Anda di halaman 1dari 14

2.

1 Pengertian dan Jenis – Jenis Larutan

2.1.1 Pengertian Larutan

Larutan adalah campuran homogen (komposisinya sama), serba sama


(ukuran partikelnya), tidak ada bidang batas antara zat pelarut dengan zat
terlarut ( tidak dapat dibedakan secara langsung antara zat terlarut dengan
zat pelarut ), partikel – partikel penyusunnya sama (baik atom maupun
molekul) dari dua zat atau lebih.

2.1.2 Jenis – jenis larutan

Larutan berdasarkan kelarutan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:

a) Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat


terlarut) kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau
dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tidak tepat habis
bereaksi dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat). Larutan tak jenuh
terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion < Ksp berarti larutan belum
jenuh ( masih dapat larut).

b) Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah


solute yang larut dan mengadakan kesetimbangn dengan solut padatnya.
Atau dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tepat habis
bereaksi dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh
terjadi apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.

c) Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang


mengandung lebih banyak solute daripada yang diperlukan untuk larutan
jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat
terlarut sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila
hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh (mengendap).
2.1.2 Larutan berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, larutan dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu:

a) Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak


solute dibanding solvent.

b) Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit solute dibanding
solvent.

2.2 Proses pelarutan dari sudut pandang molekul

Dalam cairan dan padatan, molekul – molekul saling terikat akibat


adanya tarik – menarik antarmolekul. Bila suatu zat (zat terlarut ) larut
dalam zat lainnya ( zat pelarut ), partikel zat terlarut akan menyebar ke
seluruh pelarut. Kemudahan partikel zat terlarut menggantikan molekul
pelarut bergantung pada kekuatan relatif dari tiga jenis reaksi :
 Interaksi pelarut – pelarut
 Interaksi zat terlarut – zat terlarut
 Interaksi pelarut – zat terlarut

Zat terlarut Pelarut Wujud larutan Contoh


yang dihasilkan
Gas Gas Gas Udara
Gas Cairan Cairan Air soda (CO2
dalam air)
Gas Padatan Padatan Gas H2 dalam
palladium
Cairan Cairan Cairan Etanol dalam air
Padatan Cairan Cairan NaCl dalam air
Padatan Padatan Padatan Kuningan, solder

2.3 Faktor yang mempengaruhi kelarutan


2.3.1.Sifat dari solute dan solvent
Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula.
Misalnya garam-garam anorganik larut dalam air. Solute yang nonpolar
larut dalam solvent yang nonpoar pula. Misalnya alkaloid basa
(umumnya senyawa organik) larut dalam kloroform.

1|Sifat-Sifat Larutan
2.3.2. Cosolvens
Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena
adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya
luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan
gliserin atau solutio petit.
2.3.3. Kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat
yang sukar larut memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik
yang digunakan adalah :
a. Dapat larut dalam air
Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2.
Semua garam nitrat larut kecuali nitrat base. Semua garam sulfat
larut kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4.
b. Tidak larut dalam air
Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3,
Na2CO3. Semua oksida dan hidroksida tidak larut kecuali KOH,
NaOH, BaO, Ba(OH)2. semua garam phosfat tidak larut kecuali
K3PO4, Na3PO3.

2.3.4. Temperatur
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya
dinaikkan, zat padat tersebut dikatakan bersifat endoterm, karena pada
proses kelarutannya membutuhkan panas.
Zat terlarut + pelarut + panas → larutan.

Beberapa zat yang lain justru kenaikan temperatur


menyebabkan tidak larut, zat tersebut dikatakan bersifat eksoterm,
karena pada proses kelarutannya menghasilkan panas.
Zat terlarut + pelarut → larutan + panas
Contoh : KOH dan K2SO4
Berdasarkan pengaruh ini maka beberapa sediaan farmasi tidak
boleh dipanaskan, misalnya :
a. Zat-zat yang atsiri, Contohnya : Etanol dan minyak atsiri.
b. Zat yang terurai, misalnya : natrium karbonas.

