Anda di halaman 1dari 8

Nama : Miftah Firdaus

NIM : 201810160311258

1. Menurut hemat saya, pandangan serta sikap yang harus dilakukan oleh umat Islam
adalah Berdoa, Ikhtiar, dan Tawakkal. Berdoa kepada Allah SWT agar dijauhkan
dari bencana dan penyakit dengan mengharapkan Ridho-Nya. Berikhtiar atau
berupaya menjaga kebersihan, mengisolasi diri, dan mencegah penyebaran penyakit
tersebut sehingga tidak menyebar. Tawakkal berserah diri kepada Allah, atas doa
dan ikhtiar yang telah kita lakukan, karena "Tiada daya dan upaya kecuali dengan
kekuatan Allah yang maha tinggi lagi maha agung" . Kejadian mewabah (COVID-
19) yang bermula di Wuhan China 2019 yang kita alami saat ini, apabila kita ber-
tafakkur wabah seperti ini juga pernah terjadi pada zaman Khalifah Umar bin
Khattab, dimana pada zaman pemerintahan beliau ini pernah terjadi wabah yang
bermula di daerah Awamas, sebuah kota sebelah barat Yerussalem, Palestina,
sehingga dinamakan penyakit Awamas. Penyakit tersebut menjalar hingga ke Syam
(Suriah), bahkan ke Irak. Maka pada saat itu untuk mengatasi penyakit yang
menyebar bak kobaran api, mereka melakukan karantina diri. Sehingga pada
akhirnya wabah tersebut dapat dihentikan atas ijin Allah SWT. Maka sebagai umat
Islam dapat mencontoh atau menjadikan Ibrah untuk keadaan saat ini. Dari
peristiwa di atas yang dapat kita contoh adalah :
a. Karantina, sebagaimana sabda Rasulullah SAW diatas, itulah konsep
karantina yang hari ini kita kenal. Mengisolasi daerah yang terkena wabah,
adalah sebuah tindakan yang tepat.
i. Orang bergerak bebas, dimana orang menularkan corona secara
bersamaan.
ii. Kurva kedua dilakukan lockdown, sehingga ada waktu untuk bisa
melakukan penyembuhan secara bertahap.
iii. Kurva ketiga dilakukan “social distancing”, dengan berdiam diri di
rumah dan mengurangi berbagai kegiatan sementara waktu.
iv. Kurva keempat dilakukan dengan sangat extreme, dengan melakukan
jam malam dan sangat ketat, untuk tidak keluar rumah bahkan
diberikan jam waktu.
b. Bersabar. Di dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari diceritakan, suatu
kali Aisyah bertanya kepada Nabi SAW tentang wabah penyakit. Rasulullah
SAW bersabda, “Wabah penyakit itu adalah orang-orang yang DIA
kehendaki. Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi orang-orang yang
beriman. Jika terjadi suatu wabah penyakit, ada orang yang menetap di
negerinya, ia bersabar, hanya berharap balasan dari Allah Swt. Ia yakin tidak
ada peristiwa yang terjadi kecuali sudah ditetapkan Allah. Maka, ia
mendapat balasan seperti mati syahid.”
c. berbaik sangka dan berikhtiarlah. Karena Rasulullah SAW bersabda:
Tidaklah Allah SWT menurunkan suatu penyakit kecuali Dia juga yang
menurunkan penawarnya. (HR. Bukhari). Dalam kisah Umar bin Khattab
berikhtiar menghindarinya, serta Amr bin Ash berikhtiar menghapusnya.
Istilah saat ini dan sedang kita lakukan adalah melakukan “social
distancing”, dilansir dari The Atlantic, tindakan yang bertujuan untuk
mencegah orang sakit melakukan kontak dalam jarak dekat dengan orang
lain untuk mengurangi peluang penularan virus. Artinya juga sementara
waktu menjauhi perkumpulan, menghindari pertemuan massal, dan menajga
jarak antar manusia.
d. Keempat, banyak berdoalah. Perbanyak do’a-do’a keselamatan, salah satu
contohnya yang sudah diajarkan Rasulullah Saw untuk di lafadzkan di setiap
pagi dan sore berikut ini: “Bismillahilladzi laa yadhurru maasmihi, say'un fil
ardhi walafissamaai wahuwa samiul'alim”.
