Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Di tengah maraknya kemunculan Corona (Covid-19), muncul respon seperti ini: “Hidup
dan mati sudah diatur oleh Allah. Kalau sudah waktunya mati, ya mati. Kalau belum, ya tidak
akan mungkin mati.” Atau, “Saya tidak takut Corona, hanya takut kepada Allah.”
Ada juga yang mengatakan, “pandemi corona telah merusak tatanan agama. Sholat di
masjid tak boleh lama-lama. Iktikaf di masjid tak dianjurkan. Bersilaturrahim harus dihindari.
Bersalaman pun harus dijauhi.”

Permasalahannya, orang-orang yang memegangi prinsip demikian tetap menjalankan


kehidupan sehari-hari, tanpa mengindahkan anjuran otoritas setempat terkait penanganan
pandemi Corona.

Merespon itu, banyak yang gelisah dan mempertanyakan, “apakah jangan-jangan


pemikiran kegamaan kita ini memang kontraproduktif dengan upaya para ilmuwan untuk
menangani pandemi Covid-19?”.  Lebih jauh lagi, “bagaimana jika sikap keagamaan kita
bertentangan dengan ilmu pengetahuan?”

Melihat adanya kelemahan pada kedua posisi tersebut, Imam al-Asyʿarī akhirnya
melakukan sintesa kreatif dengan menggabungkan aspek positif dari kedua posisi itu. Hasilnya?

Lewat teori kasb (usaha), Imam al-Asyʿarī mengatakan bahwa segalanya di dunia ini


terjadi atas izin Allah, tetapi manusia tetap punya potensi dan tanggung jawab untuk berusaha.
Teori ini memang rumit, tapi dalam bahasa sederhana, saya bisa merangkumnya dengan
ungkapan berikut:
“Optimalkan ikhtiar lalu bertawakkal.”
Artinya, ada sinergi yang seimbang antara ikhtiar, doa, dan tawakkal. Pokoknya, harus ada
keseimbangan antara ikhtiar lahir dan batin. Berikutnya, lewat teori ini, mazhab Asy’ariyyah ini
juga tidak membabat habis hukum alam sebagai sunnatullah.

Page 1
Ikhtiar optimal kita dalam menghadapi Covid-19, misalnya, bisa dilakukan dengan
mengikuti himbauan hasil “ijtihad” para ilmuwan, yang informasinya sudah tersebar di mana-
mana, seperti: jaga jarak, hindari kerumuman, #dirumahaja. Atau, kalau memang mendesak betul
harus keluar rumah, ya silakan ikuti prosedur yang disarankan. Mengapa?

Sederhana saja, bahwa metode tersebut sudah terbukti efektif di negara-negara yang
berhasil menekan penyebaran virus Covid-19. Kalau sudah ada buktinya, apakah kita masih mau
menentang hukum alam? Yang bener aja.

Lantas, ada juga yang berujar: “Kita Punya Allah, dan Allah pasti akan menolong
kita.” Tetapi, siapa kita sehingga berani “memasti-mastikan” sesuatu kepada Allah?

Memang, keimanan itu penting sekali, tetapi jangan sampai keimanan kita menjatuhkan
kepada kecerobohan, kerusakan, dan kezaliman yang lahir dari ketidakmautahuan, untuk tidak
mengatakan kebodohan, dan sikap takabbur. Keimanan mustinya melahirkan sikap rendah-hati
dan semangat untuk mencari dan menyebarkan informasi yang tepat. Dalam kondisi seperti saat
ini, setiap pernyataan yang lahir dari pemimpin umat dipertaruhkan; apakah ia melahirkan
kemanfaatan atau kemadaratan yang luas.

Benar, Nabi memang menganjurkan kita untuk sholat di masjid, silaturahmi, dan
bersalaman. Tetapi perlu diingat juga bahwa Nabi, dalam salah satu hadis, juga menganjurkan
untuk menjauhkan diri dari orang yang berpenyakit kusta karena tergolong penyakit menular.

Ada hadis lain: “Jika kalian mendengar ada wabah tha’un dalam satu tempat, maka janganlah
kalian masuk ke dalamnya. Dan jika kalian ada di dalamnya maka janganlah kalian keluar
darinya” (Muttafaq ‘Alaih).

Nabi, dengan demikian, menganjurkan umatnya untuk bersikap logis, mengikuti hukum
alam, dalam mengambil langkah. Nabi tidak mengajarkan untuk menantang keadaan tanpa
perhitungan yang matang dengan dalil, “Allah pasti akan menolong kita.” Nabi tidaklah
sombong.

