Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH TEKNIK LABORATORIUM

“Larutan dan Pelarut Persiapan Larutan Reagen”

OLEH :
NAMA KELOMPOK 1

1. Dudun Chandra Asmara A 221 18 109


2. Reny Sri Rukanti A 221 18 053
3. Anjeli Tuna’ A 221 18 049
4. Ayutriani A 221 18 104

KELAS B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah dari Mata Kuliah Teknik Laboratorium dengan judul
“Larutan dan Pelarut Persiapan Larutan Reagen”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Palu, 29 Oktober 2019

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Tujuan 1

BAB II PEMBAHASAN 2

2.1 Larutan 2

2.2 Reagen 11

BAB III PENTUP 14

3.1 KESIMPULAN 14

DAFTAR PUSTAKA 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyak bahan kimia yang digunakan untuk praktikum yang berbentuk larutan. Untuk
membuat larutan pada umumnya digunakan pelarut air, dan ada pula beberapa larutan yang
menggunakan pelarut lain.
Dalam praktikum sering digunakan larutan dan pereaksi,. Dan biasanya akan dilakukan
percobaan tentang pembuatan larutan dimana praktikan diharapkan dapat mengetahui serta
memahami tentang konsentrasi suatu larutan yang ada atau yang akan dibuat.
Dengan demikian, guru, dosen, mahasiswa, serta orang-orang yang berhubungan dengan
suatu praktikum harus memiliki pengetahuan tentang larutan dan perekasi. Pengetahuan
mengenai cara pembuatan larutan sangat penting karena sebagian besar reaksi kimia terjadi
melalui bentuk cairan atau larutan. Pengetahuan bukan saja mengenai jenisnya, tetapi juga
pengetahuan tentang pembuatan dan penanganannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian dari Larutan ?
2. Pengertian dari Reagen ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa pengertian dari Larutan.
2. Untuk mengetahui apapengertian dari Reagen.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. LARUTAN
A. Pengertian Larutan
Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat.
Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut zat terlarut (solut), sedangkan zat
yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut (solven).
Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan,
sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan
(solvasi).
Komponen dari larutan terdiri dari dua jenis, pelarut dan zat terlarut, yang dapat
dipertukarkan tergantung jumlahnya. Pelarut merupakan komponen yang utama yang terdapat
dalam jumlah yang banyak, sedangkan komponen minornya merupakan zat terlarut. Larutan
terbentuk melalui pencampuran dua atau lebih zat murni yang molekulnya berinteraksi
langsung dalam keadaan tercampur. Semua gas bersifat dapat bercampur dengan sesamanya,
karena itu campuran gas adalah larutan.
Contoh Zat Terlarut
Larutan
Cair Padat Gas
P Cair Etanol dalam air; Sukrosa (gula) dalam air; Air terkarbonasi (karbon
E campuran berbagai natrium klorida (garam dapur) dioksida dalam air).
L hidrokarbon (minyak dalam air; amalgam emas
A bumi). dalam raksa.
R Padat Air dalam arang aktif; Aloi logam seperti baja dan Hidrogen larut dalam logam,
U uap air dalam kayu. duralumin. misalnya platina.
T
Gas Uap air di udara Bau suatu zat padat yang Udara (oksigen dan gas-gas
(kelembapan). timbul dari larutnya molekul lain dalam nitrogen).
padatan tersebut di udara.

B. Jenis Larutan
Berdasarkan daya hantarnya suatu larutan dibedakan menjadi larutan elektrolit dan
non elektrolit.
1) Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit adalah larutan yang bisa menghantarkan arus listrik. Pada larutan ini
dibedakan menjadi elektrolit kuat dan elektrolit lemah.

