Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH FARMASI FISIKA

“LARUTAN”

DOSEN PENGAMPU :
Dr. apt. SEFRIANITA KAMAL, M.Farm

DISUSUN OLEH :
ALYA NABIILAH BANAFSAJ
22160013

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS DHARMA ANDALAS
PADANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan

karunianya sehingga makalah Kimia Farmasi Dasar mengenai larutan ini dapat

diselesaikan. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi nilai tugas mata kuliah

Farmasi Fisika.

Pada kesempatan kali ini kami tidak lupa menyampaikan rasa syukur dan

terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu selama penyusunan makalah

ini terutama untuk dosen Mata Kuliah Farmasi Fisika Dr.apt.Sefrianita kamal, M.Farm

dan orang-orang yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan kepada

kami.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh

karena itu kritik dan saran dari pembaca yang bersifat memperbaiki, membangun,

dan mengembangkan makalah ini sangat kami harapkan.

Kami berharap makalah ini dapat berguna untuk para pembaca. Amin.

Padang, 1 Oktober

Alya Nabiilah Banafsaj


DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

2. Rumusan Masalah

3. Tujuan

BAB II ISI

1. Sifat Dasar Larutan

2. Komposisi Larutan

3. Jenis-jenis Larutan

4. Macam-macam Larutan

5. Konsentrasi Larutan

6. Sifat Koligatif Larutan

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan

2. Saran

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari baik disadari maupun tidak, kita sangat

berkaitan dengan zat kimia yang memiliki berbagai macam bentuk. Salah satunya

yaitu dalam bentuk larutan yang akan dibahas lebih jauh dalam makalah ini.

Misalnya larutan asam sulfat encer (H2SO4) yang digunakan pada accumulator timbal

yang biasa digunakan sebagai aki pada mobil sehingga dapat menghantarkan listrik

dan menggerakkan mobil.

Demikian juga halnya dengan larutan-larutan lainnya, misalnya air suling,

larutan gula, asam asetat, amonia, asam sulfat, asam klorida, natrium klorida,

natrium hidroksida, dan masih banyak lagi. Secara garis besar larutan dibagi menjadi

dua yaitu larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit. Larutan elektrolit dibagi lagi

menjadi dua yaitu elektrolit kuat dan elektroit lemah. Dan untuk selengkapnya akan

dibahas pada bab selanjutnya.

2. Rumusan Masalah

a) Apa yang dimaksud larutan?

b) Apa saja sifat-sifat dasar dari suatu larutan?

c) Apa saja macam-macam serta jeni-jenis dari larutan?


d) Bagaimana sifat koligatif dari larutan?

e) Bagaumana sifat Fisikokimia obat dalam larutan?

3. Tujuan

Untuk menambah wawasan mengenai larutan, mulai dari sifat dasar, jenis-

jenis serta macamnya larutan dan apa saja sifat koligatif dari larutan tersebut.
BAB II

ISI

1. Sifat Dasar Larutan

Larutan didefinisikan sebagai campuran dua atau lebih zat yang membentuk

satu macam fasa (homogen) dan sifat kimia setiap zat yang membentuk larutan tidak

berubah. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat berubah.

Disebut homogen karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati

adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun.

Homogen juga dapat diartikan suatu kondisi dimana tidak ada kecenderungan zat-zat

dalam larutan terkonsentrasi pada bagian-bagian tertentu, melainkan menyebar

secara merata di seluruh campuran. Sifat-sifat fisika zat yang dicampurkan dapat

berubah atau tidak, tetapi sifat-sifat kimianya tidak berubah.

Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas misalnya

udara. Larutan padat misalnya perunggu, amalgam dan paduan logam yang lain.

Larutan cair misalnya air laut, larutan gula dalam air, dan lain-lain

Komponen larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute).