2|Sifat-Sifat Larutan
c. Saturation
d. Senyawa-senyawakalsium, misalnya : Aqua calsis.

2.3.5.Salting Out
Salting Out adalah Peristiwa adanya zat terlarut tertentu
yang mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan
menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya
endapan karena ada reaksi kimia. Contohnya : kelarutan minyak
atsiri dalam air akan turun bila kedalam air tersebut ditambahkan
larutan NaCl jenuh.

2.3.6 Salting In
Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang
menyebabkan kelarutan zat utama dalam solvent menjadi lebih
besar. Contohnya : Riboflavin tidak larut dalam air tetapi larut
dalam larutan yang mengandung Nicotinamida.

2.3.7 Pembentukan Kompleks


Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya
interaksi antara senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan
membentuk garam kompleks. Contohnya : Iodium larut dalam
larutan KI atau NaI jenuh

2.4 Sistem Koloid


Sistem Koloid terdiri atas fase terdispersi dengan ukuran tertentu dalam
medium pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi,
sedangkan medium yang digunakan untuk mendeskripsikan disebut medium
pendispersi.

Tabel 2.4.1 Perbandingan Sifat Larutan, Koloid, dan Suspensi

Larutan (Dispersi Koloid (Dispersi koloid) Suspensi (Dispensi

3|Sifat-Sifat Larutan
molekuler) Kasar)
Contoh : Campuran
Contoh : Larutan gula Contoh : Campuran susu
tepung terigu dengan
dalam air dan air
air
1)Homogen, tidak dapat 1) Secara makroskopis,
dibedakan walaupun bersifat homogen tetapi
1) Heterogen
menggunakan heterogen jika diamati
mikroskop dengan mikroskop ultra
2) Semua partikel 2) Salah satu atau
2) Partikel berdimensi
berdimensi (panjang, semua dimensi
antara 1 nm sampai 100
lebar, atau tebal ) partikelnya lebih besar
nm
kurang dari 1 nm dari 100 nm
3) Satu fase 3) Dua fase 3) Dua fase
4) Stabil 4) Pada umumnya stabil 4) Tidak stabil
5) Tidak dapat disaring
5) Tidak dapat disaring kecuali dengan penyaring 5) Dapat disaring
ultra

2.4.2 Jenis – jenis Koloid


a. Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi
dalam gas. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut
aerosol padat ; jika zat yang terdispersi berupa zair, disebut
aerosol cair.
b. Sol
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat
cair.
c. Emulsi
Sistem koloid dari partikel cair yang terdispersi dalam zat cair.
d. Buih
Sistem koloid dari partikel gas yang terdispersi dalam zat cair.
e. Gel
Koloid yang kaku (antara padat dan cair).

4|Sifat-Sifat Larutan
No Fase Fase
Nama Contoh
. terdispersi pendispersi
1. Padat Gas Aerosol padat Asap (smoke), debu
Sol emas, sol belerang,
2. Padat Cair Sol
tinta, cat
Gelas berwarna, intan
3. Padat Padat Sol padat
hitam
4. Cair Gas Aerosol Kabut

Susu, santan, minyak


5. Cair Cair Emulsi
ikan
6. Cair Padat Emulsi padat Jelly, mutiara, opal
Buih sabun, krim
7. Gas Cair Buih
kocok
8. Gas Padat Buih padat Karet busa, batu apung
2.4.3 Sifat – sifat Koloid
1. Tyndall
Penghamburan cahaya oleh partikel koloid.
2. Gerak Brown
Tidak beraturan / acak / zig zag partikel koloid.
3. Muatan Koloid
Partikel – partikel koloid bermuatan listrik.
 Elektroforesis
Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik. Apabila ke dalamsistem
koloid dimasukkan dua batang elektrode kemudian dihubungkan dengan
sumber arus searah, maka partikel koloid akan bergerak ke salah satu
elektrode bergantung pada jenis muatannya. Koloid bermuatan negatif akan
bergerak ke anode (elektrode positif) sedangkan koloid yang bermuatan
positif bergerak ke katode (elektrode negatif). Elektrooresis dapat digunakan
untuk menentukan jenis muatan koloid.
 Koagulasi
Penggumpalan partikel koloid. Koagulasi koloid karena penambahan
elektrolit terjadi sebagai berikut. Koloid yang bermuatan negatif akan
menarik ion positif (kation), sedangkan koloid yang bermuatan positif akan
menarik ion negatif (anion). Ion - ion tersebut akan membentuk selubung
lapisan kedua.
 Adsorpsi