2
a. Elektrolit kuat
Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya hantar listrik yang
kuat, karena zat terlarutnya di dalam pelarut (umumnya air), seluruhnya akan berubah
menjadi ion-ion (alpha = 1).
Partikel-partikel yang ada di dalam larutan elektrolit kuat adalah ion-ion yang
bergabung dengan molekul air, sehingga larutan tersebut daya hantar listriknya kuat.
Hal ini disebabkan karena tidak ada molekul atau partikel lain yang menghalangi
gerakan ion-ion untuk menghantarkan arus listrik, sementara molekul-molekul air
adalah sebagai media untuk pergerakan ion.
Yang tergolong elektrolit kuat adalah:
 Asam-asam kuat, seperti : HCl, HCl03, H2SO4, HNO3, etc.
 Basa-basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, seperti: NaOH,
KOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2, etc.
 Garam-garam yang mudah larut, seperti: NaCl, KI, Al2(SO4)3, etc.

b. Elektrolit lemah
Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah dengan
harga derajat ionisasi sebesar 0 < alpha < 1.
Yang tergolong elektrolit lemah:
 Asam-asam lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S, etc.
 Basa-basa lemah seperti : NH4OH, Ni(OH)2, etc.
 Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO4, PbI2, etc.

2) Larutan Non Elektrolit


Larutan non- elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik,
karena zat terlarutnya di dalam pelaruttidak dapat menghasilkan ion-ion (tidak meng-ion).
Tergolong ke dalam jenis ini misalnya:
- Larutan urea
- Larutan sukrosa
- Larutan glukosa
- Larutan alkohol dan lain-lain

3
Ada 2 eaksi dalam larutan, yaitu:
a. Eksoterm, yaitu proses melepaskan panas dari sistem ke lingkungan, temperatur dari
campuran reaksi akan naik dan energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan
akan turun.
Contoh : reaksi respirasi, reaksi netralisasi asam-basa, reaksi oksidasi logam, dan
reaksi pembakaran.
b. Endoterm, yaitu menyerap panas dari lingkungan ke sistem, temperatur dari
campuran reaksi akan turun dan energi potensial dari zat- zat kimia yang
bersangkutan akan naik.
Contoh : reaksi fotosintesis, cracking alkana, dan reaksi dekomposisi termal.

Berdasarkan jenuh atau tidaknya larutan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:


a) Larutan tak jenuh (unsaturated) yaitu, larutan yang mengandung zat terlarut
(solute) kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan kata
lain, larutan yang partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi
(masih bisa melarutkan zat). Larutan tak jenuh lebih encer (kurang pekat)
dibandingkan dengan larutan jenuh.Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali
konsentrasi ion < Ksp berarti larutan belum jenuh ( masih dapat larut).
b) Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah zat terlarut (solute)
yang larut dan mengadakan kesetimbangn dengan pelarut (solute) padatnya. Atau
dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan
pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila bila hasil
konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh. Kelarutan umumnya dinyatakan
dalam gram zat terlarut per 100 mL pelarut, atau per 100 gram pelarut pada
temperatur yang tertentu. Jika kelarutan zat kurang dari 0,01 gram per 100 gram
pelarut, maka zat itu dikatakan tak larut (insoluble).
c) Larutan kelewat jenuh (supersaturated) yaitu, suatu larutan yang mengandung lebih
banyak zat terlarut (solute) daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau
dengan kata lain, larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut (solute)
sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali
konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh (mengendap).

4
Larutan lewat jenuh merupakan suatu sistem metastabil. Larutan ini dapat diubah
menjadi larutan jenuh dengan menambahkan kristal yang kecil (kristal inti/bibit)
umumnya kristal dari zat terlarut (solute). Kelebihan molekul zat terlarut (solute) akan
terikat pada kristal inti dan akan mengkristal kembali.
Berdasarkan sifat kualitatif, larutan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak zat terlarut (solute)
dibanding pelarut (solvent).
b. Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit zat terlarut (solute) dibanding
pelarut (solvent).

C. Larutan Standar
Larutan standar atau larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui,
selain itu konsentrasinya juga tidak mudah berubah. Dalam berbagai percobaan kimia sering
digunakan larutan baku yang terdiri atas larutan baku primer dan larutan baku sekunder.
Ada cara dalam menstandardkan larutan yaitu:
1. Pembuatan langsung larutan dengan melarutkan suatu zat murni dengan berat tertentu,
kemudian diencerkan sampai memperoleh volume tertentu secara tepat. Larutan ini
disebutlarutan standard primer, sedangkan zat yang digunakan disebut standard
primer.
2. Larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan cara menimbang zat
kemudian melarutkannya untuk memperoleh volume tertentu, tetapi dapat
distandardkan dengan larutan standard primer, disebut larutan standard sekunder.
Berikut penjelasan lebih detail :
1) Larutan Standar Primer
Larutan standar primer adalah suatu larutan yang konsentrasinya dapat langsung
ditentukan dari berat bahan sangat murni yang dilarutkan dan volume yang terjadi atau
larutan yang dijadikan acuan untuk penetapan konsentrasi larutan lain.
Larutan baku primer biasanya dibuat hanya sedikit, penimbangan yang dilakukanpun
harus teliti, dan dilarutkan dengan volume yang akurat. Pembuatan larutan baku primer ini
biasanya dilakukan dalam labu ukur yang volumenya tertentu.
Suatu zat standar primer harus memenuhi syarat seperti dibawah ini:
1. Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu 110-
120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni. (Syarat ini biasanya tak

