Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM

DAN FISIOLOGI KESEIMBANGAN


ASAM DAN BASA

Disusun untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Ilmu Dasar Keperawatan 1


Dosen Pembimbing: Dr. Rio Nanda Pratama

Disusun oleh:
Adetia Marullita Cindy Savira
Dewi Sartika Gerindita Anggreni
Keshi Tamara Yordan Haitari
Yuyu karisma
Ners 1 B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG
JURUSAN KEPERAWATAN
“2017”
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Karena hanya atas berkat dan
rahmat yang dilimpahkan-Nya kami dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen
pembimbing mata kuliah ILMU DASAR KEPERAWATAN 1. Sebagai wujud dari pengabdian
kami kepada Tuhan Yang Maha Esa sekaligus bentuk realisasi dari tanggung jawab dan
kewajiban kami selama mengikuti mata kuliah ini. Laporan yang berjudul LAPORAN HASIL
PRAKTIKUM DAN FISIOLOGI KESEIMBANGAN ASAM DAN BASA berisi materi
pembahasan yang memaparkan tentang hasil praktikum dan fisiologi asam dan basa yang
berhubungan dengan tubuh manusia, sehingga laporan dapat digunakan untuk penyajian diskusi
dan untuk keperluan lainnya.
Oleh karena itu, dalam penulisan laporan ini, kami menyadari sepenuhnya masih banyak
kekurangan yang jauh dari sempurna dan kami berharap kritik dan saran dari semua pihak yang
nantinya di pergunakan untuk meyempurnakan laporan ini.
Selama penyusunan laporan, kami telah banyak memperoleh bantuan, bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan rasa terima kasih
pada:
1.   Dr. Rio Nanda Pratama selaku Dosen pembimbing mata kuliah ilmu dasar keperawatan 1 yang
telah memberikan kesempatan bagi kami untuk mengerjakan tugas laporan ini,sehingga kami
menjadi lebih mengerti dan memahami tentang materi.
2.  Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan laporan ini,
terutama Orang Tua kami serta Teman-teman kami.

Pangkalpinang, 16 Oktober 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL..................................................................................................... ii
PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
Latar belakang................................................................................................ 1
Tujuan dan manfaat....................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................... 3
METODOLOGI PENGAMATAN........................................................................... 15
Waktu dan tempat.......................................................................................... 15
Materi............................................................................................................. 15
Metode........................................................................................................... 16
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................ 16
PENUTUP................................................................................................................. 17
Kesimpulan ................................................................................................... 17
Saran.............................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 18
Lampiran……………............................................................................................... 19

DAFTAR TABEL

Tabel 1 . jenis larutan dari beberapa larutan yang berbeda .......................................... 16

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Larutan Indikator ........................................................................................... 19


Gambar 2. Indikator Universal.......................................................................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam Basa, larutan dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu
bersifat asam, bersifat basa, dan bersifat netral. Asam dan Basa memiliki sifat-sifat yang
berbeda, sehingga dapat kita bisa menentukan sifat suatu larutan. Untuk menentukan suatu
larutan bersifat asam atau basa, ada beberapa cara. Yang pertama menggunakan indikator warna,
yang akan menunjukkan sifat suatu larutan dengan perubahan warna yang terjadi. Misalnya
Lakmus, akan berwarna merah dalam larutan yang bersifat asam dan akan berwarna biru dalam
larutan yang bersifat basa. Sifat asam basa suatu larutan juga dapat ditentukan dengan mengukur
pH-nya. pH merupakan suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman
larutan. Larutan asam memiliki pH kurang dari 7, larutan basa memiliki pH lebih dari 7,
sedangkan larutan netral memiliki pH=7. pH suatu larutan dapat ditentukan dengan indikator pH
atau dengan pH meter. Dengan penjelasan tersebut penyusun ingin menjelaskan tentang
keseimbangan asam basa setra berbagai macam faktor atau hal - hal yang berkaitan dengan
keseimbangan asam basa. Serta menjelaskan bagaimana asuhan keperawatan yang di berikan
pada pasien dengan gangguan keseimbangan asam dan basa.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian asam dan basa
2. Untuk mengetahui keseimbangan asam basa
3. Untuk mengetahui gangguan yang terjadi pada keseimbangan asam basa
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Asam dan Basa