5|Sifat-Sifat Larutan
Penempelan atom, molekul / ion pada permukaan suatu zat. Partikel koloid
dapat mengadsorpsi bukan saja ion atau muatan listrik tetapi juga zat lain
yang berupa molekul netral. Oleh karena mempunyai permukaan yang
relatif luas, maka koloid mempunyai daya adsorpsi yang besar pula. Sifat
adsorpsi dari koloid ini digunakan untuk berbagai proses, antara lain sebagai
berikut :
1. Pemutihan Gula Tebu

Gula yang masih berwarna dilarutkan dalam air kemudian dialirkan melalui
tanah diatomae dan arang tulang. Zat – zat warna dalam gula akan
diadsorpsi sehingga diperoleh gula yang putih bersih.

2. Pembuatan Obat Norit

Norit adalah tablet yang terbuat dari karbon aktif. Di dalam usus norit
membentuk sistem koloid yang dapat mengadsorpsi gas atau zat racun.

3. Penjernihan Air
Untuk menjernihkan air dapat dilakukan dengan menambahkan tawas atau
alumunium sulfat. Di dalam air, alumunium sulfat terhidrolisis membentuk
Al (OH)3yang berupa koloid. Koloid Al (OH)3ini dapat mengadsorpsi zat –
zat warna atau zat – zat pencemar dalam air.

4. Koloid pelindung
Pada beberapa proses, suatu koloid harus dipecahkan. Misalnya,
koagulasi lateks. Di lain pihak, koloid perlu dijaga supaya tidak rusak. Suatu
koloid dapat distabilkan dengan menambahkan koloid lain yang disebut
koloid pelindung. Koloid pelindung ini akan membungkus partikel zat
terdispersi sehingga tidak lagi dapat mengelompok.

5. Dialisis
Pada pembuatan suatu koloid, seringkali terdapat ion – ion yang
dapat mengganggu kestabilan koloid tersebut. Ion – ion pengganggu ini
dapat dihilangkan dengan suatu proses yang disebut dialisis. Dalam proses
ini, sistem koloid dimasukkan ke dalam suatu kantong koloid, lalu kantong
koloid itu dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir. Kantong

6|Sifat-Sifat Larutan
koloid terbuat dari selaput semipermeable, yaitu selaput yang dapat
melewatkan partikel – partikel kecill, seperti ion – ion atau molekul
sederhana, tetapi menahan koloid. Dengan demikian, ion – ion keluar dari
kantong dan hanyut bersama air.
2.4.4. Koloid Liofil dan Koloid Liofob

Sol Hidrofil Sol Hidrofob


Mengadsorbsi mediumnya Tidak mengadsorbsi mediumnya
Dapat dibuat dengan Hanya stabil pada konsentrasi
konsentrasi yang relatif besar kecil
Tidak mudah digumpalkan Mudah menggumpal pada
dengan penambahan elektrolit penambahan elektrolit
Viskositas lebih besar daripada Viskositas hampir sama dengan
mediumnya mediumnya
Bersifat reversibel Tidak reversibel
Efek Tyndall lemah Efek Tyndall lebih jelas

