Anda di halaman 1dari 16

PENDIDIKAN AGAMA DI ERA PANDEMI COVID 19

MAKALAH

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Profesi Keguruan yang
dibimbing Oleh :

DewiNurulQomariyah, M.Pd.

Disusun oleh :

KiswatulJannah (T20181280)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER

JUNI 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan.
Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
pembawa kabar gembira bagi umat yang bertaqwa.

Makalah yang berjudul “PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI ERA PANDEMI


COVID 19” ini disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi
Keguruan. Dalam penulisan makalah ini, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak.Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah ikut serta membantu dalam menyusun makalah ini.

1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM selaku Rektor IAIN Jember.

2. Bapak Dr. Hj. Mukniah, M. Pd. I, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan.

3. Bapak Drs. D. Fajar Ahwa, M.pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama
Islam (PAI).

4. Ibu DewiNurulQomariyah, M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah Etika Profesi
Keguruan

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih belum sempurna dan
banyak kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu , kritik dan saran sangat penulis
harapkan .Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Jember, 16 juni 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta
didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati
tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai
pandangan hidup.
Mata pelajaran pendidikan agama Islam secara keseluruhannya dalam lingkup Al-
Qur’an dan Al-hadits, keimanan, akhlak, fiqh/ibadah, dan sejarah, sekaligus
menggambarkan bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup perwujudan
keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri
sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya (hablun minallah wa
hablun minannas).
Pada awal tahun 2020 ini, dunia dikejutkan dengan wabah virus corona (Covid-19)
yang menginfeksi hampir seluruh negara di dunia. WHO semenjak Januari 2020 telah
menyatakan dunia masuk ke dalam darurat global terkait virus ini.2 Ini merupakan
fenomena luar biasa yang terjadi di bumi pada abad ke 21, yang skalanya mungkin apat
disamakan dengan Perang Dunia II, karena event-event skala besar (pertandingan-
pertandingan olahraga internasional contohnya) hampir seluruhnya ditunda bahkan
dibatalkan. Kondisi ini pernah terjadi hanya pada saat terjadi perang dunia saja, tidak
pernah ada situasi lainnya yang dapat membatalkan acara-acara tersebut. Terhitung mulai
tanggal 19 Maret 2020 sebanyak 214.894 orang terinfeksi virus corona, 8.732 orang
meninggal dunia dan pasien yang telah sembuh sebanyak 83.313 orang.
Istilah lockdown dan social distancing ini juga dianjurkan dalam ajaran Islam,
dikutip dari www.hidayatullah.com Jauh sebelum kasus ini muncul, telah terdapat juga
sebuah wabah yang dikenal dengan istilah Tho’un. Lalu apakah Corona bisa disamakan
dengan tho’un. Melihat definisi para Ulama, wabah Corona ini tidak bisa dikategorikan
tho’un, karena tho’un lebih khusus dan spesifik dibandingkan dengan wabah, namun
walaupun berbeda dari sisi penamaan, penyakit ini sama-sama berbahaya dan menular
yang tidak bisa disepelekan. Jika dirunut dari sejarah terjadinya, penyakit-penyakit
wabah semacam corona ini atau pun tho’un, sudah ditemukan sejak masa Nabi
Muhammad SAW. dan bahkan jauh sebelum Nabi diutus, yaitu pada zaman Bani Isra’il.3
Sehingga pada akhirnya Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan Fatwa Nomor 14
Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Ibadah di rumah dalam Situasi Terjadi Wabah
Covid-19.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan agama islam?

2. Apa yang dimaksud dengan pandemi covid 19?

3. Bagaimana agama islam di era pandemi covid 19?

C. Tujuan Masalah

1. Mendeskripsikan tentang pendidikan agama islam.

2. Mendeskripsikan tentang pandemi covid 19.

3. Mendeskripsikan tentang agama islam di era pandemi covid 19.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendidikan agama islam


1. Pengertian Pendidikan agama islam
Pendidikan agama merupakan salah satu dari tiga subjek pembelajaran yang
harus dimasukkan dalam kuriulum setiap lembaga pendidikan formal di indonesia.
Hal ini karena kehidupan beragama merupakan salah satu dimensi kehidupan yang
diharapkan dapat terwujud secara terpadu.1
Dalam bahasa indonesia, istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan
memberi awalan “pe” dan akhiran “an”, mengandung arti “perbuatan” (hal, secara
atau sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa
Yunani”poedagogie”, yang beararti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah
ini emudian diterjemahkan dalam bahasa inggris “education” yang berarti
pengembangan atau bimbingan.

