Anda di halaman 1dari 3

Nama: Ashfa Al Ashfia

NIM: 11180511000043
Kelas: Jurnalistik 4B

Hal yang perlu diperhatikan para dai saat berdakwah adalah cara menyampaikan kebaikan
dengan cara memahami objek dakwah. Dalam surat An-Nahl ayat: 125, Allah memberikan
pedoman tentang Rasulnya tentang cara mereka mengajak dan menyeru kepada manusia kepada
jalan Allah, jalan yang dimaksud adalah Agama Allah, syariat islam yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW.

Allah swt telah mengajarkan seorang dai agar dapat berdakwah dengan tiga cara yang ada dalam
surat An-Nahl ayat: 125, yaitu berdakwah dengan hikmah, mauizhah hasanah, dan jadil.

Tingkat pemahaman mad’u agar dakwah mudah diterima antara lain:

Pertama, Al-Awam, dakwahnya dengan mauidzoh hasanah. Tidak perlu pakai dalil. Di tingkat
masyarakat awam, beragama sangat sederhana. Mereka mengikuti kiai dan ulama zaman dulu
termasuk bagaimana menyikapi sesuatu yang baru.

Kedua, kelompok khowas. Kelompok ini membutuhkan lebih dari sekadar mauidzoh hasanah.
Karena di samping kebaikan-kebaikan yang disampaikan dalam dakwah, mereka juga butuh
dalil-dalil untuk memperkuat argumentasi.

Ketiga, kelompok pembangkang, orang yang memang dari awal berutujuan tidak baik, solusinya
didudukkan.

Dalam situasi saat ini yang sedang di landa musibah pandemi covid-19, yang perlu dilakukan
adalah bergerak konkret membantu pencegahan wabah agar tidak menyebar dengan cepat.
Saat menyampaikan dakwah, para dai seharusnya mengajak masyarakat untuk berempati dan
saling membantu dalam mengatasi pandemi covid-19 yang sedang terjadi di negara kita saat ini.
Ketika menyampaikan pesan dakwah jangan menimbulkan ketegangan dan menakuti
pendengarnya. Karena setiap pemahaman para mad’u berbeda-beda.
Wabah virus corona tidak perlu disikapi secara berlebihan dengan memunculkan rasa takut yang
mendalam. Adanya virus corona (covid-19) ini justru harus dijadikan sebagai momentum
berdakwah, mengikatkan kita semua agar kembali kepada Allah.

Wabah virus corona tidak perlu disikapi secara berlebihan dengan memunculkan rasa panik,
takut yang mendalam. Para dai harus menenangkan masyarakat agar tidak panik, dengan
mengajak berikhtiar mendekatkan diri kepada Allah. Jika masyarakat terlalu panik, takut keluar
dan beraktivitas, akan berdampak pada perekonomian nasional.

Para dai harus menjadi yang terdepan dalam menyikapi virus corona secara ukhrawi. Dengan
mengadakan dzikir dan doa bersama dengan masyarakat, memohon ampun dan perlindungan.
Mengajak masyarakat untuk meningkatkan lagi keimanan dan ketakwaan Allah.

Mengingatkan para mad’u untuk bercuci tangan teratur dengan sabun dan air mengalir sehingga
selalu bersih, menggunakan masker ketika harus berada di luar rumah, tetap tinggal dan berada
di dalam rumah, selalu menjaga jarak dimanapun kita berada, dan jaga kesehatan.

Ketua Lembaga Dakwah Parmusi (LDP) Pusat, KH. Syuhada Bahri menyikapi tentang adanya
pandemi virus corona (covid-19), seolah-olah banyak merasa menghilangkan peran Allah di
dalamnya. Mereka seolah lupa bahwa virus itu adalah mahkluk Allah. Dan Dialah (Allah) yang
bisa mendatangkan dan menghilangkan virus itu dari tubuh manusia.

Tuhan memberi kenikmatan, di baliknya pasti ada ujian. Setiap ada musibah, di baliknya ada
hikmah. Dan virus Corona (Covid-19) adalah musibah. Di balik musibah, itu ada kandungan
hikmah yang luar biasa dahsyat. Jauh lebih dahsyat dari pada sisi musibahnya.

Musibah ini adalah cobaan dan ujian yang tak lepas dari qadha dan qadar Allah Swt. Qadha dan
qadar menjadi salah satu aspek yang umat Islam imani dalam dalam rukun iman yang keenam.

Secara fitrah tidak seorangpun di muka bumi ini menginginkan suatu musibah yang menimpa
pada dirinya. Yang diinginkan seaeorang adalah sesuatu yang menyenangkan dan
menggembirakan bagi dirinya.

Bagi seorang mukmin, musibah yang terjadi pada dirinya dipandang sebagai ujian hidup. Maka
dibalik ujian itulah yang perlu direnungkan. Apa hikmah dibalik ujian tersebut. Baginya ukuran
baik atau buruknya sesuatu, benar atau salah, suka dan dukanya semua di kembalikan nilainya
kepada Allah.

Seorang mukmin tidak akan mudah patah semangat dan berputus asa karena seorang mukmin
sangatlah yakin bahwa setiap kejadian pastilah sudah ada dalam kehendak dan takdir Allah.

Allah berfirman dalam QS. At-Taghabun: 11

"Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barang
siapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu."

Sesungguhnya didalam musibah itu ada tanda-tanda kekuasaan Allah agar manusia kembali
kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya. Dan menjauhi perbuatan maksiat dan mungkar yang
selama ini mereka kerjakan.

Mengapa Allah menimpakan musibah, sementara manusia tidaka ada yang menginginkan
musibah itu? Maka disinilah Allah ingin menunjukkan kekuasaanya yang mutlak. Tidak ada satu
makhlukpun yang dapat mendikte kehendak-Nya. Ia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Selain itu
juga Allah ingin memberikan pelajaran bagi hamba-hambnya agar mau berfikir tentang sebab
terjadinya musibah dan apa hikmah dari musibah tersebut.

Maka kewajiban kita ketika musibah datang adalah meminta ampun kepada Allah dan bertaubat
kepada-Nya. Dengan memperbanyak berdzikir dan istighfar.

Anda mungkin juga menyukai