2.4.5. Pembuatan Sistem Koloid


a.Cara Kondensasi
Dengan cara kondensasi partikel larutan sejati (molekul atau
ion) bergabung menjadi partikel koloid.
 Reaksi Redoks
Adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi.
Contoh : Pembuatan sol belerang
 Hidrolisis
Reaksi suatu zat dengan air.
Contoh : Pembuatan sol Fe(OH)3dari hidrolisis FeCl3
 Dekomposisi rangkap
Contoh : Sol As2S3dapat dibuat dari reaksi antara larutan
H3AsO3dengan larutan H2S
 Penggantian pelarut
b. Cara Dispersi
Partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid.
 Cara Mekanik
Butir – butir kasar digerus dengan lumpang atau penggiling
koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu,
kemudian diaduk medium pendispersi.
 Cara Peptisasi
Pembuatan koloid dari butir – butir kasar atau dari suatu
endapan dengan bantuan suatu zat pememptisasi

7|Sifat-Sifat Larutan
(pemecah). Zat pemeptisasi memecahkan butir – butir kasar
menjadi butir – butir koloid. Istilah peptisasi dikaitkan
dengan peptonisasi, yaitu proses pemecahan protein
(polipeptida) yang dikatalisis oleh enzim pepsin.
 Cara Busur Bredig
Logam yang akan dijadikan koloid digunakan sebagai
elektrode yang dicelupkan dalam medium dispersi,
kemudian diberi loncatan listrik di antara kedua ujungnya.
Mula – mula atom – atom logam akan terlempar ke dalam
air, lalu atom – atom tersebut mengalami kondensasi
sehingga membentuk partikel koloid. Jadi, cara busur ini
merupakan gabungan cara dispersi dan cara kondensasi.

2.5 Sifat Koligatif Larutan

2.5.1 Konsentrasi Larutan : Kemolalan dan Fraksi mol

2.5.1.1 Kemolalan (m)

Kemolalan atau molalitas menyatakan jumlah mol (n) zat


terlarut dalam 1 kg ( = 1000 g) pelarut. Satuan kemolalan adalah
mol kg-1 .

n
m= mol /kg
p

Dengan, m = kemolalan larutan

n = jumlah mol zat terlarut

p = massa pelarut (kg)

2.5.1.2 Fraksi mol (X)

Fraksi mol (X) menyatakan perbandingan mol zat terlarut


atau pelarut terhadap jumlah mol larutan. Jika jumlah mol zat
pelarut adalah nA , dan jumlah mol zat terlarut adalah nB , maka
fraksi mol pelarut dan zat terlarut adalah :

8|Sifat-Sifat Larutan
na
Xa=
na+ nb

nb
Xb=
na+ nb

Jumlah fraksi mol pelarut dengan zat terlarut adalah 1

XA + XB = 1

2.5.2 Pengertian sifat koligatif larutan


Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak
tergantung pada macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya
ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat terlarut).
Apabila suatu pelarut ditambah dengan sedikit zat terlarut
(Gambar 2.5.2), maka akan didapat suatu larutan yang mengalami:
1. Penurunan tekanan uap jenuh
2. Kenaikan titik didih
3. Penurunan titik beku
4. Tekanan osmosis

Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh


konsentrasi larutan dan sifat Larutan itu sendiri. Jumlah partikel
dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel
dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama.
2.5.3 Penurunan Tekanan Uap Jenuh
Pada setiap suhu, zat cair selalu mempunyai tekanan
tertentu. Tekanan ini adalah tekanan uap jenuhnya pada suhu
tertentu. Penambahan suatu zat ke dalam zat cair menyebabkan
penurunan tekanan uapnya. Hal ini disebabkan karena zat terlarut
itu mengurangi bagian atau fraksi dari pelarut, sehingga kecepatan
penguapan berkurang.
Menurut Roult :

9|Sifat-Sifat Larutan
p = po . XB
keterangan:
p : tekanan uap jenuh larutan
po : tekanan uap jenuh pelarut murni
XB : fraksi mol pelarut
Karena XA + XB = 1, maka persamaan di atas dapat diperluas
menjadi :
P = Po (1 – XA)
P = Po – Po . XA
Po – P = Po . XA
Sehingga :
ΔP = po . XA
keterangan:
ΔP : penuruman tekanan uap jenuh pelarut
po : tekanan uap pelarut murni
XA : fraksi mol zat terlarut
Contoh :
Hitunglah penurunan tekanan uap jenuh air, bila 45 gram glukosa
(Mr = 180) dilarutkan dalam 90 gram air ! Diketahui tekanan uap
jenuh air murni pada 20oC adalah 18 mmHg.