Ion hidrogen adalah proton tunggal bebas yang dilepaskan dari atom hidrogen. Molekul
yang mengandung atom – atom hidrogen yang dapat melepaskan ion hidrogen dalam larutan
dikenal sebagai asam. Satu contoh asam adalah asam hidroklorida ( HCL ), yang berionasi dalam
air membentuk ion- ion hidrogen ( H+ ) dan ion klorida ( CL- ) demikian juga, asam karbonat
( H2CO3) berionisasi dalam air membentuk ion H+ dan ion bikarbonat ( HCO3-).
Basa adalah ion atau molekul yang menerima ion hidrogen. Sebagai contoh, ion bikarbonat
( HCO3-), adalah suatu basa karena dia dapat bergabung dengan satu ion hidrogen untuk
membentuk asam karbonat ( H2CO3). Demikian juga ( HPO4 ) adalah suatu basa karena dia dapat
menerima satu ion hidrogen untuk membentuk ( H 2PO4 ). Protein- protein dalam tubuh juga
berfungsi sebagai basa karena beberapa asam amino yang membangun protein dengan muatan
akhir negatif siap menerima ion-ion  hidrogen. Protein hemoglobin dalam sel darah merah dan
protein dalam sel-se tubuh yang lain merupakan basa-basa tubuh yang paling penting.
Istilah “basa“  sering digunakan secara sinonim dengan “alkali”. Alkali adalah suatu
molekul yang terbentuk dari kombinasi satu atau lebih logam alkali – natrium, kalium, litium,
dan seterusnya dengan ion yang sangat mendasar seperti ion Hidroksil ( OH - ). Bagian dasar dari
molekul-molekul ini bereaksi secara tepat dengan ion-ion hidrogen untuk menghilangkanya dari
larutan dan oleh karena itu, merupakan basa-basa yang khas untuk alasan yang serupa, istilah
“alkolis” merujuk pada kelebihan pengeluaran ion-ion hidrogen dari cairan tubuh, sebaliknya
penambahan ion-ion hidrogen yang berlebihan dikenal sebagai “asidosis “.

B. TEORI ASAM-BASA

1. Teori Asam-Basa Arrhenius


Menurut Arrhenius pada tahun 1903, asam adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan
ion hidrogen (atau ion hidronium, H3O+) sehingga dapat meningkatkan konsentrasi ion
hidronium (H3O+).
Basa  adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion hidroksida sehingga dapat
meningkatkan konsentrasi ion hidroksida.
Konsep asam basa Arrhenius terbatas hanya pada larutan air, sehingga tidak dapat diterapkan
pada larutan non-air, fasa gas dan fasa padatan dimana tidak ada H+ dan OH-.