Dalam bahasa Arab pengertian pendidikan, sering digunakan beberapa istilah


antara lain, al-ta’lim, al-tarbiyah, dan al-ta’dib, al-ta’lim berarti pengajaran yang
bersifat pemberian atau penyampaian pengetahuan dan ketrampilan. Al-tarbiyah
berarti mengasuh mendidik dan al-ta’dib lebih condong pada proses mendidik yang
bermuara pada penyempurnaan akhlak/moral peserta didik. Namun, kata
pendidikan ini lebih sering diterjemahkan dengan “tarbiyah” yang berarti
pendidikan.2
Dari segi terminologis, Samsul Nizar menyimpulkan dari beberapa pemikiran
ilmuwan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan secara bertahap
dan simultan (proses), terencana yang dilakukan oleh orang yang memiliki
persayaratan tertentu sebagai pendidik. Selanjutnya kata pendidikan ini
dihubungkan dengan Agama Islam, dan menjadi satu kesatuan yang tidak dapat
diartikan secara terpisah. Pendidikan agama Islam (PAI) merupakan bagian dari
pendidikan Islam dan pendidikan Nasional, yang menjadi mata pelajaran wajib di
setiap lembaga pendidikan Islam.
1
Chabib Thoha, dkk, Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999) 1

2
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta : Gaya Media

Pratama, 2001) hal 86-88


Pendidikan agama Islam sebagaimana yang tertuang dalam GBPP PAI di
sekolah umum, dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan
terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,
memahami,menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan
tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan
kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
Menurut Zakiyah Darajat (1987:87) pendidikan agama Islam adalah suatu
usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat
memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada
akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.
Mata pelajaran pendidikan agama Islam secara keseluruhannya dalam lingkup
Al-Qur’an dan Al-hadits, keimanan, akhlak, fiqh/ibadah, dan sejarah, sekaligus
menggambarkan bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup
perwujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan
Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya
(hablun minallah wa hablun minannas).3
2. Tujuan pendidikan agama islam
Sebagaimana yang telah diungkapkan Zakiyah Darajat dalam bukunya
Metodologi Pengajaran Agama Islam menyebutkan tiga prinsip dalam merumuskan
tujuan yaitu:4
 Memelihara kebutuhan pokok hidup yang vital, seperti agama, jiwa dan
raga, keturunan, harta, akal dan kehormatan.
 Menyempurnakan dan melengkapi kebutuhan hidup sehingga yang
diperlukan mudah didapat, kesulitan dapat diatasi dan dihilangkan.
 Mewujudkan keindahan dan kesempurnaan dalam suatu kebutuhan.
Pendidikan agama Islam di sekolah / madrasah bertujuan untuk menumbuhkan
dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,
penghayatan, pengamalan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam
sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembangdalam hal keimanan,
ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada
jenjang yang lebih tinggi.5

3
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan ....hal. 130
4
Zakiyah Daradjat, Metodologi ...hal. 74-76
5
Abdul Majid dan Dian Andayani, hal.. 135
Penekanan terpenting dari ajaran agama Islam pada dasarnya adalah hubungan
antar sesama manusia yang sarat dengan nilai-nilai yang berkaitan dengan
moralitas sosial itu. Sejalan dengan hal ini, arah pelajaran etika di dalam al Qur’an
dan secara tegas di dalam hadis Nabi mengenai diutusnya Nabi adalah untuk
memperbaiki moralitas bangsa Arab waktu itu.
Oleh karena itu, berbicara pendidikan agama islam, baik makna maupun
tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarka
melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam
rangka menuai keberhasilan hidup (hasanah) di dunia bagi anak didik yang
kemudian akan mempu membuahkan kebaikan (hasanah) di akhirat kelak.
3. Fungsi pendidikan agama islam
Sebagai suatu subyek pelajaran, pendidikan agama Islam mempunyai fungsi
berbeda dengan subyek pelajaran yang lain. Ia dapat memiliki fungsi yang
bermacam-macam, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai masing-masing
lembaga pendidikan.6 Namun secara umum, Abdul majid mengemukakan bahwa
kurikulum pendidikan agama Islam untuk sekolah/madrasah berfungsi sebagai
berikut7 :
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta
didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan
keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban dilakukan oleh setiap
orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkan
menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukanoleh setiap orang tua
dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkankan lebih
lanjut dalam diri anak melalui bimbingan pengajaran dan pelatihan agar
keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai
dengan tingkat perkembangannya.
b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.
c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan-
nya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah
lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. Penyesuaian menta,
yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik

6
Cabib Thoha, hal . 8
7
Abdul Majid dan Dian Andayani, hal 136
maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai
dengan ajaran agama Islam.
d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-
kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan,
pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya
atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat
perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
f. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam
nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya.
g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat
khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara
optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang
lain.
B. Pandemi Covid 19
1. Apa itu pandemi covid 19
8
COVID-19 adalah penyakit akibat suatu coronavirus baru yang sebelumnya
tidak teridentifikasi pada manusia. Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang
ditemukan pada hewan dan manusia. Pada umumnya, COVID-19 menyebabkan
gejala ringan seperti pilek, sakit tenggorokan, batuk, dan demam. Bagi beberapa
orang, gejalanya bisa lebih parah, dan menimbulkan radang paruparu atau sulit
bernapas. Sejumlah kecil kasus penyakit ini menyebabkan kematian. Bagaimana
cara penyebaran COVID-19 diketahui paling mudah menyebar melalui kontak erat
dengan orang yang terinfeksi COVID-19. Batuk atau bersin orang yang terinfeksi
mengeluarkan percikan dan, jika terlalu dekat, virus ini dapat masuk melalui napas
Anda. Kita masih perlu mengetahui lebih tentang dampak COVID-19 pada
manusia. Orang berusia lanjut dan orang yang memiliki kondisi medis seperti
diabetes dan penyakit jantung diketahui lebih berisiko terkena penyakit parah. Saat
ini masih belum ada pengobatan atau vaksin untuk COVID-19. Namun, sebagian
besar gejala dapat ditangani. 5 Hal untuk Dilakukan Sering-seringlah mencuci
tangan. Cuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun atau, jika tidak tampak
kotor, gunakan cairan antiseptik berbahan dasar alkohol. Maka, virus di tangan
akan mati. Tutup mulut dan hidung dengan siku yang dilipat atau tisu saat batuk
8
Komunikasi Risiko COVID-19 untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan 2 Maret 2020 hal 8
dan bersin. Segera buang tisu bekas dan cuci tangan dengan air bersih mengalir dan
sabun atau gunakan cairan antiseptik berbahan dasar alkohol. Dengan demikian
Anda melindungi orang lain dari virus yang keluar melalui batuk dan bersin Jika
memungkinkan, jaga jarak 1 meter dengan orang yang batuk-batuk, bersinbersin,
atau demam. COVID-19 diketahui paling mudah menyebar melalui kontak jarak
dekat dengan orang yang terinfeksi COVID-19. Jangan sentuh mata, hidung dan
mulut Tangan menyentuh berbagai permukaan benda yang mungkin terkontaminasi
virus ini. Jika Anda menyentuh mata, hidung atau mulut dengan tangan kotor, Anda
mungkin memindahkan virus ini dari permukaan ke diri Anda. Jika Anda demam,
batuk DAN sulit bernapas, cari pertolongan medis. Telepon fasilitas kesehatan dan
sampaikan dulu bahwa Anda akan datang. Selalu ikuti panduan tenaga kesehatan
atau petunjuk kesehatan nasional.
2. Kiat menjaga kesejahteraan jiwa pada saat wabah covid-19 dengan
pendekatan psikologi positif
9
Semakin meluasnya wabah dan dampak dari virus ini secara signifikan
didalam segi-segi kehidupan masyarakat Indonesia, maka menjaga kesehatan
mental tetap dalam kondisi prima adalah suatu keharusan. Mental yang sehat akan
membuat kepuasaan hidup yang erat kaitannya dengan kebahagiaan dimana orang
yang bahagia akan memiliki sistem imun yang tinggi, sehingga dapat menangkal
wabah virus tersebut. Oleh karena itu untuk selanjutnya akan dijelaskan
bagaimana kiat-kita menjaga kesejahteraan jiwa atau kesehatan mental.
Victor Frankl (1984) menjelaskan bahwa seorang manusia akan bahagia bila ia
telah mengerti makna dalam kehidupannya. Bila dikaitkan dengan pandemic
Covid-19 ini, maka ada baiknya manusia berpikir dan memaknai sisi positif dari
hadirnya wabah tersebut. Bisa dihayati bahwa dengan adanya pandemi ini seluruh