Pelarut adalah medium bagi zat terlarut yang dapat berperan serta dalam reaksi kimia

dalam larutan atau meninggalkan larutan karena pengendapan atau penguapan. Dan

uraian mengenai gejala ini memerlukan komposisi larutan. Sedangkan zat terlarut

adalah komponen dari larutan yang memiliki jumlah lebih sedikit dalam sistem
larutan. Selain ditentukan oleh kuantitas zat, istilah pelarut dan terlarut juga

ditentukan oleh sifat fisikanya (struktur). Pelarut memiliki struktur tidak berubah,

sedangkan zat terlarut dapat berubah. Contohnya yaitu dapat kita lihat pada larutan

garam. Di dalam larutan garam, air yang digunakan lebih banyak daripada garam,

sehingga air merupakan pelarutnya. Kemudian air sendiri bentuknya tidak berubah

(tetap cair) walaupun telah dicampur dengan garam yang berbentuk kristal.

Sebaliknya pada garam terjadi perubahan bentuk dimana sebelumnya berbentuk

kristal menjadi bentuk cair atau melarut dalam air, sehingga disebut zat terlarut.

Larutan sendiri dapat terjadi karena adanya gaya tarik-menarik antara molekul-

molekul solven dan solute. Pada bagian ini yang dibahas adalah larutan cair. Pelarut

cair umumnya adalah air. Pelarut cair yang lain misalnya bensena, kloroform, eter,

dan alkohol.
2. Komposisi Larutan

Sebelumnya telah disebutkan bahwa komposisi larutan mempengaruhi

pengendapan dan penguapan suatu zat terlarut. Komposisi larutan adalah

perbandingan zat-zat di dalam campuran. Untuk menentukan komposisi larutan

digunakan istilah kadar dan konsentrasi. Kedua istilah ini menyatakan kuantitas zat

terlarut dengan satuan tertentu. Satuan yang digunakan untuk menyatakan kadar

larutan adalah persen berat (%b/b), persen volume (%V/V), dan bagian per sejuta

(bpj) atau ppm (part per million). Sedangkan satuan yang digunakan untuk

konsentrasi adalah molaritas, molalitas, dan fraksi mol yang akan dibahas pada poin

konsentrasi larutan.

2.1. Kadar Larutan

2.1.1. Persen Berat

Persen berat menyatakan fraksi berat zat terlarut terhadap berat

larutan dalam satuan persen. Persen berat biasa diterapkan dalam campuran

padat-cair atau padat-padat. Secara matematika, persen berat suatu zat

dirumuskan sebagai berikut.

2.1.2. Persen Volume

Persen volume menyatakan fraksi volume zat terlarut terhadap

volume larutan dalam satuan persen. Persen volume biasa diterapkan untuk

campuran cair-cair atau gas-cair. Secara matematik, persen volume suatu zat
dirumuskan sebagai berikut.

2.1.3. Bagian Per Sejuta (Bpj)

Untuk menyatakan kadar suatu zat yang kuantitasnya sangat sedikit,

biasanya diungkapkan dalam satuan bagian per sejuta (bpj) atau dalam

bahasa inggrisnya part per million (ppm). Ungkapan bpj suatu zat dinyatakan

dengan rumus:
3. Jenis-jenis Larutan

Larutan dapat diklasifikasikan misalnya berdasarkan fase zat terlarut dan

pelarutnya. Tabel berikut menunjukkan contoh-contoh larutan berdasarkan fase

komponen-komponennya.

Zat terlarut
Contoh larutan
Gas Cairan Padatan

Bau suatu zat

Udara (oksigen padat yang timbul


Uap air di udara
Gas dan gas-gas lain dari larutnya
(kelembapan)
dalam nitrogen) molekul padatan

tersebut di udara

Sukrosa (gula)

Etanol dalam air; dalam air;


Pelaru
Air terkarbonasi campuran natrium klorida
t
Cairan (karbon dioksida berbagai (garam dapur)

dalam air) hidrokarbon dalam air;

(minyak bumi) amalgam emas

dalam raksa

Hidrogen larut Air dalam arang Aloi logam


Padatan
dalam logam, aktif; uap air seperti baja dan

misalnya platina dalam kayu duralumin


4. Macam-macam Larutan

4.1. Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, larutan dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu:

4.1.1. Larutan Pekat

Larutan pekat yaitu larutan yang relatif mengandung lebih banyak

solute (zat telarut) dibanding solvent (zat pelarut) atau memiliki konsentrasi

yang lebih tinggi.