2. Teori Bronsted dan Lowry


Di tahun 1923, kimiawan Denmark Johannes Nicolaus Bronsted (1879-1947) dan
kimiawan Inggris Thomas Martin Lowry (1874-1936) secara independen mengusulkan teori
asam basa baru, yang ternyata lebih umum.
asam: zat yang mendonorkan proton (H+) pada zat lain
basa : zat yang dapat menerima proton (H+) dari zat lain.
Berdasarkan teori ini, reaksi antara gas HCl dan NH 3 dapat dijelaskan sebagai reaksi asam basa,
yakni HCl(g) + NH3(g) →NH4Cl(s)
simbol (g) dan (s) menyatakan zat berwujud gas dan padat. Hidrogen khlorida mendonorkan
proton pada amonia dan berperan sebagai asam.
Menurut teori Bronsted dan Lowry, zat dapat berperan baik sebagai asam maupun basa.
Bila zat tertentu lebih mudah melepas proton, zat ini akan berperan sebagai asam dan lawannya
sebagai basa. Sebaliknya, bila zuatu zat lebih mudah menerima proton, zat ini akan berperan
sebagai basa.
Dalam suatu larutan asam dalam air, air berperan sebagai basa.
HCl + H2O → Cl– + H3O+
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2
Basa konjugat dari suatu asam adalah spesi yang terbentuk ketika satu proton pindah dari asam
tersebut.
Asam konjugat dari suatu basa adalah spesi yang terbentuk ketika satu proton ditambahkan ke
basa tersebut.
Dalam reaksi di atas, perbedaan antara HCl dan Cl– adalah sebuah proton, dan perubahan antar
keduanya adalah reversibel. Hubungan seperti ini disebut hubungan konjugat, dan pasangan HCl
dan Cl– juga disebut sebagai pasangan asam-basa konjugat.
Larutan dalam air ion CO3 2–
bersifat basa. Dalam reaksi antara ion CO32– dan H2O, yang
pertama berperan sebagai basa dan yang kedua sebagai asam dan keduanya membentuk
pasangan asam basa konjugat.
H2O + CO32– → OH– + HCO3–
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2
Zat disebut sebagai amfoter bila zat ini dapat berperan sebagai asam atau basa. Air adalah zat
amfoter. Reaksi antara dua molekul air menghasilkan ion hidronium dan ion hidroksida adalah
contoh reaksi zat amfoter
H2O + H2O → OH– + H3O+
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2

C.  Kekuatan Asam dan Basa


Pada dasarnya skala/tingkat keasaman suatu larutan bergantung pada konsentrasi ion H+
dalam larutan. Makin besar konsentrasi ion H+ makin asam larutan tersebut. Umumnya
konsentrasi ion H+ sangat kecil, sehingga untuk menyederhanakan penulisan, seorang kimiawan
dari Denmark bernama Sorrensen mengusulkan konsep pH untuk menyatakan konsentrasi ion
H+. Nilai pH sama dengan negatif logaritma konsentrasi ion H+.

1. Derajat keasaman (pH) 


Untuk air murni pada temperatur 25 °C :
[H+] = [OH-] = 10-7 mol/L
Sehingga pH air murni = – log 10-7 = 7.
Jika pH = 7, maka  larutan bersifat netral
Jika pH < 7, maka larutan bersifat asam
Jika pH > 7, maka larutan bersifat basa
Pada temperatur kamar : pKw = pH + pOH = 14

2. Asam Kuat 
Asam kuat adalah  asam yang berdiosiasi dengan cepat dan terutama melepaskan
sejumlah besar ion H+ dalam larutan. Contohnya adalah HCL. Asam lemah mempunyai lebih
sedikit kecenderungan untuk mendisosiasikan ion-ionnya dan oleh karena itu kurang kuat
melepaskan H+. Contohnya H2CO3.
Basa kuat adalah basa yang bereaksi secara cepat dan kuat dengan H +. Oleh karena itu dengan
cepat menghilangkannya dari larutan. Contoh yang khas adalah OH -, yang bereaksi dengan H+
untuk membentuk air ( H2O ). Basa lemah yang khas adalah HCO3- karena HCO3- berikatan
dengan H+ secara jauh lebih lemah daripada OH-. Kebanyakan asam dan basa dalam cairan
ekstraseluler yang berhubungan dengan pengaturan asam basa normal adalah asam dan basa
lemah.
Disebut asam kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya (α = 1). Untuk
menyatakan derajat  keasamannya, dapat ditentukan langsung dari konsentrasi asamnya dengan
melihat valensinya.

3. Asam Lemah 
Disebut asam lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion seluruhnya,    α ≠
1, (0 < α < 1). Penentuan besarnya derajat keasaman tidak dapat ditentukan langsung dari
konsentrasi asam lemahnya (seperti halnya asam kuat).

4. Basa Kuat 
Disebut basa kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya (α = 1). Pada
penentuan derajat keasaman dari larutan basa terlebih dulu dihitung nilai pOH dari konsentrasi
basanya.

5. Basa lemah 
Disebut basa lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion seluruhnya,    α  ≠
1, (0 <  α < 1). Penentuan besarnya konsentrasi OH- tidak dapat ditentukan langsung dari
konsentrasi basa lemahnya (seperti halnya basa kuat).