2.5.4 Kenaikan Titik Didih

10 | S i f a t - S i f a t L a r u t a n
Adanya penurunan tekanan uap jenuh mengakibatkan titik
didih larutan lebih tinggi dari titik didih pelarut murni. Untuk
larutan non elektrolit kenaikan titik didih dinyatakan dengan:
ΔTb = m . Kb
keterangan:
ΔTb = kenaikan titik didih (oC)
m = molalitas larutan
Kb = tetapan kenaikan titik didihmolal

(W menyatakan massa zat terlarut), maka kenaikan titik didih


larutan dapat dinayatakan sebagai:

Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik didih
larutan dinyatakan sebagai :
Tb = (100 + ΔTb) oC

2.5.5 Penurunan Titik Beku


Untuk penurunan titik beku persamaannya dinyatakan sebagai:

ΔTf = penurunan titik beku


m = molalitas larutan
Kf = tetapan penurunan titik beku molal
W = massa zat terlarut
Mr = massa molekul relatif zat terlarut
p = massa pelarut
Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik beku
larutannya dinyatakan sebagai:

11 | S i f a t - S i f a t L a r u t a n
Tf = (O – ΔTf)oC

2.5.6 Tekanan Osmosis


Tekanan osmosis adalah tekanan yang diberikan pada
larutan yang dapat menghentikan perpindahan molekul-molekul
pelarut ke dalam larutan melalui membran semi permeabel (proses
osmosis) seperti ditunjukkan pada.
Menurut Van’t hoff tekanan osmosis mengikuti hukum gas ideal:
PV = nRT
Karena tekanan osmosis = Π , maka :

π° =tekanan osmosis (atmosfir)


C = konsentrasi larutan (M)
R = tetapan gas universal. = 0,082 L.atm/mol K
T = suhu mutlak (K)
 Larutan yang mempunyai tekanan osmosis lebih rendah dari
yang lain disebut larutan Hipotonis.
 Larutan yang mempunyai tekanan lebih tinggi dari yang lain
disebut larutan Hipertonis.
 Larutan yang mempunyai tekanan osmosis sama disebut Isotonis.
 Untuk larutan glukosa dalam air jumlah partikel (konsentrasinya)
tetap, yaitu 0.5 molal.
 Untuk larutan garam dapur: NaCl(aq) → Na+(aq) + Cl-(aq) karena
terurai menjadi 2 ion, maka konsentrasi partikelnya menjadi 2
kali semula = 1.0 molal.
Yang menjadi ukuran langsung dari keadaan
(kemampuannya) untuk mengion adalah derajat ionisasi. Besarnya
derajat ionisasi ini dinyatakan sebagai :
α° = jumlah mol zat yang terionisasi/jumlah mol zat mula-mula

12 | S i f a t - S i f a t L a r u t a n
Untuk larutan elektrolit kuat, harga derajat ionisasinya
mendekati 1, sedangkan untuk elektrolit lemah, harganya berada di
antara 0 dan 1 (0 < α < 1). Atas dasar kemampuan ini, maka larutan
elektrolit mempunyai pengembangan di dalam perumusan sifat
koligatifnya.

 Untuk Kenaikan Titik Didih dinyatakan sebagai :

n menyatakan jumlah ion dari larutan elektrolitnya


.
 Untuk Penurunan Titik Beku dinyatakan sebagai :

 Untuk Tekanan Osmosis dinyatakan sebagai :


π° = C R T [1+ α(n-1)]

Contoh :
Hitunglah kenaikan titik didih dan penurunan titik beku dari
larutan5.85 gram garam dapur (Mr = 58.5) dalam 250 gram air !
(untuk air, Kb= 0.52 dan Kf= 1.86)
Jawab :
Larutan garam dapur,

13 | S i f a t - S i f a t L a r u t a n

Anda mungkin juga menyukai