4.1.2. Larutan Encer

Larutan encer yaitu larutan yang relatif mengandung lebih sedikit

solute (zat telarut) dibanding solvent (zat pelarut) atau memiliki konsentrasi

yang lebih rendah.

4.2. Berdasarkan daya hantarnya, larutan dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu:

4.2.1. Larutan Elektrolit

Larutan elektrolit yaitu larutan yang dapat menghantarkan arus listrik

jika larutan tersebut mengandung partikel-partikel yang bermuatan listrik

(ion-ion) dan bergerak bebas di dalam larutannya.

Larutan elektrolit dapat dibagi menjadi dua, yaitu larutan elektrolit

kuat dan larutan elektrolit lemah. Larutan elektrolit kuat yaitu larutan yang

terbentuk dari zat elektrolit yang terurai atau terionisasi sempurna (elektrolit
kuat). Sedangkan larutan elektrolit lemah yaitu larutan yang terbentuk dari

zat elektrolit yang tidak terurai atau terionisasi secara sempurna (elektrolit

lemah).

4.2.1.1. Elektrolit kuat

Elektrolit kuat memiliki ciri-ciri antara lain; dapat terionisasi

sempurna, dapat menghantarkan arus listrik, lampu menyala terang,

serta memiliki gelembung gas.

Pada asam-asam kuat seperti HCl, HNO3, dan H2SO4, gugus

sisa asamnya memiliki daya tarik relatif kuat terhadap pasangan

elektron ikatan sehingga hampir semua molekul asam dalam air

terionisasi. Dapat dikatakan bahwa asam-asam tersebut terionisasi

sempurna.

HCl(aq) → H+(aq) + Cl–(aq)

Larutan elektrolit kuat tidak hanya berupa asam-asam kuat

(H2SO4, HCl). Namun dapat juga berupa basa-basa kuat (NaOH,

Ba(OH)2), serta garam (NaCl, KCl).

4.2.1.2. Elektrolit Lemah

Elektrolit lemah memiliki ciri-ciri sebagai berikut; terionisasi

sebagian, dapat menghantarkan arus listrik, lampu menyala redup, dan

terdapat gelembung gas namun tidak sebanyak pada elektrolit kuat.


Pada asam-asam lemah seperti CH3COOH, H2S, HCN, dan

H2SO3, gugus sisa asamnya memiliki daya tarik kurang kuat sehingga

tidak semua molekul-molekul asam ini dalam air terionisasi, tetapi

hanya sebagian kecil. Sisanya tetap dalam bentuk molekulnya.

Tanda panah dua arah menunjukkan hanya sebagian kecil dari

asam asetat terurai menjadi ion-ionnya. Umumnya tetap sebagai

molekul.

Larutan elektrolit lemah biasanya berupa senyawa-senyawa

dari asam lemah (HCN, CH3COOH) serta basa lemah

(NH4OH, Al(OH)3 ).

4.2.2. Larutan Non Eletrolit

Larutan non elektrolit yaitu larutan yang molekul-

molekulnya tidak terionisasi sehingga tidak ada ion-ion yang dapat

menghantarkan arus listrik.

Contohnya seperti larutan gula, larutan urea, larutan alkohol.

Zat non elektrolit dalam larutan, tidak terurai menjadi ion-ion tetapi

tetap berupa molekul.