Page 2
Para sahabat juga menggunakan pertimbangan logis ilmiah dalam mengambil keputusan.
Ali Imran, dosen Ilmu Hadis UIN Sunan Kalijaga, dalam sebuah artikelnya menceritakan sikap
para sahabat dalam menyikapi wabah yang menjangkiti Damaskus. Ia menganjurkan untuk
mengikuti ijtihad ‘Umar bin Khattab dan ‘Amr bin ‘Ash yang memilih langkah logis untuk
menyelamatkan lebih banyak nyawa.

Setelah mendengar kabar wabah, ‘Umar bin Khattab memilih tidak melanjutkan
perjalanan, padahal sudah separuh jalan. Sementara itu, sahabat lain, ‘Amr bin ‘Ash membuat
kebijakan dengan mengisolasi warga yang sakit ke bukit-bukit. Jangan salah, kebijakan mereka
ditentang oleh para sabahat lain juga.

Tetapi, bukankah al-Qur’an mengatakan, “Barangsiapa yang memelihara kehidupan


seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (QS.
Al Maidah: 32).
Di titik kesadaran ini, bisa dimengerti bahwa mazhab Asy’ariyyah sebetulnya tidaklah
mengajarkan kepasrahan buta. Mazhab ini menganjurkan sikap tawasuth (moderat) yang
meletakkan ikhtiar (upaya), doa, dan tawakkal dalam kerangka yang seimbang. Selain itu, ada
pertimbangan hukum alam sebagai sunnatullah yang seyogianya perlu diikuti dalam melakukan
sebuah ikhtiar.

Akhirnya, ketika cara beragama bisa dipahami sedemikian seimbang, bukankah


seharusnya ketika menghadapi pandemi Corona umat Muslim bisa bersikap elegan? Alih-alih
gegabah, atau malah pasif total.

B.     TUJUAN PENULISAN
1.      Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi atau gambaran yang nyata tentang ikhtiar dan tawakal
dalam menghadapi covid-19

2.      Tujuan Khusus


a.  Untuk memperoleh gambaran tentang Ikhtiar dan Tawakal
b.  Dapat Ikhtiar dan Tawakal dalam menghadapi Covid-19 ini.

Page 3
d.  Untuk memperoleh gambaran tentang evaluasi ikhtiar dan bertawakal menghadapi
Covid-19.

C.    METODE PENULISAN
Dalam penulisan ini penulis menggunakan sistematika penulisan berdasarkan
teori.

D.    SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini, penulis membagi dalam beberapa bab, yaitu Bab I
Pendahuluan meliputi: latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika
penulisan, Bab II Tinjauan Teoritis mencakup: konsep yang berisi definisi, fisiologi, etiologi,
patofisiologi, tanda dan gejala, test diagnostik, terapi, komplikasi, discharge planning,
patoflodiagram dan konsep dasar keperawatan yang berisi pengkajian, diagnosa keperawatan,
rencana keperawatan. Bab III Kesimpulan dan diakhiri Daftar Pustaka.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Page 4
A.    KONSEP DASAR
1. Definisi
Kata ikhtiar diambil dari bahasa Arab, yakni 'ikhtaara' yang artinya memilih. Sementara
dalam bentuk kata kerja, ikhtiar berarti pilihan atau memilih hal yang baik (khair).
Sedangkan menurut istilah, ikhtiar adalah usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam
hidupnya, baik material, spiritual, kesehatan, dan masa depannya dalam usaha mendapatkan
yang terbaik, agar tujuan hidupnya selamat sejahtera di dunia dan di akhirat.

Ikhtiar bukan hanya usaha, atau semata-mata upaya untuk menyelesaikan persoalan
yang tengah membelit. Ikhtiar berarti tidak mengenal putus asa, dan yakni bahwa rahmat Allah
pasti datang setelah berikhtiar.

Sedangkan Tawakal, Tawakal diambil dari bahasa Arab, yakni ' Tawakul' yang artinya
bersandar atau berserah diri. Tawakal diambil dari kata ' wakala' yang artinya mewakilkan, maka
tawakal berarti memberikan perwakilan, kepasrahan, dan penyerahan diri kepada Allah swt.
Secara istilah, tawamal berarti berserah diri dan berpegang teguh pada Allah SWT.

