Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH VIROLOGI

TEKNIK PEMBUATAN DAN PENYIMPANAN INOKULUM UNTUK


KULTUR VIRUS

OLEH :

KELOMPOK 1

I Gusti Ayu Made Wulan Diantari P07134018060

Trisna Bagus Wibawa P07134018061

Ni Kadek Diah Tri yunita Dewi P07134018078

A.A Istri Laksmi Dewi P07134018083

Luh Gede Meilia Ayu Suari Putri P07134018087

Desak Putu Intan Purnama Dewi P07134018102

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Virus adalah mikroorganisme terkecil diantara mikroorganisme
lain (bakteri, parasit, klamedia, riketsia). Ukuran virus sangat kecil
(ukuran virus 20-30 nm) sehingga tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang, tidak dapat dilihat dengan mikroskop cahaya. Virus hanya bisa
dilihat dengan mikroskop elektron. Namun demikian virus dapat diketahui
berdasarkan atas sifat biologinya. (Kencana, 2017)
Virus yang paling sederhana terdiri dari genom DNA atau RNA
(sering disebut inti) serta diselubungi oleh protein yang disebut dengan
kapsid. Virus yang paling sederhana adalah Sirkovirus dengan kapsid yang
hanya disusun oleh 9 dua protein saja, sedangkan virus pox sebagai contoh
virus kompleks tersusun atas puluhan protein. Protein kapsid dengan
genom membentuk nukleokapsid, bentuknya bermacam-macam, ada
berbentuk ikosahedral, heliks, dan komplek.
Virus disebut sebagai parasit obligat karena virus mutlak
memerlukan sel hidup untuk menunjuang keperluannya hidupnya, untuk
memperbanyak diri atau yang disebut bereplikasi. Virus hanya mampu
bereplikasi pada sel hidup yang disukainya, virus tidak bisa hidup dan
bereplikasi pada benda mati. Oleh karena itu perbanyakan virus hanya
dapat dilakukan dengan cara diisolasikan pada media hidup, misalnya:
telur ayam bertunas (telur berembrio), pada biakan sel atau kultur jaringan,
atau diisolasikan pada hewan percobaan atau menggunakan hospes alami.
Adapun manfaat melakukan isolasi virus diantaranya adalah untuk
menemukan agen penyebab penyakit. Disamping itu isolasi virus dapat
dilakukan untuk memperbanyak virus (misalnya untuk bahan pembuatan
vaksin).
Sampel untuk bahan pembuatan inokulum diambil dari organ-
organ yang mengalami perubahan menciri. Biasanya semakin menciri
perubahan patologi anatominya maka semakin tinggi pula titer virus hasil
dipanen. Sampel organ diambil dalam keadaan segar, dan usahakan
pengambilan organ seseteril mungkin. Organ ditempatkan di dalam tabung
kaca steril selanjutnya dibuat inokulum untuk diinokulasikan pada media
isolasi virus.
Pada hewan yang masih hidup, sampel pemeriksaan dapat diambil
dengan menggunakan swab. Pada unggas diambil dari swab trakea, swab
kloaka. Pada mamalia juga dapat diambil dari swab kerongkongan, swab
vagina, swab preputium.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pembuatan inoculum untuk kultur virus?
2. Bagaimana cara penyiapan inoculum untuk kultur virus?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara pembuatan inoculum untuk kultur virus?
2. Untuk mengetahui cara penyiapan inoculum untuk kultur virus?

D. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Dapat menambah pengembangan ilmu pengetahuan mengenai
kultur virus serta dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian
sejenis, dan menambah pengetahuan penulis mengenai kultur virus.

2. Manfaat praktis
Diharapkan mampu melakukan teknik pembuatan dan penyiapan
inoculum untuk kultur virus serta mempunyai pengetahuan dan
wawasan mengenai materi dan media pembelajaran yang sesuai.
BAB II

METODE PENULISAN

Metode yang digunakan dalam menyusun makalah ini adalah metode


studi pustaka yang bersumber dari berbagai literatur kepustakaan yang
berkaitan dengan permasalahan pada penyusunan makalah tersebut.Adapun
beberapa jenis referensi utama yang digunakan adalah buku yang bersumber
dari internet, jurnal ilmiah edisi online,modul dan sebagai berikut ini:

1. Buku yang bersumber dari internet berjudul “BAHAN AJAR


TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK(TLM) VIROLOGI”
Yang disusun oleh Dr. Oki Dwi Suprobowati, M.Kes Iis Kurniati,
Spd. M.Kes yaitu pada
tahun2018.http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2018/09/Virologi_SC.pdf.