5
dapat dipenuhi oleh zat- zat terhidrasi karena sukar untuk menghilangkan air-
permukaan dengan lengkap tanpa menimbulkan pernguraian parsial.)
2. Zat tidak boleh berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi ini menunjukkan
bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara atau dipengaruhi
karbondioksida.
3. Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif dan kepekaan
tertentu (jumlah total zat-zat pengotor, umumnya tak boleh melebihi 0,01-0,02 %).
4. Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekuivalen yang
tinggi, sehingga sesatan penimbangan dapat diabaikan.
5. Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
6. Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan langsung.

Contoh senyawa yang dapat dipakai untuk standar primer adalah:


1. Arsen trioksida (As2O3) dipakai untuk membuat larutan natrium arsenit (NaAsO2)
yang dipakai untuk menstandarisasi larutan natrium periodat (NaIO4), larutan iodine
(I2), dan cerium (IV) sulfat Ce(SO4)2.
2. Asam bensoat (C6H5COOH), dipakai untuk menstandarisasi larutan natrium etanolat,
isopropanol atau DMF.
3. Kalium bromat (KBrO3), untuk menstandarisasi larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3).
4. Kalium hydrogen phtalat (KHP), dipakai untuk menstandarisasi larutan asam
perklorat dan asam asetat (CH3COOH).
5. Natrium Karbonat (Na2CO3), dipakai untuk standarisasi larutan H2SO4, HCl dan
HNO3.
6. Asam sulfanilik (4-aminobenzene sulfonic acid) dipakai untuk standarisasi larutan
natrium nitrit (NaNO2).
7. Natrium klorida (NaCl) untuk menstandarisasi larutan AgNO3.
8. Contoh lain, yaitu Asam oksalat (C2H2O4), Boraks, dan Kalium dikromat
(K2Cr2O7).

Zat diatas merupakan zat dengan standar primer jadi senyawa ini ditimbang dengan
berat tertentu kemudian dilarutkan dalam aquades dengan volume tertentu untuk didapatkan
larutan standar primer.
2) Larutan Standar Sekunder
Larutan standar sekunder adalah suatu zat yang dapat digunakan untuk standarisasi
yang kandungan zat aktifnya telah ditemukan dengan perbandingan terhadap suatu standar