Artinya:
“Dengan nama Allah yang apabila disebut, segala sesuatu dibumi dan langit
tidak berbahaya. Dialah maha mendengar dan maha mengetahui). Barang
siapa yang membaca dzikir tersebut 3x dipagi dan petang. Maka tidak akan
ada bahaya yang memudharatkannya. (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
2. Bencana merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi
perekonomian. Mengingat adanya wabah COVID-19 yang mewabah di seluruh
penjuru dunia dan penyebarannya begitu cepat, maka tidak menutup kemungkinan
perekonomian dunia juga akan terdampak. "Pertumbuhan ekonomi global akan
sekira 0,1 persentase poin lebih rendah," ungkap Direktur Pelaksana IMF Kristalina
Georgieva, dalam pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 di
Riyadh, Arab Saudi, akhir Februari 2020, seperti dikutip dari MarketWatch.
Maka begitu pula dengan perekonomian Indonesia juga akan ikut terdampak
dengan adanya wabah virus COVID-19 yang akan diprediksi turun dan lesu.
Kebijakan penanggulangan wabah COVID-19 adalah social distancing, lockdown
wilayah, penutupan daerah dari dalam negeri maupun luar negeri ekspor, hal
tersebut membuat laju perekonomian Indonesia melambat.
Dengan adanya virus COVID-19 kita dapat lebih bertafakkur kembali,
bahwa semua yang diturunkan berupa musibah dapat dijadikan sebagai wasilah ke
depan, sebagai batu loncatan untuk menjadikan perekonomian di Indonesia menjadi
perekonomian Islam yang menanamkan prinsip dan nilai-nilai Islam. Karena
penerapan prinsip yang tanpa diikuti oleh pelaksanaan nilai-nilai Islam hanya akan
memberikan manfaat duniawi, sedangkan pelaksanaan sekaligus prinsip dan nilai
islami akan melahirkan manfaat dan berkah atau maslahah dunia dan akhirat.
Senantiasa untuk terus banyak mendekatkan diri kepada Allah SWT, sehingga
ketika tingkat kepasrahan tinggi maka akan dirasakan ketenangan dan dengan segala
usaha dan do’a keselamatan juga kepada Allah SWT, dengan selalu melibatkan-
Nya, dan berharap wabah ini akan berakhir. Sehingga perekonomian dapat kembali
normal dan bahkan menjadi lebih baik. Karena pada tujuannya perekonomian Islam
adalah kebermanfaatan atau maslahah atau falah yaitu kemuliaan, kemenangan,
kesuksesan. Falah dalam ekonomi Islam yaitu tujuan hidup manusia yang dibawa
oleh Islam pada dasanya setiap makhluk hidup menginginkan kesejahteraan
3. Semakin lama wabah ini tidak bisa teratasi maka semakin curam penurunan
ekonomi suatu bangsa. maka langkah tepat suatu bangsa adalah cepat dalam
menangani kasus wabah ini sehingga tidak terlarut lama dalam keadaan seperti ini
sehingga kegiatan perekonomian dapat kembali normal salah satu langkah yang
dapat kita tiru dari zaman Khalifah terdahulu yaitu dengan melakukan lockdown,
guna memutus penyebaran virus ini sehingga wabah ini dapat menghilang dari
indonesia. Selain itu ada beberapa cara dalam meminimalisir pengaruh COVID-19
terhadap perekonomian Indonesia dalam perspektif Islam adalah :
a. Pertama sabar dan ikhtiar, sabar atas segala bentuk musibah yang
menimpa perekonomian Indonesia, dengan senantiasa menguatkan iman
dan taqwa kepada Allah SWT. setelah itu berusaha semampu mungkin
dalam memperbaiki perekonomian saat ini. Allah SWT berfirman :
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga
mereka mengubah diri mereka sendiri,” (QS. Ar-Ra’d:11). Maka dalam
surat ini terkandung bahwa tidak akan tercipta perbaikan perekonomian
jika bangsa tersebut tidak memperbaikinya sendiri. Oleh karena
perbaikan tersebut tidak akan dapat dilakukan jika hanya
pemerintahannya saja yang bergerak, namun kedua elemen yaitu
pemerintahan dan rakyat ikut bahu-membahu dalam memperbaiki
perekonomian Indonesia saat ini.