D. Asam dan Basa dapat Dibedakan dari Rasa dan Sentuhan 


Asam mempunyai rasa masam. Rasa masam yang kita kenal misalnya pada beberapa
jenis makanan seperti jeruk, jus lemon, tomat, cuka, minuman ringan (soft drink) dan beberapa
produk seperti sabun yang mengandung belerang dan air accu (Gambar 13). Sebaliknya, basa
mempunyai rasa pahit. Tetapi, rasa sebaiknya jangan digunakan untuk menguji adanya asam dan
basa, karena beberapa asam dan basa dapat mengakibatkan luka bakar dan merusak jaringan.

Seperti halnya rasa, sentuhan bukan merupakan cara yang aman untuk menguji basa, meskipun
kita  telah terbiasa dengan sentuhan sabun saat mandi atau mencuci. Basa (seperti sabun) bersifat
alkali, bereaksi dengan protein di dalam kulit sehingga sel-sel kulit akan mengalami pergantian.
Reaksi ini merupakan bagian dari rasa licin yang diberikan oleh sabun, yang sama halnya dengan
proses pembersihan dari produk pembersih saluran.

E. Asam dan Basa dalam Kehidupan


Asam merupakan kebutuhan industri yang vital. Empat macam asam yang paling penting
dalam industri adalah asam sulfat, asam fosfat, asam nitrat dan asam klorida. Asam sulfat
(H2SO4) merupakan cairan kental menyerupai oli. Umumnya asam sulfat digunakan dalam
pembuatan pupuk, pengilangan minyak, pabrik baja, pabrik plastik, obat-obatan, pewarna, dan
untuk pembuatan asam lainnya. Asam fosfat (H3PO4) digunakan untuk pembuatan pupuk dan
deterjen. Namun, sangat  disayangkan bahwa fosfat dapat menyebabkan masalah pencemaran di
danau-danau dan aliran sungai.
Asam nitrat (HNO3) banyak digunakan untuk pembuatan bahan peledak dan pupuk.
Asam nitrat pekat merupakan cairan tidak berwarna yang dapat mengakibatkan luka bakar pada
kulit manusia. Asam klorida (HCl) adalah gas yang tidak berwarna yang dilarutkan dalam air.
Asap HCl  dan ion-ionnya yang terbentuk dalam larutan, keduanya berbahaya bagi jaringan
tubuh manusia.
Dalam keadaan murni, pada umumnya basa berupa kristal padat. Beberapa produk rumah
tangga yang mengandung basa, antara lain deodorant, antasid, dan sabun. Basa yang digunakan
secara luas adalah kalsium hidroksida, Ca(OH)2 yang umumnya disebut soda kaustik suatu basa
yang berupa  tepung kristal putih yang mudah larut dalam air. Basa yang paling banyak
digunakan adalah amoniak. Amoniak merupakan gas tidak berwarna dengan bau yang sangat
menyengat,  sehingga sangat mengganggu saluran pernafasan dan paru-paru bila gas terhirup.
Amoniak digunakan sebagai pupuk, serta bahan pembuatan rayon, nilon dan asam nitrat.
F. Keseimbangan Asam dan Basa
Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35 hingga 7.45.
Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan basa agar proses metabolisme dan
fungsi organ dapat berjalan optimal.
Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ yakni paru
dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal berperan dalam pelepasan
asam.
Beberapa prinsip yang perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah:
1. Istilah asidosis mengacu pada kondisi pH < 7.35 sedangkan alkalosis bila pH > 7.45
2. CO2 (karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan sebagai komponen asam. CO2
juga merupakan komponen respiratorik. Nilai normalnya adalah 40 mmHg.
3. HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan disebut juga sebagai komponen
metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L.
4. Asidosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen asam atau berkurangnya jumlah
komponen basa.
5. Alkalosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen basa atau berkurangnya jumlah
komponen asam.