manusia dapat bersatu padu dan saling menumbuhkan rasa saling peduli satu
dengan yang lainnya sehingga tumbuhnya cinta kasih yang mungkin dalam waktu
belakangan ini manusia mengedepankan kebencian dan konflik. Polusi berkurang
dari bumi, sehingga bumi memiliki waktu untuk dapat memperbaiki dirinya,
sehingga dapat menjadi tempat yang lebih baik untuk ditinggali. Ataupun setiap
manusia akan menjadi lebih sadar akan esensi dari kehidupan, sehingga setelahnya
dapat berperilaku dengan lebih baik. Dari hal-hal tersebut, maka manusia akan
berada dalam kondisi tenang dan awas adalam menghadapi wabah ini. Selain itu
9
Jurnal soaial dan budaya syar’i 2020 hal 11
manusia juga akan lebih siap dan kuat dalam menghadapi peristiwa traumatis
lainnya di masa depan.
Aspek selanjutnya adalah mengenai emosi positif. Seseorang yang memiliki
emosi positif dapat dengan baik beradaptasi dalam situasi traumatis. Untuk dapat
berada dalam kondisi emosi yang positif dalam kondisi wabah, beberapa hal dapat
dilakukan, seperti melakukan aktifitas hiburan dalam rumah, mengobrol bersama
anggota keluarga, makan bersama, olahraga indoor bersama, ataupun saling
bertukar pikiran. Aktifitas-aktifitas tersebut selain dapat membuat emosi menjadi
positif tetapi juga dapat mengalihkan pikiran dari informasi-informasi negatif
tentang wabah virus. Hal selanjutnya yang menjadi konsep penting dalam menjaga
kesejahteraan jiwa adalah spiritualitas. Spiritualitas adalah bagaimana seseorang
memandang kehidupannya memiliki koherensi dan bertujuan, namun juga
memperoleh pengalaman personal melalui kekuatan yang dia yakini sebagai suatu
yang melingkupi, mendasari atau melampaui kehidupan, serta sebagai pencarian
terhadap Yang Maha Suci sebagai aspek non material dari religiusitas.
Menggunakan spiritualitas sebagai mekanisme koping melalui masa-masa sulit
yang intens berkorelasi dengan tingkat harapan yang lebih tinggi, optimisme, dan
hasil kehidupan yang positif.19 Oleh karena itu, banyak bertafakur di rumah,
berdoa, dan beribadah dengan konsentrasi penuh, dan meditasi merupakan hal
terbaik untuk dapat menjaga kejiwaan kita berada dalam kondisi yang stabil.
C. Agama Islam di era pandemi Covid 19
1. Wabah Penyakit Covid-19 Dalam Pandangan Islam
10
Meskipun wabah penyakit Covid-19 dalam catatan sejarah Islam masih
menjadi perdebatan dan kontroversial baik di kalangan ulama, kyai, ustadz,
bahkan di mediamedia sosial, dan cenderung di kait-kaitkan satu sama lain.
Namun faktanya wabah penyakit Covid-19 ini memang sangat mirip kasusnya
seperti wabah penyakit yang menyerang kaum muslim di masa lalu. Misalnya
dalam sejarah Islam bisa kita simak tentang wabah penyakit yang terjadi pada
masa kaum muslimin menaklukkan Irak dan Syam. Setelah Peperangan yang
sangat sengit di Yarmuk, kemudian kaum muslimin menetap di Negeri Syam.
Setelah itu datanglah wabah penyakit korela yang menelan kurang lebih 25.000
jiwa pada saat itu. Oleh karena itulah tidak heran jika para ulama, kyai, ustadz,
peneliti dan yang lainnya mengaitkan peristiwa ini dengan wabah penyakit Covid-
10
Jurnal sosial Budaya Syar’i Volume 7 Nomor 6 (2020)
19. Karena memang wabah penyakit tersebut secara sekilas sangat mirip dengan
wabah Covid-19 yang terjadi saat ini yang menelan puluhan ribu jiwa. Kajian
Islam ilmiah pun disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil
Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada 14 Rajab 1441 H / 09 Maret 2020 M. saat ini
manusia banyak membicarakan tentang suatu musibah yang besar yang ditakuti
oleh kebanyakan manusia, yaitu virus yang terkenal dengan virus Corona. Yang
mana manusia banyak membicarakan tentang pengaruh dan bahaya yang
ditimbulkan oleh virus ini. Juga mereka membicarakan tentang cara untuk
menghindar dan selamat dari virus tersebut. Kemudian beliau memaparkan
tentang petunjuk-petunjuk Al-Qur’an dan cara-cara yang dapat menerangkan jalan
seorang mukmin untuk menghadapi permasalahan seperti ini. Diantara petunjuk-
petunjuk Al-Qur’an yang sangat agung yaitu bahwasanya seorang hamba tidak
akan ditimpa suatu musibah kecuali Allah telah menuliskan dan mentakdirkan