2. Modul berjudul “DIKTAT BIOTEKNOLOGI” Yang disusun


oleh Dr.drh.Heru Nurcahyo,M.Kes yaitu pada tahun 2011.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Diaktat
%20Bioteknologi.pdf

3. Modul berjudul”CARA MENGISOLASI VIRUS DAN


MENGIDENTIFIKASIKAN DENGAN UJI SEROLOGI
HEMAGLUTINASI”.Yang disusun oleh PROF.DR.DRH.GUSTI
AYU YUNIATI KENCANA ,MP yaitu pada tahun 2017.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/eb1ca00
126ee2938f64067a40fc3d8e7.pdf

4. Jurnal berjudul ” Rapidly expanding genetic diversity and host


range of the Circoviridae viral family and other Rep encoding
small circular ssDNA genomes”.Yang disusun oleh Eric Delwart
dan Linlin yaitu pada tahun 2012.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3289258/pdf/nih
ms342700.pdf
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Inokulum

Inokulum adalah agen hayati (living thing) meliputi organisme dan


komponen subselulernya. Mikroba memiliki sifat khas sehingga dapat
digunakan sebagai agen untuk memproduksi bahan-bahan kimia yang
diperlukan oleh manusia. Mikroba memiliki kemampuan mensintesis
berbagai senyawa di alam dan juga dapat menghasilkan berbagai jenis enzim
yang dapat dimanfaatkan dalam industri pengolahan makanan, bahan kimia,
dan/atau bahan farmasi. Enzim yang dihasilkan merupakan katalisator yang
mendorong terjadinya proses sintesis dan perombakan bahan baku.

Virus adalah mikroorganisme yang hidup secara obligat intra seluler,


oleh karena itu cara pembiakannya lebih sulit daripada pembiakan bakteri.
Ada tiga cara yang umum digunakan untuk membiakkan virus yang dengan
inokulasi pada hewan percobaan, inokulasi pada telur berembrio, Inokulasi
pada biakan jaringan (Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber
Daya Manusia, 2018).

B. Sampel bahan isolasi virus


1. Pemilihan Sampel untuk Bahan Isolasi virus ND dan AI

Bahan untuk isolasi virus yang baik adalah jika sampel diambil dalam
keadaan segar, diambil saat infeksi pada fase akut. Penyakit ND dan AI
mempunyai gejala klisis yang sangat mirip, yakni: kelainan sistema respirasi
yang ditandai ngorok, keluar leleran hidung, batuk. Gejala lain berupa
gangguan sistim pencernaan yang ditandai: diare, bulu kusam karena
dehidrasi akibat diare profus. Ada pula gejala syaraf yang disebut tremor,
ataxia, tortikolis (tandanya sayap terkulai dan leher terpuntir ke belakang).
Perubahan patologi anatomi dari organ yang diakibatkan oleh kedua penyakit
tersebut juga hampir sama. Perubahan patologi anatomi ditandai dengan
perdarahan ringan sampai berat yang dijumpai pada trakea, paru-paru, usus,
provektrikulus, ventrikulus, dan otak. Perdarahan bentuk ptekie (perdarahan
bintik) maupun eksimosa (perdarahan yang meluas) seringkali ditemukan
pada organ-organ tersebut. Pada kasus AI perdarahan bintik juga ditemukan
pada pankreas, juga pada kaki. Sampel untuk bahan pembuatan inokulum
diambil dari organ-organ yang mengalami perubahan menciri. Biasanya
semakin menciri perubahan patologi anatominya maka semakin tinggi pula
titer virus hasil dipanen. Sampel organ diambil dalam keadaan segar, dan
usahakan pengambilan organ seseteril mungkin. Organ ditempatkan di dalam
tabung kaca steril selanjutnya dibuat inokulum untuk diinokulasikan pada
media isolasi virus. Pada hewan yang masih hidup, sampel pemeriksaan dapat
diambil dengan menggunakan swab. Pada unggas diambil dari swab trakea,
swab kloaka. Pada mamalia juga dapat diambil dari swab kerongkongan,
swab vagina, swab preputium.