G. Jenis Asam Dan Basa serta klasifikasi berdasarkan sifatnya.


Asam Kuat :
1. Asam klorida (HCl)
2. Asam nitrat (HNO₃)
3. Asam sulfat (H₂SO₄)
4. Asam bromida (HBr)
5. Asam iodida (HI)
6. Asam klorat (HClO₃)
7. Asam perklorat (HClO₄)

Asam lemah :
1. Asam format (HCOOH)
2. Asam asetat (CH₃COOH)
3. Asam fluorida (HF)
4. Asam karbonat (H₂CO₃)
5. Asam sitrat (C₆H₈O₇)
6. Asam sianida (HCN)
7. Asam borat (H₂Bo₃)
8. Asam sulfida (H₂S)
9. Asam fosfit (H₃PO₃)
10. Asam fosfat (H₃PO₄)
11. Asam arsenit (H₃AsO₃
12. Asam arsenat (H₃AsO₄)
13. Asam laktat (C₃H₅O₃)
14. Asam askorbat (C₅HO₆)

Basa kuat :
1.Natrium hidroksida (NaOH)    
2.Kalium hidroksida (KOH)    
3.Kalsium hidroksida (Ca(OH)₂)
4. Stronsium hidroksida (Sr(OH)₂)
5. cesium hidroksida (CsOH)
6. Barium hidroksida (Ba(OH)₂)
7. Magnesium hidroksida (Mg(OH)₂)
8. Berilium hidroksida (Be(OH)₂)
9. Litium hidroksida (LiOH)  

Basa lemah :  
1. Amonium hidroksida (NH₄OH)
2. Aluminium hidroksida (Al(OH)₃)
3. Besi (III) hidroksida (Fe(OH)₃)
4. Amoniak (NH₃)
5. Besi (II) hidroksida (Fe(OH)₂)
6. Metil amina hidroksida (CH₃NH₃OH)
7. Etil amina hidroksida (C₂H₅NH₃OH)
8. Hydroxylamine (NH₂OH)
9. Perak hidroksida (AgOH)
10. Seng hidroksida (Zn(OH)₂)

1. Asidosis Respiratorik
a. Pengertian
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan
karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan
yang lambat.
Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah.
Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi
asam.
Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur pernafasan,
sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.
b. Penyebab
 Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan karbondioksida
secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-
paru, seperti:
 Emfisema
 Bronkitis kronis
 Pneumonia berat
 Edema pulmoner
 Asma.
Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat
tidur yang kuat, yang menekan pernafasan Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-
penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan.
c. Gejala
Gejala pertama berupa sakit kepala dan rasa mengantuk. Jika keadaannya memburuk,
rasa mengantuk akan berlanjut menjadi stupor (penurunan kesadaran) dan koma. Stupor dan
koma dapat terjadi dalam beberapa saat jika pernafasan terhenti atau jika pernafasan sangat
terganggu; atau setelah berjam-jam jika pernafasan tidak terlalu terganggu. Ginjal berusaha
untuk mengkompensasi asidosis dengan menahan bikarbonat, namun proses ini memerlukan
waktu beberapa jam bahkan beberapa hari.
d. Diagnosa
Biasanya diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan pH darah dan pengukuran
karbondioksida dari darah arteri.
e. Pengobatan
Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk meningkatkan fungsi dari paru-paru.
Obat-obatan untuk memperbaiki pernafasan bisa diberikan kepada penderita penyakit paru-paru
seperti asma dan emfisema.
Pada penderita yang mengalami gangguan pernafasan yang berat, mungkin perlu
diberikan pernafasan buatan dengan bantuan ventilator mekanik.