musibah tersebut. Allah SWT. berfirman:
“Katakanlah: Tidak akan menimpakan kami kecuali apa yang Allah telah tuliskan
untuk kami. Dialah pelindung kami dan hanya kepada Allah bertawakal orang-
orang yang beriman.” (QS. At-Taubah[9]: 51).
Maka tidaklah seorang hamba ditimpa satu musibah kecuali apa yang Allah
telah tuliskan kepadanya. Maka sungguh seorang hamba sangat butuh dalam
kondisi seperti ini untuk selalu memperbaharui keimanannya, memperbaharui
keyakinannya terhadap takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan bahwasanya
semua yang ditulis pasti terjadi. Dan apa yang menimpa seorang hamba tidak akan
meleset darinya dan apa yang meleset dari seorang hamba tidak akan menimpanya
dan apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala inginkan pasti terjadi dan apa yang Allah
tidak inginkan tidak akan terjadi. Apabila manusia berhadapan dengan persoalan
lingkungan hidup saat ini, muncullah pertanyaan yang mengungkapkan bahwa
kenapa agama-agama besar di dunia ini dengan ajaran moral dan peri
kemakhlukannya, tidak atau kurang berperan untuk ikut memecahkannya. Namun,
jika diperhatikan faktor-faktor yang membawa kepada perusakan dan pencemaran
lingkungan hidup, akan tampak bahwa penyebab pokoknya terletak pada
materialisme yang melanda dunia saat ini. Umat manusia berlomba-lomba untuk
mendapatkan kesenangan materi yang sebanyak mungkin. Dalam mengumpulkan
kekayaan materi, orang tidak segan menebang pepohonan di hutan-hutan,
menjaring sebanyak mungkin ikan di laut termasuk bibit-bibitnya, menguras
bahan mineral di perut bumi, membuang limbah ke air, darat, dan udara. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak atau kurang adanya perhatian kepada ayat Al-Qur’an,
walaupun 15 abad yang lalu ayat Al-Qur’an memberikan peringatan kepada
manusia bahwa kerusakan timbul di darat, dan di laut karena perbuatan manusia
(Surah Ar-Rum ayat 41). Saat ini apa yang dikatakan Al-Quran tersebut terbukti
jelas. Timbullah masalah lingkungan hidup, karena kerakusan manusia terhadap
materi. Oleh karena itulah kehidupan manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan menjadi
terancam akibat ulah manusia itu sendiri. Dengan penjelasan tersebut, maka dapat
kita ketahui bahwa virus Covid-19 pun bisa jadi disebabkan oleh ulah manusia itu
sendiri yang tanpa disadari, sehingga Allah SWT memberikan peringatan kepada
kita untuk selalu ingat kepada Allah SWT.
2. Pencegahan Wabah Covid-19 Dalam Islam
Nabi Muhammad SAW juga pernah memperingatkan umatnya untuk tidak
dekat dengan wilayah yang sedang terkena wabah. Sebaliknya jika berada di
dalam tempat yang terkena wabah dilarang untuk keluar. Seperti diriwayatkan
dalam hadits berikut ini: "Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka
janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada,
maka jangan tinggalkan tempat itu." (HR Bukhari). Dikutip dalam buku berjudul
'Rahasia Sehat Ala Rasulullah SAW: Belajar Hidup Melalui Hadist-hadist Nabi'
oleh Nabil Thawil, di zaman Rasulullah SAW jikalau ada sebuah daerah atau
komunitas terjangkit penyakit Tha'un, Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam
memerintahkan untuk mengisolasi atau mengkarantina para penderitanya di
tempat isolasi khusus, jauh dari pemukiman penduduk.
Tha'un sebagaimana disabdakan Rasulullah saw adalah wabah penyakit
menular yang mematikan, penyebabnya berasal dari bakteri Pasterella Pestis yang
menyerang tubuh manusia. Jika umat muslim menghadapi hal ini, dalam sebuah
hadits disebutkan janji surga dan pahala yang besar bagi siapa saja yang bersabar
ketika menghadapi wabah penyakit. "Kematian karena wabah adalah surga bagi
tiap muslim (yang meninggal karenanya). (HR Bukhari) Selain Rasulullah, di
zaman khalifah Umar bin Khattab juga ada wabah penyakit. Dalam sebuah hadist
diceritakan, Umar sedang dalam perjalanan ke Syam lalu ia mendapatkan kabar
tentang wabah penyakit. Hadist yang dinarasikan Abdullah bin 'Amir mengatakan,
Umar kemudian tidak melanjutkan perjalanan. Berikut haditsnya: "Umar sedang