2. Patofisiologi
 Sebagian besar patologi ikhtiar dan tawakal dalam menghadapi Covid-19 banyak
dikaitkan dengan agama Islam dan ilmu pengetahuan. Ada yang menentang dengan
peraturan yang tersedia sekarang dengan tetap melakukan kegiatan tanpa mengindahkan
peraturan yang dibuat.
 Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi dalam menghadapi masalah
ini, banyak yang tidak memperdulikan bahkan masih banyak yang menyepelekan virus
ini. Padahal sudah banyak orang yang meninggal dikarenakan virus ini.
3. Klasifikasi
WHO juga telah menetapkan Virus Corona atau COVID-19 sebagai pandemi (penyebaran penyakit
baru ke seluruh dunia). Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus memprediksi akan ada
peningkatan kasus dan kematian dalam beberapa pekan ke depan.
Ikhtiar optimal kita dalam menghadapi Covid-19, misalnya, bisa dilakukan dengan
mengikuti himbauan hasil “ijtihad” para ilmuwan, yang informasinya sudah tersebar di mana-
mana, seperti: jaga jarak, hindari kerumuman, #dirumahaja. Atau, kalau memang mendesak betul
harus keluar rumah, ya silakan ikuti prosedur yang disarankan. Mengapa?
Sederhana saja, bahwa metode tersebut sudah terbukti efektif di negara-negara yang berhasil
menekan penyebaran virus Covid-19.

Page 5
4. Etiologi
Etiologi dari ikhtiar dan tawakal dengan cara mengikuti aturan yang dibuat oleh
pemerintah saat ini sudah banyak buktinya, banyak Negara-negara luar mengikuti aturan
pemerintah, sudah banyak warganya yang sembuh dan berhasil memutuskan rantai penyebaran
virus ini.
Factor pendukung
Factor pendukung untuk keberhasilan memutuskan rantai penyebaran covid-19 ini
berasal dari kesadaran diri sendiri. Kalau kita sadar akan pentingnya melakukan kegiatan
#lockdown, #dirumahaja maka secepatnya virus ini akan menghilang.
5. Dampak Ikhtiar dan Tawakal
a. Untuk diri sendiri
1.)    Kita akan terhindar dari penularan virus Covid-19
2.)    Secepatnya saat virus ini berlalu, kita akan melakukan aktivitas secara normal.
b.      Untuk masyarakat luas
1.)    Membantu penyebaran virus ini.
2.)    Memutuskan rantai penyebaran virus ini segera.

B.     Konsep Dasar Ikhtiar dan Tawakal Menghadapi Covid-19

Melakukan kegiatan ikhtiar dan tawakal merupakan proses yang baik untuk menghentikan
penyebaran virus Covid-19 dengan melibatkan peran pemerintah yang menerapkan peraturan
baru untuk menghentikan virus ini. hubungan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat,
untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal dalam melakukan kegiatan #DIRUMAHAJA
maka akan cepat memutuskan penyebaran virus ini.

BAB  III

KESIMPULAN, SARAN dan PENUTUP

Page 6
A.    Kesimpulan

1.      Covid-19 adalah suatu penyakit yang menyerang system imun dengan menunjukkan tanda dan
gejala yaitu batuk kering, sesak nafas, bahkan dapat menyebabkan kematian secara mendadak.
2.      Setiap negara memberikan hasil bervariasi pasien yang terkena virus ini. Dikarenakan hal itu,
kita diharuskan untuk berikhtiar dengan cara mengikuti arahan pemerintah untuk
#DIRUMAHAJA, dan tidak lupa untuk bertawakal.
3.      Sebenarnya banyak cara yang dapat dilakukan untuk berikhtiar sebagai cara menghindari virus
ini.

B.     Saran-saran

1.      Untuk penderita Covid-19


Setelah merasakan virus Covid-19 serta dampak yang ada maka pasien perlu menyadari keadaan
dirinya, sehingga perlu melakukan kontrol yang se-efektif mungkin untuk mencegah terjadinya
penularan dan diharapkan keluarga dapat bekerja sama dalam hal ini.
2.      Untuk petugas yang menangani
Harus ada kerjasama dan komunikasi yang baik antara petugas dan petugas, petugas dengan
klien dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebab dengan adanya kerjasama dan komunikasi
yang baik, dengan memandang individu sebagai makhluk biopsiko sosial dan spiritual.
3.     Untuk masyarakat yang masih sehat walafiat, penulis mengusulkan jika memungkinkanlebih
baik mengikuti saran dari pemerintah agar tidak terjadi lebih banyak kasus dari virus ini.

C. PENUTUP
Mohon maaf untuk kekurangan atau ada kata-kata yang sulit dimengerti, untuk kesempurnaan
makalah ini saran yang membangun dari Bapak/ Ibu sangat saya butuhkan.
Terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

1. https://islami.co/bagaimana-akidah-islam-membincang-pandemi-corona/
Page 7
2. http://infoalislami.blogspot.com/2016/05/pengertian-ikhtiar-dan-tawakal-beserta.html

Page 8

Anda mungkin juga menyukai