Anda di halaman 1dari 6

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) GANJIL

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


JURUSAN PENDIDIKAN TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FITK)
===============================================================

Mata Kuliah : Metodologi Studi Islam (MSI)


Semester/ Kelas : I / A
Hari/Tanggal : Rabu, 16 Desember 2020
Ruang : E. 102
Dosen Penguji : DR. H. I w a n, M. Ag.

Nama : Zahra Febi Amanda


NIM : 2008106023
Kelas : Biologi 1/A

Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan analitis dan cermat !

1. Pesan apa yang terkandung dalam tafsir dan hadits tarbawi ?


2. Apa syarat-syarat seorang muslim bisa berijtihad dan dalam masalah apa seorang
muslim boleh berijtihad ?
3. Apa peran agama Islam dalam masalah kemanusiaan, misalnya dalam mengatasi
wabah covid-19? 
4. Bagaimana Islam memberikan pedoman kehidupan untuk keluarga dan
masyarakat ?
5. Bagaimana Islam merespon terhadap kemajuan sains dalam dunia kontemporer ?
6. Bagaimana seharusnya sikap seorang muslim terhadap pemeluk agama lain ?

JAWABAN

1. Tarbawi berarti penddikan sedangkan kata tarbiyah merupakan serapan dari kata al-
rabb. Al-tarbiyyah, rabbayani, ribbin dan rabbani yang ditemukan dalam Al-Qur’an.
Dari banyak istilah ditemukan makna yang sama, tetapi dengan pola yang berbeda.
Jika dilihat kata Al-tarbiyyah yang berasal dari kata al-rabb, Louis Ma’luf
mendefinisikan al-rabb sebagai tuan, pemilik, memperbaiki, perawatan, tambah,
mengumpulkn memperindah. Al-tarbiyah jika di definisikan menurut Muhammad
Jamaluddin al-Qasimi berpendapat bahwa al-tarbiyah merupakan suatu tahapan untuk
mencapai suau kesempurnaan yang dilakukan bertahap. Tafsir tarbawi sendiri biasa
diaplikasikan dalam perguruan tinggi negeri, seperti IAIN, STAIN, PTPAI dan
sebaginya yang menjurus kepada perguruan keagaamaan islam, khususnya fakultas
Tarbiyah. Pesan yang terkandung dalam tafsir tarbawi sendiri berupa, bahwa dalam
dunia pendidikan tafsir tarbawi dijadikan sebagai metode spesilisasi untuk
menciptakan tenaga pendidik dan generasi unggul yang sesuai dengan ajaran-ajaran
terhadap Al-Qur’an. Dalam hadits tarbawi senidri pesan-pesan yang terkandung
diantaranya memuat pedoman normatif-teoritis. Islam disini menganjurkan untuk
umatnya bisa mempelajari banyak pengetahuan yang bisa dipetik dari Al-Qur’an dan
Sunnah yang memberikan manfaat pada kehidupan ini. Pada Hadits Tarbawi juga
terdapat pesan untuk seseorang yang belajar dan pengajar (pendidik). Bahwasannya
pendidik(guru), harus memiliki sifat kasih sayang terhadap muridnya, hendaknya
kegiatan mengajarnya didasari atas kewajiban serta guru harus bisa menciptakan
suasana aman dan tentram pada anak muridnya. Sedangkan untuk muridnya, harus
memiliki sikap sopan dan santun terhadap gurunya, harus selalu memiliki sikap
merendah dengan guru. Dari keduanya sama-sama memiliki pesan dimana segala
sesuatu arus berlandaskan dengan Al-Qur’an. Terutama pada Pendidikan itu sendiri.
2. Seseorang yang melakukan ijtihad disebut mujtahid, adapun syarat-syarat
mujtahid(seseorang yang melakukan ijtihad) diantara nya adalah : 1.) Mengetahui dan
memahami ayat yang terdapat dalam A-Qur’an. 2.) Mengetahui dn memahami hadits-
hadits ahkam. Baik secara istilah maupun bahasa. 3.) Mengethui Hadits dan Al-
Qur’an yang telh disanskh dan menaskh. 4.) Mengetahui segala sesuatu yang
hukumnya telah dihukumi oleh ijma. 5.) Mengetahui qiyas. 6.) Bisa dan fasih dalam
bahasa arab. 7.) Mengetahui Ilmu Ushul Fiqih. Seseorang bisa melakukan ijtihad
apabila dalam suatau msalah atau perkara masih dapat dugaan-dugaan yang sifatnya
belum pasti. Dimana pada masalah tersebut nasnya belum qat’i. Contoh-contoh
perkara yang sifatnya masih mengandung dugaan atau belum jelas diantaranya,
membasuh kepala dalam wudhu, hukum musik dan nyanyian, masalah keberadaan
wali dalam pernikahan, memaca qunut dalam shalat subuh. Serta pada permasalahan
yang sama sekali tidak ada hukumnya dalam nas, seperti bayi tabung, hukum KB,
operasi plastik, alat kontrasepsi, bedah mayat dll. Diantara semua itu merupakan
masalah yang belum tegas hukumnya. Maka perlu diambil langkah untuk ijtihad
sebagai penetapan hukumnya. Ijtihad juga biasanya dilakukankarena terdapat
perbedaan pendapat antar ulama.
3. Menurut Prof Iswandi Syahputra, munculnya Covid-19 memberikan dua prespektif
yang berbeda, yaitu prespektif Jabariah dan prespektif Qodariyah. Dalam prespektif
Jabariah, Covid-19 atau korona kedudukannya lebih rendah dibawah kuasa Allah.
Sedangkan menurut Iswandi prespektif tersebut tidak masuk akal, menurutnya mausia
hanyalah boneka milik Allah. Apapun yag dilakukan manusia adalah kehendak Allah.
Maka dai itu, mannusia harus menerima apapun yang diberikan oleh Allah SWT.
Sebaliknya menurut prespektif Qodariyah, kprpna meupakan bukanlah takdir Allah,
dimana manusia bisa menghadapinya, walaupun vaksin baru saja di dapatkan. Sains
