11 Monitoring Asupan Tn. R

Energi(Kkal) Protein(g) Lemak(g) Karbohidrat(g)


Mrs Hari 1 1991 70 41 303
Kebutuhan 2012 71 56 301
Asupan MRS 1 98% 87% 83% 100%

ti ngkat kecukupan gizi


MRS 1 100%
97%

87%

83%

En er gi L em ak P r o t ei n K ar b oh i d r at

Gambar 1.1 Tingkat Kecukupan Gizi Tn. R


Pada hari pertama Os diberikan diet ETPT yang memiliki kandungan energy dan protein lebih
tinggi dibandingkan kebutuhan normal karena OS memliki penurunan berat badan sehingga kebutuhan.
Dan Os tidak diperbolehkan mengkonsumsi rokok dulu karena dapat menyebabkan penyakit paru yang
berkelanjutan Diet ETPT dilakukan secara oral .

2. Evaluasi Biokimia

Tabel 1.12 Evaluasi data biokimia Tn. S


Pengkajian
Nilai Satua Hasil Evaluasi
Indikator Gizi
Normal n
26/10/2020 -

BD-1.5 Profil Gula Darah

Gula Darah 6
mg/dL - -
Sewaktu 0-180

Gula Darah <


mg/dL - -
Puasa 90

<
HbA1c % - -
5.7

BD-1.10 Profil Hematologi

HB 13-17 pg 11.8 -

Neutrofil
38-48 % 35 -
batang

Eritrosit 4,5-5,9 Juta/uL 3,72 -

Trombosit 150-400 ribu/uL 337 -

Leukosit 4500-11000 µL 12000 -

Sumber : Electronic Health Record RS …..

Pada tanggal 26 Oktober 2020 hasil lab Os menunjukan bahwa HB Os rendah, Neutrofil rendah,
Trombosit Normal dan Leukosit Tinggi

3. Evaluasi Fisik/Klinis

Tabel 1.13 Evaluasi data fisik/klinis Tn. R


Intervensi
Data klinis/fisik Nilai Normal Gizi
29/12/2021
PD-1.1.1 Temuan Keseluruhan/Keadaan
umum/Keluhan
PD-1.1.4.5 Batuk Tidak ada Tidak ada
PD-1.1.5.9
Tidak ada Tidak ada
Muntah
PD-1.1.5.11 Sesak Tidak ada Tidak ada
PD-1.1.5.24 Mual Tidak ada Tidak ada
PD-1.1.5.27 Tensi 120/80 120/90
PD-1.1.6 Nadi 60-100 90
PD-1.1.11.5
14-20 20
Respitory
PD-1.1.19.3 Suhu 36-37 37

Pada hari pertama monitoring tekanan darah Os 120/80 mmHg dimana termasuk kedalam lebih
sedikit dimana angka normal adalah 120/90 nadi dengan hasil 90 dan suhu normal 37 derajat

4. Evaluasi Pengetahuan dan Perilaku


Dilaksanakan edukasi kepada pasien dan keluarga pasien sebagai berikut :
a. Mengedukasi awal kepada keluarga tentang diet saat ini yang diberikan dan aturan di rumah
sakit seperti tidak memberikan makanan luar rumah sakit serta penyimpanan makanan
penunggu pasien
b. Memotivasi OS dan keluarga untuk menghabiskan makanan di rumah sakit
c. Edukasi pulang belum terlaksana.

Kesimpulan :
Tn R dengan diagnosis gizi NI-2.1 Asupan oral tidak adekuat dan NB-1.1 Kurang pengetahuan
terkait makanan dan zat gizi diberikan intervensi gizi diet Tinggi protein dan tinggi energi. Tn.R
kemudian diberikan diet Tinggi protein

Saran :
Pemantauan asupan Os masih harus sering dilakukan berkaitan dengan penurunan asupan dari
monitoring hari pertama. Serta koordinasi dengan perawat dan terapi wicara mengenai kondisi fisik
klinis yang berkaitan dengan gizi. Os harus terus dimotivasi agar adanya peningkatan asupan..
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) dilakukan kepada pasien penyakit Ulkus
Peptikum dan TB Paru. Peniliaian keadaan gizi pasien menggunakan pengukuran sedangkan
skrining menggunakan Malnutrition Screening Tools (MST) pada pasien dewasa. Pengkajian
dilakukan dengan cara wawancara pasien dan keluarga serta penggalian data pasien di
electronic health record yang bertujuan untuk menegakkan diagnosis gizi pasien. Diagnosis gizi
diberikan dengan melihat domain gizi yaitu asupan, klinis dan perilaku dengan
mempertimbangkan kondisi dan riwayat pasien. Intervensi dilakukan selama 1 hari dengan
melakukan monitoring dan evaluasi terhadap asupan, biokimia, fisik/klinis, pengetahuan dari
pasien.

B. SARAN
Masih perlunya pengkajian ulang terhadap asupan dari pasien dikarenakan penurunan
nafsu makan dan juga kemampuan makan. Berkoordinasi dengan perawat, dokter penanggung
jawab pasien (DPJP) dan juga terapi wicara mengenai kondisi fisik klinis yang berkaitan dengan
gizi. Pemberian pengetahuan tentang gizi juga harus diberikan kepada keluarga yang menunggu
untuk tidak diberikan makanan dari luar rumah sakit. Pasien juga harus sering diberikan
motivasi untuk menghabiskan makanan.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, N. (2016). Peran antagonis reseptor h-2 dalam pengobatan ulkus peptikum. Sari Pediatri, 3(4), 222-6.

Yunita, Y., Asdie, A. H., & Susetyowati, S. (2013). Pelaksanaan proses asuhan gizi terstandar (PAGT) terhadap
asupan gizi dan kadar glukosa darah pasien diabetes melitus tipe 2. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 10(2), 82-91.

Yolanda, R. Y. P., Nur, H., & Weni, K. (2019). PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR PADA PASIEN KANKER
PARU PRO KEMOTERAPI DISERTAI ANEMIA DI RSUD DR. MOEWARDI (Doctoral dissertation, Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta).

Rositta, N. D., Weni, K., & Rini, W. A. (2019). PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR PADA PASIEN
CHRONIC KIDNEY DISEASE ON HEMODIALISIS DI BANGSAL GARDENIA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
WATES KULON PROGO (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta).

Priharsiwi, N. (2020). ASUHAN GIZI PADA PASIEN ANEMIA GRAVIS ET CAUSA ULKUS PEPTIKUM
DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. LOEKMONO HADI KUDUS.

Soenardi, T. (2014). Mengangkat Gizi & Kuliner Makanan Rumah Sakit. Gramedia Pustaka Utama.

Nuraini, N., Iskari, N., & Yenny, M. (2019). Dietetika Penyakit Infeksi.

Anda mungkin juga menyukai