6
primer atau larutan yang konsentrasinya diperoleh dengan cara mentitrasi dengan larutan
standar primer.
Syarat larutan dikatakan standar sekunder :
1. Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
2. Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan
3. Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.
4. Tidak mudah diperoleh dalam bentuk murni ataupun dalam keadaan yang diketahui
kemurniannya.
5. Zatnya tidak mudah dikeringkan, higrokopis, menyerap uap air, menyerap CO2 pada
waktu penimbangan.
Contoh larutan standar sekunder adalah larutan NaOH, HCl, KMnO4, H2SO4, dan
Fe(SO4)2.
Berikut cara mendapatkan larutan standar sekunder :
1. Permanganometri adalah titrasi redoks yang menggunakan KMnO4 (oksidator kuat)
sebagai titran. Dalam permanganometri tidak dipeerlukan indikator , karena titran
bertindak sebagai indikator (auto indikator). Kalium permanganat bukan larutan baku
primer, maka larutan KMnO4 harus distandarisasi, dengan arsen(III) oksida (As2O3)
dan Natrium oksalat (Na2C2O4).
Permanganometri dapat digunakan untuk penentuan kadar besi, kalsium dan hidrogen
peroksida. Pada penentuan besi, pada bijih besi mula-mula dilarutkan dalam asam
klorida, kemudian semua besi direduksi menjadi Fe2+, baru dititrasi secara
permanganometri. Sedangkan pada penetapan kalsium, mula-mula .kalsium
diendapkan sebagai kalsium oksalat kemudian endapan dilarutkan dan oksalatnya
dititrasi dengan permanganat.
2. Titrasi dengan iodium ada dua macam yaitu iodimetri (secara langsung), dan
iodometri (cara tidak langsung). Dalam iodimetri iodin digunakan sebagai oksidator,
sedangkan dalam iodometri ion iodida digunakan sebagai reduktor. Baik dalam
iodometri ataupun iodimetri penentuan titik akhir titrasi didasarkan adanya I2 yang
bebas. Dalam iodometri digunakan larutan tiosulfat untuk mentitrasi iodium yang
dibebaskan. Larutan natrium tiosulfat merupakan standar sekunder dan dapat
distandarisasi dengan kalium dikromat atau kalium iodidat.
Larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometri adalah natrium
tiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk sabagai pentahidrat (Na2S2O3.5H2O).
Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus
7
distandarisasi dengan standar primer, larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk
waktu yang lama. Tembaga murni dapat digunakan sebagi standar primer untuk
natrium tiosulfat ( Day & Underwood, 2002 ).
3. NaOH tidak dapat dipakai untuk standar primer disebabkan NaOH bersifat
higroskopis oleh sebab itu maka NaOH harus dititrasi dahulu dengan KHP agar dapat
dipakai sebagai standar sekunder. Begitu juga dengan H2SO4 dan HCl tidak bisa
dipakai sebagai standar primer, supaya menjadi standar sekunder maka larutan ini
dapat dititrasi dengan larutan standar primer NaCO3.

D. Kelarutan
Kelarutan adalah kuantitas maksimal suatu zat kimia terlarut (solut) untuk dapat larut
pada pelarut tertentu membentuk larutan homogen. Kelarutan suatu zat dasarnya sangat
bergantung pada sifat fisika dan kimia solut dan pelarut pada suhu, tekanan dan pH larutan.
Hal yang mempengaruhi kelarutan, sebagai berikut :

1. Jenis Zat
Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip umumnya dapat saling bercampur dengan
baik, sedangkan zat-zat yang struktur kimianya berbeda umumnya kurang dapat saling
bercampur (like dissolves like).Senyawa yang bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut
polar, sedangkan senyawa nonpolar akan mudah larut dalam pelarut nonpolar. Contohnya
alkohol dan air bercampur sempurna (completely miscible), air dan eter bercampur sebagian
(partially miscible), sedangkan minyak dan air tidak bercampur (completely immiscible).

2. Suhu
Kelarutan gas umumnya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi. Misalnya jika
air dipanaskan, maka timbul gelembung-gelembung gas yang keluar dari dalam air, sehingga
gas yang terlarut dalam air tersebut menjadi berkurang. Kebanyakan zat padat kelarutannya
lebih besar pada temperatur yang lebih tinggi. Ada beberapa zat padat yang kelarutannya
berkurang pada temperatur yang lebih tinggi, misalnya natrium sulfat dan serium sulfat.
Pada larutan jenuh terdapat kesetimbangan antara proses pelarutan dan proses
pengkristalan kembali. Jika salah satu proses bersifat endoterm, maka proses sebaliknya
bersifat eksoterm. Jika temperatur dinaikkan, maka sesuai dengan azas Le Chatelier (Henri
Louis Le Chatelier: 1850-1936) kesetimbangan itu bergeser ke arah proses endoterm. Jadi
jika proses pelarutan bersifat endoterm, maka kelarutannya bertambah pada temperatur yang
8
lebih tinggi. Sebaliknya jika proses pelarutan bersifat eksoterm, maka kelarutannya berkurang
pada suhu yang lebih tinggi.