menyarankan kita sebagai manusia untuk tetap Spcial distancing, mencuci tangan dan
memakai masker. Sebagai umat islam pun, kita harus berupaya ikhtiar, tawakkal serta
sabar menghadapinya. Koron merupakan ujian agar kita dapat berpikir, selama ini
hidup didunia sudahkah menjadi makhluk Allah yang taat atau sebaliknya. Iswandi
juga mengatakan korona tidak cukup dibatsi dengan sains, tetapi juga dengan akhlak
seorang muslim. Sebagai umat islam pun, dalam mengambil peran untuk mengatasi
wabah covid-19, dilaksanakannya sedekah atau pengumpulan dana sumbangan untuk
suadara muslim yang lbih terdampak, semata-mata hanya untuk beribadah kepada
Allah SWT.
4. Islam memberikan pedoman kehidupan dalam keluarga hanya berpegang teguh
dengan Al-Qur’an dan hadits. Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang utama
dan pertama bagi seorang anak. Sedangkan orang tua merupakan guru pertama dan
utama bagi seorang anak, jadi ketika anak itu masih didalam kandungan dan setelah
dilahirkan anak akan menyerap energi yang dihasilkan dari kedua orang tuanya. Oleh
karena itu, orang tua hendaknya memberikan teladan terhadap anak-anaknya.
Pertama, pada dasarnya pedoman kehidupan yang diberikan islam terhadap keluarga
mengikuti perilaku-perilaku Rasululah SAW dalam kehidupan berkeluarga,
diantaranya menjadi teladan yang baik, sebab keteladanan besar pengaruhnya
terhadap perkembangan anak. Menurut Al-Ghazali anak adalah amanat bagi orang
tuanya, dimana hatinya masih suci dan belum terbentuk. Karenanya segala hal yang
dilakukan orang tua mestilah memberikan keteladanan agar terbentuknya karakter,
akhlak dan moral yang baik. Kedua, pembentukan adat dan kebiasaan. Lingkungan
yang mnjadi interaksinya harus diperhatikan. Sebab jikalau anak salah dalam
pergaulan, maka kaakter yang dibentuk pun akan tidak sesuai dengan syariat. Oleh
sebab itu, orang tua harus bisa memastikan bahwa anak dalam lingkungan yang benar,
serta orang tua juga haruslah memberikan kegiatan-kegiatan positif dan islami, jika
hal demikian terus berulang tentu akan menjadi kebiasaan yang baik bagi anak.
Ketiga, dengan memberikan nasihat yang baik kepada anak. Rasulullah SAW selama
mendidik anak-anaknya tidak pernah melontarkan ucapan-ucapan yang kasar. Maka
orang tua kini pun harus mengikuti teladan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah
SAW. Pemberian nsihat harus dengan keteladanannya, sebab seseorang anak akan
melihat bila orang tua memberikan nasihat tetapi juga ikut melaksanakannya. Hal
tersebut akan berpengaruhjuga terhadap perilaku-perilaku seorang anak, terlebih jika
nasihatnya disampaikan secara baik. Maka akan membuka jalan kedalam jiwa sang
anak secara langsung melalui perasaan. Dalam bermasyarakat islam memberikan
pedoman kepada masyarakatya dengan kehidupan yang islami. Dimana kehidupan
diarahkan oleh aqidah Islamiyah dan dibersihkan dengan ibadah, dituntun oleh
pemahaman yang shahih, digerakkan oeh semangat yang menyala, serta terikat
dengan moralitas dan adab islamiyah dan diwarnai oleh nilai-nila Islam.
5. Respon terhadap sains dalam dunia kontemporer ialah secara garis besar islam
meberikan tuntunan agar industri-industri mulai dari tahapan awal hingga sampai
dengan ke hasil dapat berjalan lancar guna mewujudkan kehidupan yang beramal
shaleh, sehingga ada nilai-nilai ukhrowinya yang kekal atau dapat termuat
didalamnya. Kemajuan sains dan teknologi telah memberikan banyak manfaat dan
kemudahan bagi kehidupan yang mensejahterakan manusia. Islam tidak menghambat
kemajuan Iptek, tidak anti produk teknologi, tidak akan bertentangan dengan teori-
teori pemikiran modern yang teratur dan lurus, asalkan analisanya objektif, teliti dan
tidak bertentangan dengan Al-Qur’an.
6. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam agama(pluralisme).
Pluralism dapat diartikan sebagai suatu teori mengenai hubungan antar agama seperti
tradisi, perbedaan dan klaim-klaim kompetisinya, dimana dari perbedaan tersebut
muncullah konsepsi yang beragam mengenai Tuhan. Biasanya dari perbedaan-
perbedan tersebut terdapat gesekan-gesekan yang membuat hubungan menjadi
renggang antara agama satu dengan yang lainnya. Sikap seharusnya yang dimiliki
seorang muslim ialah harus mampu menciptakan kerukunan dan keharmonisan
dengan pemeluk-pemeluk agama yang lain. Diantaranya hal-hal yang dapat dilakukan
untuk mewujudkan kerukunan dan keharmonisan, pertama dengan ishlah dan
mempererat talipersudaraan antar umat beragama. Upaya lain yang dapat dilakukan
dengan cara saling memahami antar pemeuk agama, saling berbagi ide dan gagasan
terhadap isu-isu sosial dan kemanusiaan untuk mendapatkan solusi. Hal senada juga
dinyatakan Suwardika, dengan melakukan kegiatan gotong royong, saling menghargai
serta memberikan kesempatan untuk setiap agama agar bisa memimpin suatu kegiatan
yangdiadakan bersama, dll.
DAFTAR PUSTAKA