2. Cara Pembuatan Inokulum


a. Sampel berupa organ atau jaringan diambil sebanyak kira-kira 1 gram,
ditempatkan pada mortar steril, lalu dipotong kecil-kecil dan digerus
sampai halus sambil ditambahkan PBS pH 7,2 atau boleh juga NaCl
fisiologis sampai konsentrasinya 10-20 %.
b. Selanjunya suspensi jaringan dipindahkan ke dalam tabung steril untuk
disentrifuse dengan kecepatan 2500 rpm selama 10-15 menit, kemudian
dipisahkan supernatant dari endapan.
c. Diambil bagian supernatan sebanyak 9 ml, ditambahkan dengan
antibiotika 1 ml yang sudah diencerkan (dengan dosis 1000-5000 IU
penicillin dan 1000- 5000 µg/ml streptomisin). Campuran tersebut
selanjunya dieramkan pada inkubator bersuhu 37ºC selama 30 menit.
d. Campuran supernatan yang berisi antibiotika tersebut selanjuntnya
digunakan sebagai bahan untuk isolasi virus pada tahap berikutnya.
C. Metode Inokulasi Kuktur Virus
1. In Ovo
Metode ini merupakan penanaman virus pada telur ayam yang berembrio.
Metode ini dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:
a) Inokulasi pada ruang chorioalantois
Biasanya digunakan embrio ayam dengan umur 10-12 hari. Jarum
dimasukkan ¾ inci dengan sudut 45º dan diinjeksikan 0,1-0,2 ml virus yang
akan diinokulasikan. Setelah 40-48 jam cairan telur yang sudah diinkubasi dapat
diuji untuk hemaglutinasi dengan membuat lubang kecil pada kerabang di
pinggir dari rongga udara. Dengan alat semprot yang steril dan jarumnya,
diambil 0,1-0,2 ml cairannya. Campur 0,5 cairan telur dengan perbandingan
yang sama dari 10% suspensi dari sel darah yang di cuci bersih dalam plate.
Putar plate dan lihat aglutinasi setelah 1 menit. Cairan alantois yang terinfeksi
dipanen setelah 1-4 hari inokulasi. Untuk mencegah darah dalam cairan, embrio
disimpan semalam dalam suhu 4ºC kemudian injeksi kerabang dekat rongga
udara dan buka kerabang tersebut dengan pinset steril. Membran ditekan ke atas
yolk sac dan cairan diambil dengan spuit dan dimasukkan ke dalam cawan petri.
Kultur cairan tersebut untuk menghindari cairan terkontaminasi bakteri
(Stephen,1980).Contoh virus yang diinokulasikan pada ruang chorioalantois ini
antara lain, virus ND dan virus influenza.

b) Inokulasi pada membran chorioalantois


Inokulasi pada embrio umur 10-11 hari adalah yang paling cocok. Telur
diletakkan horizontal di atas tempat telur. Desinfektan kerabang disekitar ruang
udara dan daerah lain di atas embrio telur. Buat lubang pada daerah tersebut dan
diperdalam lagi hingga mencari membran kerabang. Virus diinokulasikan pada
membran korioalantois dan lubang ditutup dengan lilin dan diinkubasi. Setelah
3-6 hari korioalantois membran yang terinfeksi dapat di panen dengan
mengeluarkan yolk sac dan embrio secara hati-hati tanpa membuat membran
lepas dari kerabang. Area inokulasi dapat di lihat dengan adanya lesi pada CAM
sebelum dilepas dari kerabang (Stephen, 1980).
c) Inokulasi pada yolk sac
Inokulasi dilakukan pada embrio umur 5-7 hari. Post inokulasi diinkubasi
selama 3-10 hari. Virus diinokulasikan pada bagian yolk sack dan dijaga jangan
sampai terkontaminasi bakteri (Stephen, 1980).Virus yang biasa diinokulasikan
di bagian ini adalah virus rabies.