Berikut tabel penjelasan mengenai larutan elektrolit dan larutan non


elektrolit:

Jenis Larutan Sifat dan Pengamatan Lain Contoh Senyawa Reaksi Ionisasi

Elektrolit terionisasi sempurna NaCl, HCl, NaCl Na+ + Cl-

Kuat menghantarkan arus listrik NaOH, NaOH Na+ + OH-

lampu menyala terang H2SO4,KCl H2SO4 2 H+ + SO42-

terdapat gelembung gas KCl K+ + Cl-

Elektrolit terionisasi sebagian NH4OH, NH4OH NH4+ + OH-

Lemah menghantarkan arus listrik HCN, Al(OH)3 HCN H+ + CN-

lampu menyala redup Al(OH)3 Al3+ + 3OH-

terdapat gelembung gas

Non tidak terionisasi C6H12O6, C6H12O6,C12H22O11,

Elektrolit C12H22O11,

tidak menghantarkan listrik CO(NH2)2 C2H5OH CO(NH2)2

lampu tidak menyala

tidak terdapat gelembung


C2H5OH
gas

4.3. Berdasarkan kejenuhannya, larutan dapat dibedakan menjadi:

4.3.1. Larutan Sangat Jenuh

Larutan sangat jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung lebih

banyak solute (zat terlarut) daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh.
Larutan tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan.

Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp

sehingga menyebabkan pengendapan (kelewat jenuh).

4.3.2. Larutan Jenuh

Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang partikel- partikelnya tepat

habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan

jenuh terjadi apabila hasil konsentrasi ion = Ksp maka larutan tersebut tepat

jenuh.

4.3.3. Larutan Tak Jenuh

Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat

terlarut) kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Larutan

ini partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih

bisa melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali

konsentrasi ion < Ksp ( masih dapat larut).

4.4. Larutan Asam-Basa

4.4.1. Asam Basa Menurut Arhenius

Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang bila dilarutkan di dalam air

meningkatkan konsentrasi ion H+(aq). Asam Arrhenius dirumuskan sebagai

HxZ, yang dalam air mengalami ionisasi sebagai berikut:

HxZ ⎯⎯→ x H+ + Zx-


Jumlah ion H+ yang dapat dihasilkan oleh 1 molekul asam disebut

valensi asam, sedangkan ion negatif yang terbentuk dari asam setelah

melepaskan ion H+ disebut ion sisa asam.

Berdasarkan valensinya, asam dibedakan atas:

 Asam bervalensi satu, misalnya: HCl, HCN, HNO3, CH3COOH, dan

lain-lain.

 Asam bervalensi dua, misalnya: H2SO4, H2CrO4, H2CO3, dan lain-lain.

 Asam bervalensi tiga, misalnya: H3PO4, H3AsO4, dan lain-lain.

Sifat-sifat asam diantaranya, yaitu di dalam air menghasilkan ion H+ ,

dapat mengubah warna kertas lakmus biru menjadi merah, larutannya dalam

air dapat menghantarkan arus listrik (larutan elektrolit), dan dapat

menyebabkan perkaratan pada logam (korosif).

Basa adalah zat yang bila dilarutkan di dalam air dapat meningkatkan

konsentrasi ion OH-(aq). Jadi, pembawa sifat basa adalah ion OH-.

Jumlah ion OH- yang dapat dihasilkan oleh satu molekul basa disebut

valensi atau martabat basa. Berdasarkan valensinya basa dibedakan atas:

 Basa bervalensi satu, misalnya: NaOH, KOH, AgOH, NH4OH, dan

lain-lain.

 Basa bervalensi dua, misalnya: Ca(OH)2, Mg(OH)2,Fe(OH)2, dan lain-

lain.

 Basa bervalensi tiga, misalnya: Fe(OH)3, Cr(OH)3, dan lain-lain.


Sifat yang dimiliki oleh basa, yaitu jika di dalam air dapat

menghasilkan ion OH-, dapat mengubah warna kertas lakmus merah menjadi

biru, larutannya dalam air dapat menghantarkan arus listrik (larutan

elektrolit), dan jika mengenai kulit, maka dapat menyebabkan kulit melepuh

(kaustik).

Walaupun teori Arrhenius berhasil mengungkapkan beberapa kasus,

tetapi memiliki keterbatasan. Selain hanya memandang aspek reaksi asam-

basa di dalam pelarut air, juga pembentukan ion H+ atau ion OH- merupakan

kekhasan teori asam-basa Arrhenius. Artinya jika suatu reaksi tidak

membentuk ion H+ atau ion OH- tidak dapat dikatakan sebagai asam atau

basa.

