Anda di halaman 1dari 6

Sikap Orang-orang

ketika Wabah
Oleh: Annisa Azmi Ismail

-Kata Pengantar-
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita banyak sekali nikmat dan
tentunya telah memberikan saya kesehatan sehingga saya bisa menulis karya yang
InsyaaAllah bisa menjadi manfaat bagi para pembaca.
Di sini saya akan memberikan sedikit penjelasan mengenai Sikap Orang-orang ketika
Wabah, karena akhir-akhir ini sedang gencar dengan wabah Covid-19 yang sedang mendunia
ini.
Dalam karya ini saya bertujuan untuk memberitahu bagaimana sikap orang-orang terhadap
wabah Covid-19, karya ini juga saya kerjakan untuk memenuhi tugas dari guru dan juga
untuk menambah wawasan untuk para pembaca sekalian.
Tidak lupa juga saya berterimakasih kepada guru yang telah memberikan tugas ini
sehingga bisa menambah pengetahuan dan wawasan untuk diri saya sendiri dan juga saya
berterimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga
saya dapat menyelesaikan karya ini.

Tanjungsari, 13 April 2020


Annisa Azmi Ismail

Daftar Isi:
-Kata Pengantar (1)
-Pendahuluan (2)
-Isi Materi (2-4)
-Kesimpulan (4)
-Penutup (4)
-Daftar Pustaka (4)

Pendahuluan
Sebelumnya saya akan menjelaskan sedikit apa maksud dari karya ini, ialah bagaimana
sikap semua orang saat tahu akan keberadaan wabah ini. Ada beberapa orang yang panik
menghadapi wabahnya, ada juga orang yang berdo’a agar wabahnya segera dihilangkan, dan
adapun orang-orang yang tak acuh dengan wabah ini. Maka dari itu mari kita lihat bagaimana
sikap yang seharusnya kita tunjukkan saat menghadapi wabah ini.

Isi Materi
1. Bahwa segala urusan di muka bumi ini semua atas izin dan kehendak Allah. Seperti
firman-Nya yang artinya: “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang
kecuali dengan izin Allah, dan setiap orang yang beriman kepada Allah, niscaya Dia
akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.”
2. Melatih ujian kesabaran kita, karena hidup ini adalah pertautan suka dan duka, syukur
dan sabar. Hal ini disabdakan oleh Rsulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang
artinya: “Seluruh urusan orang beriman itu begitu menakjubkan, karena pasti
berujung pada kebaikan. Dan hal itu hanya terjadi pada diri orang beriman. Jika
mengalami hal yang menyedihkan, dia bersabar dan hal itu pun merupakan
kebaikan.” (HR. Muslim).
3. Bahwa semua yang ada di muka bumi ini adalah makhluk Allah, ciptaan-Nya, dari
yang paling besar hingga yang terkecil dan yang tak kelihatan. Ini semua tanda
kekuasaan Allah Yang Maha Segalanya.

Seperti firman-Nya yang artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,
silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang
berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu
dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di
bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angina dana wan yang dikendalikan
antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran
Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS. Al-Baqarah:164)
4. Bisa jadi musibah, termasuk wabah penyakit, kerusakan yang terjadi adalah akibat
ulah tangan manusia. Ulah perilaku berlebihan, tidak menjaga kebersihan, ceroboh,
dan sejenisnya. Sebagaimana Allah mengingatkan di dalam ayat-Nya yang artinya:
“Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Ruum:41)
5. Mungkin juga sebagai peringatan dari Allah, akibat perbuatan dosa manusia, banyak
maksiat, mengonsumsi yang dilarang dalam syariat, dan jauh dari pengabdian kepada
Sang Pencipta. Allah mengingatkan manusia agar kembali ke jalan yang diridhai-Nya.
Seperti peringatan Allah di dalam Al-Qur’an yang artinya: “Dan apa saja musibah
yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kamu sendiri,
dan Allah memaafkan sebagian besar dari dosa-dosamu.” (QS. Asy-Syura:30)
6. Bahwa kematian itu bukanlah karena seseorang atau benda apapun, tapi semata-mata
karena ajal yang sudah Allah tentukan. Maka, bagi yang tertimpa wabah corona, atau
apapun, tetap berharap dan bergantungnya mutlak kepada Allah. Tidak perlu takut
berlebihan atau panik, bahkan sampai tidak mau kumpul di majelis ta’lim dengan
alasan takut corona. Lalu saat Jum’atan tidak datang karena khawatir terjangkit corona,
dan sebagainya. Adapun kepada manusia, seperti periksa ke dokter, karantina
perawatan, itu hanyalah ikhtiar, yang memang harus maksimal juga dilakukan, agar
dapat sehat kembali. Soal ajal, Allah menyebutkan di dalam firman-Nya yang artinya:
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan
keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada
Kami.” (QS. Al-Anbiya [21]:35).
7. Bagi kalangan ahli kedokteran, biologi dan pakar lainnya, tentu menjadi media
penelitian intensif untuk menemukan antivirusnya. Sehingga dapat menyelamatkan
orang lebih banyak lagi. Bahwa setiap penyakit, termasuk wabah virus, pasti ada
obatnya. Kita manusia tinggal mengusahakannya sesuai ilmu dan pengetahuan
tentunya. Dengan tetap berkeyakinan bahwa hakikatnya Allah-lah yang
menyembuhkan. Pengobatan adalah usahahnya. Allah menyebutkan di dalam Al-
Qur’an yang artinya: “Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku.” (QS.
Asy-Syura:80).

8. Di sinilah pentingnya upaya spiritual ilahiyah, yakni dengan memanjatkan doa


memohon keselamatan dari Allah Sang Maha Pencipta dan Sang Pemberi
Keselamatan. Memperkuat spiritual jiwa dengan sholat, doa, dzikrullah, shalawat dan
kalimat-kalimat thayyibah. Ada sebuah doa yang diajarkan Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam yang artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari penyakit
kulit, gila lepra, dan dari penyakit lain yang mengerikan.” (HR. Abu Dawud dari
Anas Radhiyallahu ‘Anhu).

Kesimpulan
Jadi, jika di antara kalian ada yang mendapat musibah sakit, atau tertular wabah,
semoga Allah sembuhkan. Itu semua tidaklah seberapa, karena hanyalah musibah
dunia. Musibah yang terbesar dan berbahaya dunia akhirat adalah musibah agama,
yakni maknakala kita sudah enggan lagi sholat berjamaah di masjid, malas bertadarus
Al-Qur’an dan sholat malam, kikir bersedekah di jalan Allah, takut berjuang di jalan
Allah, serta jauh dari petunjuk Allah.

Penutup
Hanya sekian yang dapat saya sampaikan, semoga isinya dapat bermanfaat bagi
semuanya. Tak lupa saya berterimakasih kepada Allah SWT yang telah memberi
saya kesempatan untuk menyelesaikan tugas ini. Semoga kita tetap istiqomah dalam
memperibadati-Nya, di tengah wabah dan berbagai ujian di dunia ini. Hingga
kembali kepada Allah dalam keadaan husnul khotimah. Aamiin. Sekian dari saya,
mohon maaf apabila banyak kesalahan kata. Terimakasih dan Wassalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakaatuh.

Daftar Pustaka
Ismail, Annisa azmi. 2020. Sikap Orang-orang ketika Wabah. Sumedang,
Tanjungsari

https://minanews.net/sikap-orang-beriman-menghadapi-wabah-corona/

Anda mungkin juga menyukai