Di susun Oleh:
Kelompok 3
1. Nurlaila Rohmatullah 151615653
2. Rahmawati Kusumawardhani 151615628
3. Risa Nurulaeli 151615623
4. Rizki Naufal Hidayah 151615622
5. Zaenal Arifin 151615635
6. Angga Kusumah 141515581
7. Anis Yulinar 151615596
8. Asshof Syahidullah 151615637
9. Atiyah 151615587
YAYASAN AN NASHER
AKADEMI ANALIS KESEHATAN AN NASHER CIREBON
2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaaikan makalah Virologi tentang “Isolasi dan Identifikasi Virus”.
Makalah Virologi ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terimkasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan maklah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menydari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi sususnan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala sarana dan kritik pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah Virologi ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Virologi tentang Isolasi dan
Identifikasi ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Isolasi
1. Invitro
2. Inovo
3. Invivo
Invitro ditanam pada sel yang ditumbuhkan dalam bentuk potongan organ
(biakan organ), potongan kecil jaringan (biakan jarngan), sel-sel yang telah
dilepaskan dari pengikatnya (biakan sel). Biakan organ dan biakan jaringan
hanya dapat bertahan beberapa hari sampai beberapa minggu tergangggu pada
jenis biakan. Karenanya biakan sel dibagi dalam atas :
1. Biakan sel primer
Sel diambil dalam keadaan segar dari binatang. Sel demikian mampu
secara terbatas membelah dan selanjutnya mati, misalnya biakan primer
yang berasal dari ginjal monyet. Proses dimulai saat pelepasan sel-sel dari
alat alat tubuh dengan mengocok sepotong jaringan didalam larutan tripsin.
Sel yang didalam dalam suspense ini dibiakan dalam larutan perbenihan
tertentu. Sel- sel akan tumbuh melekat pada dinding tabung membentuk
selapis jaringan sel yang siap digunakan pembiakan virus. Sel dapat
dipindah biakan dengan membuat suspense baru dan disebarkan ke tabung
lain sehingga menjadi biakan sekunder. Sebagai contoh monyet akan
menghasilkan sel-sel jenis epitel.
Virus yang dibiakan didalam sel biakan jaringan dapat menimbulkan
ESP (efeksipatogenik), seperti perubahan bentuk sel menjadi bulat,
perubahan pada inti sel, kemungkinan pembentukan jisim atau sel sinsitia
dan juga sel-sel akan lepas dari dinding tabung. Infeksi selanjutnya akan
menyerang sel sekitarnya, dan bila ditempat tersebut ada banyak sel yang
terlepas maka akan tampak lubang yang disebut pelaque.
2. Biakan Sekunder
Merupakan kumpulan jenis satu sel yang mampu membelah kira-kira 100
kali sebelum mati.
3. Biakan Terusan
Merupakan sel yang mampu membelah secara tak terbatas.
Kromosomnya sudah bersifat poliploid dan aneuploid dapat berasal dari sel
tumor ganas, ataupun sel diploid yang mengalami transformasi.
Cara pembiakan invitro sendiri bermanfaat sebagai :
1. Isolasi primer virus dari bahan klinis. Untuk ini dipilih sel yang
mempunyai kepekaan tinggi mudah dan cepat menimbulkan ESP.
2. Pembuatan vaksin, untuk ini dipilih sel yang mampu menghasilkan
virus dalam jumlah yang besar.
3. Penyelidikan biokimiawi, biasanya dipilih biakan selterusan dalam
bentuk suspense.
Adapun perkembangan biakan virus dapat dikenal melalui :
1. Timbulnya efeksipatogenik.
Efeksipatogenik adalah perubahan morfologis yang terjadi akibat
infeksi oleh virus sitopatogenik. Perubahan morpologis dari sel dapat
berupa piknosis, karioreksis, plasmolysis, pembentukan sel raksasa dan
pembentukan sel gusa. Timbulnya ESP dan jenis perubahannya dapat
berbeda-beda tergantung jenis virus. Sebagai contoh, adenovirus
menimbulkan kelompok sel-sel yang bulat, morbili, para influenza
cenderung menimbulkan sel raksasa. Untuk melihat perubahan
dilakukan pewarnaan.
2. Hambatan Metabolisme
Dalam metabolismenya sel membentuk asam. Jika sel diinfeksi oleh
virus, maka berbagai tingkatan akan terjadi hambatan metabolisme,
termasuk pembentukan asam. Dengan memakai indicator tertentu
perubahan ini dapat dikenal. Tes hambatan metabolisme ini sudah diuji
oleh beberapa contoh seperti, adenovirus,arbovirus, echovirus, hesped
simplek dll.
Invivo juga sering digunakan dilaboratorium. Sebagai contoh, telur
merupakan perbandiingan virus yang sudah stelir dan embrio telur yang
tumbuh didalam nya tidak membentuk zat anti yang dapat menggangu
pertumbuhan virus. Karena telur merupakan sumber sel hidup yang
relative murah untuk isolasi virus. Cara pertama menyuntikan bahan
kedalam tubuh amnion telor embrio sepuluh sampai limabelas hari cara
ini terutama berguna untuk isolasi virus influenza dan virus parotitis
Karena virus ini tumbuh didalam sel-sel epitel paru-paru embrio yang
sedang berkembang. Adanya perkembangan biak virus dkenal dengan
reaksi hemaglutinasi.