4.4.2 Teori Asam Basa Brønsted–Lowry

Menurut Brønsted-Lowry, dalam reaksi yang melibatkan transfer

proton, asam adalah spesi yang bertindak sebagai donor proton. Contoh pada

reaksi asam ini dapat dilihat sebagai berikut:

HCl + H2O --> H3O+ + Cl-

Sedangkan basa adalah spesi yang bertindak sebagai akseptor proton.

Contoh dari reaksi basa ini dapat dilihat pada:

NH3 + H2O --> NH4+ + OH-


Proton (ion H+) dalam air tidak berdiri sendiri melainkan terikat pada

molekul air karena atom O pada molekul H2O memiliki pasangan elektron

bebas yang dapat digunakan untuk berikatan kovalen koordinasi dengan

proton membentuk ion hidronium, H3O+. Persamaan reaksinya:

H2O(l) + H+(aq) → H3O+(aq)

Dalam larutan, asam atau basa lemah akan membentuk

kesetimbangan dengan pelarutnya. Misalnya HF dalam pelarut air dan NH3

dalam air.

Pasangan a1 – b2 dan a2 – b1 merupakan pasangan asam – basa

konjugasi. Asam konjugasi yaitu asam yang terbentuk dari basa yang

menerima proton. Basa konjugasi yaitu basa yang terbentuk dari asam yang

melepas proton

Teori Brönsted – Lowry memperkenalkan adanya zat yang dapat

bersifat asam maupun basa, yang disebut sebagai zat amfoter. Contohnya

adalah air. Di dalam larutan basa, air akan bersifat asam dan mengeluarkan
ion positif (H3O+). Sedangkan dalam larutan asam, air akan bersifat basa dan

mengeluarkan ion negatif (OH-).

4.4.3. Asam-Basa Lewis

Pada umumnya definisi asam-basa mengikuti apa yang dinyatakan

oleh Arrhenius atau Bronsted-Lowry, tapi dengan adanya struktur yang

diajukan Lewis muncul definisi asam dan basa baru. Asam Lewis

didefinisikan sebagai spesi yang menerima pasangan electron dan merupakan

senyawa dengan elektron valensi < 8. Basa Lewis didefinisikan sebagai spesi

yang memberikan pasangan electron dan mempunyai pasangan elektron

bebas.

Reaksi antara boron trifluorida dengan amonia menurut teori ini

merupakan reaksi asam-basa; dalam hal ini boron trifluorida berindak sebagai

asam dan amonia sebagai basa. Dengan menggunakan diagram dot-elektron,

persamaan reaksi kedua spesies ini dapat dituliskan sebagai berikut:

Di dalam kulit valensi atom pusat N dalam molekul NH 3, terdapat tiga

pasang elektron ikatan (N-H) dan satu pasang elektron menyendiri,

sedangkan untuk atom pusat B alam molekul BF3 terdapat tiga pasang
elektron ikatan (B-F). Sepasang elektron menyendiri atom elektron non

bonding ini dapat disumbangkan kepada atom pusat B untuk kemudian

dimiliki bersama-sama, Dengan demikian terjadi ikatan kovalen koordinat B-

N dan struktur yang terjadi berupa dua bangun tetrahedron bersekutu pada

salah satu sudutnya.

4.4.3.1. Kekuatan Asam- Basa

Asam dapat dibedakan menjadi asam kuat dan asam lemah,

begitu pula basa. Reaksi ionisasi asam kuat, secara umum dapat

ditulis

 Asam kuat

Disebut asam kuat karena zat terlarut dalam larutan ini

mengion seluruhnya (α = 1 Untuk menyatakan derajat

keasamannya, dapat ditentukan langsung dari konsentrasi

asamnya dengan melihat valensinya.

 Asam lemah

Disebut asam lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak

mengion seluruhnya, α ≠ 1, (0 < α < 1). Penentuan besarnya

derajat keasaman tidak dapat ditentukan langsung dari

konsentrasi asam lemahnya (seperti halnya asam kuat).