2. In Vitro
Inokulasi virus dengan metode ini dilakukan dengan menanam virus
pada kultur jaringan. Kultur jaringan virus dimulai dengan kultivasi embrio
anak ayam cincang didalam serum atau larutan-larutan garam. Ini menuntun ke
arah penggunaan kultur jaringan murni sel-sel hewan yang dapat ditumbuhi
virus. Kini sel hewan dapat ditumbuhkan dengan cara yang serupa seperti yang
digunakan untuk sel bakteri. Bila sel-sel hewan dikulturkan di wadah-wadah
plastik atau kaca, maka sel-sel tersebut akan melekatkan dirinya pada
permukan wadah itu dan terus-menerus membelah diri sampai seluruh daerah
permukaan yang tertutupi medium terisi. Terbentuklah suatu lapisan tunggal
sel dan dipergunakan untuk mengembangkan virus. Sel-sel jaringan yang
berbeda-beda lebih efektif untuk kultivasi beberapa virus ketimbang yang lain.
Pendekatan ini telah memungkinkan kultivasi banyak virus sebagai biakan
murni dalam jumlah besar untuk penelitian dan untuk produksi vaksin secara
komersial. Juga luas penggunaannya untuk isolasi dan perbanyakan virus dari
bahan klinis. Vaksin yang disiapkan dari kultur jaringan mempunyai
keuntungan dibandingkan dengan yang disiapkan dari telur ayam berembrio
dalam hal mengurangi kemungkinan seorang pasien untuk mengembangkan
hipersensitivitas atau alergi terhadap albumin telur (Merchant and Packer,
1956).

3. In Vivo
Dengan cara ini, virus dapat ditanam pada hewan laboratorium yang
peka. Metode ini merupakan metode yang pertama kali dalam menanam virus.
Metode ini dapat digunakan untuk membedakan virus yang dapat
menimbulkan lesi yang hampir mirip misalnya FMDP atau Vesikular
Stomatitis pada sapi. Hewan laboratorium yang digunakan antara lain mencit,
tikus putih, kelinci ataupun marmut (Merchant and Packer, 1956).
BAB IV

KESIMPULAN

Inokulum adalah agen hayati (living thing) meliputi organisme dan


komponen subselulernya. Bahan untuk isolasi virus yang baik adalah jika
sampel diambil dalam keadaan segar, diambil saat infeksi pada fase akut. Cara
pembuatan inokulum adalah sampel berupa organ atau jaringan diambil,
dipotong stau digerus - gerus lalu dipindahkan ke tabung steril untuk
dipisahkan di centrifuge. Supernatannya diambil untuk dicampurkan
antibiotika dan dieramkan selama 30 menit di inkubator suhu 37ºC. Campuran
supernatan yang berisi antibiotika tersebut selanjuntnya digunakan sebagai
bahan untuk isolasi virus pada tahap berikutnya. Metode inokulasi dapat
dilakukan dengan cara in ovo, in vitro dan in vivo.
DAFTAR PUSTAKA

Fenner FJ, Gibbs EPJ., Murphy FA. Rott R Studdert MJ., 1993. Veterinay
Virology, San Diego: Academic Press.

Herrington CS, Coates PJ, Dupex WP. 2015. Viruses and Disease: Emerging
Concepts for Prevention, diagnosis and treatment. J Pathol 235: 149-152.

Knipe DM, Howley PM., editors (2001). Folds Virology. Philadelphia: Lippincott
Williams and Wilkins

Mac Lachlan NJ, Dubovi EJ, editor, 2011. Fenner’s . Veterinary Virology. 4 th
ed. London. Academic Press.

Merchant, Ival Arthur. Veterinary Bacteriology and Virology, 4th edition. The


Iowa State College Press. Ames, Iowa.

OIE 2008. Manual of Diagnostic Test and Vaccines for Terrestrial Animals. Paris:
Office international des Epizooties

Anda mungkin juga menyukai