Nasrul Fauzi, Ibnu Chudzaifah. 2019. Pandangan dan Konstribusi Islam Terhadap
Perkembangan Sains. Alfikr: Jurnal Pendidikan Islam. Vol.5. No 1. Hal 1-8.

Alfiah. 2015. Hadist Tarbawi. Pekanbaru: Kreasi Edukasi.

Badruzzaman. Tafsir Tarbawi. Bandung: UIN Sunan Gunung Jati Bandung.

Mikyal, Umi. 2019. Pendidikan Prespektif Al-Qur’an. Jurnal: Studi Tafsir Tarbawi
Karya Ahmad Munir. Vol.13. No.1.

Syarif Bani. 2019. Rekonstruksi Studi Isam Di Masa Kontemporer. Jurnal: Analisis
Filsafat, Agama dan Kemanusiaan. Vol.5. No.1.

Setiawan, Agus. 2016. Metode Pendidikan Islam Masa Kini Dalam Keluarga
Prespektif Abdullah Nashih Ulwan. Vol.1. No.2.

Maliki, Musa. 2020. Covid-19, Agama dan Sains. Jakarta. Vol.15. No.1.

Hasan, Abi. 2018. Ijtihad Tidak Membatalkan Ijtihad Yang Lain. STAI Syekh Abdur
Rauf Aceh Singkil. Vol. 9. No. 1.

Iman, Fauzul. 2004. Ijtihad dan Mujtahid. Vol. 21. No. 100.

Taubah, Mufatihatut. 2015. Pendidikan Anak Dalam Keluarga Preespektif Islam.


Jurnal: Pendidikan Islam. Vol. 3. No. 1.

Muawan, Samshi. 2017. Penerapan Nilai-nilai Ajaran Islam Dalam Kehidupan


Masyarakat. Jurnal: Adabiyah. Vol. 17. No. 2.

Anda mungkin juga menyukai