 Basa kuat

Disebut basa kuat karena zat terlarut dalam larutan ini


mengion seluruhnya (α = 1). Pada penentuan derajat keasaman

dari larutan basa terlebih dulu dihitung nilai pOH dari

konsentrasi basanya.

 Basa lemah

Disebut basa lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak

mengion seluruhnya, α ≠ 1, (0 < α < 1). Penentuan besarnya

konsentrasi OH- tidak dapat ditentukan langsung dari

konsentrasi basa lemahnya (seperti halnya basa kuat).

4.4.4. Larutan Penyangga (Buffer)

Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang dapat

mempertahankan pH tertentu terhadap usaha mengubah pH, seperti

penambahan asam, basa, ataupun Pengenceran. Dengan kata lain pH larutan

penyangga tidak akan berubah walaupun pada larutan tersebut ditambahkan

sedikit asam kuat, basa kuat atau larutan tersebut diencerkan.

Jadi, ada 2 jenis larutan penyangga yaitu:

 Larutan penyangga asam yang terdiri dari campuran asam lemah dan basa

konjugasinya.

 Larutan penyangga basa yang terdiri dari campuran basa lemah dan asam

konjugasinya.

Larutan penyangga dapat dibuat secara langsung dan secara tidak


langsung. Hal ini tergantung dari sumber asam konjugasi/basa konjugasi dari

asam lemah/ basa lemahnya.

Perhatikan peta konsep berikut!

Sistem penyangga asam dan basa konjugasinya

Larutan penyangga ini dibuat secara langsung dari campuran asam

lemah dengan basa konjugasinya atau campuran asam lemah dengan

garamnya.

Contoh :

Mereaksikan :

CH3COOH dari CH3COONa :

CH3COOH : asam lemah


CH3COONa : basa konjugasi

H3PO4 dan NaH2PO4 :

H3PO4 : asam lemah

NaH2PO4 : basa konjugasi

Selain dibuat secara langsung, juga dapat dibuat secara tidak

langsung, yakni dengan mereaksikan asam lemah berlebihan dengan basa

kuat.

Contoh :

Mereaksikan 100 mL larutan CH3COOH 0,1M dengan 50 mL NaOH

0,1M sehingga secara stokiometri dalam 150 mL campuran yang dihasilkan

terdapat 0,005 mol CH3COOH (sisa reaksi) dan CH3COO- (hasil reaksi)

Sistem penyangga basa dan asam konjugasinya

Larutan penyangga ini dibuat secara langsung dari campuran basa

lemah dengan asam konjugasinya atau campuran basa lemah dengan

garamnya.

Contoh :

Mereaksikan larutan NH3 atau NH4OH dengan larutan NH4Cl


sehingga terdapat NH4OHdan NH4+ yang berasal dari ionisasi NH4Cl.

Selain dibuat secara langsung juga dapat dibuat secara tidak langsung,

yakni dengan mereaksikan basa lemah berlebihan dengan asam kuat.


5. Konsentrasi Larutan

Konsentrasi merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara

zat terlarut dan pelarut.

Menyatakan konsentrasi larutan ada beberapa macam, di antaranya:

5.1. Fraksi Mol (X)

Fraksi mol adalah perbandingan antara jumiah mol suatu komponen

dengan jumlah mol seluruh komponen yang terdapat dalam larutan.

Fraksi mol dilambangkan dengan X. Contoh:

Suatu larutan terdiri dari 3 mol zat terlarut A den 7 mol zat terlarut B.

maka:

XA = nA / (nA + nB) = 3 / (3 + 7) = 0.3

XB = nB /(nA + nB) = 7 / (3 + 7) = 0.7

* XA + XB = 1

5.2. Molalitas (m)

Molalitas adalah satuan konsentrasi yang menyatakan jumlah mol zat

yang terdapat didalam 1000 gram (1 kilogram) pelarut. Rumus:


m=

dengan :

g = massa zat terlarut (gram)

p = massa zat pelarut (gram)

Mr = massa rumus zat terlarut

Contoh:

Hitunglah molalitas 4 gram NaOH (Mr = 40) dalam 500 gram air !