dalam perjalanan menuju Syam, saat sampai di wilah bernama Sargh. Saat itu
Umar mendapat kabar adanya wabah di wilayah Syam. Abdurrahman bin Auf
kemudian mengatakan pada Umar jika Nabi Muhammad SAW pernah berkata,
"Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian
memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan
tinggalkan tempat itu." (HR Bukhori). Dalam hadits yang sama juga diceritakan
Abdullah bin Abbas dan diriwayatkan Imam Malik bin Anas, keputusan Umar
sempat disangsikan Abu Ubaidah bin Jarrah. Dia adalah pemimpin rombongan
yang dibawa Khalifah Umar. Menurut Abu Ubaidah, Umar tak seharusnya
kembali karena bertentangan dengan perintah Allah SWT. Umar menjawab dia
tidak melarikan diri dari ketentuan Allah SWT, namun menuju ketentuan-Nya
yang lain. Jawaban Abdurrahman bin Auf ikut menguatkan keputusan khalifah
tidak melanjutkan perjalanan karena wabah penyakit. Sudah dinyatakan sebagai
pandemi Coronavirus, beberapa negara pun melakukan lockdown di beberapa
wilayah terbanyak yang terkena paparan virus corona terbanyak, guna untuk
mencegah penyebaran virus corona.
Wabah virus corona yang terjadi saat ini, jika kita rujuk pada sejarah nabi
merupakan wabah yang sudah terjadi dengan kondisi yang hampir sama, sehingga
penanganannya pun sama. Oleh karena itu, untuk mengatasi wabah tersebut salah
satunya adalah dengan menerapkan karantina atau isolasi terhadap penderita.
Ketika itu Rasul memerintahkan untuk tidak dekat-dekat atau melihat para
penderita kusta. Dengan demikian, metode karantina telah diterapkan sejak zaman
Rasulullah untuk mencegah wabah penyakit menular menjalar ke wilayah lain.
Untuk memastikan perintah tersebut dilaksanakan, Rasul membangun tembok di
sekitar daerah wabah. Rasulullah juga pernah memperingatkan umatnya untuk
jangan mendekati wilayah yang sedang terkena wabah. Sebaliknya, jika sedang
berada di tempat yang terkena wabah, mereka dilarang untuk keluar. Kebijakan
karantina dan isolasi khusus yang jauh dari pemukiman penduduk apabila terjadi
wabah penyakit menular. Ketika diisolasi, penderita diperiksa secara detail. Lalu
dilakukan langkah-langkah pengobatan dengan pantauan ketat. Selama isolasi,
diberikan petugas medis yang mumpuni dan mampu memberikan pengobatan
yang tepat kepada penderita. Petugas isolasi diberikan pengamanan khusus agar
tidak ikut tertular. Pemerintah pusat tetap memberikan pasokan bahan makanan
kepada masyarakat yang terisolasi. Terkait dengan wabah coronavirus covid 19
ini, sebagai seorang mu’min, maka sebaiknya selain melakukan juga ikhtiar
karantina atau “social distancing” ini, maka tingkatkan juga spiritual kita. Jika
dapat bertafakur lebih jauh, sebagai muslim semua wabah ini adalah sebuah
rahmat-Nya, sebuah peringatan bagi yang berpikir, untuk terus menjadikannya
sebagai wasilah atau jalan untuk terus banyak mendekatkan diri kepada Allah Swt,
sehingga ketika tingkat kepasrahan tinggi maka akan dirasakan ketenangan dan
dengan segala usaha dan doa keselamatan juga kepada Allah Swt, dengan selalu
melibatkan-Nya, dan berharap semua wabah ini akan berakhir, dan dapat pula
segera ditemukan penyebabnya, InshaAllah AamiinYRA. Dialah Allah Sang Maha
Pencipta lagi Maha Mengetahui. Dengan menggunakan pendekatan sosiologi
Agama Islam, maka kita akan dapat dengan mudah memahami segala kepentingan
sosial, karena dalam Al-Qur’an kita juga sering menjumpai hubungan manusia
dengan manusia lainnya. Karena dalam AlQuran pun sering dijelaskan sebab-
sebab yang menyebabkan terjadinya kemakmuran suatu bangsa, sebab-sebab yang
menyebabkan terjadinya kesengsaraan. Semua itu baru dapat dijelaskan apabila
yang memahami sejarah sosial pada saat agama diturunkan.
Dengan demikian, lockdown dan social distancing merupakan salah satu pilihan
terbaik yang difatwakan oleh MUI guna mencegah penyebaran virus covid-19 ini.
Bukan tidak diperbolehkan kita untuk shalat berjamaah di mesjid, bukan pula
dilarang untuk berkumpul dalam jamaah pengajian, melainkan semata-mata untuk
melindungi diri kita sendiri dan orang lain dari bahaya Virus Covid-19.