Invivo, suspense yang di infeksikan pada binatang percobaan.
Mencit baru lahr misalnya digunakan viru-virus golongan arbovirus,
coxsacqievirus. Adanya pertumbuhan virus dikenal oleh timbulnya
gejala gejala yang kha atau adanya perubahan patologis lain.
2.2 Identifikasi virus
Bila suatu sifat-sifat partikel sudah diperoleh, beberapa kriteria berikut
harus diperhatikan
1. Partikel hanya dapat diperoleh dari sel atau jaringan yang terinfeksi
2. Partikel yang dperoleh dari berbagai sumber identic tanpa memandang
asal sel tempat virus tumbuh
3. Tingkat aktifitas infekstif dari sediaan bervariasa sebanding jumlah
partikel yang ada
4. Destruksi partikel fisik yang dsebabkan oleh tindakan fisik atau
kimiawi dsertai jilagnya aktfitas virus.
5. Sifat tertentu partikel dan nfektifitas harus terbukti identic, missal
perilaku sedimentasi nya pada ultra sentrifugasi dan kurva stabilitas PH
nya.
6. Partkel harus mampu menyebabkan penyakit yang khas secara invivo
(jika percobaan seperti mudah dilakukan)
7. Masuknya partikel Dallam biakan jaringan harus menyebabkan
produksi progeny dengan sifat biologi dan atigenik.
Vius tetelo apabila dipanaskan pada suhu 56oC dalam periode waktu
tertentu dapat kehilangan kemapuan untuk dapat melakukan hemaglutinasi
SDM, karena hemaglutinin rusak. Stabilitas hemaglutinin pada pemanasan
tersebut berbeda-beda diantara strain. Strain virus tetelo dikatakan resisten
apabila hemaglutinin tidak rusak oleh pemanasan suhu 56oC selama 30
menit, sedangkan dikatakan sensitive jika hemaglutinasi rusak oleh
pemanasan tersebut. Pemanasan 70oC selama 30 menit dapat
menghilangkan kemampuan hemaglutinasi virus tetelo (Chu 1948).
Isolasi virus tetelo dapat dilakukan secara in ovo menggunakan telur
berembrio umur 9-12 hari specipic pathogen free atau setidaknya bebas
antibody terhadap virus tetelo. Sejauh ini inokulasi ditempatkan pada ruang
allantois dianggap yang paling peka, meskipun inokulasi pada ruang amnion
maupun pada yolk sac pertumbuhan virus dapat dipertimbangkan (alexander
1989). Pertumbuhan viru dapat menyebabkan kematian embrio, meskipun
antara strain virus tetelo juga bervariasi. Kematian embrio akibat infeksi
virus tetelo tersebut dapat dipakai sebagai evaluasi virulensi virus. Virus
yang dikenal dengan chic embrio virulence. Virus tetelo dikatakan virulen
jika dapat menyebabkan kematian embrio dalam 48 jam, moderat jka
mampu menyebabkan kematian 50% embrio dalam waktu 48 jam. Virus
tersebut dikatakan kurang virulen jka tidak menyebabkan kematian embrio
dalam waktu 48 jam. Alexander 2003 membedakanj virus tetelo sebagai
patotipe felogenik, mesogenik dn lentogenik berdasarkan kemampuan
menyebabkan kematian embrio ayam berturut-turut kurang dar 60 jam,
antara 60-90 jam dan diatas 90 jam. Kemampuan menyebabkan kematian
embrio tersebut juga dipakai untuk mengira patogensitas virus pada ayam.
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Banyak virus yang telah dapat dibiakkan dalam biakan jaringan atau
dalam telur berembrio dengan keadaan lingkungan yang dapat dikendalikan
secara ketat. Walaupun demikian pertumbuhan virus pada hewan percobaan
masih tetap digunakan untuk isolasi primer virus tertentu dan untuk
penelitian patogenitas virus dan onkogenesis virus. Pertumbuhan virus
dalam cairan alantois ditentukan dengan uji hemaglutinasi (HA) dan
hemaglutinasi inhibisi (HI). Prosedur isolasi, identifikasi serologis tersebut
maupun determinasi HA pada beberapa spesies mamalia mengacu metode
Beard (1989) dan Senne (1989). Stabilitas hemaglutinin pada pemanasan
berhubungan dengan virulensi virus tetelo. Untuk mengidentifikasi isolat
virus sebagai virulen atau avirulen salah satu cara adalah berdasarkan pada
uji MDT. Metode yang digunakan berdasarkan Adi et al. (2010). Uji MDT
sudah umum digunakan untuk mengklasifikasi strain virus ND dalam
kelompok sebagai berikut: velogenic (highly virulent, MDT<60 jam),
mesogenik (moderately virulent, 60-90 jam), dan lentogenik (avirulent,
MDT>90 jam).