3. Tekanan
Perubahan tekanan pengaruhnya kecil terhadap kelarutan zat cair atau padat.
Perubahan tekanan sebesar 500 atm hanya merubah kelarutan NaCl sekitar 2,3 % dan NH4Cl
sekitar 5,1 %. Kelarutan gas sebanding dengan tekanan partial gas itu.
Menurut hukum Henry (William Henry: 1774-1836) massa gas yang melarut dalam
sejumlah tertentu cairan (pelarutnya) berbanding lurus dengan tekanan yang dilakukan oleh
gas itu (tekanan partial), yang berada dalam kesetimbangan dengan larutan itu. Contohnya
kelarutan oksigen dalam air bertambah menjadi 5 kali jika tekanan partial-nya dinaikkan 5
kali. Hukum ini tidak berlaku untuk gas yang bereaksi dengan pelarut, misalnya HCl atau
NH3 dalam air.

E. Konsentrasi Larutan
Konsentrasi suatu larutan merupakan ukuran yang digunakan untuk menyatakan
kuantitas zat terlarut dalam suatu pelarut atau larutan. Terdapat berbagai cara yang digunakan
untuk menyatakan konsentrasi larutan, dan masing-masing cara memiliki berbagai kegunaan
masing-masing.

1. Persen massa (%m/m)

Persen massa menunjukkan massa suatu zat dalam 100 gram larutannya. Secara
matematis, persen massa dirumuskan sebagai berikut.

2. Persen volume (% V/V)

Persen volume adalah satuan yang menunjukkan volume suatu zat dalam 100 mL
larutannya. Secara matematis, persen volume dirumuskan sebagai berikut.

9
3. Persen massa per volume (% m/V)

Persen massa per volume merupakan salah satu konsentrasi larutan yang
menunjukkan massa zat dalam 100 mL larutannya. Secara matematis, persen per massa
volume dirumuskan sebagai berikut.

4. Molaritas (M)

Membahas masalah molaritas tidak akan lepas dari besaran bernama mol. Hal itu
karena molaritas merupakan satuan konsentrasi yang menunjukkan banyaknya mol zat
terlarut dalam satu liter larutan. Secara matematis, molaritas dirumuskan sebagai berikut.

5. Molalitas

Hampir sama dengan molaritas, molalitas merupakan banyaknya mol zat terlarut
dalam satu kilogram pelarut. Secara matematis, molalitas dirumuskan sebagai berikut.

Ternyata, masih ada cara lain lho untuk mencari molalitas. Adapun cara yang dimaksud
adalah sebagai berikut.

10
Kira-kira, apa ya perbedaan mendasar antara molaritas dan molalitas? Jika acuan yang
digunakan pada molaritas adalah volume larutan, maka pada molalitas menggunakan acuan
massa pelarut.

6. Hubungan antara persen massa dan molaritas

Dari persamaan yang telah disebutkan sebelumnya, ternyata bisa dicari hubungan
antara persen massa dan molaritas, lho. Adapun hubungan antara keduanya ditunjukkan oleh
SUPER “Solusi Quipper” berikut ini.

Catatan: % yang dimaksud adalah kadar dan hanya bilangannya saja yang dituliskan.

7. Fraksi mol

Fraksi mol merupakan satuan konsentrasi yang menunjukkan perbandingan antara


konsentrasi mol zat terlarut atau pelarut terhadap larutannya. Adapun persamaan fraksi mol
adalah sebagai berikut.

Keterangan:

Xt = fraksi mol zat terlarut;

Xp = fraksi mol pelarut;

nt = mol zat terlarut; dan

np = mol zat pelarut.

11
8. Pengenceran

Untuk mengurangi tingkat kepekatan suatu larutan, Quipperian bisa melakukannya


dengan menambahkan air. Metode ini dikenal sebagai pengenceran. Larutan yang diencerkan
jelas mengalami perubahan konsentrasi dan volume. Namun demikian, jumlah mol larutan
tidak berubah. Oleh karena itu, pengenceran dirumuskan sebagai berikut.

9. Molaritas campuran

Jika dua jenis larutan dengan konsentrasi berbeda dicampurkan, maka akan terbentuk
larutan baru dengan konsentrasi tertentu. Konsentrasi larutan setelah dicampur dirumuskan
sebagai berikut.