KESIMPULAN
1. Pendidikan agama merupakan salah satu dari tiga subjek pembelajaran yang harus
dimasukkan dalam kuriulum setiap lembaga pendidikan formal di indonesia. Hal ini
karena kehidupan beragama merupakan salah satu dimensi kehidupan yang
diharapkan dapat terwujud secara terpadu.
Dalam bahasa indonesia, istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberi
awalan “pe” dan akhiran “an”, mengandung arti “perbuatan” (hal, secara atau
sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani”poedagogie”,
yang beararti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini emudian
diterjemahkan dalam bahasa inggris “education” yang berarti pengembangan atau
bimbingan.
2. COVID-19 adalah penyakit akibat suatu coronavirus baru yang sebelumnya tidak
teridentifikasi pada manusia. Coronavirus adalah suatu kelompok virus yang
ditemukan pada hewan dan manusia. Pada umumnya, COVID-19 menyebabkan gejala
ringan seperti pilek, sakit tenggorokan, batuk, dan demam. Bagi beberapa orang,
gejalanya bisa lebih parah, dan menimbulkan radang paruparu atau sulit bernapas.
Sejumlah kecil kasus penyakit ini menyebabkan kematian.
3. Diantara petunjuk-petunjuk Al-Qur’an yang sangat agung yaitu bahwasanya seorang
hamba tidak akan ditimpa suatu musibah kecuali Allah telah menuliskan dan
mentakdirkan musibah tersebut. Allah SWT. berfirman:
“Katakanlah: Tidak akan menimpakan kami kecuali apa yang Allah telah tuliskan
untuk kami. Dialah pelindung kami dan hanya kepada Allah bertawakal orang-orang
yang beriman.” (QS. At-Taubah[9]: 51).
Seperti diriwayatkan dalam hadits berikut ini: "Jika kamu mendengar wabah di suatu
wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu
berada, maka jangan tinggalkan tempat itu." (HR Bukhari).

DAFTAR PUSTAKA
Majid Abdul dan Dian Andayani, 2004 Pendidikan Agama islam berbasis kompetensi,
Thoha Rosda Chabib, dkk, 1999 Metodologi Pengajaran Agama, Yogyakarta, Pustaka Pelajar
Nizar Samsul, 2001 Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam Jakarta, Gaya Media Pratama
Daradjat Zakiyah, 2005 pengajaran agama islam bumi aksara jakarta
Komunikasi Risiko COVID-19 2020 untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Jurnal 2020 soaial dan budaya syar’i
Jurnal 2020 sosial Budaya Syar’i Volume 7 Nomor 6

Anda mungkin juga menyukai