b. Kedua adalah dengan meningkatkan tingkat spiritual suatu bangsa, di
dalam Al-Qur’an dijelaskan ada beberapa solusi, yaitu :
a. Memperbanyak Istighfar
Karena dalam Q.S An-Nuh ayat 10-12. Istighfar mendatangkan
ampunan, setelah itu Allah berikan kebaikan dari negatif menjadi
positif, dari keburukan menjadi kebaikan dari ketakutan menjadi
kenyamanan.
b. Meningkatkan Keimanan dan Ketaqwaan
Keimanan dan ketaqwaan sebuah negeri mendatangkan rezeki
dari langit
c. Memperbanyak Sedekah
Bersedekah baik materi maupun non materi, sedekah
tenaga,harta, ataupun pikiran. Konsep ekonomi dalam Islam
adalah kesejahteraan, kedamaian, dan kenyamanan. Yang
berkecukupan membantu yang kurang cukup, sehingga seluruh
masyarakat dapat hidup sejahtera tercukupi
d. Memperbanyak Berdzikir
Dengan berdzikir senantiasa kita terus mengingat Allah SWT,
berserah diri kepada-Nya. Meminta perlindungan kepada-Nya
c. Yang ketiga adalah peran pemerintah dalam menanggulangi penyebaran
ini adalah dengan menyediakan fasilitas-fasilitas yang memadai, yaitu
memproduksi masker khusus untuk warga Indonesia. Sehingga tidak
mengalami kelangkaan dan mencegah adanya penimbunan,
menyediakan hand sanitizer di tiap-tiap tempat khusunya tempat umum.
4. Rasionalitas Konsumsi
a. Rasionalitas Konsumsi, Rasionalitas merupakan terminologi yang sangat
longgar. Argumentasi apapun yang dibangun, selama hal tersebut memenuhi
kaidah-kaidah logika yang ada, dan oleh karenanya dapat diterima akal,
maka hal tersebut dapat dianggap sebagai bagian dari ekspresi rasionalitas.
Oleh karena itu, terminologi rasionalitas dibangun atas dasar kaidah-kaidah
yang diterima secara universal dan tidak perlu dilakukan pengujian untuk
membuktikan kebenarannya, yang disebut sebagai aksioma. Dalam
berkonsumsi setiap rumah tangga menganggap diri mereka rasional
walaupun ada kemungkinan rumah tangga lain menganggap rumah tangga
tersebut tidak rasional. Kondisi ini bisa muncul disebabkan adanya alasan
yang dimiliki oleh rumah tangga tersebut yang tidak diketahui oleh orang
lain. (referensi : INFERENSI, Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan)
b. Rasionalitas Konvensional
Rasionalitas konvensional cenderung mendeskripsikan sesuatu dianggap
rasional jika mengandung keuntungan-keuntungan bendawi bagi dirinya. Di
samping itu, masing-masing berusaha menggunakan logika mereka untuk
meraih keuntungan hidup yang sebesar-besarnya.
Rasionalitas Syari’ah
rasionalitas didasarkan pada penggunaan akal yang seluas-luasnya, yaitu
dengan mengombinasikan aspek religiusitas yang dapat memperbaiki
kehidupannya. Sehingga pencapaian kebahagiaan dan keuntungan hidup
tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kemaslahatan
masyarakat secara keseluruhan. Di samping itu seorang muslim dalam
berkonsumsi tidak hanya mengejar kepuasan semata tetapi konsumsi yang
berorientasi untuk mendapatkan maslahah. (referensi : INFERENSI, Jurnal
Penelitian Sosial Keagamaan). Konsep Konsumsi dalam Islam ada pada
niatnya. Konsumsi dalam Islam dilakukan dalam rangka mendekatkan diri
kepada Allah SWT
c. Contoh Riil
Rasionalitas Konsumsi konvensional yang riil kita temukan pada saat wabah
COVID-19 adalah banyaknya masyarakat yang membeli bahan kebutuhan
pangan secara borongan, sehingga tidak menyisakan untuk konsumen yang
lainnya. Sehingga hal tersebut hanya menguntungkan bagi dirinya semata
dan tidak untuk orang lain.
Rasionalitas Konsumsi dalam Islam, contoh riil yang kita temukan adalah
membeli barang dagangan secukupnya saja sesuai kebutuhan dan tidak
berlebihan. Sehingga hal ini dapat mencapai maslahah bagi konsumen yang
lain yang membutuhkan bahan pangan tersebut. Contoh lainnya adalah
orang membeli masker untuk dibagikan kepada masyarakat lain yang
membutuhkannya. Sehingga hal ini menjadikan maslahah bagi yang lainnya.