2. Asidosis Metabolik
a. Pengertian
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan
rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem
penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam.
Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat
sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan
jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut
dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme
tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga
terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma.
b. Penyebab
       Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama adalah:
1.Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau suatu bahan
yang diubah menjadi asam. Sebagian besar menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap
beracun.
Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol).Overdosis aspirin pun
dapat menyebabkan asidosis metabolik.
2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.Tubuh dapat
menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit; salah satu
diantaranya adalah diabetes melitus tipe I. Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan
memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton. Asam yang berlebihan juga
ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme gula.
3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam dalam
Jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang normalpun bisa menyebabkan asidosis jika
ginjal tidak berfungsi secara normal. Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus
renalis, yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi
kemampuan ginjal untuk membuang asam.
   Penyebab utama dari asidois metabolik: Gagal ginjal
   Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
   Ketoasidosis diabetikum
   Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
   Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid, asetazolamid atau
amonium klorida
   Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare, leostomi atau
kolostomi.
c. Gejala
Asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya penderita
merasakan mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih dalam atau sedikit lebih cepat,
namun kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini.
Sejalan dengan memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan yang luar biasa,
rasa mengantuk, semakin mual dan mengalami kebingungan. Bila asidosis semakin memburuk,
tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok, koma dan kematian.
d. Diagnosa
Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran pH darah yang
diambil dari darah arteri (arteri radialis di pergelangan tangan). Darah arteri digunakan sebagai
contoh karena darah vena tidak akurat untuk mengukur pH darah.
Untuk mengetahui penyebabnya, dilakukan pengukuran kadar karbon dioksida dan
bikarbonat dalam darah. Mungkin diperlukan pemeriksaan tambahan untuk membantu
menentukan penyebabnya. Misalnya kadar gula darah yang tinggi dan adanya keton dalam urin
biasanya menunjukkan suatu diabetes yang tak terkendali. Adanya bahan toksik dalam darah
menunjukkan bahwa asidosis metabolik yang terjadi disebabkan oleh keracunan atau overdosis.
Kadang-kadang dilakukan pemeriksaan air kemih secara mikroskopis dan pengukuran pH air
kemih.
e. Pengobatan
Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya. Sebagai contoh, diabetes
dikendalikan dengan insulin atau keracunan diatasi dengan membuang bahan racun tersebut dari
dalam darah. Kadang-kadang perlu dilakukan dialisa untuk mengobati overdosis atau keracunan
yang berat.
Asidosis metabolik juga bisa diobati secara langsung. Bila terjadi asidosis ringan, yang
diperlukan hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap penyebabnya. Bila terjadi asidosis
berat, diberikan bikarbonat mungkin secara intravena; tetapi bikarbonat hanya memberikan
kesembuhan sementara dan dapat membahayakan.

3. Alkalosis Respiratorik
a. Pengertian
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena
pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah
menjadi rendah.
b. Penyebab
Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu
banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab hiperventilasi
yang paling sering ditemukan adalah kecemasan. Penyebab lain dari alkalosis respiratorik
adalah:
   rasa nyeri
   sirosis hati
   kadar oksigen darah yang rendah
   demam
   overdosis aspirin.
c. Gejala
Alkalosis respiratorik dapat membuat penderita merasa cemas dan dapat menyebabkan
rasa gatal disekitar bibir dan wajah. Jika keadaannya makin memburuk, bisa terjadi kejang otot
dan penurunan kesadaran.
d. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran kadar karbondioksida dalam darah
arteri pH darah juga sering meningkat.
e. Pengobatan
Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat pernafasan.
Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit ini.
Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri.
Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa membantu
meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita menghirup kembali karbondioksida yang
dihembuskannya.
Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama mungkin,
kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya selama mungkin. Hal ini
dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali. Jika kadar karbondioksida
meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik, sehingga mengurangi kecemasan penderita dan
menghentikan serangan alkalosis respiratorik.

4. Alkalosis Metabolic
a. Pengertian
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena
tingginya kadar bikarbonat.
b. Penyebab
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam. Sebagai contoh
adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau
bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di
rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut).
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi
terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat. Selain itu, alkalosis metabolik
dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi
kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa darah.
Penyebab utama akalosis metabolik:
   Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
   Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
   Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan kortikosteroid).
c. Gejala
Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung), otot berkedut
dan kejang otot; atau tanpa gejala sama sekali. Bila terjadi alkalosis yang berat, dapat terjadi
kontraksi (pengerutan) dan spasme (kejang) otot yang berkepanjangan (tetani).
d. Diagnosa
Dilakukan pemeriksaan darah arteri untuk menunjukkan darah dalam keadaan basa.

e. Pengobatan
Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan elektrolit (natrium dan
kalium) . Pada kasus yang berat, diberikan amonium klorida secara intravena.
METODOLOGI PENGAMATAN

Waktu dan tempat

Praktikum Fisiologi keseimbangan asam dan basa dilaksanakan pada hari Rabu, 11

Oktober 2017. Pelaksanaan praktikum bertempat dilaboratorium Kampus Stikes Citra Delima

Pangkalpinang, Dan dilaksanakan pada pukul 14:30 WIB sampai selesai.