- m NaOH = (4/40) / 500 gram air = (0.1 x 2 mol) / 1000 gram air = 0,2 m

5.3. Molaritas

Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.

Rumus:

M = n × 1.000

mL

atau
M= g x 1.000

Mr mL

dengan:

M = molaritas (mol/liter)

n = mol zat terlarut (mol)

V = volume larutan (liter)

g = massa zat terlarut (gram)

Mr = massa molekul relatif zat terlarut

Contoh:

Berapakah molaritas 9.8 gram H2SO4 (Mr= 98) dalam 250 ml larutan ?

- M H2SO4 = (9.8/98) mol / 0.25 liter = (0.1 x 4) mol / liter = 0.4 M

5.4. Normalitas

Normalitas menyatakan jumlah mol ekivalen zat terlarut dalam 1 liter

larutan.

Untuk asam, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion H+. Untuk

basa, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion OH-.

Antara Normalitas dan Molaritas terdapat hubungan :

N = M x valensi
6. Sifat Koligatif Larutan

6.1.Sifat Koligatif Larutan Nonelektrolit

6.1.1. Kenaikan Titik Didih dan Penurunan Titik Beku


Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa :

Adanya zat terlarut pada suatu larutan menyebabkan penurunan

tekanan uap yang mengakibatkan terjadinya penurunan garis kesetimbangan

antarfase sehingga terjadi kenaikan titik didih dan penurunan titik beku.

6.1.1.1. Kenaikan Titik Didih (∆Tb)

Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair mendidih

dimana tekanan uap zat cair sama dengan tekanan uap udara disekitarnya

yaitu 1 atm. Titik didih larutan selalu lebih tinggi dari titik didih pelarut

murninya. Hal ini disebabkan adanya partikel-partikel zat terlarut dalam

suatu larutan yang menghalangi peristiwa penguapan partikel-partikel

pelarut. Perbedaan titik didih larutan dengan titik didih pelarut murni disebut

kenaikan titik didih yang dinyatakan sebagai ∆Tb ( b berasal dari kata boil

yang artinya mendidih, bukan beku).


Titik didih suatu larutan lebih tinggi atau rendah daripada titik didih

pelarut, bergantung pada kemudahan zat terlarut itu menguap dibandingkan

dengan pelarutnya. Jika zat terlarut tersebut tidak mudah menguap, misalnya

larutan gula, larutan tersebut mendidih pada suhu yang lebih tinggi daripada

titik didih pelarut air. Sebaliknya, jika zat terlarut itu mudah menguap

misalnya etanol, larutan akan mendidih pada suhu di bawah titik didih air.

Hukum sifat koligatif dapt diterapkan dalam meramalkan titik didih

larutan yang zat terlarutnya bukan elektrolit dan tidak mudah menguap.

Dengan :

Kb : tetapan kenaikan titik molal dari pelarut (oC/m)

∆Tb : kenaikan titik didih

Tb : titik didih larutan

: titik didih pelarut murni

Tetapan Kenaikan Titik Didih (Kb) Beberapa Pelarut


6.1.1.2.Penurunan Titik Beku (∆Tf)

Adanya zat terlarut dalam larutan akan mengakibatkan titik

beku larutan lebih kecil daripada titik beku pelarutnya. Penurunan

titik beku, ∆Tf (f berasal dari kata freeze) yang berbanding lurus

dengan molaritas.

∆Tf = Penurunan titik beku

Kf = tetapan penuruan titik beku molal pelarut (oC/m)

Tof = titik beku pelarut murni

Tf = titik beku larutan

Tetapan Penurunan Titik Beku (Kf) Beberapa Pelarut


7.Fisiko kimia Obat di dalam Larutan

Fisiko kimia adalah study yang mengacu ke Physical

Chemistry, atau sifat sifat fisika dalam. kaitannya dengan hukum dan

konsep di fisika. Fisikokimia menerapkan prisip, praktek dan konsep

fisika seperti gerakan, energi, tenaga, waktu, termodinamika, kimia

quantum, mekanika, dan keseimbangan dalam sebuah senyawa kimia.