12
2.2. REAGEN
A. Pengertian Reagen
Pereaksi atau sering disebut juga reagensia (inggris : reagent) adalah suatu zat yang
berperan dalam suatu reaksi kimia atau diterapkan untuk tujuan analisis.
Pereaksi disingkat P adalah suatu zat yang digunakan sebagai pereaksi atau sebagai
unsur pokok dari larutan, indikator adalah pereaksi yang digunakan untuk menyatakan titik
akhir suatu reaksi kimia, untuk mengukur kadar ion Hidrogen (pH) atau untuk menyatakan
bahwa perubahan pH sudah terjadi. Ini terdapat dalam daftar indikator dan kertas uji. Larutan
dapar seperti yang tertera pada larutan dapar (Dirjen POM, 1995).
Larutan pereaksi disingkat LP adalah larutan dari pereaksi dalam pelarut dan kadar
tertentu yang sesuai untuk penggunaan tertentu. Air jika dalam uji untuk pereaksi atau dalam
petunjuk pembuatan larutan uji dan sebagainya digunakan air tanpa kualifikasi khusus selalu
menggnakan Air Murni seperti yang tertera pada monografi Farmakope Indonesia IV. Seperti
dinyatakan dalam ketentuan umum, daftar pereaksi, indikator dan larutan dalam farmakope
tidak termasuk zat yang mempunyai kegunaan terapi, sehingga di dalam farmakope
dinyatakan dengan pereaksi atau mutu pereaksi (Ditjen POM, 1995).
Pereaksi digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Pereaksi padat, adalah pereaksi yang berbentuk padatan atau serbuk.Contoh: Calcium
Carbonate,
2. Pereaksi cair, adalah pereaksi yang berbentuk cairan, baik encer maupun kental.
Contoh : Hydrochloric Acid

Reagen atau dikenal juga dengan reaktan merupakan istilah yang sering digunakan
didunia kimia. Reagen memiliki banyak kegunaan dan sebagian besar melibatkan
menyelamatkan nyawa aplikasi. Zat atau dua zat membuat, mengukur atau membangun
keberadaan reaksi kimia dengan bantuan reagen. Kimia organik mungkin juga menetapkan
reagen sebagai campuran atau zat-zat yang berbeda yang akan membuat perubahan pada
substrat pada kondisi tertentu.

Reagen dibagi menjadi dua, yaitu reagen alami dan reagen kimia.
Contoh Reagen Alami :
1. Fenton Reagen
Reagen gaya analitis ini dimanfaatkan untuk membasmi zat tertentu dalambahan
kimia organik seperti tetrakloroetilena (PCE) dan trichloroethylene (TCE).

13
2. Grignard Reagen
Reagen semacam ini khusus dibuat ketika menggunakan respon yang dihasilkan dari
campuran alkil dan magnesium. Semua senyawa organik memerlukan reaksi kimia ini untuk
membuat ikatan karbon tertentu.

3. Collins Reagen
Reagen ini digunakan untuk membantu beberapa zat-zat yang kompleks dan untuk
mengoksidasi alcohol.

4. Fehling Reagen
Perekasi Fehling adalah oksidator lemah yang merupakan pereaksi khusus untuk
mengenali aldehida. Pereaksi Fehling terdiri dari dua bagian, yaitu Fehling A dan Fehling B.
Fehling A adalah larutan CuSO4, sedangkan Fehling B merupakan campuran larutan NaOH
dan kalium natrium tartrat.
Pereksi Fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga
diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi Fehling, ion Cu2+ terdapat
sebagai ion kompleks. Pereaksi Fehling dapat dianggap sebagai larutan CuO.
Dalam pereaksi ini ion Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa
akan diendapkan sebagai Cu2O. Dengan larutan glukosa 1%, pereaksi Fehling menghasilkan
endapan berwarna merah bata, sedangkan apabila digunakan larutan yang lebih encer
misalnya larutan glukosa 0,1%, endapan yang terjadi berwarna hijau kekuningan.

5. Millon Reagen
Reagen investigasi dalam jenis ini unik dibuat oleh mencairkan logam Merkurium
dengan asam nitrat dan kemudian menyiram turun untuk mendapatkan kepadatan yang
diinginkan. Millon Reagen adalah zat yang digunakan untuk mendeteksi larut protein.
Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan endapan putih
yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk
fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang
berwarna.