5. Produksi
a. Ruang Lingkup Produksi yang diajarkan dalam Islam
Produksi adalah sebuah proses yang telah terlahir di muka bumi ini
semenjak manusia menghuni planet ini. Produksi sangat prinsip bagi
kelangsungan hidup dan juga peradaban manusia dan bumi. Sesungguhnya
produksi lahir dan tumbuh dari menyatunya manusia dengan alam. (referensi
: Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada,2007), hlm.102). Sehingga pengertian produksi menurut para
ekonom Islam:
1. Menurut Kahf (1992) memberikan definisi kegiatan produksi dalam
perspektif Islam sebagai usaha manusia untuk memperbaiki tidak hanya
kondisi fisik materialnya, tapi juga moralitas, sebagai sarana untuk
mencapai tujuan hidup sebagaimana digariskan dalam agam Islam, yaitu
kebahagiaan dunia dan akhirat.
2. Manan (1992) menekankan pentingnya motif altruisme (altruism)
konsep pareto Optimality dan given demand hipothesis yang bayak
dijadikan sebagai konsep dasar produksi dalam konsep ekonomi
konvensional.
3. Rahman (1993) menekankan pentingnya keadilan dan kemerataan
produksi (distribusi produksi secara merata).
4. Ul Haq (1996) menyatakan bahwa tujuan dari produksi adalah
memenuhi kebutuhan barang dan jasa yang merupakan fardlu kifayah,
yaitu kebutuhan yang bagi banyak orang pemenuhannya bersifat wajib.
5. Siddiqi (1992) mendefinisikan kegiatan produksi sebagai penyediaan
barang dan jasa dengan memperhatikan nilai keadilan dan
kebajikan/kemanfaatan (maslahah) bagi masyarakat. Sepanjang produsen
telah bertindak adil membawa kebajikan bagi masyarakat maka ia telah
bertindak Islami.
Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa kepentingan manusia, sejalan
dengan moral Islam, harus menjadi fokus dan target dari kegiatan produksi.
Dimana produksi adalah proses mencari, mengalokasikan dan mengolah
sumber daya menjadi output dalam rangka meningkatkan maslahah bagi
manusia. Karenanya produksi mencakup aspek tujuan kegiatan
menghasilkan output serta karakter-karakter yang melekat pada proses dan
hasilnya. (referensi : Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam
(P3EI), Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 230)
b. Islam mengajarkan untuk memperoleh keuntungan melalui kerja dan
tawakkal, maksudnya adalah seorang muslim dianjurkan untuk bekerja guna
memperoleh keuntungan yang digunakan sebagai modal untuk bertahan
hidup. Karena suatu hadist mengatakan “I’mal lidunyaaka ka-annaka ta’isyu
abadan, wa’mal li-aakhiratika ka-annaka tamuutu ghadan.” Artinya
“Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau hidup selamanya.
Beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok.”
Terlebih lagi sekarang kita dihadapi oleh keadaan wabah virus COVID-19
yang mana semuanya serba diliburkan, lalu bagaimana nasib para pekerja
harian. Allah telah memberikan petunjuk pada surat Al-Baqarah ayat 286
yang artinya “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya”. Maka dari ayat tersebut dapat dipetik hikmah bahwa
Allah SWT memberi cobaan diluar batas kemampuan hamba-Nya. Maka
teruslah bekerja dengan senantiasa mengharap ridho-Nya. Yang kedua
adalah tawakkal, yakni berserah diri kepada Allah SWT. apapun keadaan
yang kita hadapi baik musibah atau yang lainnya semuanya kita serahkan
kepada-Nya, karena Allah berfirman dalam surat At-Thalaq ayat 3 yang
artinya ““Allah akan mencukupi orang yang bertawakal.” Sehingga pada
keadaan kita yang dilanda wabah virus Covid-19 kita dianjurkan untuk tetap
produktif walau dari rumah dan diikuti dengan tawakkal kepada Allah SWT
dengan senantiasa apa yang sedang kita alami ini ada hikmah dan bisa
menjadi suatu berkah kelak, Aamiin.

Anda mungkin juga menyukai