Karakteristik fisikokimia yang diuji meliputi tekstur, kadar air,

abu, protein, lemak, karbohidrat, serat pangan, total fenol, aktivitas

antioksidan dan total kalori. Karakteristik sensori yang diuji meliputi

warna, aroma, rasa, tekstur dan keseluruhan.

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Larutan didefinisikan sebagai campuran dua atau lebih zat yang membentuk satu

macam fasa (homogen) dan sifat kimia setiap zat yang membentuk larutan tidak

berubah. Komponen larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute).

Pelarut adalah medium bagi zat terlarut yang dapat berperan serta dalam reaksi kimia

dalam larutan atau meninggalkan larutan karena pengendapan atau penguapan. Dan

uraian mengenai gejala ini memerlukan komposisi larutan. Sedangkan zat terlarut

adalah komponen dari larutan yang memiliki jumlah lebih sedikit dalam sistem

larutan.

Komposisi larutan adalah perbandingan zat-zat di dalam campuran. Untuk menentukan

komposisi larutan digunakan istilah kadar dan konsentrasi. Secara garis besar larutan

dibagi menjadi dua yaitu larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit. Larutan

elektrolit dibagi lagi menjadi dua yaitu elektrolit kuat dan elektroit lemah.

2. Saran

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masihada kekurangan baik dari segi susunan kalimatmaupun bahasa.

Oleh karena itu dengan tanganterbuka penulis menerima saran dan kritik daripembaca agar penulis dapat memper

baikimakalah ini.

3.
DAFTAR PUSTAKA

http://denipermanadenchoen.blogspot.com/2013/04/larutan-elektrolit-dan-

non-elektrolit_16.html

http://setiyanisetiyani.blogspot.com/2013/10/makalah-kimia-dasar-

larutan_27.html

http://materi-kimia-sma.blogspot.com/2013/03/pengertian-larutan.html

http://kimiafarmasi.wordpress.com/2010/09/04/larutan/

http://ngeblogbarengjae.blogspot.com/2011/03/sifat-dasar-larutan.html

http://materi-kimia-sma.blogspot.com/2013/03/komposisi-larutan.html

http://www.academia.edu/4901511/MAKALAH_KIMIA_FISIKA

http://materi-kimia-sma.blogspot.com/2013/03/elektrolit-kuat-dan-

lemah.html

http://lischer.wordpress.com/2009/08/29/larutan-non-elektrolit/

http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007/Abdullah%20Fauzi

%20Gofur/arrhenius.html

http://aditmandela.blogspot.com/2012/10/kimia-larutan.html

http://alfikimia.wordpress.com/kelas-xi/larutan-asam-basa/a-pengertian-

asam-basa/

http://materi-kimia-sma.blogspot.com/2013/11/asam-basa-brownsted-

lowry.html
http://noivafelizal.blogspot.com/2013/07/kimia-asam-basa-teori-bronsted-

lowry.html

http://fauzanagazali.wordpress.com/kelas-xi/semester-ii/5-larutan-asam-dan-

basa/teori-asam-basa-lewis/

http://www.ilmukimia.org/2013/01/asam-basa-lewis.html

http://noivafelizal.blogspot.com/2013/07/kimia-teori-lewis-asam-

basa_16.html

http://tisna-dj.blogspot.com/2012/01/larutan-penyangga.html

http://eldesfiari.wordpress.com/kimia-kelas-xi/semester-ii-2/2-larutan-

penyangga/

http://pelajaran-myb.blogspot.com/2011/11/molaritas-pengertian-

molaritas.html

http://bebas.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Kimia/

0184%20Kim%202-1b.htm

http://bisakimia.com/2014/02/16/larutan-penyangga-part-1/

Anda mungkin juga menyukai