14
Contoh reagen kimia :
No. Nama Larutan Cara Pembuatan Kegunaan
1. Air Barit Masukkan 70 gram dalam 1 liter air yang Reagensia untuk CO2.
telah didihkan, kocok sampai larutan menjadi
jenuh, Gunakan larutan yang jernih.
2. Air Brom Masukkan 25 ml Brom dalam 500 ml air. Sebagai oksidator.
Kocok hati-hati sampai semua Brom larut.
Awas! Brom air bila kena kulit dapat
menyebabkan luka bakar. Uap Brom
membahayakan keehatan. Kerjalah di udara
terbuka , dan pakailah sarung tangan.
3. Bennedict Larutkan 173 gram Natrium Sitrat dan 100 Reagensia untuk gula
gram dalam 800 ml air suling. Larutkan 17,3 yang mempunyai sifat
gram .5 dalam 150 ml air. mereduksi.
Tuangkan dengan perlahan larutan ke dalam
larutan pertama sambil diaduk. Encerkan
dengan air sampai 1 liter.
4. Biuret Larutkan 0,75 gram CuSO4 dalam 1 liter Reagensia untuk urea
larutan NaOH 2 M dan protein.

B. Kegunaan Reagen
1. Untuk pengujian dan menganalisis bahan kimia.
2. Sebagai komponen dasar dalam biologi molekuler.
3. Digunakan untuk mendeteksi organisme lain yang sulit untuk ditemukan dengan
perangkat yang biasa.
4. Sebagai alat diagnosis.
5. Dapat digunakan untuk berbagai tujuan penelitian seperti : tes darah, imunologi, dan
farmasi proses.

15
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang
jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut zat terlarut (solut), sedangkan zat yang
jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut (solven).
Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan,
sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan
(solvasi)
Berdasarkan daya hantarnya suatu larutan dibedakan menjadi :
1. Larutan Elektrolit
2. Larutan Non Elektrolit.
Berdasarkan jenuh atau tidaknya larutan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
3. Larutan Tak Jenuh (Unsaturated)
4. Larutan Jenuh
5. Larutan Kelewat Jenuh (Supersaturated).
Berdasarkan sifat kualitatif, larutan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak zat terlarut (solute)
dibanding pelarut (solvent).
2. Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit zat terlarut (solute) dibanding
pelarut (solvent).
Larutan standar atau larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui,
selain itu konsentrasinya juga tidak mudah berubah. Dalam berbagai percobaan kimia sering
digunakan larutan baku yang terdiri atas larutan baku primer dan larutan baku sekunder.
Ada cara dalam menstandarkan larutan yaitu:
1. Pembuatan langsung larutan dengan melarutkan suatu zat murni dengan berat tertentu,
kemudian diencerkan sampai memperoleh volume tertentu secara tepat. Larutan ini
disebutlarutan standard primer, sedangkan zat yang digunakan disebut standard primer.
2. Larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan cara menimbang zat
kemudian melarutkannya untuk memperoleh volume tertentu, tetapi dapat distandardkan
dengan larutan standard primer, disebut larutan standard sekunder.
Pereaksi atau sering disebut juga reagensia (inggris : reagent) adalah suatu zat yang
berperan dalam suatu reaksi kimia atau diterapkan untuk tujuan analisis.Reagen dibagi
menjadi dua, yaitu reagen alami dan reagen kimia.

16
Pereaksi digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Pereaksi padat, adalah pereaksi yang berbentuk padatan atau serbuk.
Contoh: Calcium Carbonate,
2. Pereaksi cair, adalah pereaksi yang berbentuk cairan, baik encer maupun kental.
Contoh : Hydrochloric Acid

17
DAFTAR PUSTAKA

Tarmizi. 2014. Pembuatan Pereaksi Kimia. UNP Press. ISBN: 978-979-8587-46-2.


Safrina, Yuni Dewi. 2012.Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Berpotensi Probiotik
Pada Ikan Kembung (Rastrelliger sp.). UNSYIAH Press. ISSN : 2089-7790.
Admin. 2012. Modul :Praktikum Mikrobiologi Laut . Online.
(https://marinemicrobiologyfpikunpad.files.wordpress.com/2012/04/5_mikrolaut_mod
ul_5_ta2012.pdf).
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22989/4/Chapter%20III-V.pdf)

18

Anda mungkin juga menyukai