Materi

                Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum penghitungan Asam dan Basa

suatu larutan secara fisik adalah, Air Galon, Air Kapur, Air Garam, Air Jeruk Kunci,Air Sabun,

Air Cuka, Air Kunyit, Air Gula, Indikator Universal, Mangkuk Kecil, Indikator Stick.
Metode

Untuk pemeriksaan Sifat Sejumlah larutan, cara kerjanya yaitubisa menggunakan kertas

lakmus Merah dan Biru dan bisa juga dengan menggunakan alat PH Strip, Tapi saat praktikum

kemarin, kami menggunakan PH Strip. pemeriksaan Dengan menggunakan PH strip caranya

adalah celupkan PH strip pada larutan dan bandingkan hasil perubahan warna dengan angka

yang tertera pada alat PH strip tersebut. Apabila Angka dan kecocokan warna pada PH Strip

dengan Indikator Universal menunjukkan pada baris 1-3 berarti sifat larutan Asam kuat, 4-6

Asam lemah, 7 berarti Netral, 8-11 Basa lemah, 12-14 Basa Kuat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut adalah tabel kegiatan praktikum yang telah kami lakukan dari beberapa

pengamatan mengenai PH dan Sifat larutan yang dilakukan oleh kelompok kami dan dengan

jenis larutan yang berbeda.

Tabel 1. Analisis larutan dari Beberapa jenis larutan berbeda

No. Larutan yang PH Sifat


diuji Larutan
1 Air Galon 4 Asam Lemah
2 Air Kapur 10 Basa Lemah
3 Air Garam 3 Asam Kuat
4 Air Jeruk 3 Asam Kuat
5 Air Sabun 5 Asam Lemah
6 Air Cuka 2 Asam Kuat
7 Air Kunyit 3 Asam Kuat
8 Air Gula 4 Asam Lemah
PENUTUP

Kesimpulan

Hasil pemeriksaan Sifat Larutan dapat memiliki banyak interpretasi. Hasil dari pengujian
Jenis larutan ada sesuatu yang tidak tepat dan perlu dievaluasi lebih lanjut. 
Berkaitan dengan sifat asam Basa, larutan dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu
bersifat asam, bersifat basa, dan bersifat netral.
Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.40 (7.35 hingga 7.45).
Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan basa agar proses metabolisme dan
fungsi organ dapat berjalan optimal. Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh
dua sistem organ yakni paru dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal
berperan dalam pelepasan asam.
Saran

Disarankan agar mahasiswa/praktikan dapat serius dalam melakukan praktikum ini agar

percobaan-percobaan yang dilakukan berjalan dengan lancar dan baik serta mendapatkan hasil

yang sempurna dan memuaskan serta Demi kesempurnaan makalah ini, kami sangat

mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun kearah kebaikan demi kelancaran

dan kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
1. http://lyrawati.files.wordpress.com/2008/07/gangguan-keseimbangan-asam-dan-
basa1.pdf
2. http://aslinar.blogspot.com/2011/10/gangguan-keseimbangan-asam-basa.html
3. Modul Kimia Semester 3 SMKN 2 Pangkalpinang
4. Laporan Praktikum Asam Basa dan Penentuan PH larutan XI MM 1 SMKN 2
Pangkalpinang

LAMPIRAN

Indikator Universal
Larutan dan PH stick

Sampel Air kunyit Sampel Air Kapur

Sampel Air Jeruk Sampel Air Gula

Sampel Air Galon Sampel Air Sabun

Sampel Air Cuka


AIR GULA AIR JERUK CUKA AIR SABUN

AIR KUNYIT AIR GARAM AIR GALON AIR KAPUR

Anda mungkin juga menyukai